ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PENERAPAN METODE BASIS DAN SHIFT-SHARE DALAM MENGATASI TINGKAT DISPARITAS PENDAPATAN ANTAR WILAYAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena

III. METODE PENELITIAN

HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY

Analisis Pengaruh Marketing Mix Terhadap Kepuasan Konsumen Sepeda Motor

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri

Fiskal vs Moneter Kebijakan Mana Yang Lebih Effektif?

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

Hubungan Layanan Informasi Dengan Kreativitas Belajar Siswa

Liston Hasiholan 1) dan Sudradjat 2)

PERKIRAAN WAKTU PELAKSANAAN PROYEK PENINGKATAN JARINGAN DAERAH RAWA BERDASARKAN PERKIRAAN BIAYA DAN LUAS AREAL LAYANAN IRIGASI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya komponen listrik motor yang akan diganti berdasarkan Renewing Free

Contoh Proposal Skripsi Makalahmudah.blogspot.com

PENGARUH KEPEMIMPINAN DOSEN DAN KEMAMPUAN PRAKTIKUM TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MATAKULIAH FISIKA MODERN

ANALISA PENGARUH SISTEM MANAJEMEN TQC TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN PRODUK (STUDI KASUS PADA PT. SINAR KAYU ABADI SURABAYA)

BAB IV ANALISIS DATA. analisis paired sample T-test yaitu Ada atau tidaknya Pengaruh Terapi Rational

BAB 3 SEJARAH SINGKAT BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) 3.1 Sejarah Badan Pusat Statistik (BPS) di Indonesia

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan verifikatif.

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. menggunakan kuesioner sebagai teknik pokok. Penelitian yang bersifat

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PENERIMA BEASISWA MAHASISWA KURANG MAMPU PADA STMIK BUDIDARMA MEDAN MENERAPKAN METODE PROFILE MATCHING

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

I Wayan Teresna 1, Djoko Suhantono 1. Bali,Phone : , Fax: Abstrak

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENERAPAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) DALAM MENENTUKAN PENDIRIAN LOKASI GRAMEDIA DI SUMATERA UTARA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI nomor 10 Tahun 1998:

PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR

BAB IV ANALISIS HUBUNGAN UMPAN BALIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 9 BATANG

Dan koefisien korelasi parsial antara Y, X 2 apabila X 1 dianggap tetap, dinyatakan sebagai r y 2.1 rumusnya sebagai berikut:

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi.

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 8 BANDA ACEH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGARUH KINERJA KEPALA DESA TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI KERJA PERANGKAT DESA. (Studi pada Desa Sumbergede Kec. Sekampung Kab.

Pengembangan instrumen penilaian kemampuan berfikir kritis pada pembelajaran fisika SMA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Asosiatif dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,

ANALISIS DINAMIK ANTARA KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM WAKTU KONTINU

JURNAL ANALISIS STRUKTUR BIAYA DAN EFISIENSI PADA AGROINDUSTRI BAWANG GORENG UD. SRI REJEKI DI KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH

PENGARUH MODEL PRODUK TERHADAP TINGKAT VOLUME PENJUALAN Studi Kasus Pada Telepon Selular Merek Nokia Pada PT. Bimasakti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

APLIKASI PENGELOLAAN DATA KERJA PRAKTEK MAHASISWA (STUDI KASUS: FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS SEMARANG)

III. METODE PENELITIAN. ilmiah, apabila penelitian tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.

PENGARUH CONTRACTING CONTINYU SEBUAH PENDEKATAN BEHAVIORISTIK DALAM MENINGKATKAN SELF AWARNES

98 Jurnal Fisika Edukasi (JFE) Vol.2 No.2 Oktober 2015

ANALISIS PENGARUH HARGA JUAL DAN SALURAN DISTRIBUSI TERHADAP VOLUME PENJUALAN AYAM POTONG DI UD. SUPPLIER DAGING AYAM KOTA TANGERANG

PENGARUH UPAH DAN JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KARYAWAN (Studi Kasus Pada PT. Catur Wangsa Indah Tasikmalaya) NINUK YOSIANA

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016

B. Konsep dan Variabel Penelitian BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Pendekatan penelitian yang digunakan penulis adalah

