BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Efi Irawati, 2015

dokumen-dokumen yang mirip
2016 ANALISIS KELAYAKAN BUKU TEKS KIMIA SMA/MA KELAS XI MATERI HIDROLISIS GARAM BERDASARKAN KRITERIA TAHAP SELEKSI DARI 4S TMD

2015 ANALISIS MATERI LAJU REAKSI PADA BUKU TEKS PELAJARAN SMA/MA KELAS XI DARI PERSPEKTIF 4S TMD PADA TAHAP SELEKSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Rika Novi Marantika, 2014 Profil Model Mental Siswa Pada Penentuan H Reaksi Penetralan Dengan Tdm-Iae

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meldalina Agustina Mare-Mare, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

DAFTAR PUSTAKA. Anwar, S. (2014). Pengembangan Bahan Ajar. Tidak diterbitkan, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ifah Silfianah, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA SMP PADA TEMA ENERGI DALAM TUBUH MENGGUNAKAN METODE 4S TMD

2015 PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) PRAKTIKUM INKUIRI TERBIMBING PADA PENENTUAN NILAI KALORI MAKANAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Desain. Produk. Revisi Produk. Produksi Massal

BAB III METODE PENELITIAN

2015 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA TERPADU PADA TEMA UDARA BERBASIS NILAI RELIGIUS MENGGUNAKAN 4 STEPS TEACHING MATERIAL DEVELOPMENT

Pengumpulan data. Produk: Bahan Ajar IPA Terpadu bertema Cuaca

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Tersedia online di EDUSAINS Website: EDUSAINS, 8 (2), 2016,

LKS XI MIA KELOMPOK :... ANGGOTA :

2015 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA TERPADU TEMA LAUT UNTUK SISWA SMP MELALUI FOUR STEPS TEACHING MATERIAL DEVELOPMENT

I. PENDAHULUAN. mata pelajaran kimia merupakan bagian ilmu sains di SMA/MA yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Kimia adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang zat, yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI PADA MATERI POKOK WUJUD ZAT SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BAWANG TAHUN AJARAN 2009/2010

TERMOKIMIA. VURI AYU SETYOWATI, S.T., M.Sc TEKNIK MESIN - ITATS

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) : SMA N 1 Mertoyudan

BAB I PENDAHULUAN. penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan

2015 REDESAIN KONTEN DAN PEDAGOGIK GENERIK MATERI REAKSI REDUKSI DAN OKSIDASI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala

BAB I PENDAHULUAN. dibuka secara elektronik melalui komputer sesuai dengan perkembangan teknologi

I. PENDAHULUAN. diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan,

I. PENDAHULUAN. beralasan apabila pendidikan harus mendapatkan perhatian yang cukup serius, lebihlebih. bagi kalangan pendidik maupun calon pendidik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai perkembangan aspek/dimensi kebutuhan masyarakat sekitar. Dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Dalam pengembangan strategi pembelajaran intertekstual pada materi

BAB III METODE PENELITIAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mochammad Ramdhani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Intan Fitriyani, 2014 Profil model mental siswa pada materi termokimia dengan menggunakan TIM_POE

PENGEMBANGAN COURSEWARE

Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan sebagai berikut, yaitu siswa mampu:

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siti Saadah Mulyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI DAN PENYEBABNYA PADA SISWA KELAS XI MIA SMA NEGERI 1 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 PADA MATERI POKOK STOIKIOMETRI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Analisis Kesalahan Konsep Siswa SMA pada Pokok Bahasan Kesetimbangan Kimia

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk menyamakan persepsi, maka diperlukan penjelasan tentang istilahistilah

BAB II KEGIATAN PPL. a. Persiapan di Universitas Negeri Yogyakarta 1) Orientasi Pembelajaran Mikro

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain masalah yang timbul dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 36 B. TUJUAN 36 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 36 D. UNSUR YANG TERLIBAT 36 E. REFERENSI 37 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 37

BAB I PENDAHULUAN. dan bertaqwa, bersikap mulia dan berpengetahuan yang sesuai dengan tujuan

BAB III METODE PENELITIAN

kimia KTSP & K-13 TERMOKIMIA I K e l a s A. HUKUM KEKEKALAN ENERGI TUJUAN PEMBELAJARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji kefektifan produk tersebut.

