STUDI KOMUNITAS GULMA PADA BEBERAPA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI PROPINSI SUMATERA UTARA Oleh: Muklasin dan Syahnen

dokumen-dokumen yang mirip
IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI GULMA PENTING KELAPA SAWIT DI SUMATERA UTARA Oleh: Abstrak

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit Desa Mujimulyo, Kecamatan

Manajemen Pengendalian Gulma Kelapa Sawit Berdasarkan Kriteria ISPO dan RSPO di Kebun Rambutan Sumatera Utara

ANALISIS KEADAAN SERANGAN OPT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI WILAYAH KERJA SUMATERA TAHUN Oleh: Muklasin dan Syahnen

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Universitas Lampung (Unila),

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian survei ini dilaksanakan di perkebunan nenas PT.GGP Platation Group 3

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lahan Penelitian Bataranila Lampung Selatan dan

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Gulma Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunitas Gulma Lingkungan.

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. dengan jenis tanah regosol. Penelitian sampel tanah dilaksanakan di Greenhouse

HASIL DAN PEMBAHASAN

No Spesies F FR % K KR % INP %

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

Pada mulsa eceng gondok dan alang-alang setelah pelapukan (6 MST), bobot gulma naik dua kali lipat, sedangkan pada mulsa teki dan jerami terjadi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diklasifikasikan ke dalam kelas

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

Pengendalian Gulma Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Padang Halaban, Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA. sering kali tumbuh pada tempat dimana menimbulkan kerugian pada

Manajemen gulma di Kebun Kelapa Sawit Bangun Bandar: Analisis Vegetasi dan Seedbank Gulma

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia produksi nanas memiliki prospek yang baik. Hal ini dilihat dari

I. PENDAHULUAN. mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di Pulau

I. PENDAHULUAN. Karet merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia seharihari,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP),

Pengendalian Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Bangun Koling

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

II. TINJAUAN PUSTAKA. Genus Hevea terdiri dari berbagai spesies, yang keseluruhannya berasal dari lembah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada areal perkebunan kopi menghasilkan milik Balai

KOMPOSISI DAN DOMINANSI GULMA KEBUN KELAPA SAWIT PADA TANAMAN BELUM MENGHASILKAN DAN TANAMAN MENGHASILKAN

TINJAUAN PUSTAKA. perlahan-lahan. Persaingan antara tanaman dan gulma terjadi baik di atas

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Balai Pengkajian Teknologi Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

I. PENDAHULUAN. dunia. Jagung menjadi salah satu bahan pangan dunia yang terpenting karena

I. PENDAHULUAN. Tanaman karet (Hevea brasiliensis [Muell.] Arg.) berasal dari Brazil, Amerika

Lampiran 1. Sidik Ragam Persentase Penutupan Gulma Total

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik Laboratorium Lapang Terpadu Natar

KEBERAGAMAN PERTUMBUHAN VEGETASI PENUTUP TANAH PADA KEMIRINGAN LAHAN YANG BERBEDA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DANY JEFANYA TARIGAN A

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. : Spermatophyta. : Monocotyledonae. Species : Allium ascalonicum L.

I. PENDAHULUAN. yang dipakai untuk membudidayakan tanaman. Gangguan ini umumnya berkaitan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di lahan perkebunan PTPN VII Unit Usaha Way Galih

Edy Syahputra 1, Sarbino 1, Siti Dian 2

PERGESERAN DOMINANSI SPESIES GULMA PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT SETELAH APLIKASI HERBISIDA SISTEMIK

METODELOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Hajimena, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Pengambilan Data Metode Pengumpulan Data Vegetasi :

Lampiran 1. Jenis vegetasi gulma wilayah 1 No. Nama Latin Nama Lokal. K (individu/plot)

DAFTAR TABEL. Umur 7 tahun Jenis Tumbuhan Bawah Dominan pada Tegakan Jati ( T. grandis L. f.) Umur 27 tahun... 14

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

Analisis Vegetasi Gulma Pada Pertanaman Jagung (Zea mays L.) di Lahan Kering dan Lahan Sawah di Kabupaten Pasaman

TINJAUAN PUSTAKA. Tebu adalah tanaman jenis rumput-rumputan yang ditanam untuk bahan baku gula.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Hajimena Kecamatan Natar mulai

UJI EFEKTIFITAS PENGENDALIAN GULMA. KARET (Hevea brasiliensis Muell.Arg.) di DUSUN SUKA DAMAI DESA PONDOK MEJA KABUPATEN MUARO JAMBI

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian

GULMA DAN PENGENDALIANNYA PADA BUDIDAYA TANAMAN NILAM

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara agraris yang artinya pertanian memegang

Pengaruh Ekstrak Rimpang Alang-alang ( Imperata cylindrica L.) pada Bobot Kering dan Persen Penutupan Gulma

DINAMIKA GULMA LAHAN PERTANIAN PADA SISTEM OLAH TANAH KONSERVASI GATRA SATRIA PUTRA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di lahan pertanaman tebu Kecamatan Natar, Kabupaten

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman nanas merupakan tanaman yang telah lama dikenal dikalangan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan produksi Kelapa Sawit

KAJIAN EFIKASI, EFISIENSI DAN PERKEMBANGAN GULMA JANGKA PENDEK DARI 3 HERBISIDA PADA KELAPA SAWIT RAKYAT DI PROVINSI BENGKULU

Warlinson Girsang Staf Pengajar Kopertis Wilayah I DPK USI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang ahli botani bernama Linnaeus adalah orang yang memberi nama latin Zea mays

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting bagi

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.))

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman kacang hijau menurut Hartono dan Purwono (2005)

I. PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Gulma. budidaya karena bersaing dalam mendapatkan unsur hara, cahaya matahari, dan

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

Respon Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea Mays L.) dan Gulma Terhadap Berbagai Jarak Tanam

I. PENDAHULUAN. Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman pangan potensial masa

GULMA PADA BUDIDAYA TANAMAN JAHE

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Tanaman hias merupakan salah satu produk hortikultura yang saat ini mulai

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

Analisis Vegetasi Gulma Pada Perkebunan Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg.) di Kecamatan Batang Kapas, Kabupaten Pesisir Selatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Umur tanaman kacang tanah Hypoma 2 yaitu 90 hari, tipe Spanish (dua

LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN I PENGEMBANGAN FORMULASI HERBISIDA BERBASIS ASAM ASETAT UNTUK MENGENDALIKAN GULMA PADA TANAMAN KELAPA SAWIT

TINJAUAN PUSTAKA. tumbuh di daerah iklim sub-tropis, tetapi mampu beradaptasi dengan baik pada

