BAB I PENDAHULUAN. Badan Narkotika Nasional, sebagian besar korban penyalah gunaan narkoba. remaja berusia dibawah 20 tahun. (Rahman, 2008: 71).

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN DISIPLIN SISWA DI MA. ISLAMIAH SYAFI IYAH PAITON PROBOLINGGO

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi perbaikan perilaku emosional. Kematangan emosi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. datang, jika suatu bangsa memiliki sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. (punishment) sebagai ganjaran atau balasan terhadap ketidakpatuhan agar

1. PENDAHULUAN. Peningkatan kemajuan teknologi merupakan suatu proses yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan tersebut, salah satu fase penting dan menjadi pusat

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing, agar berlangsung tertib, efektif dan efisien. Norma-norma itu

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik,

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I P E N D A H U L U A N. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai tanggungjawab dalam

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar mengajar. Agar proses belajar mengajar lancar, maka seluruh siswa

Jurnal EDUCATIO Jurnal Pendidikan Indonesia. Volume 3 Nomor 1, 2017, Hlm Akses Online :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembinaan dan pengembangan generasi muda terus-menerus ditingkatkan sejalan

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku menyontek atau cheating merupakan salah satu fenomena dalam

BAB I PENDAHULUAN. aman belajar bagi dirinya sendiri, sekaligus bagi siswa lain yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, remaja berasal dari kata Latin adolensence yang berarti tumbuh atau

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran di sekolah tersebut. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa dewasa awal adalah suatu masa dimana individu telah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. adolescence yang berasal dari kata dalam bahasa latin adolescere (kata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menuju masa dewasa. Pada masa remaja banyak sekali permasalahan yang

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN. gambaran pengalaman psikososial remaja yang tinggal di panti asuhan.

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari tiga ciri utama yaitu derajat kesehatan, pendidikan dan. bertumbuh dan berkembang (Narendra, 2005).

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB 1 PENDAHULUAN. berguna kelak di kemudian hari.sekolah sebagai salah satu institusi pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam. Dalam (Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003) Selain faktor yang berada dalam diri peserta didik, untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Negara (Undang-Undang No. 20 Tahun 2003) informal dapat melalui keluarga dan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. siswa yang berada di kelas 10 tidak begitu banyak melakukan kenakalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. latin adolensence, diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolansence

PENGARUH TATA TERTIB DAN BIMBINGAN WALI KELAS TERHADAP PENEGAKAN KEDISIPLINAN SISWA SMK MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak, masa peralihan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. membentuk perilaku sosial anak menjadi lebih baik dan berakhlak.

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

PERANAN ORANGTUA DALAM MENANAMKAN DISIPLIN ANAK USIA DINI. DAMAIWATY RAY Dosen PG PAUD FIP Unimed

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KONSEP DIRI SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan istilah kunci yang penting dalam kehidupan manusia,

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan secara tertib dan terencana yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai warga negara yang baik perlu mengembangkan diri. Apa lagi saat

2015 KONTRIBUSI POLA ASUH ORANG TUA DI DALAM KELUARGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SD KELAS III

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI PENELITIAN. Berdasarkan hasil Penelitian tentang pengaruh penerapan tata tertib

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja adalah tahap umur berikutnya setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beberapa tahun terakhir, beberapa sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta mulai

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

BAB I PENDAHULUAN. semua orang, terutama menjadi guru maupun lingkungan masyarakat. Karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Sadar akan hakikatnya, setiap manusia Indonesia di muka bumi ini selalu

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara

BAB. I PENDAHULUAN. manusia yang memiliki kemampuan, keterampilan, kedisiplinan, kemandirian

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diselaraskan dengan tuntutan dari lingkungan, sehingga perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. tata tertib, peraturan dengan penuh rasa tanggung jawab dan disiplin. Di

BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Dalam Kamus Besar Indonesia (Depdikbud, 1998: 681) nakal adalah suka berbuat

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Definisi Anak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG

BAB I PENDAHULUAN. Budaya sekolah menjadi salah satu aspek yang berpengaruh terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN. mereka harus meninggalkan segala hal yang kekanak-kanakan dan

BAB I PENDAHULUAN. dan tolong menolong. Memberikan pertolongan atau menolong sesama termasuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhannya. Sekolah merupakan salah satu lembaga yang

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. kehidupan. Pengertian pendidikan nasional yang tercantum dalam UU No.

