MENCIPTAKAN HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM

Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF

CATATAN IDE PROGRAM PENGEMBANGAN PENGURANGAN EMISI DI REPUBLIK DEMOKRATIK KONGO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Profil Wilayah Heart Of Borneo

KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB)

STANDAR BAKU BIAYA MAKSIMUM MEKANISME HIBAH KHUSUS

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas

Menuju Pembangunan Hijau Kabupaten Kutai Barat: Tantangan Deforestasi dan Peluang Mengatasinya

INDUSTRI PENGGUNA HARUS MEMBERSIHKAN RANTAI PASOKAN MEREKA

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar

FCPF CARBON FUND DAN STATUS NEGOSIASI TERKINI

LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI

West Kalimantan Community Carbon Pools

PROYEK KEMAKMURAN HIJAU

dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011

Konservasi dan Rehabilitasi Lahan dan Hutan Gambut di Area PT Hutan Amanah Lestari Barito Selatan dan Barito Timur

Governance Brief. Bagaimana masyarakat dapat dilibatkan dalam perencanaan tata ruang kabupaten? Penglaman dari Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur

Shared Resources Joint Solutions

I. PENDAHULUAN. kerja dan mendorong pengembangan wilayah dan petumbuhan ekonomi.

Pemerintah Republik Indonesia (Indonesia) dan Pemerintah Kerajaan Norwegia (Norwegia), (yang selanjutnya disebut sebagai "Para Peserta")

i:.l'11, SAMBUTAN PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR KOTAK... GLOSARI viii xii DAFTAR SINGKATAN ...

PENDAHULUAN. Foto : Kantor PPE Kalimantan. Foto : Rempah/ramuan obat - obatan. Foto : Bekantan - Kalimantan. Foto : Sungai Lesan - Berau

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi

RINGKASAN. Murung Raya STRATEGI PERTUMBUHAN EKONOMI HIJAU. Sektor terpilih untuk pertumbuhan. ekonomi hijau

OLEH: LALU ISKANDAR,SP DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN LOMBOK TENGAH

PENDAHULUAN Latar Belakang

Risalah Konsep. 31 Juli 2013

BAB 1. PENDAHULUAN. Kalimantan Tengah pada tahun 2005 diperkirakan mencapai 292 MtCO2e 1 yaitu

MAKSUD DAN TUJUAN. Melakukan dialog mengenai kebijakan perubahan iklim secara internasional, khususnya terkait REDD+

Pusat Penelitian Perubahan Iklim dan Kebijakan

Pidato kebijakan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhyono Bogor, 13 Juni 2012

KEBIJAKAN DAN PROSEDUR PENYALURAN HIBAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

LAPORAN VERIFIKASI DUGAAN PELANGGARAN MORATORIUM APP DI PT. MUTIARA SABUK KHATULISTIWA TIM VERIFIKASI

Menguji Rencana Pemenuhan Target Penurunan Emisi Indonesia 2020 dari Sektor Kehutanan dan Pemanfaatan Lahan Gambut

PERAN DINAS KEHUTANAN SEBAGAI MITRA UTAMA DDPI KALTIM

Kabar dari Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau

Panggilan untuk Usulan Badan Pelaksana Nasional Mekanisme Hibah Khusus untuk Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal Indonesia November 2014

PELAKSANAAN PARTICIPATORY MAPPING (PM) ATAU PEMETAAN PARTISIPATIF

FOKUS PROGRAM TFCA KALIMANTAN DI KABUPATEN BERAU (PKHB) DALAM RANGKA PENDANAAN HIBAH SIKLUS 3, 2015

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

Assalamu alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh, Salam Sejahtera Untuk Kita Semua,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Deforestasi merupakan penghilangan dan penggundulan hutan yang tidak

BAB I. PENDAHULUAN. beragam dari gunung hingga pantai, hutan sampai sabana, dan lainnya,

ALAM. Kawasan Suaka Alam: Kawasan Pelestarian Alam : 1. Cagar Alam. 2. Suaka Margasatwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. peradaban umat manusia di berbagai belahan dunia (Maryudi, 2015). Luas hutan

Bab 4 Menatap ke Depan: Perubahan Konteks Operasional

24 Oktober 2015, desa Sei Ahass, Kapuas, Kalimantan Tengah: Anak sekolah dalam kabut asap. Rante/Greenpeace

ABSTRAK DUKUNGAN AUSTRALIA DALAM PENANGGULANGAN DEFORESTASI HUTAN DI INDONESIA TAHUN

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF

Strategi dan Rencana Aksi Pengurangan Emisi GRK dan REDD di Provinsi Kalimantan Timur Menuju Pembangunan Ekonomi Hijau. Daddy Ruhiyat.