I. TINJAUAN PUSTAKA. Penggolongan berdasarkan bentuk daun ini berpatokan atas lebar

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman penghasil minyak

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

PERTUMBUHAN GULMA DAN HASIL TANAMAN WIJEN (Sesamum indicum L.) PADA BERBAGAI FREKUENSI DAN WAKTU PENYIANGAN GULMA PENDAHULUAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

IV. METODE PENELITIAN

Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) berdasarkan Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam yang Berbeda ABSTRAK

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS POPULASI GULMA PADA PADI SAWAH ORGANIK DAN AN-ORGANIK DI DESA JATILUWIH, KECAMATAN PENEBEL, KABUPATEN TABANAN

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN HERBISIDA KONTAK TERHADAP GULMA CAMPURAN PADA TANAMAN KOPI

Transkripsi:

STUDI KOMUNITAS GULMA PADA BEBERAPA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI PROPINSI SUMATERA UTARA Oleh: Muklasin dan Syahnen Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan Jl. Asrama No. 124 Kel. Cinta Damai, Kec. Medan Helvetia, Medan. 20126 Telp. (061) 8470504, Fax (061) 8466771, 8445794, 8458008 ABSTRAK Studi Komunitas Gulma pada Beberapa Perkebunan Kelapa Sawit di Propinsi Sumatera Utara bertujuan untuk (1) mengetahui jenis gulma dan komposisinya, meliputi kerapatan, frekuensi, dominasi (mutlak dan nisbi) dari gulma pada tanaman kelapa sawit milik rakyat, dan (2) mengetahui indeks kesamaan (homogenitas) jenis gulma pada beberapa kebun. Metode analisis yang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode kuadrat yang merupakan metode paling sederhana dan sering digunakan. Berdasarkan data kerapatan, frekuensi, dan berat kering gulma, selanjutnya dilakukan penghitungan nisbah jumlah dominansi (NJD) atau summed dominance ratio (SDR). Selain dominasi gulma dihitung juga koefisien komunitas (C) atau indeks kesamaan yang dapat digunakan untuk membandingkan dua komunitas vegetasi dari dua areal/daerah. Jenis gulma dominan pada beberapa perkebunan kelapa sawit berdasarkan nilai SDR adalah Kentangan (Borreria alata (Aubl.) DC.), Rumput Johor Barat (Asystasia intrusa Bl.), Rumput Rawa (Ottochloa nodosa (Kunth.) Dandy), Suplir (Adiantum sp.), Suket Lorodan (Centotheca lappacea (L.) Desv.) dan Tectaria sp. Nilai koefisien komunitas gulma (C) pada seluruh lokasi pengambilan sampel gulma <75% yang berarti bahwa komposisi komunitas gulma antar lokasi pada ke empat lokasi tidak homogen. Teknik pengendalian gulma untuk setiap lokasi berbeda-beda karena jenis gulma yang mendominasi juga berbedabeda. Kata kunci: gulma, koefisien komunitas, SDR PENDAHULUAN Dalam usaha budidaya tanaman kelapa sawit, salah satu kendala yang selalu dihadapi adalah gulma. Apalagi di Indonesia yang tergolong ke dalam kawasan tropis dengan iklim yang sangat mendukung untuk pertumbuhan tanaman maupun gulma. Pengelolaan perkebunan 1

merupakan investasi jangka panjang yang memerlukan jumlah tenaga kerja yang besar. Untuk memperoleh pertumbuhan dan produksi tanaman yang baik, diperlukan usaha pemeliharaan tanaman secara intensif, antara lain pemupukan secara tepat dosis maupun waktu, serta pengendalian hama dan penyakit tanaman maupun gulma (Barus, 2003). Gulma dibedakan menjadi tiga golongan besar, yaitu rumputrumputan (grasses), teki-tekian (sedges) dan golongan berdaun lebar (broad leaves) dan gulma pakis-pakisan (fern) (Barus, 2003). Beberapa jenis gulma dominan pada tanaman kelapa sawit adalah Paspalum conjugatum, Axonopus compressus, Mikania micrantha dan Imperata cylindrica (Soedarsan, 1984). Pengenalan jenis-jenis gulma dominan merupakan langkah awal yang menentukan keberhasilan pengendalian gulma. Untuk itu perlu adanya penelitian tentang komposisi jenis gulma pada areal pertanaman kelapa sawit, sehingga dapat menjadi data dasar penentuan cara pengendalian gulma secara tepat. Kegiatan Studi Komunitas Gulma pada Beberapa Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Sumatera Utara bertujuan untuk: 1) Mengetahui jenis gulma dan komposisinya pada tanaman kelapa sawit milik rakyat, dan 2) Mengetahui indeks kesamaan (homogenitas) jenis gulma pada beberapa kebun. METODOLOGI Kegiatan Studi Komunitas Gulma pada Beberapa Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Sumatera Utara dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Oktober 2015. Perkebunan kelapa sawit yang diamati adalah perkebunan kelapa sawit yang telah menghasilkan (TBM). Pengambilan sampel dilakukan pada 4 (empat) lokasi kebun milik rakyat di Kabupaten Langkat dan Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Bahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah vegetasi gulma di bawah tegakan tanaman kelapa sawit. Alat yang digunakan adalah 2

kuadran yang berukuran 0,5 m x 0,5 m, gunting rumput, pisau, kertas koran, kantong kertas, spidol, pinsil, kertas label, kamera digital dan oven. Metode analisis yang digunakan dalam kegiatan Studi Komunitas Gulma pada Beberapa Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Sumatera Utara adalah metode kuadrat yang merupakan metode paling sederhana dan sering digunakan. Yang dimaksud kuadrat adalah suatu ukuran luas yang diukur dalam satuan kuadrat (m 2 ) berbentuk bujur sangkar. Langkahlangkah pelaksanaan kegiatan ini adalah sebagai berikut: 1. Pertama kali yang harus dilakukan adalah menentukan petak contoh pada lahan percobaan yang akan dianalisis vegetasi gulmanya. Petak contoh diambil secara acak dengan cara melemparkan kuadrat (0,5 cm x 0,5 cm) pada lahan perkebunan kelapa sawit. Petak kuadrat dilemparkan pada daerah piringan. Pada kegiatan ini, jumlah sampel gulma diambil dari 4 (empat) lokasi kebun. Pada masing-masing kebun diambil petak contoh sebanyak 5 petak contoh. Jarak antara petak contoh lebih kurang 100 meter. 2. Selanjutnya, dilakukan pemanenan gulma yang tumbuh pada petak contoh tepat setinggi permukaan tanah untuk menetapkan kerapatan, frekuensi, dan berat kering biomassa gulma. Gulma yang tumbuh menjalar melewati kuadrat dipotong tepat pada luasan kuadrat tersebut. 3. Gulma yang telah dipanen dipisahkan berdasarkan spesies. 4. Gulma yang telah dipisahkan berdasarkan spesies dimasukkan ke dalam kantong kertas untuk dikeringkan dengan cara dioven untuk menentukan berat kering biomassa. 5. Kerapatan ditentukan dengan cara menghitung jumlah individu tiap spesies gulma pada tiap petak contoh. 6. Frekuensi ditentukan dengan cara menghitung jumlah petak contoh (dalam persen) yang memuat spesies gulma tersebut. 7. Penentuan berat kering biomassa gulma dilakukan dengan cara menimbang tiap spesies gulma yang telah dioven selama 24 jam pada suhu 115 o C. 3