Kata kunci: bahan ajar berbasis masalah, PCK, kemampuan pemecahan masalah

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : Kimia (Peminatan Bidang MIPA)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

TERMOKIMIA. STANDART KOMPETENSI; 2. Memahami perubahan energi dalam kimia dan cara pengukuran. ENTALPI DAN PERUBAHANNYA

Aktif Belajar Kimia XI SMA & MA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Analisis Keterkaitan KI - KD dengan IPK dan Materi Pembelajaran. Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema. Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai Upaya Meningkatkan Science

54. Mata Pelajaran Kimia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS POTENSI LOKAL KERAJINAN GERABAH KASONGAN YOGYAKARTA PADA MATERI USAHA DAN ENERGI UNTUK SISWA SMA

BAB V KESIMPULAN, REKOMENDASI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian, temuan, dan pembahasan, diperoleh

BAB III METODE PENELITIAN. pengembangan (Research & Development). Menurut Sukmadinata (2009)

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai bagian dari ilmu sains, kimia merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan mata pelajaran biologi di Madrasah Aliyah (MA) adalah agar peserta didik

, 2015 PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH DI SD, SMP, DAN SMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nuraini S., 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. maupun dalam eksperimen yang direncanakan (Charles W. Keenan, Dunald. C. Kleinfelter dan Jasses H. Wood, 1996: 2).

BAB III HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA), salah satu materi dalam mata pelajaran kimia yang dianggap sulit dan abstrak adalah termokimia (Ayyıldız & Tarhan, 2012; Yalçinkaya, Taştan & Boz, 2009; Sirhan, 2007; Goedhart & Kaper, 2002). Pernyataan tersebut didukung oleh adanya fakta bahwa Indeks Kompetensi Siswa SMA/MA untuk materi ini, berdasarkan hasil Ujian Nasional (UN) tahun 2013 berada pada urutan ketiga terendah dengan nilai 59,58 (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan [Kemendikbud] Republik Indonesia [RI], 2013). Selain fakta tersebut, ditemukannya kesulitan dan miskonsepsi siswa sebagaimana di jurnal-jurnal dan skripsi-skripsi, juga merupakan suatu indikasi bahwa materi ini memang sulit. Sudah banyak penelitian, baik yang dilakukan di Indonesia maupun di negara-negara lain, yang berhasil mengungkap kesulitan dan miskonsepsi siswa pada materi ini. Beberapa hasil penelitian mengenai kesulitan tersebut di antaranya adalah bahwa (1) siswa sulit membedakan kalor dengan suhu (Yalçinkaya, Taştan & Boz, 2009; Niaz 2006; Kesidou & Duit, 1993), (2) siswa sulit mengidentifikasi sistem dan lingkungan pada reaksi yang berlangsung di dalam kalorimeter (Yalçinkaya, Taştan & Boz, 2009), dan (3) siswa sulit mengidentifikasi reaksi eksoterm dan endoterm (Yalçinkaya, Taştan & Boz, 2009; Inayah, 2003). Sementara itu, beberapa hasil penelitian mengenai miskonsepsi siswa menunjukkan bahwa (1) siswa menganggap entalpi pembentukan dan adalah dua hal yang sama (Yalçinkaya, Taştan & Boz, 2009), (2) siswa menganggap ikatan tunggal memiliki energi ikatan yang paling besar (Rosalyn, 2012), dan (3) siswa menganggap bahwa pemutusan ikatan merupakan proses eksoterm dan pembentukan ikatan merupakan proses endoterm (Yalçinkaya, Taştan & Boz, 2009). Kesulitan dan miskonsepsi yang dialami oleh siswa menghambat proses belajar selanjutnya (Darmana, Permanasari & Sunarya, 2013; Dahar, 2011;

