BAB I LATAR BELAKANG

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Hak Kekayaan Intelektual (yang selanjutnya disingkat HKI) merupakan

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DAN HAK KEKAYAAN INDUSTRI (HAKI)

ARTIKEL PPM SOSIALISASI HKI BAGI USAHA KECIL MENENGAH (UKM) BINAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA. Oleh:

LEGAL ASPEK PRODUK TIK IMAM AHMAD TRINUGROHO

I. PENDAHULUAN. Sejak dasawarsa delapan puluhan (era 1980-an), hak kekayaan intelektual atau

PENGANTAR KOMPUTER & SOFTWARE I

BEBERAPA KOMPONEN YANG MENDUKUNG DALAM PELAKSANAAN SISTEM ADMINISTRASI DANDOKUMENTASI HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL*

MANFAAT DAN STRATEGI MENYUSUN DOKUMEN PATEN

PANDUAN PENGUSULAN PROGRAM UNGGULAN BERPOTENSI HKI (UBER- HKI)

BAB I PENDAHULUAN. Pengelompokkan manusia yang seperti ini biasanya disebut dengan masyarakat,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL. resmi dari Intellectual Property Rights (IPR). Berdasarkan substansinya, HKI

PANDUAN PENGUSULAN PROGRAM UNGGULAN BERPOTENSI HKI (UBER- HKI)

BAB I PENDAHULUAN. di bidang sosial, ekonomi, budaya maupun bidang-bidang lainnya yang

PENGELOLAAN KEKAYAAN INTELEKTUAL

PANDUAN PENGUSULAN PROGRAM UNGGULAN BERPOTENSI HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (UBER-HKI)

BAB I PENDAHULUAN. menentukan strategi pemberdayaan ekonomi di negaranya masing-masing.

PROGRAM HIBAH PENELITIAN BERPOTENSI HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL BAGI DOSEN DAN MAHASISWA UAJY

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hal ini peranan pemerintah sangatlah penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia yang pada tahun 2020 memasuki era pasar bebas. Salah satu

Perkembangan ekonomi global sekarang ini menuntut tiap-tiap negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang sebagaimana yang diatur dalam. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

Intellectual Property Right (IPR) Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Sumber: Ditjen HKI - Republik Indonesia. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan produk-produk baru atau pengembangan dari produk-produk. penting dalam menunjang pertumbuhan ekonomi suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. para pemilik bisnis baik kecil, menengah, maupun besar, benar-benar harus

PROGRAM UNGGULAN BERPOTENSI HKI (UBER-HKI)

(REVISI) PANDUAN PENGUSULAN PROGRAM UNGGULAN BERPOTENSI HKI (UBER-HKI)

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan

Bab VII PENGELOLAAN KEKAYAAN INTELEKTUAL

BAB I PENDAHULUAN. dari Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Keanekaragaman budaya yang dipadukan

Pengenalan Kekayaan Intelektual Oleh : dr. Gita Sekar Prihanti, M Pd Ked SENTRA KI - UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang berarti bahwa semua manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. unsur kekuatan daya saing bangsa, sumber daya manusia bahkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Good governance atau tata kepemerintahan yang baik merupakan

Nomor : 0492/E5.4/HP/ Februari 2014 Lamp : Hal : Program Unggulan Berpotensi HKI (UBER HKI)

BAB I. PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara administrasi

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DESAIN DAN HAK CIPTA PADA KAIN PRODUKSI PT ISKANDARTEX SURAKARTA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL (HKI) SEBAGAI STRATEGI PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. satu kondisi yang tidak mengenal lagi batas-batas wilayah. Aspek ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar dengan menempatkan prioritas pembangunan pada bidang

BAB I PENDAHULUAN. berkehidupan bersama dengan manusia yang lain. Mereka sebagai individu yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG KONSULTAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Buku Panduan Permohonan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu bagi Sivitas Akademika IPB

HAKI PADA TEKNOLOGI INFORMASI

RGS Mitra 1 of 10 PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG KONSULTAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ETIKA PERIKLANAN. Pokok Bahasan : Contoh Pedoman Etika Periklanan Manca Negara. Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom. Modul ke:

STIE DEWANTARA Hak Atas Kekayaan Intelektual Dalam Bisnis

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat. Untuk itulah

I. PENDAHULUAN. aspiratif terhadap berbagai tuntutan masyarakat yang dilayani. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan terus mengalami dinamika perubahan. Permintaan pelayanan jasa

