Physics Communication

dokumen-dokumen yang mirip
POSITRON, Vol. IV, No. 1 (2014), Hal ISSN :

Identifikasi Sesar di Perairan Misool, Papua Barat dengan Menggunakan Metode Magnetik Nur Novita Sari a, Okto Ivansyah b, Joko Sampurno a*

PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 3 (2014), Hal ISSN :

IDENTIFIKASI SEBARAN BIJI BESI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DAERAH GUNUNG MELATI KABUPATEN TANAH LAUT

PENERAPAN METODA TIE-LINE LEVELLING PADA DATA MAGNET LAPANGAN SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI KOREKSI HARIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMODELAN 3-D SUSEPTIBILITAS MAGNETIK BAWAH PERMUKAAN DASAR LAUT PERAIRAN LANGSA, SELAT MALAKA-SUMATERA UTARA

PENGARUH WAKTU LOOPING TERHADAP NILAI KOREKSI HARIAN DAN ANOMALI MAGNETIK TOTAL PADA PENGOLAHAN DATA GEOMAGNET STUDI KASUS : DAERAH KARANG SAMBUNG

Pengolahan awal metode magnetik

BAB I PENDAHULUAN. Sepertiga wilayah Indonesia berada di atas permukaan laut yakni belasan

BAB IV AKUISISI DAN PENGOLAHAN DATA LAPANGAN

BAB III METODE PENELITIAN

Kata kunci : Metode geomagnet, Mineral Sulfida, Foward Modeling, Disseminated.

PENYELIDIKAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DAN GEOLISTRIK

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data dipusatkan di kawasan Gunung Peben Pulau Belitung. Untuk

STUDI ZONA MINERALISASI EMAS MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DESA SILIWANGA KECAMATAN LORE PEORE KABUPATEN POSO

Identifikasi Struktur Lapisan Bawah Permukaan Daerah Manifestasi Emas Dengan Menggunakan Metode Magnetik Di Papandayan Garut Jawa Barat

PENYELIDIKAN MAGNET DAERAH PANAS BUMI AKESAHU PULAU TIDORE, PROVINSI MALUKU UTARA. Oleh Liliek Rihardiana Rosli

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menghasilkan variasi medan magnet bumi yang berhubungan dengan

PEMODELAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH SUMBER AIR PANAS SONGGORITI KOTA BATU BERDASARKAN DATA GEOMAGNETIK

SURVEY GEOMAGNET DI DAERAH PANAS BUMI SONGA-WAYAUA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, MALUKU UTARA. Eddy Sumardi, Timor Situmorang

STUDI ANOMALI BAWAH PERMUKAAN DAERAH SEKITAR MANIFESTASI AIR PANAS, DESA WAGIR LOR, KEC. NGEBEL, KAB. PONOROGO DENGAN MENGGUNAKAN METODE MAGNETIK

DESAIN SURVEI METODA MAGNETIK MENGGUNAKAN MARINE MAGNETOMETER DALAM PENDETEKSIAN RANJAU

BAB V PEMBAHASAN DAN INTERPRETASI

Teori Dasar GAYA MAGNETIK. Jika dua buah benda atau kutub magnetik terpisah pada jarak r dan muatannya masing-masing m 1. dan m 2

ESTIMASI ZONA BIJIH BESI DI DAERAH LAMPUNG MENGGUNAKAN PEMODELAN MAGNETIK

IDENTIFIKASI JALUR SESAR MINOR GRINDULU BERDASARKAN DATA ANOMALI MEDAN MAGNET

Pendugaan Struktur Bawah Permukaan Daerah Prospek Panas Bumi Gunungapi Hulu Lais Lereng Utara dengan Menggunakan Metode Magnetik

Aplikasi Metoda Magnetik Untuk Eksplorasi Bijih Besi Studi Kasus : Bukit Munung Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat Joko Sampurno *)

PENENTUAN BATAS KONTAK BATUAN GUNUNG PENDUL DAN GUNUNG SEMANGU, BAYAT, KLATEN MENGGUNAKAN METODA MAGNETIK

Pendugaan Struktur Bawah Permukaan Daerah Prospek Panas Bumi Gunungapi Hulu Lais Lereng Utara dengan Menggunakan Metode Magnetik

PENDUGAAN ZONA MINERALISASI GALENA (PbS) DI DAERAH MEKAR JAYA, SUKABUMI MENGGUNAKAN METODE INDUKSI POLARISASI (IP)

