VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Mengidentifikasi Kelangkaan Sumberdaya Air di Desa Cijeruk

dokumen-dokumen yang mirip
SURVEI LUAS PANEN DAN LUAS LAHAN TANAMAN PANGAN 2015

PENILAIAN ECONOMIC LOSSES MASYARAKAT DESA CIJERUK KABUPATEN BOGOR AKIBAT ADANYA PEMANFAATAN SUMBER MATA AIR OLEH PERUSAHAAN AIR MINUM

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI GORONTALO PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI GORONTALO (ANGKA TETAP 2014 DAN ANGKA RAMALAN I 2015)

II. TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi debit air khususnya debit air tanah. Kelangkaan sumberdaya air

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PERKEMBANGAN PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI TAHUN 2015 (ANGKA SEMENTARA) PROVINSI KALIMANTAN TENGAH *)

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (ANGKA RAMALAN III 2008)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA 2005 DAN ANGKA RAMALAN I 2006)

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY

KEBUTUHAN DAN KETERSEDIAAN AIR DOMESTIK PENDUDUK DESA GIRIMOYO, KECAMATAN KARANGPLOSO, KABUPATEN MALANG

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA SEMENTARA 2014)

METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi di pertambangan bahan galian C

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

LAPORAN AKHIR PKM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA TETAP 2013 DAN ANGKA RAMALAN I 2014)

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI GORONTALO (ANGKA RAMALAN II 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014)

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN DEMAK

VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara yang bergerak dibidang pertanian.

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat. Daerah Irigasi Jatiluhur dibangun oleh Pemerintah Republik

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA TETAP TAHUN 2015)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Irigasi pada hakekatnya merupakan upaya pemberian air pada tanaman

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2015)

PENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS)

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN DEMAK

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Air Irigasi: Mendatangkan Kemakmuran dan Kesejahteraan Petani Rarang

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI SUMATERA SELATAN ANGKA SEMENTARA 2015

ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1)

BERITA RESMI STATISTIK

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN UBI KAYU

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2 Persentase responden berdasarkan kelompok umur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA RAMALAN II 2014)

Sawah (rante) Total Luas (rante)

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

VII. ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI PENDUDUK AKIBAT PENCEMARAN AIR TANAH. air tanah dengan sumber air bersih lainnya yakni air PDAM.

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA RAMALAN II TAHUN 2013)

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN III 2010)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA SEMENTARA TAHUN 2013)

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Lampiran 1. Diskripsi Varietas Padi Ciherang

FAKTOR-F PERUBAHAN PENGGUNAAN LWHAN SAWAH Dl KABUPATEN JWM ILMU - ILMU SOSIAL EKONOMI PERTAQIIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Pengembangan Sistem Panen Hujan dan Aliran Permukaan untuk Mengurangi Risiko Kekeringan Mendukung Ketahanan Pangan

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA TETAP 2014 DAN ANGKA RAMALAN I 2015)

BERITA RESMI STATISTIK

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGGARAPAN SAWAH (MUZARA AH) DI DESA PONDOWAN KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN DEMAK

pelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional.

ARAHAN PERENCANAAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN SOPPENG. Maswirahmah Fasilitator PPSP Kabupaten Soppeng

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

BAB VII DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP KEBERLANJUTAN EKOLOGI

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014)

PERKEMBANGAN PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN II 2014)

IV.B.13. Urusan Wajib Ketahanan Pangan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Azwar Wahirudin, 2013

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo

ANGKA TETAP TAHUN 2013 DAN ANGKA RAMALAN 1 TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

BAB I PENDAHULUAN. berwawasan lingkungan, transparan, akuntabel, dan berkeadilan. Irigasi

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA TETAP 2010 DAN ANGKA RAMALAN II 2011)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terlihat dari rata-rata laju pertumbuhan luas areal kelapa sawit selama

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL.. xiv DAFTAR GAMBAR. xvi DAFTAR LAMPIRAN... xvii

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI D.I.YOGYAKARTA (ANGKA RAMALAN II 2008)

BAB I PENDAHULUAN. dalam beragam bentuk, maksud, dan tujuan. Mulai dari keluarga, komunitas,

KAJIAN ALTERNATIF PENYEDIAAN AIR BAKU UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA PERIKANAN DESA PAMOTAN KECAMATAN DAMPIT KABUPATEN MALANG

Gambar 4. Keadaan sebelum dan sesudah adanya pengairan dari PATM

KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

Boks 1 PROFIL PETANI PADI DI MALUKU

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR PETA... DAFTAR LAMPIRAN...