Penerapan Metode Saw Dalam Menentukan Juara Dance Sekolah Menengah Pertama

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA DAN INFLASI TERHADAP JUMLAH TABUNGAN SIMPEDA PADA PT BANK SUMUT KANTOR CABANG MEDAN ISKANDAR MUDA PERIODE 2011 s/d 2013

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang

KEMAMPUAN MENGELOLA KOPERASI DAN MOTIVASI PIMPINAN SEBAGAI UPAYA KEBERHASILAN USAHA PADA KOPERASI SEKAR KARTINI JEMBER

BAB II Tinjauan Teoritis

The Production Process and Cost (I)

BAB III REGERSI COX PROPORTIONAL HAZARD. hidup salahsatunyaadalah Regresi Proportional Hazard. Analisis

EVALUASI DANA PENSIUN DENGAN METODE BENEFIT PRORATE CONSTANT PERCENT. Abstrak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pokok yang harus diperhatikan yaitu dilaksanakan secara sistematis,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH?

PENGUKURAN RELIABILITAS DAN VALIDITAS SOAL MATEMATIKA BIDANG TEKNIK UNTUK TES MASUK CALON MAHASISWA BARU POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam

BAB. III METODE PENELITIAN. A.Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

MAKALAH SABUK ELEMEN MESIN

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan asosiatif simetris, yaitu hubungan yang bersifat sebab-akibat yang

APLIKASI SISTEM INFERENSI FUZZY METODE SUGENO DALAM MEMPERKIRAKAN PRODUKSI AIR MINERAL DALAM KEMASAN

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

BAB III RANCANGAN PENELITIAN. tujuan utama yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk memperoleh

Komponen Struktur Tekan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif dengan analisa

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN MANAJEMEN DIRI DENGAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 6 KOTA JAMBI

Pengaruh Total Quality Management Terhadap Kualitas Produk Pada CV DUA SINGA Banyuwangi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. hasil. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002:136) metode penelitian

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 89 TAHUN 2013 TENTANG PANDUAN RANCANG KOTA KORIDOR CILEDUG

BAB III METODE PENELITIAN

langsung dilokasi obyek penelitian yang berkaitan dengan kegiatan yang Teknik ini dipergunakan untuk memperoleh data tentang jumlah karyawan di

PERHITUNGAN DANA PENSIUN DENGAN METODE PROJECTED UNIT CREDIT DAN INDIVIDUAL LEVEL PREMIUM

IV. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11

BAB III EKSPEKTASI BANYAKNYA PENGGANTIAN KOMPONEN LISTRIK MOTOR BERDASARKAN FREE REPLACEMENT WARRANTY DUA DIMENSI

Angga Setiawan 1, Saripin 2, Ni Putu Nita Wijayanti 3 No. HP.

EFISIENSI RELATIF DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) (STUDI KASUS : Bank BRI Syariah DI JAWA)

HAND OUT STATISTIK NON PARAMETRIK

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA RATA RATA TABUNGAN BANK PERSERO DAN INFLASI TERHADAP JUMLAH DANA TABUNGAN PADA BANK PERSERO (BANK BUMN) PERIODE

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal PENGARUH MUTU PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP KEPATUHAN BEROBAT PASIEN KUSTA DI PUSKESMAS KOTA PALU ABSTRAK

ANALISIS TAHAN HIDUP DATA TERSENSOR TIPE II MENGGUNAKAN MODEL DISTRIBUSI WEIBULL PADA PENDERITA HEPATITIS C

IPEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun lokasi penelitian ini adalah Madrasah Hifzhil. Yayasan Islamic Centre Medan yang terletak di Jl.

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK

Gambar 4.3. Gambar 44

EVALUASI STUDI TARIKAN PERGERAKAN TERHADAP KINERJA RUAS JALAN DAN PENATAAN AREA PARKIR DI KAWASAN PASAR FLAMBOYAN KOTA PONTIANAK

Transkripsi:

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM AZHAR, SYARIFAH LIES FUAIDAH DAN M. NASIR ABDUSSAMAD Juusan Sosial Ekonomi Petanian, Fakultas Petanian Univesitas Syiah Kuala - Banda Aceh ABSTRACT The study was conducted to identify basic sectos and non basics, and to identify the gowth of basic and non basic secto fom 1992 2001 in the Povinsi Nanggoe Aceh Daussalam. The data wee collected fom Badan Pusat Statistik (BPS) and othes published liteatues egading to this study. Location Quotient () and Compounding Facto Analyses wee applied in the study. The esults of the study shows that fom nine sectos it was known that mines sectos, pocessing industy and agicultue secto ae the basic sectos. Meanwhile, othes sectos ae the non basic sectos. In addition, the study evealed that the gowth of the basic and the non basic sectos fom 1992 2001 ae fluctuated. PENDAHULUAN Pembangunan daeah meupakan bagian integal dai pembangunan nasional. Pembangunan daeah lebih ditujukan pada uusan peningkatan kualitas masyaakat, petumbuhan ekonomi dan pemeataan ekonomi yang optimal, peluasan tenaga keja, dan peningkatan taaf hidup masyaakat. Petumbuhan ekonomi diatikan sebagai kenaikan PDB/PNB tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besa atau lebih kecil dai tingkat petumbuhan penduduk atau apakah peubahan stuktu ekonomi tejadi atau tidak. Petumbuhan ekonomi meupakan suatu ukuan utama kebehasilan dai pembangunan yang dilaksanakan. Petumbuhan haus bejalan secaa bedampingan dan beencana, mengupayakan teciptanya pemeataan kesempatan dan pembagian hasil-hasil pembangunan yang lebih meata. Dengan demikian maka suatu daeah yang kuang poduktif dan tetinggal akan menjadi poduktif dan bekembang yang akhinya mempecepat poses petumbuhan itu sendii. Key Wods: Basic Secto and Non Basic Secto Analysis *) I. Azha, M.Sc., I. Syaifah Lies Fuaidah, M.Si. dan I. M. Nasi Abdussamad, M.Si. adalah Staf Pengaja Fakultas Petanian Univesitas Syiah Kuala, Daussalam Banda Aceh. 1

Menuut Asyad (1999) ada pebedaan antaa pembangunan ekonomi dan petumbuhan ekonomi. Paa paka ekonomi sepeti kaum Mekantilisme, klasik sampai Keynes membedakan kedua pengetian tesebut yaitu : (a) peningkatan pendapatan pe kapita masyaakat yaitu tingkat petumbuhan PDB/PNB pada suatu tahun tetentu dikuangi dengan tingkat petumbuhan penduduk, dan (b) pekembangan PDB/PNB yang tejadi dalam suatu negaa diikuti oleh peombakan dan medenisasi stuktu ekonominya (tansfomasi ekonomi). Dalam angka melihat fluktuasi petumbuhan ekonomi tesebut secaa iil dai tahun ke tahun akan telihat melalui Poduk Domestik Regional Buto (PDRB) atau indeks haga konsumen secaa bekala, yaitu petumbuhan yang positif akan menunjukkan adanya peningkatan peekonomian, sebaliknya apabila negatif akan menunjukkan penuunan peekonomian. Poduk Domestik Regional Buto (PDRB) di Indonesia pada dasanya tedii dai 9 (sembilan) sekto, yaitu sekto petanian, petambangan dan penggalian, industi pengolahan, listik dan ai minum, bangunan, pedagangan, hotel dan estoan, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, pesewaan dan jasa peusahaan seta jasa-jasa. Bagi Povinsi Nanggoe Aceh Daussalam, tedapat tiga sekto yang dapat menyumbangkan PDRB dalam jumlah besa yaitu sekto petambangan dan penggalian, sekto industi pengolahan dan sekto petanian. Konstibusi sekto petambangan dan penggalian seta sekto industi pengolahan mengalami kenaikan dan penuunan atau befluktuasi setiap tahunnya, sedangkan sekto petanian mengalami peningkatan dai Rp 950.532 juta upiah pada tahun 1992, menjadi Rp 2.535.751 juta upiah pada tahun 2001 (BPS, 2001). Pengetian sekto basis (sekto unggulan) pada dasanya haus dikaitkan dengan suatu bentuk pebandingan, baik itu pebandingan beskala intenasional, egional maupun nasional. Dalam kaitannya dengan lingkup intenasional, suatu sekto dikatakan unggul jika sekto tesebut mampu besaing dengan sekto yang sama dengan negaa lain. Sedangkan dengan lingkup nasional, suatu sekto dapat dikategoikan sebagai sekto unggulan apabila sekto di wilayah tetentu mampu besaing dengan sekto yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain di pasa nasional atau domestik (Wijaya, 1996). Apabila sekto tesebut menjadi sekto basis (unggulan) sekto tesebut haus mengekspo poduknya ke daeah lain, sebaliknya apabila sekto tesebut menjadi sekto non basis (bukan unggulan) sekto tesebut haus mengimpo poduk sekto tesebut ke daeah lain. 2