2 Yalçinkaya, Taştan & Boz, 2009; Nakhleh, 1992). Oleh karena itu, penting untuk memahami materi termokimia terlebih dahulu sebelum mempelajari materi berikutnya. Selain sebagai konsep prasyarat dari materi lain seperti kesetimbangan kimia, konsep-konsep dalam materi termokimia juga penting dipahami karena sangat berhubungan erat dengan kehidupan sehari-hari. Dengan memahami termokimia, siswa akan mengerti mengapa ia merasa lemas ketika tidak memakan makanan, mengerti mengapa banyak orang memilih menggunakan LPG (Liquid Petroleum Gas) sebagai bahan bakar untuk memasak, mengerti mengapa gas asetilen digunakan dalam pengelasan, atau mengerti mengapa orang menggunakan bahan bakar minyak untuk sebuah mobil tetapi tidak menggunakannya untuk sebuah roket, dan ia akan mengerti banyak hal lainnya dalam kehidupan seharihari yang berhubungan dengan energi yang menyertai suatu proses kimia dan fisika, sehingga ia akan mengambil keputusan-keputusan yang tepat ketika menjadi bagian dari masyarakat di luar sekolah. Oleh sebab itu, kesulitan dan miskonsepsi siswa harus diatasi. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran ditentukan oleh kualitas dari masing-masing komponen yang terlibat di dalamnya, terutama pengajar (guru), pembelajar (siswa), dan bahan ajar (Anwar, 2014). Bahan ajar memiliki bermacam-macam bentuk. Salah satu bentuk bahan ajar yang banyak digunakan adalah buku teks cetak (textbook). Beberapa hasil penelitian yang menunjukkan banyaknya penggunaan buku teks cetak ini dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1. Hasil Penelitian Mengenai Penggunaan Buku Teks Cetak Negara Amerika Prancis Jerman Hasil Penelitian 96% kelas 9 12 menggunakan buku teks cetak pada mata pelajaran sains dan 59% dari sampel guru sains senasional mengindikasikan bahwa buku teks cetak memiliki pengaruh yang besar terhadap pembelajarannya. (Penelitian oleh National Science Teacher Association [NSTA] pada tahun 2003) Guru menggunakan buku teks cetak hampir di setiap pembelajarannya. (Penelitian oleh B. Pepin & L. Haggerty pada tahun 2003) 70% guru hampir selalu menggunakan buku teks cetak; 20% guru sering menggunakan buku teks cetak; 8% guru jarang menggunakan buku teks cetak; 2% guru tidak menggunakan buku teks cetak. (Penelitian oleh C. Sitte pada tahun 1999) (Swanepoel, 2010)

3 Saat ini, ketika teknologi sudah jauh lebih berkembang dan komputer bukan lagi merupakan hal yang langka di Indonesia, buku teks cetak masih digunakan dalam pembelajaran oleh hampir seluruh sekolah. Pernyataan ini didukung oleh hasil survei yang telah dilakukan peneliti pada Agustus 2014 terhadap SMA/MA negeri di Kota Bandung. Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa seluruh SMA/MA tersebut menggunakan buku teks cetak dalam pembelajaran kimia. Banyaknya penggunaan buku teks cetak dalam pembelajaran kemungkinan besar disebabkan oleh kelebihannya yang dapat digunakan oleh hampir semua siswa dari setiap kalangan ekonomi. Selain kelebihan tersebut, buku teks cetak juga memiliki kelebihan lain jika dibandingkan dengan buku teks elektronik (ebook), seperti yang ditunjukkan oleh hasil penelitian Hanho Jeong pada tahun 2012 bahwa siswa yang membaca buku teks cetak memiliki tingkat kelelahan mata (eye fatigue) yang lebih rendah dari pada yang membaca buku teks elektronik. Oleh karena itu, mereka lebih dapat berkonsentrasi dan memiliki pemahaman yang lebih tinggi dari pada mereka yang membaca buku teks elektronik. Ironisnya di Indonesia, banyak buku-buku teks mata pelajaran (cetak) yang keluasan materinya belum sesuai dengan kurikulum sehingga tidak sesuai dengan tingkat perkembangan siswa (Anwar, 2014). Beberapa hasil penelitian yang mendukung pernyataan tersebut di antaranya adalah hasil penelitian oleh Andriaty (2013) dan Eliyana (2010). Dalam penelitiannya terhadap tiga buku teks pelajaran biologi SMP, Andriaty (2013) menemukan bahwa umumnya ketiga buku tersebut belum sesuai dengan Kompetensi Dasar (KD) pada kurikulum yang berlaku. Hal ini terlihat dari 44 indikator yang diturunkan dari 6 KD, masih terdapat beberapa materi yang tidak muncul dan sesuai dengan indikator pembelajaran. Sementara itu Eliyana (2010) menemukan bahwa persentase kesesuaian isi buku teks pelajaran kimia SMA kelas X dari penerbit ER, WU, dan ES terhadap Standar Isi berturut-turut sebesar 80,91%, 78,78%, dan 89,75%. Artinya, di antara buku-buku tersebut, tidak ada yang memiliki persentase kesesuaian 100%. Selain tidak sesuai dengan kurikulum, buku-buku teks pelajaran siswa yang beredar juga banyak menuai kritik, terutama dalam hal menjelaskan konsep, termasuk penggunaan analogi, gambar, contoh, dan sebagainya (Anwar, 2014).