TFD IMPF III Ringkasan Co-chairs. Pekanbaru 5 8 Maret 2007

sumber pembangunan ekonomi dan sumber kehidupan masyarakat, tetapi juga sebagai pemelihara lingkungan global.

Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut

Kepala Bidang Perkebunan Berkelanjutan Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

Komite Penasihat Pemangku Kepentingan (SAC) terhadap Kebijakan Pengelolaan Hutan Keberlanjutan (SFMP 2.0) APRIL

Kajian Nilai Konservasi Tinggi Provinsi Kalimantan Tengah

SUMATERA BARAT, SEBAGAI JANTUNG SUMATERA UNTUK PERLINDUNGAN HUTAN MELALUI SKEMA HUTAN NAGARI DAN HKM, DAN KAITANNYA DENGAN SKEMA PENDANAAN KARBON

HUTAN HUJAN DAN LAHAN GAMBUT INDONESIA PENTING BAGI IKLIM, SATWA LIAR DAN MASYARAKAT HUTAN

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya sebagai modal dasar pembangunan nasional dengan. Menurut Dangler (1930) dalam Hardiwinoto (2005), hutan adalah suatu

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Sidang Pendadaran, 24 Desember 2016 Prodi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis ~VK

Forestry Options Launching, Feb 2007, p. 1

PERANAN BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN DALAM PEMBANGUNAN PLANOLOGI KEHUTANAN KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Hubert Forestier dan Truman Simanjuntak (1998, Hlm. 77), Indonesia

mendorong menemukan pasar untuk produk yang sudah ada dan mendukung spesies-spesies lokal yang menyimpan potensi ekonomi (Arifin et al. 2003).

Kepastian Pembiayaan dalam keberhasilan implementasi REDD+ di Indonesia

Dampak moratorium LoI pada hutan alam dan gambut Sumatra

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA RAPAT KOORDINASI PENANGANAN GANGGUAN USAHA PERKEBUNAN SERTA PENGENDALIAN KEBAKARAN KEBUN DAN LAHAN Hari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. kesempatan untuk tumbuhan mangrove beradaptasi (Noor dkk, 2006). Hutan

DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP. Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor

Pentingnya Pemaduserasian Pola Pengelolaan Sumber Daya Air

Avoided Deforestation & Resource Based Community Development Program

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang tinggi. Apabila dimanfaatkan secara bijaksana akan

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif

FOKUS PROGRAM TFCA KALIMANTAN DI KABUPATEN BERAU DALAM RANGKA PENDANAAN HIBAH SIKLUS 2, 2014

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

KERANGKA ACUAN PELAKSANAAN EVALUASI AKHIR PROGRAM MITRA TFCA- SUMATERA PADA SIKLUS HIBAH 1

HASIL DISKUSI KELOMPOK II

Program Dana Hibah Kecil Pengelolaan Wilayah Konservasi Masyarakat Adat atau Komunitas Lokal Indonesia (ICCA-Indonesia)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Masyarakat dalam Berbagai Thema Proyek Kemakmuran Hijau Jendela-2

Transkripsi:

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF LEMBAR FAKTA 2014 Praktek REDD+ yang Menginspirasi MENCIPTAKAN HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA RINGKASAN Apa Pengembangan kawasan konservasi masyarakat dan pengelolaan hutan berbasis masyarakat di desa-desa terpencil di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur, Indonesia Siapa» Dinas Kehutanan Kabupaten Kutai Barat» Kementerian Kehutanan» BAPPEDA Kutai Barat» Masyarakat adat dan komunitas lokal (IPLC)» Perusahaan penebangan hutan resmi, termasuk Sumalindo Unit II» WWF Indonesia Di mana Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur, Indonesia Kapan 2009 2013 Anggota Tim Proyek Arif Data Kusuma WWF-Indonesia akusuma@wwf.or.id Zulfira Warta WWF-Indonesia zwarta@wwf.or.id WWF-CANON / SIMON RAWLES RANGKUMAN Praktek REDD+ yang Menginspirasi ini mengeksplorasi pengembangan kawasan konservasi masyarakat dan pengelolaan hutan berbasis masyarakat di desa-desa terpencil di kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur, Indonesia. Di tengah tekanan kuat yang berasal dari pembangunan, deforestasi, dan kerangka hukum yang ada tidak jelas mengatur perlindungan hak-hak adat atas tanah, desa-desa yang ada di Kutai Barat bekerjasama dan meraih hasil yang menggembirakan dalam melindungi dan memperoleh pengakuan pemerintah terhadap penggunaan hutan mereka secara tradisional. KONTEKS Pulau Kalimantan adalah rumah bagi salah satu lanskap paling kaya keanekaragaman hayati di dunia. Terletak dalam Heart of Borneo sebuah kawasan kehidupan liar, terpencil di jantung pulau Kalimantan yang meliputi Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam - hutan hujan tropis kuno yang mendukung beragam kehidupan liar dan 14 dari 20 daerah tangkapan air yang memasok sungai-sungai utama di pulau itu. Setidaknya 11 juta penduduk asli Kalimantan/Borneo, termasuk satu juta penduduk asli Dayak yang tinggal di hutan, bergantung pada sumber daya hutan bagi kehidupan dan mata pencaharian mereka. 1

KETIKA MULAI MELAKSANAKAN REDD+ DI KUTAI BARAT PADA TAHUN 2010, WWF TIDAK HANYA BERTUJUAN MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT LOKAL DAN MASYARAKAT ADAT DI WILAYAH TERSEBUT UNTUK MEMANFAATKAN KERANGKA KERJA HUTAN DESA DAN HUTAN TANAMAN RAKYAT, TETAPI JUGA MENGEMBANGKAN KAWASAN KONSERVASI MASYARAKAT YANG SESUAI DENGAN KERANGKA KERJA INI DAN MELINDUNGI PENGGUNAAN LAHAN TRADISIONAL. Sumberdaya-sumberdaya alam tersebut, dan lanskap unik yang manaunginya saat ini menghilang dengan cepat. Indonesia sendiri kehilangan 1,17 juta hektar hutan per tahun karena penebangan kayu, pertambangan, dan penyebaran perkebunan kelapa sawit dan serat kertas yang tidak berkelanjutan. Tekanan-tekanan yang mendorong deforestasi sangat intens terutama di Kabupaten Kutai Barat, Dimana 2,4 juta hektar hutan tropis yang rapat masih tetap utuh sedangkan hampir separuh lahan telah dialokasikan untuk pembangunan melalui konsesi yang diberikan pemerintah. Penduduk lokal dan asli di kabupaten ini tidak memiliki alternatif dalam menghadapi tekanan-tekanan tersebut, karena hak adat mereka atas tanah tersebut tidak memiliki kekuatan yang sama dengan dengan peraturan dan konsesi yang dikeluarkan pemerintah. Pada sebagian masyarakat, lahan yang digunakan untuk praktek-praktek tradisional, seperti berburu, resapan air atau pengumpulan bahan makanan alami dan tanaman obat, tumpang tindih dengan wilayah konsesi yang ada. Munculnya desa-desa dan pemukiman baru dengan batas-batas yang kurang jelas menambah lapisan kompleksitas. Dengan begitu banyaknya pemanfaatan dan klaim atas tanah yang tumpang tindih, pelaksanaan peraturan pemerintah yang adil dan konsisten merupakan tantangan yang berkelanjutan. Meskipun menghadapi berbagai macam kesulitan tersebut, Indonesia mengambil langkah-langkah untuk menemukan jalur yang lebih berkelanjutan bagi pembangunan di kawasan Heart of Borneo. Di antara inisiatif-inisiatif yang lain, Indonesia telah membentuk dua kategori yang diakui secara hukum untuk pengelolaan hutan berbasis masyarakat dan pemanfaatan berkelanjutan, yang dikenal sebagai Hutan Desa dan Hutan Tanaman Rakyat. Ketika mulai melaksanakan REDD + di Kutai Barat pada tahun 2010, WWF tidak hanya memiliki tujuan memberdayakan penduduk lokal dan asli di wilayah tersebut untuk memanfaatkan kerangka kerja Hutan Desa dan Hutan Tanaman Rakyat, tetapi juga mengembangkan kawasan konservasi masyarakat yang sesuai dengan kerangka kerja dan melindungi penggunaan lahan tradisional. WWF-CANON / SIMON RAWLES 2