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adanya karena dilengkapi oleh ketentuan-ketentuan perdagangan

TUGAS MATA KULIAH HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL. (Intelectual Property Rights Law)

I. PENDAHULUAN. Perubahan yang terjadi dengan cepat dalam segala aspek kehidupan. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk

PERMOHONAN PENDAFTARAN MEREK TIDAK BERITIKAD BAIK DALAM TEORI DAN PRAKTEK DI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. kepada daerah. Di samping sebagai strategi untuk menghadapi era globalisasi,

HUBUNGAN HKI DAN HK DAGANG. Hak Kekayaan Intelektual dalam Hukum Dagang. TRIPs Agreement. Sebelum TRIPs Agreement (sebelum 1994) 11/9/2014

BAB I PENDAHULUAN. mengatur laju inflasi, mengatur alokasi sumber-sumber ekonomi, dan lain

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dirasakan sangat penting, tidak hanya oleh pemerintah tapi juga oleh

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG KONSULTAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Negara sebagai salah satu subjek hukum Internasional membawa

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perjanjian internasional tentang aspek-aspek perdagangan dari HKI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk

BIRO HUKUM DAN HUMAS

BAB I PENDAHULUAN. sangat luas. Pelayanan Publik adalah segala kegiatan dalam rangka pemenuhan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. sudah melaksanakan pelayanan secara efektif, yaitu kualitas pelayanan yang

LKjIP PA Watampone Tahun BAB I PENDAHULUAN

PANDUAN PENGUSULAN PROGRAM UNGGULAN BERPOTENSI HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (UBER-HKI)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia telah meratifikasi konvensi-konvensi internasional di bidang HKI salah

BAB I PENDAHULUAN. kini diatur secara jelas dalam hukum, termasuk soal kepemilikan. Hak Kekayaan

Jurnal Ilmiah Niagara Vol. 1 No. 3, Oktober 2009 PERLINDUNGAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (HKI) TERHADAP USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM)

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan publik. Penerima Layanan Publik adalah. hak dan kewajiban terhadap suatu pelayanan publik.

BAB. I PENDAHULUAN. perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

Undang-undang Nomor 7/1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the World Trade Organization (WTO)

BAGIAN EMPAT PENGELOLAAN HASIL PENELITIAN. Pedoman Penelitian Dana Internal UAD 32

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi pada abad ke-21 ini, ternyata telah terjadi

PENGENALAN HKI (Hak Kekayaan Intelektual)

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan

LAPORAN TENTANG SURVEI INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT SUMATERA UTARA & YOGYAKARTA

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH. Disampaikan pada acara : Sosialisasi Juknis OVOP Surabaya, April 2017

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG

BAB I PENDAHULUAN. dan menjaga mutu layanan yang dihasilkan oleh suatu instansi. Perkembangan teknologi juga semakin pesat, di samping

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan (preventif) untuk meningkatkan kualitas hidup serta memberikan

Adiharsa Winahyu Fakultas Teknologi Informasi Universitas Mercu Buana Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam upayanya memperbaiki nasib atau membangun segala

I. PENDAHULUAN. Hak kekayaan intelektual merupakan suatu hak milik hasil pemikiran yang bersifat

TINJAUAN TENTANG HAKI

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan World Trade Organization (selanjutnya disebut WTO) melalui

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJASAMA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Buku sebagaimana pepatah menyatakan adalah jendela dunia. Setiap isi

SOSIALISASI HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (HKI) BAGI USAHA KECIL MENENGAH (UKM) DI DAERAH KABUPATEN KULON PROGO. Sri Atun, Kasiyan, Endang Mulyani ABSTRAK

Transkripsi:

1 BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Masalah Kondisi masyarakat yang mengalami perkembangan dinamis, tingkat kehidupan masyarakat yang semakin baik, mengakibatkan masyarakat semakin sadar akan apa yang menjadi hak dan kewajibannya sebagai warga negara dalam hidup bermasyarakat, mengajukan tuntutan, keinginan dan aspirasinya kepada pemerintah. Masyarakat semakin kritis untuk melakukan kontrol terhadap apa yang dilakukan pemerintahannya. Kenyataan yang ada mengisyaratkan hal yang kurang melegakan, hal tersebut terkait dengan kepuasan masyarakat yang belum terpenuhi, masih belum memenuhi harapan pelanggan. Dewasa ini, masyarakat menginginkan adanya perbaikan dari kinerja pemerintah terutama dalam hal pelayanan yang saat ini kondisinya dinilai tidak efisien, sentralistik dan kurang profesional sehingga dapat mengurangi kepercayaan masyarakat dan wibawa pemerintah terhadap pelayanan yang diberikan. Oleh karena itu, untuk mewujudkan pemerintahan yang baik berdasarkan prinsip-prinsip kepastian hukum, keterbukaan, akuntabilitas serta kinerja yang profesional, salah satunya dengan cara menyelenggarakan pelayanan prima kepada masyarakat secara adil, transparan, profesional, terjangkau, aman serta dapat dipertanggungjawabkan. Pelayanan publik yang disediakan oleh pemerintah masih menimbulkan persoalan. Ada beberapa kelemahan mendasar. Pertama, kelemahan yang berasal dari sulitnya menentukan atau mengukur output maupun kualitas dari pelayanan yang diberikan oleh pemerintah. Kedua, pelayanan pemerintah tidak mengenal bottom line. Artinya, seburuk apa pun kinerjanya, pelayanan pemerintah tidak mengenal istilah bangkrut. Ketiga, berbeda dengan mekanisme pasar yang memiliki kelemahan dalam memecahkan masalah eksternal, organisasi pelayanan pemerintah menghadapi masalah internal. Artinya, organisasi pemerintah sangat sulit mencegah pengaruh

2 nilai-nilai dan kepentingan para birokrat dari kepentingan umum masyarakat yang seharusnya dilayaninya. Kinerja aparatur pemerintah di bidang pelayanan saat ini selalu menjadi sorotan tajam masyarakat. Hal ini terlihat dengan banyaknya keluhan dari masyarakat terutama mengenai sistem dan prosedur pelayanan yang masih berbelit-belit (birokratis), jangka waktu pelayanan yang tidak berkepastian, informasi pelayanan yang kurang jelas, tidak transparan serta sikap dan perilaku aparatur dalam memberikan pelayanan yang cenderung masih ingin dihormati maupun dilayani. Sementara itu, karakteristik pelayanan pemerintah sebagian besar bersifat monopoli sehingga tidak menghadapi masalah persaingan pasar. Ini menjadikan lemahnya perhatian pengelola pelayanan publik untuk menyediakan pelayanan yang berkualitas. Lebih buruk lagi, kondisi ini menjadikan sebagian pengelola pelayanan publik memanfaatkannya untuk mengambil keuntungan pribadi, dan cenderung mempersulit prosedur pelayanan. Akibatnya, citra buruk pada pengelolaan pelayanan publik masih melekat sampai saat ini sehingga tidak ada kepercayaan masyarakat pada pengelola pelayanan. Kenyataan ini merupakan tantangan yang harus segera diatasi terlebih pada era persaingan bebas pada saat ini. Profesionalitas dalam pengelolaan pelayanan publik dan upaya mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah harus diwujudkan. Tuntutan kualitas dan kuantitas jasa pelayanan publik oleh pengguna (user) semakin meningkat. Di pihak operator pelayanan publik menghadapi kendala dalam menyajikan jasa pelayanan publik. Di pihak lain kualitas dan kuantitas yang diinginkan belum terpenuhi. Transparansi, akuntabilitas, kesetaraan dalam pelayanan publik diperlukan untuk mengatasi kesenjangan pihak-pihak yang terkait. Dituntut pula regulator yang mampu mengalokasikan sumber daya yang ada, sehingga terjadi keseimbangan pihak-pihak terkait dalam layanan publik. Di luar pengguna jasa pelayanan publik (non user) perlu diperhatikan kepentingannya, khususnya tuntutan lingkungan.