4 Pernyataan tersebut di dukung oleh hasil penelitian Metafisika pada tahun 2014. Terhadap materi kelarutan pada tiga buku teks kimia SMA, ia menemukan bahwa konsep-konsep pada ketiga buku tersebut banyak berpotensi miskonsepsi dan dideskripsikan dengan tidak tepat. Semenjak diberlakukannya kurikulum 2013 di Indonesia pada tahun 2013, beberapa penerbit mulai menerbitkan buku-buku teks pelajaran yang baru, yang isinya disesuaikan dengan kurikulum ini. Hal tersebut dikarenakan keberhasilan implementasi kurikulum ini, salah satunya ditentukan oleh kesesuaian isi buku teks dengan kurikulumnya (Kemendikbud RI, 2012). Pada tahun 2014, dengan menggunakan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), hampir setiap sekolah menyediakan buku teks pelajaran kurikulum 2013. Hasil survei yang telah dilakukan oleh peneliti, selain menunjukkan bahwa seluruh SMA/MA negeri di Kota Bandung menggunakan buku teks cetak dalam pembelajaran kimia, juga menunjukkan bahwa lebih dari setengah SMA/MA tersebut menyediakan buku Kimia untuk SMA/MA Kelas XI oleh penulis A penerbit B untuk digunakan siswanya. Berdasarkan hasil survei tersebut, maka penelitian untuk melihat kualitas buku ini menjadi perlu untuk dilakukan. Alasannya adalah karena buku ini merupakan buku yang paling berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar kimia dari banyak siswa SMA/MA di Kota Bandung. Sebenarnya, buku teks pelajaran yang beredar, sebelumnya sudah di seleksi terlebih dahulu oleh BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan). Dalam seleksi tersebut ada tiga komponen yang dinilai yaitu komponen isi, penyajian, dan bahasa. Akan tetapi, fakta masih ditemukannya masalah-masalah terkait isi buku teks pelajaran di lapangan, dapat menjadi suatu indikasi diperlukannya cara lain untuk menilai kualitas isi buku teks pelajaran. Kualitas isi buku teks pelajaran dapat dilihat dari pemenuhannya terhadap kriteria-kriteria isi buku teks pelajaran yang baik. Mengenai kriteria-kriteria tersebut, ada beberapa ahli yang berpendapat. Salah satunya adalah Sjaeful Anwar (2014). Hasil identifikasi terhadap tulisannya menunjukkan bahwa terdapat sebelas kriteria isi bahan ajar yang baik, yaitu: 1. Ruang lingkupnya didasarkan pada kurikulum yang berlaku; 2. Sesuai dengan perkembangan psikologis dan berpikir siswa;

5 3. Bermanfaat bagi siswa; 4. Sesuai dengan alokasi waktu yang ditetapkan dalam kurikulum; 5. Konsep-konsep di dalamnya merupakan konsep-konsep yang penting untuk dipahami siswa; 6. Konsep-konsep di dalamnya benar secara keilmuan; 7. Menanamkan nilai-nilai; 8. Urutan penyampaiannya tepat; 9. Terdapat peta konsep; 10. Mencangkup multiple representasi; 11. Mudah dipahami siswa. Berdasarkan kesebelas kriteria tersebut, ia merumuskan suatu metode pengolahan bahan ajar yang disebut 4S TMD (Four Steps Teaching Material Development). Empat tahap dalam metode tersebut ialah seleksi, strukturisasi, karakterisasi, dan reduksi (Anwar, 2014). Tahap seleksi dilakukan untuk memenuhi kriteria nomor satu sampai tujuh. Sementara, tahap strukturisasi dilakukan untuk memenuhi kriteria nomor delapan sampai sepuluh. Kemudian, tahap karakterisasi dan reduksi dilakukan untuk memenuhi kriteria nomor sebelas. Sebagai metode untuk menghasilkan isi bahan ajar yang ideal, metode ini juga berarti dapat digunakan untuk menganalisis isi buku teks pelajaran. Berdasarkan latar belakang inilah, maka penelitian dengan tema analisis materi termokimia pada buku teks pelajaran SMA kurikulum 2013 perlu dilakukan dari perspektif 4S TMD khususnya pada tahap seleksi. B. Identifikasi Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, masalah-masalah yang teridentifikasi adalah sebagai berikut: 1. Terdapat kesulitan dan miskonsepsi yang dialami siswa pada materi termokimia. Padahal, materi tersebut penting bagi siswa karena merupakan salah satu materi prasyarat untuk materi lain seperti kesetimbangan kimia. Selain sebagai prasyarat, materi ini juga penting karena bermanfaat bagi siswa di kehidupan sehari-harinya.