PEMANGKU PEMANGKU LANGSUNG TERLIBAT DALAM DESAIN PROYEK, PEMBUATAN KEPUTUSAN, DAN MENERIMA MANFAAT n Dinas Kehutanan Kabupaten Kutai Barat n Kementerian Kehutanan n BAPPEDA Kutai Barat n Penduduk asli dan komunitas lokal (IPLC) n Perusahaan penebangan kayu resmi, termasuk Sumalindo Unit II n WWF Indonesia PEMANGKU STRATEGIS MENYEDIAKAN MATERIAL, TENAGA AHLI, DAN SUMBER DAYA LAINNYA n Badan Pembangunan dan Kerja Sama Norwegia (NORAD) n Fasilitas Kemitraan Karbon Hutan (FCPF) PEMANGKU TIDAK LANGSUNG MEMPENGARUHI PRAKTEK TANPA TERLIBAT LANGSUNG n Organisasi-organisasi kemasyarakatan PERUBAHAN YANG DIHARAPKAN n Mendirikan pengelolaan hutan berkelanjutan berbasis masyarakat melalui pengakuan dan endorsement hutan masyarakat dengan hukum formal Indonesia; n Memberdayakan masyarakat untuk memperoleh pengakuan formal atas penggunaan lahan mereka secara tradisional melalui penunjukan Kawasan Konservasi Masyarakat (CCA); n Membangun dasar untuk manfaat ekonomi dan pembagian manfaat di antara masyarakat, pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya TIMELINE PENGEMBANGAN PROYEK 2009: Indonesia mengembangkan sebuah Rencana Aksi Nasional untuk Penanganan Perubahan Iklim, melibatkan diri dalam REDD+ dan membangun Heart of Borneo dan, dengan itu, Kutai Barat sebagai kawasan strategis nasional. 2010: Capacity-building masyarakat, pemetaan dan inventarisasi sumber daya hutan dimulai dengan pembentukan kantor WWF Kutai Barat. PEMANGKU LANGSUNG PEMANGKU STRATEGIS PEMANGKU TIDAK LANGSUNG 2011: Pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat menandatangani perjanjian pertukaran hutang-untuk alam yang menghasilkan investasi sebesar USD 28,5 juta untuk membantu melindungi hutan Kalimantan, dengan Kutai Barat sebagai salah satu dari tiga kabupaten prioritas. 2011: Selama beberapa bulan, zonasi partisipatif masyarakat dan perencanaan penggunaan lahan dilaksanakan di Kutai Barat melalui pertemuan, lokakarya dan pelatihan di lapangan. Berbekal alat-alat baru dan pengetahuan partisipatif, penduduk desa mulai mengidentifikasi batas-batas komunitas, daerah yang penting secara sejarah dan budaya, dan potensi konflik penggunaan lahan dengan beberapa komunitas tetangga. Sebagai 3