Berdasarkan data kerapatan, frekuensi, dan berat kering gulma, selanjutnya dilakukan penghitungan nisbah jumlah dominansi (NJD) atau summed dominance ratio (SDR). Untuk menghitung kerapatan dan frekuensi serta dominansi gulma, maka digunakan rumus menurut Tjitrosoedirdjo et al. (1984 dalam Tanasale, 2012) sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Selain dominasi gulma dihitung juga koefisien komunitas atau indeks kesamaan yang dapat digunakan untuk membandingkan dua komunitas vegetasi dari dua areal/daerah. Perhitungan koefisien komunitas dilakukan dengan rumus: Dimana: C = nilai koefisien komunitas gulma 4

W = jumlah semua pasangan SDR yang rendah a = jumlah SDR pada komunitas A b = jumlah SDR pada komunitas B Koefisien tersebut dapat diperoleh dari nilai SDR. Nilai C penting dalam suatu percobaan herbisida. Nilai C berguna untuk melihat seberapa jauh homogenitas petak percobaan. Nilai C sebesar 75% atau lebih menunjukkan vegetasi di suatu areal relatif homogen. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan studi komunitas gulma tanaman kelapa sawit dilaksanakan di 2 (dua) kabupaten pada 4 (empat) lokasi kebun, yaitu Kabupaten Langkat dan Serdang Bedagai. Empat lokasi tersebut berbeda umur tanam, luas dan system budidaya. Gambaran lokasi tempat pengambilan sampel dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Deskripsi Kebun Lokasi Pengambilan Sampel Gulma No Uraian Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3 Lokasi 4 1. Kabupaten Langkat Langkat Serdang Bedagai Serdang Bedagai 2. Kecamatan Selesai Selesai Dolok Masihol Dolok Masihol 3. Desa Kuala Air Kuala Air Durian Durian Hitam Hitam Puloan Puloan 4. Stadia Tanaman TM TM TM TM 5. Umur Tanaman (thn) 8 18 24 24 6. Luas Kebun (ha) 4 10 10 20 Kabupaten Langkat dan Serdang Bedagai merupakan kabupaten sentra komoditas kelapa sawit di Propinsi Sumatera Utara. Kedua kabupaten tersebut memiliki karakteristik iklim yang relatif sama karena sama-sama berada pada dataran rendah. 5

A. Komposisi dan Sebaran Gulma Komposisi dan sebaran gulma dapat digambarkan oleh beberapa parameter, yaitu kerapatan, frekuensi, dan dominasi suatu gulma yang tumbuh pada lahan perkebunan. Nilai kerapatan mutlak jenis suatu gulma menunjukkan banyaknya individu atau jumlah suatu spesies gulma pada lokasi kebun tertentu. Kerapatan memberi petunjuk tentang berapa jumlah suatu jenis gulma terdapat di dalam suatu satuan luas tertentu. Parameter ini juga memberi petunjuk tentang tingkat penguasaan suatu jenis gulma di dalam lingkungannya (Nasution, 1986). Nilai kerapatan mutlak dan nisbi berbagai jenis gulma pada empat lokasi kebun dapat dilihat pada Tabel 2. Kerapatan nisbi (KN) gulma adalah persentase jumlah individu satu jenis gulma tertentu dalam suatu komunitas gulma. Artinya semakin tinggi nilai KN, maka semakin banyak jumlah gulma tersebut dalam komunitas gulma. Nilai KN ini penting dipertimbangkan dalam pengendalian gulma di dalam suatu lokasi. Tabel 2 menunjukkan bahwa pada lokasi 1 jumlah spesies gulma yang paling banyak ditemukan adalah Kentangan (Borreria alata), yaitu sebanyak 531 individu, selanjutnya Rumput Rawa (Ottochloa nodosa) sebanyak 136 individu dan Babadotan (Ageratum conyzoides) sebanyak 27. Kerapatan nisbi ketiga jenis individu gulma tersebut mencapai 95.74% dari seluruh jenis gulma yang tumbuh. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga jenis gulma ini merupakan gulma paling rapat pada lokasi 1. Pada lokasi 2, gulma yang paling banyak ditemukan adalah jenis Suplir (Adiantum sp.) dan Suket Lorodan (Centotheca lappacea), yaitu masing-masing sebanyak 35 dan 32 individu. Pada lokasi 3 jenis gulma yang paling banyak juga dari jenis Suplir (Adiantum sp.), yaitu sebanyak 122 individu, kemudian Rumput Rawa (Ottochloa nodosa) sebanyak 39 individu. Sedangkan pada lokasi 4 gulma yang paling banyak ditemukan adalah Rumput Rawa (Ottochloa nodosa), yaitu sebanyak 236 individu, kemudian Rumput Johor Barat (Asystasia intrusa Bl.) sebanyak 143 individu. 6

