NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

dokumen-dokumen yang mirip
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB II KONSEP DASAR. serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003). dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik.

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

Koping individu tidak efektif

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. L DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB II KONSEP TEORI. Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB II TINJAUAN TEORI. Adapun definisi lain yang terkait dengan halusinasi adalah hilangnya

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993)

BAB II TINJAUAN KONSEP

BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara,

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI) Mei Vita Cahya Ningsih. Pengertian

PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Tn. E DI RUANG P8 WISMA ANTAREJA RSJ Prof. dr.

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG.

BAB I PENDAHULUAN. terpisah. Rentang sehat-sakit berasal dari sudut pandang medis. Rentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa Menurut World Health Organization adalah berbagai

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISITE)

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 18 pasal 1 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

NASKAH PUBLIKASI. ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr. W DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB III TINJAUAN KASUS

PENGKAJIAN HALUSINASI Jenis halusinasi Data Objektif Data Subjektif Halusinasi Dengar/suara Bicara atau tertawa sendiri Marah-marah tanpa sebab

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari sudut panang medis. Rentang adaptasi-maladaptasi berasal dari sudut sudut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Walgito (2001, dalam Sunaryo, 2004).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan

BAB II TINJAUAN TEORI

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Halusinasi merupakan salah satu gejala yag sering ditemukan pada klien

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember Paranoid, No Register

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan sematamata

LAPORAN KASUS PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN PADA

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI-SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN DI BANGSAL ABIMANYU RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Maka secara analogi kesehatan jiwa pun bukan hanya sekedar bebas dari

BAB II KONSEP DASAR. Halusinasi merupakan salah satu respon neurobiology yang maladaptive, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak muncul sama sekali. Namun jika kondisi lingkungan justru mendukung

LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.L DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SRIKANDI RSJD SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa ditemukan disemua lapisan masyarakat, dari mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang menjadi pintu layanan terdepan dalam. hubungan dengan masyarakat adalah di rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang B. Tujuan C. Manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan dalam kehidupan dapat memicu seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. melainkan mengandung berbagai karakteristik yang positif yang. mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. Menurut data WHO pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

MERAWAT PASIEN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORIK : HALUSINASI

BAB 1 PENDAHULUAN. melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

BAB III TINJAUAN KASUS. Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo semarang, dengan. Skizofrenia berkelanjutan. Klien bernama Nn.S, Umur 25 tahun, jenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

Aristina Halawa ABSTRAK

STUDI KASUS ASUHANKEPERAWATAN PADA Nn. M DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SRIKANDI RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasakan sebagai ancaman (Nurjannah dkk, 2004). keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

NASKAH PUBLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SEMBADRA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998).

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

Transkripsi:

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. Z DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SEMBADRA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA DisusunOleh : HILYATUN NISA J 200 090 033 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Nn.Z DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG SEMBADRA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Hilyatun nisa, 2012, 46 halaman ) ABSTRAK Latar Belakang : Halusinasi pendengaran yang ditemukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta dari tahun ke tahun semakin meningkat dengan penyebab adanya rasa kecewa terhadap diri sendiri, pengalaman yang tidak menyenangkan, sering melamun dan tidak mau bergaul dengan orang lain. Tujuan : Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien halusinasi meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan. Hasil : Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3 x 24 jam didapatkan halusinasi pendengaran dapat terkontrol dengan cara menghardik, bincang-bincang dan minum obat. Sedangkan yang belum tercapai dukungan dari keluarga, karena selama memberikan asuhan keperawatan keluarga tidak datang. Kesimpulan : Kerjasama antara tim kesehatan dan klien atau keluarga klien sangat diperlukan untuk keberhasilan asuhan keperawatan pada klien, komunikasi terapeutik dapat mendorong klien lebih kooperatif, peran keluarga sangat penting dalam merawat klien dengan gangguan perilaku kekerasan. Kata kunci : Halusinasi pendengaran, mendengar suara-suara, melamun, cara mengontrol Halusinasi.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) memperkirakan tidak kurang dari 450 juta penderita gangguan jiwa ditemukan didunia. Dirumah sakit Indonesia, sekitar 70% halusinasi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa adalah halusinasi suara. Berdasarkan hasil laporan rekam medik (RM) Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta, didapatkan data dari bulan januari-maret 2012 tercatat jumlah pasien rawat inap 698 orang dan terdiri dari pasien halusinasi 324 orang. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk melakukan tidakan keperawatan pada klien yang mengalami gangguan halusinasi. B. Tujuan Laporan Kasus Adapun tujuannya adalah sebagai berikut : a. Penulis mampu melaksanakan pengkajian data pada klien dengan masalah utama gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran. b. Penulis mampu menganalisa pada klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi dengar. c. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi dengar. d. Penulis mampu merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi dengar. e. Penulis mampu mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi dengar. f. Penulis mampu mengevaluasi tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi dengar.

TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Persepsi ialah daya mengenal barang, kwalitas atau hubungan serta perbedaan antara hal ini melalui proses mengamati, mengetahui dan mengartikan setelah panca indra mendapat rangsangan. Perubahan persepsi adalah ketidak mampuan manusia dalam membedakan antara rangsang yang timbul dari sumber internal seperti pikiran, perasaan, sensasi somatik dengan impuls dan stimulus eksternal (Maramis, 2004). Halusinasi merupakan persepsi yang salah atau palsu tetapi tidak ada rangsangan yang menimbulkannya atau tidak ada obyek (Sunardi, 2005). B. Etiologi Faktor predisposisi-presipitasi: a. Faktor predisposisi: Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah: 1) Biologis Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut: a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik. b) Beberapa zat kimia di otak dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.hasil penelitian menunjukan hal-hal berikutini: Dopamin neurotransmitter yang berlebihan, 2) Psikologis

Teori psikodinamika untuk terjadinya respons neurobiologis yang maladaptive belum didukung oleh penelitian. 3) Sosial Budaya Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress. b. Faktor Presipitasi faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah 1) Biologis Stress biologis yang berhubungan dengan respon neurobiologis maladaptife meliputi Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, 2) Stress lingkungan Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku. 3) Pemicu gejala Pemicu merupakan stimuli yang sering menimbulkan episode baru suatu penyakit, pemicu yang biasanya terdapat pada respons neurobiologis maladaptive yang berhubungan dengan kesehatan,lingkungan, sikap dan perilaku individu. 4) Sumber koping Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor. C. Tanda dan Gejala Seseorang yang mengalami halusinasi biasanya memperlihatkan gejala-gejala yang khas yaitu tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa ada suara, gerakan mata abnormal, respon verbal yang lambat, diam, bertindak seolah-alah dipenuhi sesuatu yang mengasikkan, peningkatan syaraf otonom yang menunjukan ansietas misalnya peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah, penyempitan kemampuan

konsentrasi, dipenuhi dengan pengalaman sensori, mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dan realita D. Pathofisiologi Menurut varcarolis (2006), halusinasi dapat didefinisikan sebagai terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat stimulus,pasien merasa ada stimulus yang sebetulnya tidak ada,pasien merasa ada suara padahal tidak ada stimulus suara,bisa juga berupa suarasuara bising dan mendengung,tetapi paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang mempengaruhi tinggkah laku klien, sehingga klien menghasilkan respon tertentu seperti bicara sendiri. E. pohon masalah Resiko menciderai sendiri dan orang lain Akibat F. Masalah utama Perubahan persepsi sensori : halusinasi Gangguan interaksi social : menarik diri Penyebab F. Pengkajian Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual. a. Pengumpulan data Identitas klien dan penanggung jawab, Alasan dirawat, Pemeriksaan fisik, Psikososial, Status mental, Kebutuhan persiapan pulang, Mekanisme koping, Pengetahuan, Aspek medik b. Daftar masalah Beberapa masalah keperawatan yang muncul pada klien dengan gangguan persepsi sensori:halusinasi adalah 1) Resiko tinggi prilaku kekerasan. 2) Perubahan persepsi sensori : halusinasi. 3) Kerusakan interaksi sosial - menarik diri.

G. Intervensi Menurut azizah, (2011) Rencana tindakan keperawatan dengan gangguan halusinasi adalah 1. Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan halusinasi pendengaran : a. Bina hubungan saling percaya b. Bantu klien mengenal halusinasi c. Bantu klien dengan mengontrol halusinasinya d. Diskusikan dengan keluarga (pada saat keluarga berkunjung) e. Beri program pengobatan secara optimal 2. Perubahan persepsi sensori : halusinasi berhubungan dengan menarik diri : a. Dapat membina hubungan saling percaya. b. Dapat menyebutkan penyebab menarik diri. c. Dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain. d. Dapat menyebutkan kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain. e. Dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap. f. Dapat mengungkapkan perasaanya setelah berhubungan dengan orang lain.

TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 7 Mei 2012, pukul 09.00 WIB pengkajian diperoleh dari anamnesa pasien, pemeriksaan fisik, dan data rekam medis: Identitas Klien Nama : Nn.Z, Umur : 21 tahun, Alamat : Karanganyar, Agama: Islam, Pendidikan : SLTP, Pekerjaan: Swasta, Tanggal Dirawat: 7 mei 2012, No. Register : 041059, Sumber informasi: Anamnesa klien dan rekam medis. B. Alasan masuk Sebelum masuk rumah sakit ± 2 minggu klien binggung, menyendiri, tertawa sendiri, sulit tidur, banyak melamun, klien dulu pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa 2x pada tahun 2010 dan 2011. Klien sekarang sering mendengar suara laki-laki yang ingin mengajak menikah dan menyuruh merusak barang-barang serta suara yang keluar dari tv (gelombang), klien merasa ada sesuatu yang berbeda, tidak mau bergaul dengan teman, pendiam, tidak senang mempunyai teman dikarenakan pernah di ejek dan temannya jahat. C. Diagnosa a. Resiko perilaku kekerasan (mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan) berhubungan dengan halusinasi pendengaran. b. Perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran berhubungan dengan menarik diri. c. Gangguan isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah. D. Implementasi a. Membina hubungan saling percaya b. Membantu klien mengenal halusinasi c. Membantu klien dengan mengontrol halusinasinya