ARTIKEL ILMIAH. HUBUNGAN INTENSITAS KOMUNIKASI DALAM KELUARGA DENGAN DISIPLIN DIRI SISWA KELAS VIII DI MTs NEGERI MODEL KOTA JAMBI OLEH :

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena perilaku remaja yang bersifat negatif banyak ditemukan di lingkungan masyarakat, Pemberitaan di media masa hampir setiap saat menayangkan kasus-kasus mengenai perilaku negatif remaja. Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional, sebagian besar korban penyalah gunaan narkoba berusia 15-25 tahun. Data lain mengungkap jumlah pengguna HIV dikalangar remaja berusia dibawah 20 tahun. (Rahman, 2008: 71). Fenomena yang marak terjadi dikalangan remaja saat ini kasus mencontek yang baru-baru ini terkuak seperti menampar wajah pendidikan di indonesia saat ini, seorang guru yang notabennya adalah memberikan contoh yang baik kepada murid-muridnya, ini malah menyuruh muridnya yang paling pinter dikelas untuk memberikan contekan kepada teman-temannya dan mirisnya lagi masyarakat sekitar mendukung adanya tersebut menurut Muhaimin Azzel (dalam Susianto, 2014:63). Pada masa ini masa remaja sangat rentang, masa dimana anak tidak lagi dianggap sebagai anak kecil dan belum juga dikatakan dewasa, bisa juga dikatakan masa pertentangan dan perubahan fisik, cara berfikir dan lain-lain (Darajat, 1975: 25).

Definisi mengenai remaja tidak hanya melibatkan pertimbangan mengenai usia namun juga mengenai sosio-historis. Mengenai pandangan invensionis, dengan mempertimbangkan konteks sosio-historis, mendefinisikan masa remaja (adolescence) sebagai periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional. Rentang waktu remaja berlangsung kirakira dari 13 tahun sampai 16 tahun atau sampai 18 tahun masa remaja akhir yaitu usia matang secara hukum (Hurlock, 1980:206). Penelitian ini mengambil background disalah satu desa pada sebuah Kecamatan yang berada di Probolinggo, di sebuah desa tempat keluarga penulis berasal. Peneliti ini mengambil disalah satu sekolah di desa tersebut dimana terdapat fenomena banyaknya siswa yang melakukan pelanggaran sekolah. Observasi yang dilakukan penulis di MA. Islamiyah Syafi'iyah merupakan salah satu lembaga di bawah naungan Yayasan Islamiyah Syafi'iayah yang menerapkan konsep kedisiplinan, yang mana hal tersebut bisa dilihat dari kebijakan yang terkait pada aturan dalam tata tertib siswa yang terpampang di dinding sekolah. Adapun fenomena yang terjadi di MA. Islamiyah Syafi'iyah adalah pada proses pembelajaran berlangsung terlihat ada siswa/siswi yang terlambat, tidur di dalam kelas, mengobrol dengan teman sebangkunya disaat guru menerangkan dan membuang sampah sembarangan pada waktu istirahat (Observasi, 20 November, 2014).

Untuk meyakini fenomena yang terjadi penulis melakukan wawancara pra penelitian kepada guru di sekolah tersebut, dan didapatkan hasil bernama Bapak Anton (nama disamarkan) yang sudah lima tahun menjabat menjadi kesiswaan disekolah. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan guru MA. Islamiyah Syafi'iyah, diketahui bahwa para siswa terkadang tidak disiplin dalam mematuhi aturan-aturan disekolah terutama peraturan yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar (KBM), hal ini membuat kegiatan belajar mengajar tidak maksimal, ini semua dapat diketahui dari hasil observasi ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung (KBM) masih ada saja siswa yangtidur didalam kelas, siswa berbicara dengan teman sebangkunya disaat guru sedang menerangkan. Adapun pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh siswa disekolah antara lain: ada saja siswa yang terlambat datang kesekolah, tidak mengerjakan tugastugas yang diberikan oleh guru, tidak mengenakan atribut sekolah, tidur saat KBM berlangsung, terlambat masuk sekolah. Adapun salah satu contoh tata tertip disekolah tersebut adalah siswa datang 30 menit sebelum pelajaran dimulai, jika siswa terlambat masuk kesekolah wajib melaporkan diri ke guru piket disekolah (Wawancara, 20 November, 2014). Data di atas sesuai yang dikemukakan oleh Subroto (dalam Rido dkk, 2013: 21) yaitu salah satu contoh peraturan tata tertib siswa/pelajar adalah: a) siswa wajib datang sepuluh menit sebelum pelajaran dimulai, b) siswa yang terlambat harus mintak izin masuk yang di tandatangani guru piket, c) siswa