Tabel 2. Nilai Kerapatan Mutlak dan Kerapatan Nisbi (%) Jenis Gulma di Empat Lokasi Kebun Kelapa Sawit No Spesies Gulma Jenis Gulma Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3 Lokasi 4 KM KN KM KN KM KN KM KN 1 Kentangan (Borreria alata Daun lebar 513 72.66 14 5.86 0 0.00 0 0.00 (Aubl.) DC.) 2 Babadotan (Ageratum Daun lebar 27 3.82 0 0.00 0 0.00 0 0.00 conyzoides L.) 3 Synedrella nodiflora Daun lebar 2 0.28 0 0.00 0 0.00 0 0.00 4 Rumput Johor Barat (Asystasia Daun lebar 5 0.71 28 11.72 2 0.93 143 31.43 intrusa Bl.) 5 Suket Lorodan (Centotheca Daun sempit 0 0.00 32 13.39 9 4.17 21 4.62 lappacea (L.) Desv.) 6 Paitan (Paspalum conjugatum Daun sempit 5 0.71 24 10.04 12 5.56 0 0.00 Berg.) 7 Pakisan (Dryopteris filix mas) Pakisan 5 0.71 0 0.00 3 1.39 1 0.22 8 Putri Malu (Mimosa pudica L.) Daun lebar 2 0.28 2 0.84 0 0.00 0 0.00 9 Lompong (Caladium bicolor) Daun lebar 5 0.71 0 0.00 0 0.00 0 0.00 10 Patik Emas (Euphorbia Daun lebar 1 0.14 0 0.00 0 0.00 0 0.00 prunifolia Jacq.) 11 Sidagori (Sida rhombifolia L.) Daun lebar 4 0.57 0 0.00 0 0.00 0 0.00 12 Rumput Rawa (Ottochloa Daun sempit 136 19.26 8 3.35 39 18.06 236 51.87 nodosa (Kunth.) Dandy) 13 Belimbingan (Oxalis barrelieri L.) Daun lebar 0 0.00 4 1.67 0 0.00 1 0.22 14 Suplir (Adiantum sp.) Pakisan 0 0.00 35 14.64 122 56.48 34 7.47 15 Teki (Cyperus kyllingia Endl.) Teki 0 0.00 5 2.09 0 0.00 0 0.00 16 Jampang Kerincing (Oplismenus Daun sempit 0 0.00 3 1.26 0 0.00 0 0.00 compositus (L.) 17 Senduduk (Melastoma affine D. Daun lebar 0 0.00 4 1.67 0 0.00 0 0.00 Don.) 18 Legetan (Urena lobata L.) Daun lebar 0 0.00 0 0.00 1 0.46 6 1.32 19 Kacangan (Mucuna bracteata) Daun lebar 0 0.00 0 0.00 7 3.24 0 0.00 20 Harendong (Clidemia hirta (L.) Daun lebar 0 0.00 0 0.00 0 0.00 10 2.20 D. Don) 21 Pakis panjang (Nephrolepis Pakisan 0 0.00 0 0.00 0 0.00 3 0.66 biserrata Schott.) 22 Tectaria sp. Pakisan 0 0.00 25 10.46 0 0.00 0 0.00 23 Spesies 1 Pakisan 0 0.00 3 1.26 0 0.00 0 0.00 24 Spesies 2 Daun lebar 0 0.00 0 0.00 5 2.31 0 0.00 25 Spesies 3 Pakisan 0 0.00 0 0.00 9 4.17 0 0.00 26 Spesies 4 Daun lebar 1 0.14 0 0.00 0 0.00 0 0.00 27 Spesies 5 Pakisan 0 0.00 10 4.18 0 0.00 0 0.00 28 Spesies 6 Pakisan 0 0.00 12 5.02 0 0.00 0 0.00 29 Spesies 7 Pakisan 0 0.00 4 1.67 7 3.24 0 0.00 30 Spesies 8 Daun sempit 0 0.00 23 9.62 0 0.00 0 0.00 31 Spesies 9 Pakisan 0 0.00 3 1.26 0 0.00 0 0.00 Jumlah 706 100 239 100 216 100 455 100 Keterangan: KM=Kerapatan Mutlak, KN=Kerapatan Nisbi 7

Nilai frekuensi mutlak (FM) menunjukkan keberadaan suatu jenis gulma pada suatu komunitas gulma. Sedangkan nilai frekuensi nisbi (FN) adalah persentase suatu jenis gulma yang ditemukan dalam sejumlah petak pengambilan sampel pada suatu komunitas gulma. Semakin tinggi nilai FN berarti semakin sering gulma tersebut ditemukan pada lokasi pengambilan sampel, dengan kata lain semakin tinggi nilai FN, berarti semakin luas penyebaran atau semakin merata pertumbuhan gulma tersebut pada suatu komunitas gulma. Sedangkan semakin rendah nilai frekuensi gulma, berarti gulma tumbuh berkelompok pada lokasi-lokasi tertentu. Nilai frekuensi gulma secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 menunjukkan bahwa beberapa jenis gulma tumbuh secara merata pada hamparan kebun, yaitu Kentangan (Borreria alata), Rumput Johor Barat (Asystasia intrusa Bl.), Rumput Rawa (Ottochloa nodosa) dan Suplir (Adiantum sp.). Salah satu jenis gulma yang tumbuh berkelompok adalah Harendong (Clidemia hirta). Nilai frekuensi gulma ini 1, artinya hanya ditemukan pada wilayah tertentu walaupun populasinya banyak. Nilai dominasi mutlak (DM) merupakan nilai yang didapat dari berat kering/biomassa (mg)suatu jenis gulma. Sedangkan nilai dominasi nisbi (DN) adalah persentase berat kering (biomassa) suatu jenis gulma terhadap jumlah keseluruhan berat kering gulma pada suatu komunitas. Semakin tinggi nilai DN berarti semakin besar biomassa suatu jenis gulma di dalam suatu komunitas. Artinya semakin besar tingkat persaingan atau perebutan unsur hara, ruang, cahaya dan udara antara gulma dan tanaman budidaya. Oleh karena itu gulma yang nilai DN-nya tinggi harus mendapat prioritas utama dalam pengendalian. Nilai dominasi mutlak dan nisbi gulma pada keempat lokasi dapat dilihat pada Tabel 4. 8