Kelompok 3 : Ahmad Imam Darmanata Pamungkas Firmansyah Saleh Ryan Isra Yuriski Tomy Dwi Hartanto

INTERPRETASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GEOMAGNETIK PADA DAERAH MATA AIR PANAS JATIKURUNG KABUPATEN SEMARANG

Kata kunci: Metode geomagnetik, bendungan Karangkates (Lahor-Sutami), jenis batuan

Pengaruh Pola Kontur Hasil Kontinuasi Atas Pada Data Geomagnetik Intepretasi Reduksi Kutub

POSITRON, Vol. I, No. 1 (2011), Hal ISSN :

Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014

IDENTIFIKASI POLA SEBARAN INTRUSI BATUAN BAWAH PERMUKAAN MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI SUNGAI JENELATA KABUPATEN GOWA

Program Studi Geofisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin SARI BACAAN

Pengantar Praktikum Metode Gravitasi dan Magnetik

EKSPLORASI BIJIH BESI DENGAN METODE DIPOLE-DIPOLE DAN GEOMAGNET DI WILAYAH GANTUNG, KABUPATEN BLITUNG TIMUR, PROVINSI BLITUNG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai

ANALISIS DISTRIBUSI ANOMALI MEDAN MAGNET TOTAL DI AREA MANIFESTASI PANASBUMI TULEHU

Identifikasi Benda-Benda Megalit Dengan Menggunakan Metode Geomagnet di Situs Pokekea Kecamatan Lore Tengah Kabupaten Poso

Survei Polarisasi Terimbas (IP) Dan Geomagnet Daerah Parit Tebu Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka-Belitung

EKSPLORASI GEOMAGNETIK UNTUK PENENTUAN KEBERADAAN PIPA AIR DI BAWAH PERMUKAAN BUMI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif analitik, dengan tujuan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

PENENTUAN ZONA PENGENDAPAN TIMAH PLASER DAERAH LAUT LUBUK BUNDAR DENGAN MARINE RESISTIVITY Muhammad Irpan Kusuma 1), Muhammad Hamzah 2), Makhrani 2)

IDENTIFIKASI SEBARAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DI DAERAH PEMALONGAN, BAJUIN TANAH LAUT

Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 2, Nomor 2, Juni 2010, Halaman ISSN:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Triantara Nugraha, 2015

3. HASIL PENYELIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN :

PENGARUH POLA KONTUR HASIL KONTINUASI ATAS PADA DATA GEOMAGNETIK INTEPRETASI REDUKSI KUTUB

Kata Kunci : Metode Geomagnet, suseptibilitas magnetik, perbandingan

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN :

PENGGUNAAN METODE ANALISIS SINYAL DALAM INTERPRETASI DATA MAGNET DI PERAIRAN SELAT SUNDA UNTUK MENENTUKAN ARAH DAN POSISI PIPA BAWAH LAUT

Jurnal Einstein 3 (2) (2015): Jurnal Einstein. Available online

Pemodelan 2D Reservoar Geotermal Menggunakan Metode Geomagnet Pada Lapangan Panasbumi Mapane Tambu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Albert Wenanta 1, Piter Lepong 2. Prosiding Seminar Sains dan Teknologi FMIPA Unmul Periode Maret 2016, Samarinda, Indonesia ISBN:

183 PENDUGAAN BIJIH BESI DENGAN GEOLISTRIK RESISTIVITY-2D DAN GEOMAGNET DI DAERAH SEBAYUR, DESA MAROKTUAH, KEC

TESIS. Karya tulis sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung. Oleh

Deliniasi Prospek Bijih Besi Dengan Mengunakan Metode Geomagnetik (Lokasi Penelitian Pelaihari, Kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan)

PENYELIDIKAN GEOFISIKA DI DAERAH GUNUNG RAWAN, KECAMATAN SEKAYAM, KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Karakterisasi Panasbumi di Sumber Air Panas dengan Menggunakan Metode Geomagnet (Studi Kasus: Sumber Air Panas Panggo Kabupaten Sinjai)

IDENTIFIKASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DASAR LAUT BERDASARKAN INTERPRETASI DATA ANOMALI MAGNETIK DI PERAIRAN TELUK TOLO SULAWESI

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran.. 66 DAFTAR PUSTAKA Lampiran-lampiran... 69