3 Seiring dengan semakin meningkatnya pengetahuan dan kebutuhan masyarakat khususnya dalam hal pelayanan kesehatan, yang diikuti oleh adanya tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan yang lebih baik, maka institusi pelayanan dituntut untuk selalu merespon perubahan yang terjadi. Perubahan yang sangat pesat telah terjadi baik dalam ilmu pengetahuan maupu teknologi, sehingga mengakibatkan timbulnya berbagai kesenjangan, seperti kesenjangan teknis, kesenjangan administrasi, kesenjangan komunikasi dan kesenjangan persepsi. Sebagai upaya pemenuhan tuntutan masyarakat, pemerintah harus mampu menyediakan fasilitas pelayanan. Perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat merupakan keharusan untuk dipertimbangkan serta dianalisis oleh pihak pemerintah maupun oleh pihak swasta, sehingga dapat memenuhi harapan masyarakat. Sebagai upaya untuk menghadapi perubahan tersebut adalah dengan cara menerapkan kebijakan dan strategi yang tepat yang selalu berusaha meningkatkan mutu pelayanan yang berorientasi kepada kepuasan pelanggan. Sebagai akibat pesatnya perkembangan teknologi bidang informasi, telekomunikasi, dan trasportasi, maka pelanggan sebagai konsumen menuntut untuk mendapatkan kualitas layanan yang lebih baik, lebih lengkap dan lebih cepat. Kemajuan di bidang teknologi informasi dapat mengakibatkan masyarakat akan menuntut pelayanan yang lebih cepat dari pemerintah. Dengan adanya kemajuan teknologi informasi maka sistem pelayanan dapat ditangani dengan komputerisasi, sehingga pelayanan masyarakat dapat lebih ditingkatkan dan kemungkinan penyimpangan administrasi dapat dihindarkan. Pelayanan publik yang berkualitas, khususnya pelayanan di bidang pendaftaran desain industri sangat dituntut oleh masyarakat. Hal ini seiring dengan semakin tingginya kesadaran pentingnya perlindungan HKI bidang desain industri khususnya di Indonesia. Karena kemajuan teknologi khususnya di bidang informasi dan telekomunikasi telah mendorong arus globalisasi di bidang industri dan perdagangan. Sehingga dalam era perdagangan bebas dunia, Indonesia sebagai negara berkembang harus mampu mengambil langkah-langkah yang tepat untuk

4 dapat mengantisipasi segala perubahan dan perkembangan serta kecenderungan global. Hal tersebut juga sangat dirasakan oleh Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual dan telah menjadi tantangan tersendiri. Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI) adalah salah satu unit pelayanan masyarakat di Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia. Peranan Hak Kekayaan Intelektual ini dirasakan semakin penting untuk menunjang pembangunan pada sektor industri dan perdagangan, sehingga produk-produk yuang berkualitas dan handal hanya dapat dihasilkan jika organisasi HKI sudah baik. Dengan HKI dirangsang karya intelektual serta penelitian dan pengembangan yang mampu menghasilkan teknologi-teknologi baru, yang akan menggairahkan dunia usaha. Hak Kekayaan Intelektual, disingkat HKI atau akronim HaKI, adalah padanan kata yang biasa digunakan, untuk Intellectual Property Rights (IPR), yakni hak yang timbul bagi hasil olah pikir otak yang menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna untuk manusia. Pada intinya HKI adalah hak untuk menikmati secara ekonomis hasil dari suatu kreativitas intelektual. Objek yang diatur dalam HKI adalah karya-karya yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia. Secara garis besar HKI dibagi dalam 2 (dua) bagian, yaitu : 1. Hak cipta (copyright); Seni; Sastra Ilmu Pengetahuan Hak-hak Terkait (Pelaku, Rekaman, Penyiaran) 2. Hak kekayaan industri (industrial property rights), yang mencakup: Paten (patent); Desain industri (industrial design); Merek (trademark); Penanggulangan praktek persaingan curang (repression of unfair competition);

5 Desain tata letak sirkuit terpadu (layout design of integrated circuit); Rahasia dagang (trade secret) Pendaftaran HKI masih dianggap baru, juga dari pihak pemerintah dianggap kurang dalam hal memasyarakatkannya. Selain itu masih diberlakukannya prosedur dan birokrasi yang dirasakan rumit, semakin mengurangi minat orang berhubungan dengan instansi yang menangani HKI. Salah satu bentuk layanan yang diberikan oleh Ditjen HKI yaitu pelayanan administrasi mengenai pemberian sertifikasi hak atas kekayaan intelektual, antara lain; pemberian sertifikasi merek, sertifikasi paten, sertifikasi hak cipta dan sertifikasi desain industri. Pemberian sertifikasi tersebut dapat digunakan oleh pengguna atau pelanggan sehingga dapat memperlancar dan membantu pelanggan dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya. Pelayanan di bidang Desain Industri merupakan salah satu pelayanan di bidang Hak Kekayaan Intektual yang baru jika di bandingkan dengan pelayanan di bidang Hak Cipta, merek, dan paten. Kebijakan pemerintah mengenai Desain Industri diatur dalam Undang-undang No. 31/2000 tentang Desain Industri, yang yang disahkan pada tanggal 20 Desember 2000, dan mulai dilakukan pelayanan pendaftaran permohonan desain industri sejak 16 Juni 2001. Desain Industri merupakan salah satu bentuk perlindungan di bidang Hak Kekayaan Intelektual yang melindungi penampilan (appearance) suatu produk. Dengan kata lain, desain industri sangat memegang peranan sangat penting dalam menentukan nilai jual suatu produk di tengah persaingan bisnis dewasa ini, karena: Implementasi dari TRIPs Agreement (Section 4, Art. 25-26), Indonesia anggota WTO dan telah meratifikasi TRIPs melalui UU no. 7 Tahun 1994 Penampilan suatu barang/ produk memiliki nilai komersial Untuk mencegah penggunaan atas penampilan suatu produk / barang secara tidak sah Meningkatkan kreativitas dalam menciptakan produk/ barang yang beragam Mendorong pembangunan ekonomi, di sektor industri & manufaktur, serta kerajinan tradisional dan kerajinan tangan