Tabel 3. Nilai Frekuensi Mutlak dan Frekuensi Nisbi (%) Jenis Gulma di Empat Lokasi Kebun Kelapa Sawit No Spesies Gulma Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3 Lokasi 4 FM FN FM FN FM FN FM FN 1 Kentangan (Borreria alata (Aubl.) DC.) 4 80.00 2 40.00 0 0.00 0 0.00 2 Babadotan (Ageratum conyzoides L.) 3 60.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 3 Synedrella nodiflora 1 20.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 4 Rumput Johor Barat (Asystasia intrusa Bl.) 4 80.00 4 80.00 1 20.00 3 60.00 5 Suket Lorodan (Centotheca lappacea (L.) 0 0.00 2 40.00 3 60.00 2 40.00 Desv.) 6 Paitan (Paspalum conjugatum Berg.) 1 20.00 3 60.00 1 20.00 0 0.00 7 Pakisan (Dryopteris filix mas) 1 20.00 0 0.00 2 40.00 1 20.00 8 Putri Malu (Mimosa pudica L.) 1 20.00 2 40.00 0 0.00 0 0.00 9 Lompong (Caladium bicolor) 1 20.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 10 Patik Emas (Euphorbia prunifolia Jacq.) 1 20.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 11 Sidagori (Sida rhombifolia L.) 2 40.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 12 Rumput Rawa (Ottochloa nodosa (Kunth.) 2 40.00 1 20.00 3 60.00 4 80.00 Dandy) 13 Belimbingan (Oxalis barrelieri L.) 0 0.00 2 40.00 0 0.00 1 20.00 14 Suplir (Adiantum sp.) 0 0.00 4 80.00 5 100.00 5 100.00 15 Teki (Cyperus kyllingia Endl.) 0 0.00 2 40.00 0 0.00 0 0.00 16 Jampang Kerincing (Oplismenus 0 0.00 2 40.00 0 0.00 0 0.00 compositus (L.) 17 Senduduk (Melastoma affine D. Don.) 0 0.00 1 20.00 0 0.00 0 0.00 18 Legetan (Urena lobata L.) 0 0.00 0 0.00 1 20.00 1 20.00 19 Kacangan (Mucuna bracteata) 0 0.00 0 0.00 2 40.00 0 0.00 20 Harendong (Clidemia hirta (L.) D. Don) 0 0.00 0 0.00 0 0.00 1 20.00 21 Pakis panjang (Nephrolepis biserrata 0 0.00 0 0.00 0 0.00 1 20.00 Schott.) 22 Tectaria sp. 0 0.00 2 40.00 0 0.00 0 0.00 23 Spesies 1 0 0.00 1 20.00 0 0.00 0 0.00 24 Sesies 2 0 0.00 0 0.00 1 20.00 0 0.00 25 Spesies 3 0 0.00 0 0.00 2 40.00 0 0.00 26 Spesies 4 1 20.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 27 Spesies 5 0 0.00 2 40.00 0 0.00 0 0.00 28 Spesies 6 0 0.00 3 60.00 0 0.00 0 0.00 29 Spesies 7 0 0.00 2 40.00 2 40.00 0 0.00 30 Spesies 8 0 0.00 2 40.00 0 0.00 0 0.00 31 Spesies 9 0 0.00 1 20.00 0 0.00 0 0.00 Jumlah 5 5 5 5 Keterangan: FM=Frekuensi Mutlak, FN=Frekuensi Nisbi 9

Tabel 4. Nilai Dominasi Mutlak (mg) dan Nisbi (%) Jenis Gulma di Empat Lokasi Kebun Kelapa Sawit No Spesies Gulma Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3 Lokasi 4 DM DN DM DN DM DN DM DN 1 Kentangan (Borreria alata (Aubl.) DC.) 154.30 77.41 2.54 1.70 0 0.00 0 0.00 2 Babadotan (Ageratum conyzoides L.) 0.62 0.31 0 0.00 0 0.00 0 0.00 3 Synedrella nodiflora 0.14 0.07 0 0.00 0 0.00 0 0.00 4 Rumput Johor Barat (Asystasia intrusa 0.33 0.17 20.67 13.82 1.88 1.69 26.49 24.44 Bl.) 5 Suket Lorodan (Centotheca lappacea 0 0.00 1.68 1.12 0.60 0.54 0.85 0.78 (L.) Desv.) 6 Paitan (Paspalum conjugatum Berg.) 4.60 2.31 4.30 2.88 7.00 6.31 0 0.00 7 Pakisan (Dryopteris filix mas) 0.70 0.35 0 0.00 1.09 0.98 0.99 0.91 8 Putri Malu (Mimosa pudica L.) 0.29 0.15 0.29 0.19 0 0.00 0 0.00 9 Lompong (Caladium bicolor) 0.50 0.25 0 0.00 0 0.00 0 0.00 10 Patik Emas (Euphorbia prunifolia Jacq.) 0.10 0.05 0 0.00 0 0.00 0 0.00 11 Sidagori (Sida rhombifolia L.) 0.45 0.23 0 0.00 0 0.00 0 0.00 12 Rumput Rawa (Ottochloa nodosa 37.20 18.66 2.86 1.91 10.66 9.61 30.97 28.57 (Kunth.)) 13 Belimbingan (Oxalis barrelieri L.) 0 0.00 0.95 0.64 0 0.00 0.15 0.14 14 Suplir (Adiantum sp.) 0 0.00 68.80 46.01 76.52 68.97 14.75 13.61 15 Teki (Cyperus kyllingia Endl.) 0 0.00 0.42 0.28 0 0.00 0 0.00 16 Jampang Kerincing (Oplismenus 0 0.00 0.40 0.27 0 0.00 0 0.00 compositus (L.) 17 Senduduk (Melastoma affine D. Don.) 0 0.00 8.31 5.56 0 0.00 0 0.00 18 Legetan (Urena lobata L.) 0 0.00 0 0.00 3.84 3.46 13.29 12.26 19 Kacangan (Mucuna bracteata) 0 0.00 0 0.00 3.82 3.44 0 0.00 20 Harendong (Clidemia hirta (L.) D. Don) 0 0.00 0 0.00 0 0.00 20.25 18.68 21 Pakis panjang (Nephrolepis biserrata 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0.66 0.61 Schott.) 22 Tectaria sp. 0 0.00 21.75 14.55 0 0.00 0 0.00 23 Spesies 1 0 0.00 1.35 0.90 0 0.00 0 0.00 24 Sesies 2 0 0.00 0 0.00 2.56 2.31 0 0.00 25 Spesies 3 0 0.00 0 0.00 1.55 1.40 0 0.00 26 Spesies 4 0.11 0.06 0 0.00 0 0.00 0 0.00 27 Spesies 5 0 0.00 2.69 1.80 0 0.00 0 0.00 28 Spesies 6 0 0.00 2.99 2.00 0 0.00 0 0.00 29 Spesies 7 0 0.00 3.54 2.37 1.43 1.29 0 0.00 30 Spesies 8 0 0.00 1.35 0.90 0 0.00 0 0.00 31 Spesies 9 0 0.00 4.63 3.10 0 0.00 0 0.00 Jumlah 199.3 100 149.5 100 111 100 108.4 100 Keterangan: DM=Dominasi Mutlak, DN=Dominasi Nisbi 10