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara secara geografis terletak pada 1ºLintang Utara - 4º Lintang Utara dan 98 Bujur Timur Bujur

PENDUGAAN POSISI DAPUR MAGMA GUNUNGAPI INELIKA, FLORES, NUSA TENGGARA TIMUR BERDASARKAN SURVEI MAGNETIK

BAB III METODE PENELITIAN

3. HASIL PENYELIDIKAN

Secara umum teknik pengukuran magnetik ini pada setiap stasiun dapat dijelaskan sebagai berikut :

PENYELIDIKAN GEOMAGNETIK DI DAERAH PANAS BUMI KANAN TEDONG DI DESA PINCARA KECAMATAN MASAMBA KABUPATEN LUWU UTARA PROPINSI SULAWESI SELATAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SIDANG TUGAS AKHIR SYUKRON KHOTIBUL U Ir.YUWONO,MT SUBARSYAH,S.Si

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 2 (2017), Hal ISSN :

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 5, No. 4, Oktober 2016, Hal

KELURUSAN ANOMALI MAGNET BENDA X DI DAERAH Y DARI HASIL REDUKSI KE KUTUB

STUDI PENGGUNAAN MAGNETOMETER DALAM PEMBUATAN PETA SEBARAN LOGAM UNTUK MENDUKUNG PEMASANGAN PIPA BAWAH LAUT

Aplikasi Metode Geolistrik untuk Identifikasi Sebaran Limbah Lada Putih di Kecamatan Galing Kabupaten Sambas Budiman a, Andi Ihwan a, Joko Sampurno a*

PENYELIDIKAN GEOMAGNETIK MENGGUNAKAN TRANSFORMASI PSEUDOGRAVITY PADA ANOMALI MAGNETIK DI KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBER SKRIPSI

APLIKASI METODE GEOMAGNETIK UNTUK MEMETAKAN SITUS ARKEOLOGI CANDI BADUT MALANG JAWA TIMUR

PEMODELAN 2D RESERVOAR GEOTERMAL MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DESA KASIMBAR BARAT ABSTRAK ABSTRACT

SURVEI GEOFISIKA TERPADU AUDIO MAGNETOTELIK DAN GAYA BERAT DAERAH PANAS BUMI KALOY KABUPATEN ACEH TAMIANG, PROVINSI ACEH

Wahana Fisika, 2(1), e-issn :

ANALISIS MODEL DATA ANOMALI MAGNETIK UNTUK MENGIDENTIFIKASI STRUKTUR GEOLOGI DASAR LAUT PERAIRAN FLORES

Teori Dasar GAYA MAGNETIK : (F) Jika dua buah benda atau kutub magnetik terpisah pada jarak r dan muatannya masing-masing m 1.

Interpretasi Struktur Bawah Tanah pada Sistem Sungai Bribin dengan Metode Geomagnet

Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1)

Identifikasi Keberadaan Heat Source Menggunakan Metode Geomagnetik Pada Daerah Tlogowatu, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian

Analisis Data. (Desi Hanisa Putri) 120

V. HASIL DAN INTERPRETASI. panas bumi daerah penelitian, kemudian data yang diperoleh diolah dengan

ANALISIS KEBERADAAN BIJIH BESI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK 2D DI LOKASI X KABUPATEN LAMANDAU KALIMANTAN TENGAH

Transkripsi:

Physics Communication 1 (1) (2016) Physics Communication http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/pc IDENTIFIKASI SEBARAN ANOMALI MAGNETIK DI PERAIRAN KABUPATEN SAMBAS KALIMANTAN BARAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET Aripin 1, Okto Ivansyah 2, Joko Sampurno 1 1 Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Tanjungpura, Pontianak, Indonesia 2 Politeknik Negeri Pontianak, Indonesia Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima 1 Agustus 2016 Disetujui 5 September 2016 Dipublikasikan 5 November 2016 Keywords: Metode Geomagnet, Anomali Magnetik, Suseptibilitas. Abstrak Telah dilakukan penelitian sebaran anomali magnetik di perairan Kabupaten Sambas. Metode yang digunakan adalah metode geomagnet. Pengambilan data dilakukan sebanyak 33 lintasan. Data yang diperoleh berupa distribusi medan magnet total. Data ini kemudian dikoreksi dengan koreksi IGRF dan tie-line levelling untuk mendapatkan distribusi medan magnet lokal. Dari distribusi intensitas medan magnet lokal didapatkan 4 zona anomali. Pada tiap zona anomali dibuat lintasan satu dimensi untuk mendapatkan struktur bawah permukaan dengan metode inversi (lintasan AB, CD, EF, dan GH). Anomali magnetik pada lintasan AB, lintasan EF, dan lintasan GH diduga disebabkan oleh mineral magnetit dengan nilai suseptibilitas antara 1,2 s.d 19,2. Anomali magnetik pada lintasan CD dengan nilai suseptibilitas 0,3 s.d 3,5 diduga disebabkan oleh mineral ilmenit. Nilai korelasi antara data observasi dan data kalkulasi untuk semua lintasan berkisar 0,98 s.d 0,99. Abstract The distribution of magnetic anomalies in Sambas Sea has been investigated using the Magnetic method. The raw data, which acquired, have been corrected using IGRF data and tie-line leveling to obtain the local magnetic field distribution. Then, from the corrected data obtained four anomalous zones. Next, a slice that lying on the anomalous zones (line AB, CD, EF, and GH) was made to obtain the subsurface structures which obtain using inversion method. The results show that the presence of magnetic anomalies at the lines AB, EF and GH (with susceptibility values between 1.2 to 19.2) due to the magnetite rock at the subsurface. Moreover, The presence of magnetic anomalies at the line CD (with susceptibility values of 0.3 to 3.5) is caused by ilmenite rock. The correlation coefficients between the observation data and calculated data for all lines are between 0.98 to 0.99. 2016 Universitas Negeri Semarang Alamat korespondensi: Kampus FMIPA Universitas Tanjungpura Jl. Prof. Dr. Hadari Nawawi, Pontianak, 78124 E-mail: jokosampurno@physics.untan.ac.id p-issn 2528-5971 e-issn 2528-598X 73

PENDAHULUAN Pembangunan dan eksplorasi dalam bidang kelautan di Indonesia menyebabkan perkembangan teknologi dalam survei kelautan berkembang pesat. Hasil survei kelautan tersebut dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam pembangunan pelabuhan, dermaga, pemasangan pipa dan kabel bawah laut serta sangat berperan penting dalam keselamatan pelayaran di Indonesia. Salah satu daerah di Indonesia yang melakukan pembangunan perairannya adalah daerah Kalimantan Barat. Untuk mendukung pembangunan di perairan Kalimantan Barat tersebut diperlukan berbagai data salah satunya adalah informasi struktur bawah laut. Salah satu metode geofisika yang dapat digunakan untuk mengetahui informasi struktur bawah laut adalah metode geomagnet. Metode ini dapat digunakan untuk mendapatkan data tentang sebaran anomali magnetik. Data ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi batuan dan mineral yang terdapat di bawah permukaan. Hasil identifikasi ini dapat membantu dalam pemetaan struktur bawah laut Kalimantan Barat, sehingga dapat dijadikan rujukan untuk pembangunan dan pengembangan di sektor kelautan. Pengkajian sifat magnetik di perairan Kalimantan Barat telah dilakukan oleh I wayan Lugra, dkk. Hasil pengkajian tersebut menunjukkan harga anomali yang bervariasi. Hal tersebut diakibatkan oleh basement magnetik gugusan-gugusan pulau di sekitar area penyelidikan yang terbentuk dari intrusi berupa andesit, dasit, basal dan granodiorit (Lugra, dkk., 2001). Sedangkan berdasarkan pengambilan sedimen dasar laut yang dilakukan oleh Puslitbang Geologi Kelautan di perairan Sambas dan sekitarnya didapatkan bahwa hasil identifikasi mineral berat di dasar laut di perairan Sambas dan sekitarnya terdapat mineral magnetit, hematit, kasiterit, ilmenit, zirkon, dan leukusen (Ariyanto, 2011) Intensitas medan magnet lokal tiap wilayah berbeda-beda. Hal ini tergantung dari jenis batuan penyusun daerah tersebut. Perbedaan ini dapat dimanfaatkan untuk mengetahui struktur bawah permukaan daerah tertentu. Pada penelitian ini metode geomagnet akan digunakan untuk mengidentifikasi sebaran anomali magnetik di perairan kabupaten Sambas Kalimantan Barat. METODE PENELITIAN Pengambilan dan Pengolahan Data Penelitian ini dilakukan dari Perairan Kabupaten Pontianak s.d Perairan Kabupaten Sambas Kalimantan Barat sebagaimana terlihat pada Gambar 1. Pengambilan data dilakukan sebanyak 33 lintasan dengan panjang setiap lintasan berbeda-beda. Perekaman data dilakukan secara kontinyu dan pencatatan secara manual setiap 30 menit. Sensor marine magnetometer ditarik dibelakang kapal dengan jarak dari kapal kurang lebih 90 meter. Jarak ini ditujukan untuk menghindari pengaruh badan kapal yang bersifat ferromagnetik, panjang kapal, panjang rentang sensor, kecepatan kapal dan kedalaman perairan di daerah penelitian. Data dari hasil pengukuran merupakan intensitas medan magnet total. Data ini selanjutnya diolah untuk mendapatkan intensitas medan magnet lokal. Data intensitas medan magnet lokal ini selanjutnya diolah untuk mendapatkan peta sebaran anomali magnetik. Dari peta ini dipilih 4 zona anomali untuk didigitasi. Hasil digitasi selanjutnya diolah menggunakan software Mag2dc sehingga didapat nilai suseptibilitas. Nilai suseptibilitas ini digunakan untuk mengidentifikasi jenis batuan yang menyebabkan anomali disetiap zona. Metode Geomagnet Metode geomagnet adalah suatu metode geofisika untuk mendapatkan gambaran bawah permukaan bumi atau benda dengan karakteristik magnetik tertentu. Metode ini didasarkan pada pengukuran intensitas medan magnet di permukaan bumi yang disebabkan oleh adanya variasi distribusi benda termagnetisasi di bawah permukaan bumi. Sifat magnet ini ada karena pengaruh dari medan magnet bumi pada waktu pembentukan batuan tersebut. Kemampuan untuk termagnetisasi tergantung dari suseptibilitas magnetik masingmasing batuan. Benda-benda tersebut dapat 74