Douglas C. Noth dalam Asyad (1999) menyatakan bahwa sekto ekspo bepean penting dalam pembangunan daeah, kaena sekto tesebut dapat membeikan konstibusi penting kepada peekonomian daeah, yaitu : (a) ekspo akan secaa langsung meningkatkan pendapatan fakto-fakto poduksi dan pendapatan daeah, dan (b) pekembangan ekspo akan menciptakan pemintaan tehadap poduksi industi lokal yaitu industi yang poduknya dipakai untuk melayani pasa di daeah. Petumbuhan suatu daeah ditentukan oleh eksploitasi kemanfaatan alamiah dan petumbuhan basis ekspo daeah yang besangkutan. Teoi basis ekonomi menyatakan bahwa fakto penentu utama petumbuhan ekonomi suatu daeah adalah behubungan langsung dengan tingkat pemintaan akan baang dan jasa dai lua daeah. Petumbuhan industiindusti yang menggunakan sumbedaya lokal, temasuk tenaga keja dan bahan baku untuk diekspo, akan menghasilkan kekayaan daeah dan penciptaan peluang keja. Caa pengukuannya bisa dilakukan dengan membandingkan haga pe unit, tingkat teknologi yang digunakan, nilai tambah yang dihasilkan, kualitas poduk dan lain-lain. Dai kegiatan ini tentunya sangat dipelukan untuk dilakukan pemilihan pengembangan sekto usaha apa yang penting untuk dikembangkan di Nanggoe Aceh Daussalam. Dipelukan sumbe pembiayaan yang cukup untuk mengembangkan sekto unggulan yang sudah ditetapkan untuk dilaksanakan. Telebih lagi dengan kisis ekonomi yang melanda Indonesia petengahan tahun 1997 dan kondisi keamanan yang kuang kondusif di Povinsi Nanggoe Aceh Daussalam khususnya tentunya hal ini akan mengganggu encana pengembangan sekto basis (sekto unggulan) teutama yang bekaitan dengan pembiayaan atau investasi untuk mengembangkan sekto basis (sekto unggulan) yang sudah ditetapkan dalam pengembangan daeah. Penelitian ini betujuan untuk mengetahui : (1) sekto-sekto apa yang menjadi sekto basis dan sekto non basis di Povinsi Nanggoe Aceh Daussalam. (2) bagaimana laju petumbuhan dai sekto basis dan sekto non basis dai tahun ke tahun di Povinsi Nanggoe Aceh Daussalam. METODOLOGI Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian meliputi PNB (Poduk Nasional Buto) dan PDRB (Poduk Domestik Regional Buto) Povinsi Nanggoe Aceh Daussalam dengan vaiabel yang dikaji adalah total poduksi yang dihasilkan dai setiap sekto yang dihitung dalam jutaan upiah, yaitu meliputi: (a) Sekto petanian; (b) Sekto Petambangan dan Penggalian; (c) Sekto 3