Tabel 4 menunjukkan bahwa pada lokasi 1 jenis gulma dengan nilai dominasi tertinggi adalah Kentangan (Borreria alata) Rumput Rawa (Ottochloa nodosa) dan Paitan (Paspalum conjugatum Berg.), yaitu masing-masing 154.30 mg, 37.20 mg dan 4.60 mg. Pada lokasi 2 jenis gulma dengan nilai dominasi tertinggi adalah Suplir (Adiantum sp.), Tectaria sp. dan Rumput Johor Barat (Asystasia intrusa Bl.), yaitu 68.80 mg, 21.75 mg dan 20.67 mg. Pada lokasi 3 jenis gulma dengan nilai dominasi tertinggi adalah Suplir (Adiantum sp.), Rumput Rawa (Ottochloa nodosa (Kunth.)) dan Paitan (Paspalum conjugatum Berg.), yaitu 76.52 mg, 10.66 mg dan 7.0 mg. Sedangkan pada lokasi 4 jenis gulma dengan nilai dominasi tertinggi adalah Rumput Rawa (Ottochloa nodosa (Kunth.)), Rumput Johor Barat (Asystasia intrusa Bl.) dan Harendong (Clidemia hirta (L.) D. Don), yaitu 30.97 mg, 26.49 mg dan 20.25 mg. Nilai penting (NP) gulma adalah jumlah KN, FN, dan DN. Jumlah dari rasio nilai penting dibagi 3 disebut nilai SDR. Nilai SDR adalah komposisi jenis penyusun vegetasi gulma dalam kebun. Jumlah nilai SDR dalam suatu komunitas gulma adalah 100%. Semakin tinggi nilai SDR semakin perlu dipertimbangkan keberadaan jenis gulma tersebut dalam upaya pengendaliannya. Gulma dengan nilai SDR tinggi mempunyai daya saing tinggi terhadap tanaman utama. Nilai SDR secara lengkap pada keempat lokasi dapat dilihat pada Tabel 5. Berdasarkan nilai SDR dari lokasi 1, jenis gulma yang mendominasi adalah Kentangan (Borreria alata (Aubl.) DC.), Rumput Rawa (Ottochloa nodosa (Kunth.) Dandy) dan Rumput Johor Barat (Asystasia intrusa Bl.). Ketiga jenis gulma tersebut merupakan gulma tahunan. Keberadaan gulma tahunan sangat menekan pertumbuhan dari gulma semusim sehingga gulma yang mampu bersaing dan bertahan hidup adalah gulma tahunan yang mampu berkembang secara vegetatif dan generatif (Tanasale, 2012). Oleh sebab itu jika diperhatikan pada lokasi 1 nilai SDR ketiga jenis gulma ini mencapai 78.1% (Tabel 6). Jenis gulma tahunan berkembang baik pada kondisi dengan intensitas cahaya yang tinggi, tajuk yang agak ternaungi (Tanasale, 2012), kondisi lahan yang lembab (Prawirosukarto, 2005). 11

Tabel 5. Nilai SDR Jenis Gulma di Empat Lokasi Kebun Kelapa Sawit No Spesies Gulma Jenis Gulma Summed Dominance Ratio (SDR) Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3 Lokasi 4 1 Kentangan (Borreria alata (Aubl.) DC.) Daun lebar 56.08 4.27 0.00 0.00 2 Babadotan (Ageratum conyzoides L.) Daun lebar 5.92 0.00 0.00 0.00 3 Synedrella nodiflora Daun lebar 1.63 0.00 0.00 0.00 4 Rumput Johor Barat (Asystasia intrusa Daun lebar 6.35 12.02 2.32 23.89 Bl.) 5 Suket Lorodan (Centotheca lappacea Daun sempit 0.00 6.59 5.92 5.31 (L.) Desv.) 6 Paitan (Paspalum conjugatum Berg.) Daun sempit 2.52 6.94 5.40 0.00 7 Pakisan (Dryopteris filix mas) Pakisan 1.87 0.00 3.69 2.13 8 Putri Malu (Mimosa pudica L.) Daun lebar 1.66 2.10 0.00 0.00 9 Lompong (Caladium bicolor) Daun lebar 1.83 0.00 0.00 0.00 10 Patik Emas (Euphorbia prunifolia Daun lebar 1.58 0.00 0.00 0.00 Jacq.) 11 Sidagori (Sida rhombifolia L.) Daun lebar 3.29 0.00 0.00 0.00 12 Rumput Rawa (Ottochloa nodosa Daun sempit 15.67 2.63 13.57 33.83 (Kunth.) Dandy) 13 Belimbingan (Oxalis barrelieri L.) Daun lebar 0.00 2.52 0.00 1.87 14 Suplir (Adiantum sp.) Pakisan 0.00 23.73 49.06 15.80 15 Teki (Cyperus kyllingia Endl.) Teki 0.00 2.55 0.00 0.00 16 Jampang Kerincing (Oplismenus Daun sempit 0.00 2.26 0.00 0.00 compositus (L.) Beauv.) 17 Senduduk (Melastoma affine D. Don.) Daun lebar 0.00 3.29 0.00 0.00 18 Legetan (Urena lobata L.) Daun lebar 0.00 0.00 2.76 6.28 19 Kacangan (Mucuna bracteata) Daun lebar 0.00 0.00 5.13 0.00 20 Harendong (Clidemia hirta (L.) D. Don) Daun lebar 0.00 0.00 0.00 8.71 21 Pakis panjang (Nephrolepis biserrata Pakisan 0.00 0.00 0.00 2.18 Schott.) 22 Tectaria sp. Pakisan 0.00 10.09 0.00 0.00 23 Spesies 1 Pakisan 0.00 1.60 0.00 0.00 24 Sesies 2 Daun lebar 0.00 0.00 2.99 0.00 25 Spesies 3 Pakisan 0.00 0.00 4.75 0.00 26 Spesies 4 Daun lebar 1.58 0.00 0.00 0.00 27 Spesies 5 Pakisan 0.00 3.75 0.00 0.00 28 Spesies 6 Pakisan 0.00 4.97 0.00 0.00 29 Spesies 7 Pakisan 0.00 3.10 4.41 0.00 30 Spesies 8 Daun sempit 0.00 5.26 0.00 0.00 31 Spesies 9 Pakisan 0.00 2.33 0.00 0.00 Jumlah 100 100 100 100 12