Gambar 1. Lokasi penelitian (Google Map, 2016) berupa gejala struktur bawah permukaan ataupun batuan yang bersifat magnetik. Intensitas medan magnet di permukaan bumi dapat diukur menggunakan magnetometer. Medan magnet bumi biasanya seragam tetapi akan ada anomali jika ada mineral yang bersifat magnetik (Jumarang & Zulfian, 2012). Medan magnet lokal diperoleh dengan mengoreksi medan magnet observasi dengan medan magnet IGRF dan intensitas medan magnet harian. Hubungan ini dapat ditulis dengan persamaan (Telford,1990): H H H H (1) obs IGRF v dengan: = medan magnet lokal (nt) = medan magnet observasi (nt) = medan magnet IGRF (nt) Hv = medan magnet harian (nt) International Geomagnetics Reference Field (IGRF) merupakan referensi nilai medan magnet yang mewakili nilai medan magnet utama bumi. Nilai IGRF diperbaharui tiap lima tahun sekali dan diperoleh dari hasil pengukuran rata-rata pada daerah luasan sekitar 1 juta km yang dilakukan dalam waktu satu tahun (Jumarang & Zulfian, 2012). Anomali magnet dalam medan magnet bumi disebabkan oleh dua jenis magnet yaitu induksi dan remanen magnetisasi. Medan magnet remanen mempunyai peranan yang besar terhadap magnetisasi batuan yaitu pada besar dan arah medan magnetiknya serta berkaitan dengan peristiwa kemagnetan sebelumnya sehingga sangat rumit untuk diamati. Anomali yang diperoleh dari survei merupakan hasil gabungan medan magnetik remanen dan induksi, bila arah medan magnet remanen sama dengan arah medan magnet induksi maka anomalinya bertambah besar, demikian pula sebaliknya. Dalam servei magnetik, efek medan remanen akan diabaikan apabila anomali medan magnetik kurang dari 25% medan magnet utama bumi, sehingga dalam pengukuran medan magnet berlaku (Telford,1990):: H T H M H L H (2) A dengan: H T H M H L H A = medan magnet total = medan magnet utama bumi = medan magnet luar = medan magnet lokal 75