Industi Pengolahan; (d) Sekto Listik dan Ai Minum; (e) Sekto Bangunan; (f) Sekto Pedagangan, Hotel dan Restoan; (g) Sekto Pengangkutan dan Komunikasi; (h) Sekto Keuangan, Pesewaan dan Jasa Peusahaan; (i) Sekto Jasa-jasa Data Penelitian Penelitian ini menggunakan data time seies (1992 2001) yang dipeoleh dai Badan Pusat Statistik (BPS) seta data-data yang dipublikasikan melalui bebagai tulisan ilmiah dan liteatu yang ada kaitannya dengan pemasalahan penelitian ini. Data tesebut selanjutnya dianalisis dengan melakukan pendekatan deskiptif kuantitatif. Pendekatan deskiptif yaitu penyajian dan penyusunan data ke dalam tabel-tabel untuk dianalisis, sedangkan pendekatan kuantitatif adalah data yang dipeoleh dianalisis dengan menggunakan model Location Quotient. a. Model Analisis Kadaiah Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis Kadaiah (1979) dan HG. Suseno Tiyanto Widodo (1990). Untuk mengetahui sekto basis dan sekto non basis yang ada di Povinsi Nanggoe Aceh Daussalam digunakan model analisis Location Quotient (). Teknik pehitungan ini adalah dengan membandingkan pesentase sumbangan masingmasing sekto dalam PDRB Nanggoe Aceh Daussalam dengan pesentase sumbangan sekto yang sama pada PNB Indonesia. Adapun pesamaannya sebagai beikut : vi / vt = Vi / Vt Dimana : = Location Quotient vi = Output sekto i di suatu daeah vt = Output total daeah tesebut Vi = Output sekto i nasional Vt = Output total nasional Kiteianya adalah : 1. Bila >1 menunjukkan sekto tesebut tegolong sekto basis di suatu daeah. 2. Bila <1 menunjukkan sekto tesebut tegolong sekto non basis di suatu daeah. 3. Bila = 1 menunjukkan keswasembadaan (self-sufficiency) sekto tesebut di suatu daeah. 4

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Locatiom Quotient Povinsi Nanggoe Aceh Daussalam Hasil analisis menunjukkan bahwa yang menjadi sekto basis (sekto unggulan) dai tahun 1992 sampai dengan 2001 Di Povinsi Nanggoe Aceh Daussalam adalah sekto petanian dengan nilai ata-ata sebesa 1,31, sekto petambangan dan penggalian sebesa 2,70 seta sekto industi pengolahan sebesa 1,17. Sedangkan menjadi sekto non basis (bukan unggulan) antaa lain sekto listik dan ai minum dengan nilai ata-ata sebesa, sekto bangunan sebesa 0,59, sekto pedagangan, hotel dan estoan sebesa 0,36, sekto pengangkutan dan komunikasi sebesa 0,96, sekto keuangan, pesewaan dan jasa peusahaan sebesa seta sekto jasa-jasa sebesa 0,67 (Tabel 1). Tabel 1. Location Quaotient Peekonomian Povinsi Aceh Nanggo Aceh Daussalam, 1992-2001 No Sekto 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 Rata 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Petanian Petambangan dan Penggalian Industi Pengolahan Listik dan Ai Minum Bangunan Pedagangan, Hotel dan Restoan Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Pesewaan dan Jasa Peusahaan Jasa-jasa 0,82 1,80 2,20 0,24 0,26 0,30 0,48 0,09 1,01 0,98 3,64 1,23 0,55 0,28 0,65 0,54 1,11 3,34 1,20 0,58 0,31 0,77 0,17 0,57 1,21 3,24 1,15 0,60 0,32 0,85 0,17 0,60 1,32 3,12 1,12 0,60 0,32 0,88 0,62 1,46 2,90 1,12 0,60 0,35 0,93 0,16 0,63 1,41 2,31 1,11 0,19 0,72 0,41 1,12-0,05 0,63 1,46 2,14 1,05 0,19 0,63 0,42 1,24 0,13 0,65 1,67 2,19 0,79 0,69 0,45 1,35 0,22 0,74 1,70 2,27 0,76 0,17 0,70 0,45 1,33 0,28 0,75 1,31 2,70 1,17 0,59 0,36 0,96 0,67 Jika ditinjau dai besanya konstibusi yang dibeikan sekto petambangan dan penggalian seta sekto industi pengolahan untuk PDRB Nanggoe Aceh Daussalam tidak mengheankan bila sekto ini menjadi sekto basis (sekto unggulan), hal ini disebabkan kaena di Povinsi Nanggoe Aceh Daussalam tedapat banyak petambangan dan industi besa sepeti LNG ARUN, Pabik Pupuk Iskanda Muda, Pabik Ketas dan Pabik Semen. Sedangkan sekto petanian menjadi sekto basis lebih di sebabkan oleh luas lahan yang dimiliki oleh Povinsi Nanggoe Aceh Daussalam sebagian besa meupakan lahan yang digunakan untuk usaha petanian. Oleh kaena tidak dapat dipungkii bila sekto ini juga meupakan sekto pendukung dalam pembentukan PDRB Povinsi Nanggoe Aceh Daussalam. Bedasakan kondisi ini dapat disimpulkan bahwa sekto-sekto yang menjadi sekto basis meupakan sekto kuat disebabkan kaena nilai nya yang lebih besa dai satu (>1). Hal tesebut menunjukkan bahwa sekto tesebut potensial dalam menunjang 5