Pada lokasi 2, jenis gulma dengan nilai SDR tertinggi adalah Suplir (Adiantum sp.), dan Rumput Johor Barat (Asystasia intrusa Bl.) dan Tectaria sp. Dua dari tiga jenis gulma dengan SDR tertinggi ini adalah golongan pakis-pakisan (Phylum Pterophyta). Gulma yang termasuk dalam phylum ini merupakan gulma penting dari tanah pertanian daerah sub-tropis (Sukman dan Yakup, 2002). Nilai SDR tertinggi pada lokasi 3 adalah Suplir (Adiantum sp.), Rumput Rawa (Ottochloa nodosa (Kunth.) Dandy) dan Suket Lorodan (Centotheca lappacea (L.) Desv.). Ketiga jenis gulma ini termasuk dalam jenis gulma tahunan. Nilai SDR Suplir (Adiantum sp.) pada lokasi ini sangat tinggi, yaitu mencapai 49.06%, artinya separuh dari lahan di lokasi ini ditumbuhi suplir. Sedangkan pada lokasi 4 nilai SDR tertinggi adalah Rumput Rawa (Ottochloa nodosa (Kunth.) Dandy), Rumput Johor Barat (Asystasia intrusa Bl.) dan Suplir (Adiantum sp.). Tabel 5 menunjukkan bahwa pada keempat lokasi perkebunan kelapa sawit dari berbagai lokasi, umur tanaman dan teknik budidaya, jenis gulma yang dominan berbeda-beda, namun seluruhnya termasuk jenis gulma tahunan. Gulma tahunan (perennial) hidup lebih dari dua tahun dan mungkin dalam kenyataannya hampir tidak terbatas. Sebagian besar sangat sulit dikendalikan terutama yang mampu berkembang biak baik secara vegetatif maupun generatif. Banyak biji dari gulma ini yang mampu dorman beberapa tahun dan tetap viabel (Sukman dan Yakup, 2002). B. Koefisien Komunitas Gulma Nilai koefisien komunitas atau indeks kesamaan suatu jenis gulma merupakan nilai yang menunjukkan homogenitas komunitas gulma pada lokasi yang berbeda. Nilai ini digunakan untuk menentukan cara pengendalian. Koefisien komunitas antara dua lokasi kebun ditentukan dengan menggunakan metode yang dikembangkan oleh Czekanowski 13

(Tjitrosoedirjo 1984 dalam Tanasale, 2012). Nilai koefisien komunitas beberapa lokasi dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 6. Jenis Gulma Penting pada Setiap Lokasi Kebun Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3 Lokasi 4 Jenis Gulma SDR Jenis Gulma SDR Jenis Gulma SDR Jenis Gulma SDR Kentangan 56.08 Suplir (Adiantum 23.73 Suplir (Adiantum 49.06 Rumput Rawa (Borreria alata sp.) sp.) (Ottochloa 33.83 (Aubl.) DC.) nodosa (Kunth.) Dandy) Rumput Rawa 15.67 Rumput Johor 12.02 Rumput Rawa 13.57 Rumput Johor 23.89 (Ottochloa nodosa (Kunth.) Dandy) Barat (Asystasia intrusa Bl.) (Ottochloa nodosa (Kunth.) Dandy) Barat (Asystasia Rumput Johor Barat (Asystasia intrusa Bl.) intrusa Bl.) 6.35 Tectaria sp 10.09 Suket Lorodan 5.92 Suplir 15.80 (Centotheca (Adiantum sp.) lappacea (L.) Desv.) 78.1 45.84 68.55 73.52 Dari hasil perhitungan nilai koefisien gulma pada keempat lokasi (Tabel 7) menunjukkan bahwa nilai C <75%, artinya indeks komunitas atau indeks kesamaan gulma antar lokasi rendah atau tidak homogen. Hal ini menunjukkan bahwa komunitas gulma pada setiap lokasi memiliki komposisi yang tidak sama sehingga pengendalian gulma untuk setiap lokasi juga tidak sama. Tabel 7. Nilai Koefisien Komunitas Gulma (C) pada Beberapa Lokasi No Lokasi Koefisien Komunitas (%) Keterangan 1 Lokasi 1 dan Lokasi 2 17.43 Komunitas Tidak Homogen 2 Lokasi 1 dan Lokasi 3 20.28 Komunitas Tidak Homogen 3 Lokasi 1 dan Lokasi 4 23.89 Komunitas Tidak Homogen 4 Lokasi 2 dan Lokasi 3 43.10 Komunitas Tidak Homogen 5 Lokasi 2 dan Lokasi 4 37.63 Komunitas Tidak Homogen 6 Lokasi 3 dan Lokasi 4 41.89 Komunitas Tidak Homogen 14

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya keragaman gulma, diantaranya adalah: 1. Jenis Tanah. Komposisi gulma dan penutupannya pada kebun-kebun yang berbeda jenis tanahnya di suatu daerah ekologi tertentu menunjukkan perbedaan yang besar. Pada tanah alluvial/hidromorfik dijumpai gulma golongan teki-tekian lebih banyak jenisnya dan lebih dominan disbanding dengan yang dijumpai pada tanah podsolik. Sedangkan gulma berdaun lebar dijumpai lebih dominan pada kebunkebun di tanah podsolik (Nasution, 1986) 2. Ketinggian Tempat (dpl). Komposisi gulma pada kebun yang terletak pada 0-30 m dpl, ternyata ada perbedaanya dengan yang dijumpai pada kebun yang terletak pada 30-100 m dpl. Pada kebun-kebun yang terletak pada 0-30 m dpl dijumpai lebih banyak jumlah jenis gulma dari golongan teki-tekian, sedangkan pada kebun-kebun yang terletak 30-100 m dpl jenis rumput-rumputan lebih banyak (Nasution, 1986). 3. Pola Kultur Teknis. Diantara faktor-faktor kultur teknis yang mempengaruhi siat komunitas gulma diperkebunan adalah intensitas naungan, adanya tanaman penutup tanah, cara pengendalian gulma, pemupukan, drainase, dan sebagainya (Nasution, 1986). 4. Tingkat Kemasaman (ph) Tanah. Tingkat kemasaman (ph) tanah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keragaman jenis gulma (Tanasale, 2012). 5. Kelembaban Tanah. Pada kondisi tajuk yang rapat, memungkinkan intensitas cahaya tidak sampai pada permukaan tanah sehingga menyebabkan kelembaban tanah di bawah tajuk tinggi. Gulma jenis paku-pakuan menyukai kondisi tanah yang agak lembab dan ternaungi (Tanasale, 2012). 15

GULMA UTAMA TANAMAN PERKEBUNAN A. Kentangan (Borreria alata (Aubl.) DC.) Kentangan (Borreria alata) merupakan gulma tahunan yang umumnya tumbuh di daerah lembab dan terlindung (Prawirosukarto, 2005). Gulma ini lazim terdapat di areal pembibitan, di areal TM baik di antara kacangan penutup tanah maupun sepanjang jalur dan gawangan (Nasution, 1986). Gambar 1. Kentangan (Borreria alata (Aubl.) DC.) B. Rumput Rawa (Ottochloa nodosa (Kunth.) Dandy) Rumput tahunan berdaun pita yang menjalar. Di lapangan umumnya tumbuh rapat berjalin-jalin membentuk sheet. Perbungaanya merupakan malai dengan cabang-cabang yang mirip bentuk kawat duri tumbuh ke segala arah berwarna ungu. Helai daun bagian ujung memiliki penggentingan. Bijinya agak banyak, kecil dan mudah terbawa alat-alat pengolahan. Buku-bukunya terutama dibagian bawah membentuk akar dan tunas baru. Karena itu dengan pembabatan sulit memberantasnya. Sering terdpat pada tanah-tanah lembab atau rendahan, di pinggir parit dan tepi jalan (Nasution, 1986). 16