Suatu benda magnetik yang ditempatkan pada suatu medan magnet dengan kuat medan H, maka akan terjadi polarisasi magnetik pada benda tersebut yang besarnya (Breiner,1999): M dengan: k H (3) M = intensitas medan magnet (nt) k = suseptibilitas magnetik H = kuat medan magnet (nt) Suseptibilitas magnetik adalah ukuran dasar bagaimana sifat kemagnetan suatu bahan yang merupakan sifat magnet bahan, ditunjukkan dengan adanya respon terhadap induksi medan magnet yang merupakan rasio antara magnetisasi dengan intensitas medan magnet. Mengetahui nilai suseptibilitas magnetik suatu bahan dapat juga mengetahui sifat-sifat magnetik lain dari bahan tersebut. Metode Tie-line Levelling Medan magnet lokal diperoleh dengan mengoreksi medan magnet observasi dengan medan magnet IGRF dan intensitas medan magnet harian. Akan tetapi, pada kenyataannya kondisi ideal tersebut sulit diperoleh karena disebabkan oleh berbagai faktor. Misalnya akuisisi data yang tidak lengkap akibat area yang terlalu luas, interval yang sangat jarang, lokasi base station yang terlalu jauh dari area survei atau malah tidak ada data base station dan alasalanalasan teknis lainnya. Kondisi tersebut sangat berpengaruh terhadap kualitas data dan hasil pengolahan data (Sahudin & Subarsyah, 2012). Untuk dapat menyelesaikan masalah ketiadaan data base station atau lokasi base station yang terlalu jauh maka salah satu teknik yang dapat diterapkan adalah metode tie-line levelling. Tie-line levelling adalah sebuah teknik yang digunakan untuk menyesuaikan data setiap lintasan dimana lintasan-lintasan utama dengan lintasan pengikat (cross line) dititik yang sama akan memiliki nilai yang sama ketika berpotongan (Sahudin & Subarsyah, 2012). Tie-line leveling pada dasarnya memiliki dua tahapan. Pertama, lintasan-lintasan pengikat diasumsikan berdasarkan rata-rata perbedaan antara tie-line dengan seluruh lintasan utama yang berpotongan dengannya memberikan sebuah nilai koreksi tahap awal. Hal ini mengasumsikan bahwa ada nilai yang tepat pada crossing lines yang merepresentasikan perataan statistik terhadap variasi waktu sepanjang lintasan. Asumsi ini menunjukkan bahwa tie-line hanya memiliki sebuah base level. Kedua, seluruh lintasan survei dikoreksi sehingga diharapkan memiliki nilai anomali yang cocok disetiap perpotongan lintasan (Sahudin & Subarsyah, 2012). HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menghasilkan peta kontur sebaran anomali sebagaimana terlihat pada Gambar 2. Nilai intensitas medan magnet lokal di lokasi penelitian berkisar antara -800 nt s.d 839 nt. Nilai medan magnet yang dominan adalah antara -527 nt s.d -229 nt yang ditunjukkan dengan warna hijau dan coklat. Anomali medan magnet dengan warna biru yang memiliki nilai -800 nt s.d -672 nt. Sedangkan anomali medan magnet yang berwarna ungu yang memiliki nilai -130 nt s.d 839 nt. Lintasan AB Lintasan AB terletak pada koordinat 108 23 40,56 BT s.d 108 53 8,52 BT dan 1 48 14,04 LU s.d 1 48 6,48 LU dengan panjang lintasan 36.109 m yang terbentang dari timur ke barat. Hasil pengolahan secara inversi dengan menggunakan software Mag2dc menghasilkan distribusi nilai suseptibilitas secara vertikal dengan nilai korelasi antara data observasi dan data kalkulasi sebesar 0,99 sebagaimana terlihat pada Gambar 3. Berdasarkan hasil interpretasi di lintasan AB dengan nilai suseptibilitas 2,1728 SI maka anomali magnetik pada lintasan ini diduga disebabkan oleh mineral magnetit yang berada pada kedalaman 3 m hingga 45 m dan RMSE (Root Mean Square Error) sebesar 156,56. 76