MASYARAKAT MERUPAKAN HAL YANG SANGAT PENTING UNTUK KONSERVASI HUTAN. MELINDUNGI HUTAN DAN PEMANFAATANNYA SECARA TRADISIONAL DI ANTARA MASYARAKAT LOKAL DAN ADAT MENGHARUSKAN ANGGOTA MASYARAKAT BEKERJA SAMA, DAN BAHWA MEREKA MENCARI BANTUAN DARI ORANG LAIN YANG MEMILIKI TERHADAP MASA DEPAN HUTAN. hasilnya, empat desa berhasil mengklaim Kawasan Konservasi Masyarakat yang dapat melestarikan pemanfaatan hutan secara tradisional. 2011: Pada awal Oktober, Kementerian Kehutanan merekomendasikan 41.125 hektar hutan yang terdistribusi di antara 14 desa, sebagai kawasan Hutan Desa. 2011: Dari Oktober hingga Desember, WWF bekerja sama dengan penduduk desa di Long Pahangai I & II, Linggang Melapeh, Long Tuyo dan Long Isun untuk menyusun rancangan peraturan yang mencari perlindungan hukum bagi Kawasan Konservasi Masyarakat dan kegiatan pengelolaan; enam rancangan peraturan disetujui dan diadopsi. 2011: Pada bulan November, desa Long Pahangai mengambil bagian dalam pelatihan untuk meningkatkan kapasitas pengelolaan Kawasan Konservasi Masyarakatnya, mengeksplorasi topik-topik yang mencakup bagaimana membangun pembangkit listrik tenaga hidro mikro berbasis masyarakat, menyiapkan mekanisme untuk pembayaran dan penyampaian pelayanan, dan mempertahankan pembangkit listrik ini. 2012: Pada bulan Desember, pemerintah Indonesia menyetujui proposal untuk membagi Kabupaten Kutai Barat, yang menciptakan kabupaten baru Mahakam Ulu. 2013: Kabupaten Kutai Barat mengakui 96 hektar untuk Kawasan Konservasi Masyarakat di desa Linggang Melapeh adat. 2013: Konsesi perusahaan penebangan kayu Sumalindo Unit II melepaskan 450.000 hektar lahan konsesi untuk area Kawasan Konservasi Masyarakat Batu Majang yang sebelumnya tidak direncanakan sebagai Hutan Desa. WWF-CANON / ALAIN COMPOST PRESTASI n PencapaianWWF bekerjasama dengan pemerintah daerah dalam mengusulkan penetapan 41.125 hektar hutan tropis menjadi Hutan Desa, dan sekitar 10.000 hektar tambahan sebagai Hutan Tanaman Rakyat. n Setidaknya empat kelompok masyarakat telah mengidentifikasi dan mengusulkan Kawasan Konservasi Masyarakat (Community Conservation Area/CCA) yang mencerminkan dan melindungi pemanfaatan lahan tradisional mereka. Penduduk desa diberdayakan untuk menentukan wilayah-wilayah untuk pengelolaan masyarakat dan konservasi serta, dalam beberapa kasus, membentuk beberapa kesepakatan baru dengan perusahaan pemegang konsesi untuk memastikan keberlanjutan akses ke daerah-daerah tersebut. n Lima komunitas telah menyusun rancangan peraturan guna mempertahankan dan mendapatkan pengakuan pemerintah untuk Kawasan Konservasi Masyarakat mereka sendiri. Peraturan-peraturan tersebut merupakan langkah penting pertama dalam memperoleh status hukum untuk Kawasan Konservasi Masyarakat. 4

TANTANGAN n Kepemilikan tanah dan pengakuan hak-hak adat tetap merupakan masalah di Kutai Barat karena adanya konflik politik, pemerintahan yang lemah, dan keterbatasan kerangka hukum yang ada. Upaya untuk memperoleh lisensi dan persetujuan hutan masyarakat sering terlambat, atau bahkan gagal, karena Kementerian Kehutanan belum melihat pengelolaan hutan masyarakat sebagai pendekatan yang efektif untuk meningkatkan keberlanjutan di dalam sektor kehutanan. Upaya untuk mendapatkan dukungan dan pengakuan Kawasan Konservasi Masyarakat telah terbukti sulit, khususnya karena tumpang tindih dengan konsesi kayu atau lahan hutan non-negara, karena kurangnya pengakuan hukum bagi daerah-daerah ini. n Perubahan politik, seperti pemisahan wilayah yang telah disetujui menjadi Kabupaten Kutai Barat dan Mahakam Ulu, telah menghambat kemajuan. Pemisahan tersebut telah memperlambat kajian dan persetujuan untuk perijinan dan membuat kabupaten yang baru sebagai sebuah wilayah yang kritis, karena terletak di kawasan strategis dalam Heart of Borneo sehingga berada dalam keadaan sementara tanpa infrastruktur atau peraturan pemerintahan yang mendukung pemanfaatan hutan secara berkelanjutan. Persetujuan atas konsesi-konsesi baru di kawasan ini juga mengancam upaya dalam menetapkan hutan masyarakat dan Kawasan Konservasi Masyarakat. n Unsur-unsur dan alat-alat dari REDD+ tertentu, seperti Persetujuan Atas Dasar Informasi Awal Tanpa Paksaan dan mekanisme distribusi manfaat, merupakan hal baru untuk Indonesia dan sistem hukum di Indonesia, dan keraguan tentang hal-hal t tersebut masih kuat. WWF-CANON / SIMON RAWLES 5