wajib membayar SPP paling lambat tanggal sepuluh tiap bulan, d) pada waktu jam kosong siswa harus tenang di dalam kelas tidak boleh membuat gaduh, e) pada waktu istirahat siswa dilarang meninggalkan halaman sekolah, siswa yang melanggar tata tertib dikenakan sanksi. Fenomena-fenomena tersebut memperlihatkan bahwa perilaku negatif remaja terjadi akibat ketidak disiplinan remaja. Disiplin secara mendasar mengacu pada perinsip bahwa setiap organisme pada tingkat tertentu belajar mengendalikan dirinya agar selaras dengan kekuatan-kekuatan di sekitar lingkungannya yang dialaminya (Haris dalam Widodo, 2013:142). Jelasnya disiplin adalah bagian dari perilaku positif, keteraturan, tanggung jawab, yang harus diajarkan sejak dini dan orang tualah yang bertanggung jawab mengajari membentuk disiplin pada anak-anak mereka sejak dini. Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan sebelum penelitian dilakukan menunjukkan bahwa dengan memiliki kedisiplinan, anak diharapkan dapat berperilaku sesuai standar yang ditetapkan oleh kelompok mereka. Untuk memenuhi harapan ini maka disiplin harus memenuhi empat unsur pokok, antara lain: peraturan sebagai pedoman perilaku, konsistensi dalam peraturan tersebut dan cara yang digunakan untuk mengajarkan dan memaksakannya, hukuman untuk pelanggaan peraturan dan penghargaan untuk perilaku yang baik yang sejalan dengan peraturan yang berlaku (Hurlock, 1990:84).

Bernhard (dalam Shochib, 1998:3) menyatakan bahwa Tujuan disiplin diri adalah mengupayakan minat anak dan mengembangkan anak menjadi manusia yang baik, yang akan menjadi sahabat, tetangga dan warga negara yang baik. Oleh sebab itu, tujuan pendidikan di indonesia adalah pembinaan dan mengembangan kepribadian secara utuh dan terintegrasi, hal ini merupakan tanggung jawab orang tua, sejalan dengan pernyataan harian kompas mengatakan keluarga merupakan lembaga yang paling penting dalam membentuk kepribadian putra-putrinya. Kamus besar bahasa indonesia menyebutkan "Keluarga" : ibu bapak dan anak-anaknya yang sangat mendasar dimasyarakat. Keluarga merupakan institusi terkecil dudalam masyarakat yang berfungsi sebagai wahana untuk mewujutkan kehidupan yang tentaran aman, damai dan sejahtera dalam suasana cinta dan kasih sayang (Mufidah.2008:37). Keluarga merupakan bagian paling penting dalam jaringan sosial anak, sebab keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak dan orang pertama yang menanamkan dasar moral dan nilai-nilai yang ada. Oleh karena itu hubungan anak dan orang tua merupakan hubungan yang lama dan berkesinambungan, sehingga diharapkan hubungan yang muncul adalah hubungan yang positif antara anak dengan orang tua (Hurlock, 1978: 200).

Banyak faktor di dalam keluarga yang ikut berpengaruh dalam perkembangan kepribadian anak, salah satunya adalah pola asuh orang tua. Pola asuh orang tua merupakan suatu gambaran tentang sikap dan perilaku anak dalam berintraksi, berkomunikasi selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Bumrid menambahkan bahwa pola asuh merupakan kontrol orang tua parental kontrol (Santrock.2007:257). Atkinson, dan Hilgard (1983) yang menyatakan bahwa dalam masa remaja, nilai dan standart moral orang tua dianggap penting oleh remaja. Remaja yang sedang mencari identitas diri memutuskan apa yang penting dan patut dikerjakan salah satunya dengan mencontoh nilai dari orang tua, jika orang tua tidak menerapkan nilai-nilai tertentu pada anak, maka besar kemungkinan anak akan berlaku seenaknya (dalam Budisetiyani, 2014: 346). Pentingnya peran orang tua terhadap perkembangan anak, apalagi ketika anak sudah berada di tahap remaja, karena pada masa inilah anak mencari identitas dirinya dan banyak sekali perubahan yang terjadi pada dirinya dari perubahan fisik sampai perubahan emosinya. Dengan adanya perubahan inilah jelas akan banyak masalah yang akan dialami oleh anak. Eisenberg, dkk (dalam Laura, 2000: 176 ) mengemukakan bahwa anak yang baik dan bermoral cenderung tumbuh menjadi orang yang dewasa yang baik dan memiiki moral. disini orang tua yang menerapkan pengasuhan yang hangat dan mendukung anak, memberikan hukuman ketika anak benar-benar