peekonomian Povinsi Nanggoe Aceh Daussalam dan mempunyai kecendeungan ekspo ke daeah (povinsi) lain. Sedangkan yang menjadi sekto non basis yaitu sekto-sekto yang nilai nya lebih kecil dai satu (<1) sehingga menyebabkan sekto-sekto ini mempunyai kecendeungan untuk impo dai daeah (povinsi) lain. Oleh kaena itu dapat dikatakan bahwa dengan adanya ekspo maka Povinsi Nanggoe Aceh Daussalam akan mempeoleh pendapatan. Dengan adanya aus pendapatan dai lua daeah (povinsi) ini menyebabkan tejadinya kenaikan konsumsi dan investasi di Povinsi Nanggoe Aceh Daussalam, dan pada giliannya akan menaikkan pendapatan dan menciptakan kesempatan keja bau. Laju Petumbuhan Sekto Basis dan Sekto Non Basis di Povinsi Nanggoe Aceh Daussalam Bedasakan Location Quotient () a. Laju Petumbuhan Sekto Basis di Povinsi Nanggoe Aceh Daussalam Laju Petumbuhan Sekto Basis di Povinsi Nanggoe Aceh Daussalam mengalami kenaikan dan penuunan atau befluktuasi dai tahun 1992 sampai 2001. Hal tesebut dapat dilihat pada Tabel 2.. Tabel 2. Laju Petumbuhan Sekto Basis, Tahun 1992 2001 Sekto petambangan Sekto industi Sekto petanian Tahun dan penggalian pengolahan 1992 1,80-2,20-0,82-1993 3,64 1,02 1,23-0,44 0,98 0,20 1994 3,34-0,08 1,20-0,02 1,11 0,13 1995 3,24-0,03 1,15-0,04 1,21 0,09 1996 3,12-0,04 1,12-0,03 1,32 0,09 1997 2,90-0,07 1,12 0 1,46 0,11 1998 2,31-0,20 1,11-0,01 1,41-0,03 1999 2,14-0,07 1,05-0,05 1,46 0,04 2000 2,19 0,02 0,79-0,25 1,67 0,14 2001 2,27 0,04 0,76-0,04 1,70 0,02 Tahun 1992-2001 2,70 0,59 1,17-0,88 1,31 0,79 Keteangan : = laju petumbuhan 6

Bedasakan Tabel 2, telihat bagaimana laju petumbuhan ata-ata ketiga sekto basis dai tahun 1992 sampai dengan 2001 dimana sekto petambangan dan penggalian petumbuhan ata-atanya 59 %, sekto industi pengolahan 88 %, seta sekto petanian sebesa 79 %. Jika dilihat dai tahun 1992 sampai dengan 2001 ketiga sekto basis tesebut khususnya sekto petanian mengalami petumbuhan dai tahun ke tahun, walaupun kenaikannya hanya bekisa antaa 2 % sampai 14 % saja. Bahkan dengan keadaan wilayah yang kuang kondusif sekto ini mampu juga mengalami petumbuhan. Hal ini lebih disebabkan kaena sekto petanian meupakan sekto penyedia lapangan keja yang sebagian besa meupakan tumpuan dan haapan bagi masyaakat teutama masyaakat pedesaan. Sedangkan pada dua sekto lainnya yaitu sekto petambangan dan penggalian seta sekto industi pengolahan dai tahun 1992 sampai dengan 2001 tejadi penuunan laju petumbuhan. Sekto industi pengolahan yang paling besa mengalami penuunan yaitu bekisa antaa 25 % sampai 44 %. Sedangkan sekto petambangan dan penggalian penuunannya bekisa antaa 3 % sampai 20 %. Penuunan laju petumbuhan yang tejadi pada kedua sekto ini sangat dipengauhi oleh keadaan daeah yang kuang kondusif dimana daeah yang banyak tedapat poyekpoyek vital tesebut beada di daeah yang awan konflik, sehingga menyebabkan teganggu dan menuunnya kineja dai paa kayawan di poyek tesebut dan hal ini bepengauh tehadap poduksi yang dihasilkan. b. Laju Petumbuhan Sekto Non Basis di Povinsi Nanggoe Aceh Daussalam Laju petumbuhan sekto non basis di Povinsi Nanggoe Aceh Daussalam juga befluktuasi. Untuk lebih jelas bagaimana keadaan petumbuhan sekto non basis dapat dilihat pada Tabel 3 beikut. 7