Gambar 2. Distribusi medan magnet lokal Lintasan CD Lintasan CD membentang dari timur ke barat dengan panjang lintasan 38.060 m terletak pada koordinat 108 55 54,48 BT s.d 109 9 15,48 BT dan 1 48 14,04 LU s.d 1 48 29,5 LU. Hasil pengolahan secara inversi dengan menggunakan software Mag2dc menghasilkan distribusi nilai suseptibilitas secara vertikal sebagaimana terlihat pada Gambar 4. Berdasarkan hasil interpretasi di lintasan CD memiliki nilai suseptibilitas 1,7907 SI maka anomali magnetik pada lintasan ini diduga disebabkan oleh mineral ilmenit yang berada pada kedalaman 11 m hingga 73 m dan RMSE (Root Mean Square Error) sebesar 80,87. Nilai korelasi antara data observasi dan data kalkulasi sebesar 0,99. Lintasan EF Panjang lintasan EF yaitu 53.826 m yang membentang dari utara ke selatan dan terletak pada koordinat 108 11 59,28 BT s.d 108 11 44,88 BT dan 1 4 30,88 LU s.d 0 45 3,04 LU. Hasil pengolahan secara inversi 77

dengan menggunakan software Mag2dc menghasilkan distribusi nilai suseptibilitas secara vertikal sebagaimana terlihat pada Gambar 5. Berdasarkan hasil interpretasi di lintasan EF memiliki nilai suseptibilitas 2,0326 maka anomali magnetik pada lintasan ini diduga disebabkan oleh mineral magnetit yang berada pada kedalaman 37 m hingga 100 m dan RMSE (Root Mean Square Error) sebesar 170,29. Nilai korelasi antara data observasi dan data kalkulasi sebesar 0,98. Gambar 3. Interpretasi penampang vertikal lintasan AB Gambar 4. Interpretasi penampang vertikal lintasan CD 78

Gambar 5. Interpretasi penampang vertikal lintasan EF Gambar 6. Interpretasi penampang vertikal lintasan GH Lintasan GH Lintasan GH membentang dari utara ke selatan yang terletak pada koordinat 108 36 11,88 BT s.d 108 35 43,44 BT dan 0 57 36,86 LU s.d 0 46 56,98 LU dan panjang lintasan 16.200 m. Hasil pengolahan secara inversi dengan menggunakan software Mag2dc menghasilkan distribusi nilai suseptibilitas secara vertikal dengan nilai korelasi antara data observasi dan data kalkulasi sebesar 0,99 sebagaimana terlihat pada Gambar 6. Berdasarkan hasil interpretasi di lintasan GH memiliki nilai suseptibilitas magnetik sebesar 2,1576 maka anomali magnetik pada lintasan ini diduga disebabkan oleh mineral magnetit yang berada pada kedalaman 13 m hingga 50 m dan RMSE (Root Mean Square Error) sebesar 142,7. 79

SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat 4 zona anomali magnetik (lintasan AB, lintasan CD, lintasan EF, dan lintasan GH). Pada lintasan AB anomali magnetik disebabkan oleh batuan magnetit yang berada pada kedalaman 3 m sampai 45 m. Pada lintasan CD anomali magnetik disebabkan oleh batuan ilmenit yang berada pada kedalaman 11 m sampai 73 m. Sedangkan pada lintasan EF dan lintasan GH anomali magnetik disebabkan oleh batuan magnetit dengan kedalaman masingmasing 37 m sampai 100 m dan 13 m sampai 50 m. DAFTAR PUSTAKA Aryanto, N. C. D., Penyebaran dan Keterdapatan Mineral Berat Di Perairan Kalimantan Barat. Mineral&Energi. 2011 Juni; 9(2). Breiner, S., Aplication Manual for Portable Magnetometers; San Jose California USA: Geomatrics; 1999. Jumarang, M. I. &, Zulfian. Identifikasi Sebaran Bijih Besi di Daerah Gurun Datar Kabupaten Solok Sumatra Barat Menggunakan Metode Geomagnet. POSITRON. 2012; 4(1): p. 27-34. Lugra, I. W., Sutrisna, N. & Adrian, Laporan Penyelidikan Geologi dan Geofisika Kelautan dan Perairan Natuna. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan; 2001. Sahudin & Subarsyah, Penerapan Metode Tie-Line Levelling pada Data Magnet Lapangan Sebagai Alternatif Pengganti Koreksi Harian. Jurnal Geologi Kelautan. 2012; 10 No.3: p. 157-166. Sambas PK, 1 48'6.48"N and 108 23'40.56"E. Google Map. December 14, 2015. June 15,2016. Telford, W.N., Geldard, L.P., Sherrif, R.E. & Keys, D.A., Applied Geophysics. 2nd ed. London: Cambridge University Press; 1990. 80