d. Mendiskusikan dengan keluarga (pada saat keluarga berkunjung) e. Memberi program pengobatan secara optimal E. Evaluasi S : a. Klien masih mengingat nama perawat, Klien menjawab salam. b. Klien masih ingat dengan pembicaraan kemarin yaitu tentang isi, waktu dan frekuensi halusinasinya, dan cara mengontrol halusinasi yaitu berbincang-bincang sama teman yang lain. c. Klien mengatakan sudah melakukan cara mengontrol halusinasi dengan menghardik. O : a. Klien mau berjabat tangan, menjawab salam, ada kontak mata, tampak tenang, ceria dan tersenyum kepada perawat. b. Klien dapat menyebutkan kembali pembicaraan yang kemarin yaitu: menyebutkan halusinasinya. c. Klien dapat menyebutkan cara-cara mengontrol halusinasi dan dapat mendemonstrasikan. A : TUK 1, 2, 3, 4 tercapai. P : Intervensi dilanjutkan

HASIL A. Pengajian Hasil data yang didapat dalam pengkajian pada faktor predisposisi didapat klien pernah mengalami gangguan jiwa 2 tahun yang lalu dan melakukan rawat jalan dirumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta dengan hasil sembuh. ini sesuai dengan teori stuart (2007). faktor presipitasi diperoleh gangguan jiwa kambuh karena sering sendirian, sering melamun, pendiam, tidak mau bergaul dengan orang lain dan minum obat tidak teratur. B. Diagnose Menurut Stuart dan Sundeen (1999) yang dikutip oleh Nasution (2003), seseorang yang mengalami halusinasi biasanya memperlihatkan gejala-gejala yang khas yaitu klien bicara dan tertawa sendiri, bersikap seperti medengar sesuatu, disorientasi, konsentrasi rendah, pikiran berubah-ubah, kekacauan alur fikir, perilaku merusak diri dan orang lain tanda dan gejala yang muncul pada teori tetapi tidak ada dalam resume keperawatan adalah klien tertawa sendiri, disorientasi dan perilaku merusak diri sendiri dan orang lain. C. intervensi-implementasi Perencanaan pada TUK 1 dan TUK 2 tercapai karena klien percaya pada perawatan dan klien kooperatif. Kemudian penulis memutuskan untuk melanjutkan TUK berikutnya Perencanaan TUK 3 tercapai karena klien dapat melakukan cara mengontrol halusinasi, kemudian diputuskan untuk melanjutkan TUK berikutnya. Perencanaan TUK 4 tercapai karena klien dapat memahami dan dapat mengulangi kembali yang telah diduskusikan, hal ini disebabkan karena klien dirawat dirumah Sakit Jiwa berkali-kali dan klien mendapatkan perawatan yang baik.

D. Evaluasi Kriteria evaluasi semua tercapai karena klien dapat memahami dan dapat mengulang kembali dari apa yang telah didiskusikan bersama. Hal ini disebabkan karena klien sudah berkali-kali dirawat di Rumah Sakit Jiwa dan klien mendapatkan perawatan yang baik.

KESIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi ditemukan adanya perilaku menarik diri sehingga perlu dilakukan pendekatan secara terus menerus, membina hubungan saling percaya yang dapat menciptakan suasana terapeutik dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang diberikan. B. Saran a. Untuk Perawat Perawat hendaknya mampu membina hubungan saling percaya kepada klien dengan menggunakan komunikasi terapeutik b. Untuk Klien Hendaknya sering berlatih dan melaksanakan interaksi sosial secara bertahap, serta perlunya pemahaman keluarga tentang perawatan klien dengan perilaku kekerasan dirumah secara tepat agar klien selalu dapat berinteraksi dengan orang lain. c. Untuk Keluarga Keluarga hendaknya memperhatikan kondisi klien sehingga klien tidak merasa disendirikan, Keluarga hendaknya dapat bekerja sama dengan perawat sehingga mendukung kesembuhan klien d. Untuk Rumah sakit Banyak klien dirumah sakit jiwa yang jarang dikunjungi keluarga, hendaknya pihak rumah sakit melibatkan keluarga dalam proses perawatan klien dan meningkatkan kualitas pelayanan dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa

DAFTAR PUSTAKA Azizah, Lilik Ma rifahtul. 2011. Keperawatan Jiwa Amplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Graham Ilmu. Dalami, Ermawati. 2010. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Trans Info Media. Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Amplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan. Jakarta: Salemba Medika. Iyus, Yosep. 2007. Keperawatan Jiwa, Edisi 1. Jakarta : Refika Aditama. Iyus, Yosep. 2011. Keperawatan Jiwa, Edisi 4. Jakarta : Refika Aditama Keliat, Budi. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi2. Jakarta : EGC Kusumawati, Farida dan Yudi Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika. Maramis. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga. Riyadi, Sujono. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graham Ilmu. Stuart, Gail Wiscarz. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta. EGC.