6 Hal tersebut tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi Ditjen HKI, khususnya dalam memberikan pelayanan di bidang perlindungan desain industri, mengingat perlindungan di bidang desain industri merupakan bentuk perlindungan HKI yang relatif baru dibandingkan perlindungan HKI lainnya seperti Hak Cipta, Paten, dan Merek. Hal ini menimbulkan kendala-kendala seperti terbatasnya sarana dan prasarana dalam menunjang pelayanan HKI di bidang desain industri, seperti terbatasnya sarana komputer, terbatasnya jumlah sumber daya manusia, lemahnya sistem pendaftaran desain industri. Gambar 1.1 6000 Aplikasi Desain Industri Tahun 2001-2008 Jumlah Aplikasi 5000 4000 3000 2000 1000 Jumlah 0 Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 (S/d Maret) Berdasarkan fakta-fakta tersebut di atas, muncul permasalahan bagi Ditjen HKI yaitu sejauh mana kualitas pelayanan desain industri terhadap tingkat kepuasan pelanggan di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual serta tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelayanan desain industri Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan dalam menetapkan kebijakan dalam meningkatkan pelayanan publik selanjutnya. Untuk mewujudkan pelayanan yang memuaskan pelanggan, maka harus didukung oleh sumber daya manusia yang

7 memadai, dan mengubah sifat birokrasi dari dilayani menjadi melayani, yaitu pelayanan yang berfokus pada pelanggan. B. Pokok Masalah Permasalahan yang akan diteliti dalam tulisan ini adalah: 1. Bagaimana kualitas pelayanan dalam hal ini pelayanan pendaftaran permohonan desain industri pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HKI)? 2. Apa saja masalah-masalah yang menjadi kendala dalam proses pelayanan pendaftaran desain industri pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HKI)? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui dan menganalisa kualitas pelayanan dalam hal ini pelayanan pendaftaran permohonan desain industri pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HKI) 2. Untuk mengetahui masalah-masalah yang menjadi kendala dalam proses pelayanan pendaftaran desain industri pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HKI) D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademik - Memperluas wawasan penulis dalam bidang pelayanan masyarakat dan berguna bagi pengembangan pengetahuan penulis di masa mendatang. - Lebih memperkenalkan pentingnya kualitas pelayanan masyarakat kepada organisasi publik serta dapat memberikan kontribusi berkaitan dengan kebijakan publik.

8 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian dapat memberi masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan kepada Direktorat Jenderal Intelektual, dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan sehingga dapat meningkatkan kepuasan terhadap penerima layanan. E. Sistematika Penulisan Dalam penulisan tesis ini, disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I Pendahuluan Berisikan Latar Belakang penelitian, Pokok Permasalahan, Tujuan, Ruang Lingkup dan objek penelitan, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II Kerangka Teori Memberikan penjelasan umum mengenai landasan-landasan teori yang dipakai sebagai acuan untuk melakukan penelitian. Bab ini juga memberikan penjelasan mengenai metode penelitian yang meliputi pengumpulan data, populasi dan sampel, dan analisis data. BAB III Gambaran Umum Berisi tentang situasi dan kondisi kongkret tentang objek penelitian yang akan dibahas dalam penelitian BAB IV Analisis Penelitian Memberikan penjelesan mengenai lokasi penelitian, uraian data-data yang diperoleh dari survey, analisa data-data menggunakan metode penelitian BAB V Kesimpulan dan Saran Berisi tentang kesimpulan dan saran yang diberikan oleh penulis dalam rangka melihat dan menindak lanjuti permasalahan tersebut.