Tahun Sekto Listik dan Ai Minum Tabel 3. Laju Petumbuhan Sekto Non Basis, Tahun 1992-2001. Sekto Bangunan Sekto Pedagangan, Hotel dan Restoan Sekto Pengangkutan dan Komunikasi Sekto Keuangan dan Jasa Peusahaan Sekto Jasajasa R 1992 0,24-0,26-0,30-0,48-0.09-1,01-1993 - 0,55 1,12 0,28-0,07 0,65 0,35 1 0,54-0,47 0,38 1994 0 0,58 0,05 0,31 0,11 0,77 0,17-0,06 0,57 0,06 1995 0 0,60 0,03 0,32 0,03 0,85 0,10 0,17 0 0,60 0,05 1996 0 0,60 0 0,32 0 0,88 0,04 0,06 0,62 0,03 1997 0,20 0,60 0 0,35 0,09 0,93 0,11 0,16-0,11 0,63 0,02 1998 0,19 0,06 0,72 0,20 0,41 0,17 1,12 0,20-0,05-0,31 0,63 0 1999 0,19 0 0,63-0,13 2000-0,05 2001 0,17-0,06 Tahun - 1992-0,23 2001 0,42 0,02 1,24 0,11 0,13-3,60 0,65 0,03 0,69 0,10 0,45 0,07 1,35 0,09 0,22 0,69 0,74 0,14 0,70 0,01 0,45 0 1,33-0,01 0,28 0,27 0,75 0,01 0,59 1,38 0,36 0,42 0,96 1,17-3,06 0,67-0,13 Bedasakan Tabel 3 dapat dilihat bahwa laju petumbuhan ata-ata sekto bangunan paling tinggi diantaa Kelima sekto non basis lainnya yaitu sebesa 138 %. Selanjutnya diikuti oleh sekto pengangkutan dan komunikasi sebesa 117 %, sekto pedagangan, hotel dan estoan sebesa 42 %, sekto jasa-jasa sebesa 13 %, sekto listik dan ai minum sebesa 23 % seta sekto keuangan, pesewaan dan jasa peusahaan sebesa 306 %. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Sekto yang menjadi basis di Nanggoe Aceh Daussalam dai tahun 1992 sampai dengan 2001 yaitu sekto petambangan dan penggalian, sekto industi pengolahan seta sekto petanian. Sedangkan keenam sekto lainnya menjadi sekto non basis. 2. Laju petumbuhan sekto basis dan sekto non basis dai tahun 1992 sampai dengan 2001 mengalami kenaikan dan penuunan atau befluktuasi. 8

Saan Pemeintah Povinsi Nanggoe Aceh Daussalam dalam hal ini selaku penggeak pembangunan daeah aga dapat membeikan pehatian tehadap sekto-sekto yang mempunyai keunggulan kompetitif, untuk tujuan ini pemeintah pelu memilah-milah subsekto mana yang mempunyai keunggulan, dan betul-betul dapat membeikan nilai tambah tehadap petumbuhan PDRB. DAFTAR PUSTAKA Anonymous. 2001. PDRB Menuut Lapangan Usaha di Nanggoe Aceh Daussalam : Badan Pusat Statistik. Asyad, L. 1997. Ekonomi Pembangunan. Yogyakata : STIE YKPN.. 1999. Penganta Peencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daeah. Yogyakata : BPFE. Azis, I. 1994. Ilmu Ekonomi Regional dan Bebeapa Aplikasinya di Indonesia. Jakata : LPFE-UI. Kadaiah. 1987. Pehitungan Pendapatan Nasional. Jakata : LP3ES. Wijaya, A. 1996. Junal Ekonomi Pembangunan Pilihan Pembangunan Industi : Kasus DKI Jakata, No IV (2), Jakata. 9