Gambar 2. Rumput Rawa (Ottochloa nodosa (Kunth.) Dandy) C. Babadotan (Ageratum conyzoides L.) Pada areal perkebunan gulma ini ditemukan mulai dari lahan pembibitan sampai tanaman tua. Ciri khasnya di lapangan adalah daun berbentuk bulat telur ditumbuhi rambut-rambut halus dan jarang dengan tepinya bergerigi, dan daunya berbau khas bila diremas, kepala bunga dan bongkol berbentuk mangkok, tajuk bunga berwarna putih atau lembayung. Tumbuhan ini sangat mudah dijumpai karena lazim di pinggir jalan, di halaman rumah, di tepi parit bahkan di pot bunga (Nasution, 1986). Gambar 3. Babadotan (Ageratum conyzoides L.) 17

D. Suplir (Adiantum sp.) Adiantum sp. merupakan salah satu marga tumbuhan paku yang cukup dikenal. Bentuk daunya beraneka ragam dan penampilannya menarik sehingga banyak jenis Adiantum sp. yang digunakan sebagai tanaman hias (www.pps.unud.ac.id). Gambar 4. Suplir (Adiantum sp.) E. Suket Lorodan (Centotheca lappacea (L.) Desv.) Gulma ini masuk dalam kelompok gulma berdaun sempit (rumputrumputan). Merupakan gulma tahunan yang tumbuh berumpun dan rapat. Tanda pengenalnya yang agak khas adalah helai daun yang pangkalnya tidak simetris, tepi daun berombak nyata berwarna keungu-unguan, dan bunganya mudah melekat pada pakaian karena adanya rambut-rambut tegar pada bulirnya. Merupakan gulma yang kurang penting dan tidak memerlukan perhatian khusus dalam usaha pengendaliannya (Nasution, 1986). 18

Gambar 5. Suket Lorodan (Centotheca lappacea) F. Rumput Johor Barat (Asystasia intrusa Bl.) Gulma ini menjadi masalah yang serius di areal perkebunan kelapa sawit. Gulma ini tumbuh dengan cepat baik pada areal yang terbuka maupun areal yang terlindung. Pada areal terbuka gulma ini akan lebih banyak menghasilkan organ reproduktif, sedangkan pada areal yang terlindung cenderung akan memproduksi organ vegetatif. Gulma ini berbatang lunak dengan tinggi mencapai 1.5 m. Daun berpasangan berbentuk lonjong dengan ujung runcing, berukuran bervariasi. Tangkai daun bulat, malai bunga tumbuh pada pucuk batang, tidak bercabang, bunga kecil berwarna putih dengan pola kebiruan. Perkembang-biakan dengan biji dan tunas pada ruas-ruas batang akan segera berkembang menjadi tanaman baru apabila menyentuh tanah (Prawirosukarto, 2005). 19

Gambar 6. Rumput Johor Barat (Asystasia intrusa) KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan nilai penting (NP) dan nilai SDR komunitas gulma pada beberapa perkebunan kelapa sawit dari yang tertinggi untuk lokasi 1 adalah Kentangan (Borreria alata (Aubl.) DC.), Rumput Rawa (Ottochloa nodosa (Kunth.) dan Rumput Johor Barat (Asystasia intrusa Bl.); lokasi 2 adalah Suplir (Adiantum sp.), Rumput Johor Barat (Asystasia intrusa Bl.) dan Tectaria sp.; lokasi 3 adalah Suplir (Adiantum sp.), Rumput Rawa (Ottochloa nodosa (Kunth.) dan Suket Lorodan (Centotheca lappacea (L.) Desv.); lokasi 4 adalah Rumput Rawa (Ottochloa nodosa (Kunth.), Rumput Johor Barat (Asystasia intrusa Bl.), dan Suplir (Adiantum sp.). Nilai koefisien komunitas gulma (C) pada seluruh lokasi pengambilan sampel gulma (C) <75% yang berarti bahwa komposisi komunitas gulma antar lokasi pada keempat lokasi tidak homogen. B. Saran Untuk melangkapi informasi yang diperoleh dari kegiatan ini maka disarankan untuk melakukan beberapa kegiatan, yaitu: 20

1. Perlu dilakukan kegiatan yang serupa pada tanaman muda (TBM) agar diketahui apakan komposisi keragaman gulma sama dengan tanaman menghasilkan. 2. Perlu dilakukan kegiatan yang serupa pada kebun di dataran menengah dan dataran tinggi untuk melihat perbedaan komposisi keragaman gulma. DAFTAR PUSTAKA Barus, E. 2003. Pengendalian Gulma di Perkebunan. Kanisius, Yogyakarta. Nasution, U. 1986. Gulma dan Pengendaliannya di Perkebunan Karet Sumatera Utara dan Aceh. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Tanjung Morawa, Medan. Prawirosukarto, S., E. Syamsuddin, W. Darmosarkoro dan A. Purba. 2005. Tanaman Penutup Tanah dan Gulma pada Kebun Kelapa Sawit, PPKS, Medan. Soedarsan, A., Basuki, S. Wirjahardja, M. Rifai. 1984. Pedoman Pengenalan Berbagai Jenis Gulma Penting pada Tanaman Perkebunan. Jakarta. Sukman, Y dan Yakup. 2002. Gulma dan Teknik Pengendaliaannya. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Tanasale, V. L. 2012. Studi Komunitas Gulma di Pertanaman Gandaria (Bouea macrophylla Griff.) pada Tanaman Belum Menghasilkan dan Menghasilkan di Desa Urimessing Kecamatan Nusaniwe Pulau Ambon. Jurnal Budidaya Pertanian 8: 7-12. 21

Filename: Directory: Template: Studi Komunitas Gulma website D:\tulisan ilmiah\mei 2016\untuk web m Title: Subject: Author: winlite Keywords: Comments: Creation Date: 16/05/2016 14:20:00 Change Number: 11 Last Saved On: 17/05/2016 8:45:00 Last Saved By: ASUS Total Editing Time: 9 Minutes Last Printed On: 24/05/2016 8:10:00 As of Last Complete Printing Number of Pages: 21 C:\Users\ACER\AppData\Roaming\Microsoft\Templates\Normal.dot Number of Words: 4.929 (approx.) Number of Characters: 28.097 (approx.)