100% DAUR ULANG PELAJARAN YANG DIPEROLEH n Masyarakat berperan sangat penting dalam konservasi hutan. Melindungi hutan dan pemanfaatannya secara tradisional diantara penduduk asli dan adat mengharuskan mereka untuk bekerjasama, dan mencari bantuan dari anggota masyarakat lain yang memiliki kepentingan terhadap masa depan hutan. Ketika anggota masyarakat mengetahui keterbatasan dukungan untuk Kawasan Konservasi Masyarakat yang diusulkan karena tidak ada pengakuan hukum mereka mencari kemitraan dengan beberapa lembaga pemerintah daerah dan perusahaan pemegang konsesi agar mendukung konsep Kawasan Konservasi Masyarakat dengan berbagai cara alternatif. n Membangun di atas kerangka hukum yang sudah ada, beragam kemitraan kunci dan pedoman pemerintah dari tingkat yang lebih tinggi membuat inisiatif berbasis masyarakat lebih efektif. Penduduk asli Kutai Barat dan masyarakat setempat memperoleh pengakuan dan dukungan yang lebih besar ketika menggunakan model hutan kemasyarakatan yang telah diakui, yaitu Hutan Desa dan Hutan Tanaman Rakyat untuk menentukan, melindungi dan mengelola tanah mereka. Mereka juga berhasil dalam mempertahankan hak-haknya melalui penggunaan peraturan desa, yang merupakan alat yang kuat dan mengikat di tingkat kabupaten. n Pengelolaan hutan berbasis masyarakat membuka jalan untuk pembagian manfaat yang adil. Berbagai proses yang terjadi dalam penetapan dan klaim Kawasan Konservasi Masyarakat dapat berfungsi sebagai dasar mekanisme pembagian manfaat yang akan meningkatkan taraf kehidupan di antara penduduk asli dan masyarakat Kutai Barat. Kawasan Konservasi Masyarakat muncul dari dialog antara anggota masyarakat tentang sejarah dan nilai tradisional tanah dan visi masa depan mereka, serta beragam dialog tersebut membantu anggota masyarakat menemukan kesamaan dan kebanggaan masyarakat. Membangun pemahaman dan visi bersama memberdayakan komunitas untuk terlibat secara lebih efektif dengan pemerintah dan sektor swasta, yang pada gilirannya dapat mengurangi marjinalisasi dan menghentikan perambahan hutan. / wwf / wwfforestcarbon WWF Registered Trademark Owner 1986, WWF-World Wide Fund for Nature (formerly World Wildlife Fund), Gland, Switzerland cara-cara yang transformasional. untuk manusia, iklim, dan keanekaragaman hayati dengan www.panda.org/forestclimate dengan pembangunan ekonomi hijau yang memberikan manfaat To stop the degradation of the planet s natural environment and to build a future in which humans live in harmony with nature. konservasi hutan-hutan tropis sebagai simpanan karbon dicapai Why we are here VISI KAMI Program Hutan dan Iklim berusaha untuk memastikan bahwa Foto dan gambar WWF atau digunakan dengan ijin. Teks tersedia dengan lisensi Creative Commons. MENCIPTAKAN HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA FORESTCLIMATE@WWF.PANDA.ORG PANDA.ORG/FORESTCLIMATE 6