6 2. Terdapat buku-buku teks pelajaran yang beredar, yang isinya tidak sesuai dengan tuntutan kurikulum sehingga sulit dipahami siswa. Padahal, bahan ajar yang paling sering digunakan dalam pembelajaran adalah buku teks cetak; 3. Terdapat konsep-konsep yang belum benar secara keilmuan pada buku-buku teks pelajaran. Padahal, bahan ajar yang paling sering digunakan dalam pembelajaran adalah buku teks pelajaran; 4. Dengan diterapkannya kurikulum 2013, maka buku teks pelajaran yang digunakan diganti menjadi buku teks pelajaran kurikulum 2013. Kualitas buku kurikulum 2013 yang beredar belum banyak diteliti. Padahal, kualitas buku teks yang digunakan menunjang keberhasilan kurikulum tersebut. C. Pembatasan Masalah Penelitian Agar penelitian lebih terarah, maka masalah-masalah yang teridentifikasi pada poin sebelumnya dibatasi. Pembatasan-pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Materi termokimia yang dianalisis adalah yang ada dalam buku teks pelajaran Kimia untuk SMA/MA Kelas XI oleh penulis A penerbit B; 2. Analisis materi tersebut hanya dilakukan dari perspektif 4S TMD pada tahap seleksi, yaitu hanya menganalisis ruang lingkup (keluasan dan kedalaman) materi tersebut, kebenaran konsep-konsep, dan nilai-nilai yang ditanamkan di dalamnya. D. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan masalah yang sudah dibatasi pada poin sebelumnya, maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana kelayakan materi termokimia dalam buku teks pelajaran Kimia untuk SMA/MA Kelas XI oleh penulis A penerbit B dari perspektif 4S TMD pada tahap seleksi? Jika dijabarkan lagi menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebih khusus, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Bagaimana keluasan dan kedalaman materi termokimia dalam buku teks pelajaran Kimia untuk SMA/MA Kelas XI oleh penulis A penerbit B?

7 2. Bagaimana kebenaran konsep-konsep pada materi termokimia dalam buku teks pelajaran Kimia untuk SMA/MA Kelas XI oleh penulis A penerbit B? 3. Nilai-nilai apa saja yang ditanamkan pada materi termokimia dalam buku teks pelajaran Kimia untuk SMA/MA Kelas XI oleh penulis A penerbit B? E. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan materi termokimia dalam buku teks pelajaran Kimia untuk SMA/MA Kelas XI oleh penulis A penerbit B dari perspektif 4S TMD pada tahap seleksi. Secara lebih khusus, tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui keluasan dan kedalaman materi termokimia dalam buku teks pelajaran Kimia untuk SMA/MA Kelas XI oleh penulis A penerbit B. 2. Untuk mengetahui kebenaran konsep-konsep pada materi termokimia dalam buku teks pelajaran Kimia untuk SMA/MA Kelas XI oleh penulis A penerbit B. 3. Untuk mengetahui nilai-nilai yang ditanamkan pada materi termokimia dalam buku teks pelajaran Kimia untuk SMA/MA Kelas XI oleh penulis A penerbit B. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk: 1. Memberikan pertimbangan kepada guru dalam menentukan buku teks mata pelajaran kimia pegangan siswa. 2. Memberikan masukan mengenai ruang lingkup materi termokimia yang sesuai dengan kurikulum 2013 dan benar secara keilmuan, sehingga baik penulis buku maupun peneliti lain dapat mengembangkan bahan ajar materi termokimia yang lebih baik. G. Struktur Organisasi Skripsi Skripsi ini terdiri dari lima bab, daftar pustaka, dan lampiran-lampiran. Bab pertama yaitu pendahuluan. Di dalamnya berisi pemaparan latar belakang dilakukannya penelitian ini, kemudian identifikasi, pembatasan, dan rumusan masalah serta tujuan dan manfaat penelitian. Bab kedua yaitu kajian pustaka yang berisi teori-teori yang melandasi penelitian ini. Bab ketiga yaitu metode penelitian,

8 berisi definisi operasional, desain penelitian yang dipakai, alur, dan pengumpulan serta analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini. Bab keempat yaitu hasil dan pembahasan. Di dalamnya berisi penjelasan mengenai survei yang dilakukan untuk menentukan buku teks pelajaran yang dianalisis, pengembangan indikator pembelajaran (ranah kognitif) yang dilakukan, dan hasil analisis materi termokimia dalam buku teks pelajaran Kimia untuk SMA/MA Kelas XI oleh penulis A penerbit B, beserta pembahasannya. Bab kelima yaitu simpulan dan rekomendasi, berisi simpulan serta rekomendasi dari penelitian ini. Bagian selanjutnya adalah daftar pustaka. Bagian ini berisi daftar rujukan yang digunakan dalam penelitian. Terakhir yaitu bagian lampiran-lampiran. Di dalamnya berisi semua dokumen-dokumen yang terkait dengan bab empat dalam skripsi ini.