salah, menggunakan disiplin induktif, memberikan kesempatan kepada anak dalam mempelajari dan memahami perasaan oranglain, melibatkan anak dalam pengambilan keputusan, yang bersangkutan dengan urusan keluarga, memberikan informasi kepada anak tentang perilaku yang diharapkan dan memberikan alasan membangun moralitas internal alih-alih eksternal. Adapun tiga tipe pola pengasuhan yang di kemukakan oleh Diana Bumrind (dalam, Desmita, 2013: 144) yaitu pengasuhan otoritarian, pengasuhan otoritatif, pengasuhan yang Permisif. Peneliti disini ingin membahas tentang pola asuh demokratis orang tua, yang mana pola pengasuhan ini melakukan pengawasan yang ekstra ketat terhadap tingkahlaku anak-anak, tetapi mereka juga bersifat responsif untuk menghargai dan menghormati pemikiran, serta mengikut sertakan anak dalam mengambil keputusan (Desmita, 2013:144). Pola pengasuhan demokratis, dimana orang tua menyeimbangkan hak antara orang tua dan anak, memberikan bimbingan dan arahan kepada anak dan lain-lain. Adapun penelitian yang didapat dari penelitian yang dilakukan Ridho illahi, Syahniar, Indra Ibrahim yang berjudul "Faktor-faktor yang mempengaruhi pelanggaran disiplin siswa dan implikasinya terhadap layanan bimbingan konseling" berdasarkan analisa statistik deskriptif, diperoleh keterangan menegnai faktor yang mempengaruhi pelanggaran disiplin siswa yang terdiri dari

dua aspek yaitu faktor internal dan eksterna. Adapun faktor internal yang mempengaruhi pelanggaran disiplin siswa adalah kondisi psikologis memiliki rata-rata 3,09 dan 62,6% kondisi jasmani rata-rata 2,03 dan 40,9%. faktor eksternal yang mempengaruhi pelanggaran disiplin adalah sekolah rata-rata 3,06 dan 61,6%, dan keluarga rata-rata 2,98 dan 59,7% dan masyarakat rata-rata 2,98 dan 58,7% (Ridho, 2013: 22). Penelitian di atas menjelaskan salah satu faktor yang menyebapkan adanya pelanggaran disiplin adalah keluarga yang termasuk dalam salah satu penyebapkan adanya pelanggaran disiplin adalah gaya pengasuhan yang dilakukan orang tua untuk mendidik putra-putrinya. Berdasarkan pendapat para tokoh, fenomena dilapangan dan fenomena yang terdapat pada peneliti sebelumnya yang telah dipaparkan maka dari itu peneliti ingin mengadakan penelitian tentang kedisiplinan pada anak usia remaja dengan judul "Hubungan Pola Asuh Demokratis Orang Tua dengan Disiplin siswa di MA Islamiyah Syafiiyah Sumberanyar Paiton Probolinggo". B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana tingkat pola asuh demokratis pada siswa di MA Islamiyah Syafiiyah Paiton Probolinggo? 2. Bagaimana tingkat disiplinan siswa di MA Islamiyah Syafiiyah Paiton Probolinggo?

3. Apakah ada hubungan pola asuh demokratis dengan disiplin siswa di MA Islamiyah Syafiiyah Paiton Probolinggo? C. Tujuan Masalah 1. Agar mengetahui tingkat pola asuh demokratis pada siswa di MA Islamiyah Syafiiyah Paiton Probolinggo 2. Agar mengetahui tingkat disiplin siswa di MA Islamiyah Syafiiyah Paiton, Probolinggo. 3. Agar mengetahui hubungan pola asuh demokratis dengan disiplin siswa di MA Islamiyah Syafiiyah Paiton Probolinggo. D. Manfaat Penelitian ini diharapkan bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis: 1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan membantu memberikan sumbangan terhadap keilmuan dalam bidang psikologi perkembangan dan psikologi sosial. 2. Secara Praktis Penelitian ini diharapkan berguna bagi: a. Pihak sekolah Dengan adanya penelitian ini diharapkan pihak sekolah menjadikan ini sebuah informasi penting dan memberikan sebuah pemahaman mengenai pentingnya peran guru dalam perkembangan kepribadian siswa. b. Orang Tua

Penelitian ini diharapkan memberikan solusi untuk mengurangi perilaku menyimpang membentik kedisiplinan yang benar dengan memperhatikan penerapan pola asuh yang efektif. c. Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan landasan bagi peneliti untuk memperdalam pemahaman tentang pola asuh dan kedisiplinan.