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PANEN KELOMPOK PETANI JAGUNG DI KABUPATEN ACEH TENGGARA

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

Transkripsi:

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Mengidentifikasi Kelangkaan Sumberdaya Air di Desa Cijeruk Kelangkaan sumberdaya air yang terjadi di Desa Cijeruk Kabupaten Bogor mulai dirasakan sejak tahun 2007. Hal ini berdasarkan wawancara dengan Ketua RW 04 dan RW 05 serta masyarakat. Penyebab terjadinya kelangkaan tersebut karena mulai maraknya pengambilan air dari mata air secara berlebihan oleh perusahaan air minum, baik perusahaan air curah yang menggunakan truk tanki maupun perusahaan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yang ada disekitar wilayah Desa Cijeruk. Terdapat dua titik mata air yang memiliki debit air cukup besar dan banyak perusahaan air yang memanfaatkannya, yaitu mata air Cikiara dan mata air Legok Adung. Mata air Cikiara terdapat di wilayah RW 04 Desa Cijeruk Kecamatan Cijeruk, sedangkan mata air Legok Adung terdapat di wilayah RW 05 Desa Cijeruk Kecamatan Cijeruk. Kedua mata air tersebut sangat bermanfaat bagi masyarakat karena digunakan untuk kebutuhan rumahtangga dan berdasarkan identifikasi di kedua RW tersebut, 100 % petani padi memanfaatkan sumber mata air untuk kebutuhan pertanian. Masyarakat sangat merasakan telah terjadi kelangkaan sumberdaya air dari mata air Cikiara dan mata air Legok Adung khususnya masyarakat RW 04 dan RW 05 Desa Cijeruk yang disebabkan banyaknya perusahaan air yang memanfaatkannya. Kelangkaan sumberdaya air yang dirasakan oleh masyarakat RW 04 dan RW 05 Desa Cijeruk yaitu dalam hal semakin sulitnya mendapatkan air untuk kebutuhan rumahtangga. Selain itu, kelangkaan sumberdaya air juga 40

dirasakan oleh para petani yang sumber pengairannya berasal dari mata air Cikiara dan mata air Legok Adung. Mengidentifikasi kelangkaan sumberdaya air dilakukan dengan cara mewawancarai sebagian masyarakat yang ada di wilayah RW 04 dan RW 05 Desa Cijeruk. Terdapat 75 responden yang terdiri dari 45 responden rumahtangga dan 30 responden petani padi. Menurut survei langsung di lapangan, rumahtangga di wilayah RW 04 paling merasakan dampak dari kelangkaan sumberdaya air dibandingkan rumahtangga di wilayah RW 05, sehingga semua responden rumahtangga berasal dari wilayah RW 04. Responden petani padi dibagi didua wilayah tersebut, yaitu 15 responden di wilayah RW 04 dan 15 responden di wilayah RW 05. 6.1.1 Responden Petani Padi Identifikasi kelangkaan sumberdaya air di Desa Cijeruk dilakukan berdasarkan persepsi dari responden petani padi pemilik lahan yang dilihat dari tiga indikator yaitu:1. tingkat ketergantungan terhadap mata air, 2. pemanfaatan sumberdaya air oleh perusahaan air minum dan 3. kelangkaan sumberdaya air. Berdasarkan ketiga indikator tersebut, persepsi responden petani padi pemilik lahan di Desa Cijeruk terhadap kelangkaan sumberdaya air untuk irigasi sawahnya tersaji pada Tabel 8. 41

Tabel 8. Persepsi Responden Petani Padi Terhadap Kelangkaan Sumberdaya Air di Desa Cijeruk Tahun 2010. No. Indikator Ya Tidak Total I. Tingkat ketergantungan terhadap mata air: Jml % Jml % Jml % 1. Sumber air irigasi untuk sawah 30 100 0 0 30 100 berasal dari mata air. 2. Jumlah pasokan air mempengaruhi 30 100 0 0 30 100 produktifitas pertanian. 3. Bersedia membayar lebih untuk 17 56.7 13 43.3 30 100 mendapatkan air. II. Pemanfaatan sumberdaya air oleh Perusahaan air: 1. Mengetahui adanya perusahaan air 30 100 0 0 30 100 minum yang mengambil air dari mata air. 2. Mengetahui pengambilan air yang 22 73.3 8 26.7 30 100 dilakukan perusahaan air minum dilakukan secara berlebihan 3. Merasa dirugikan dengan adanya 30 100 0 0 30 100 kegiatan perusahaan air minum yang mengeksploitasi sumber mata air. III. Kelangkaan sumberdaya air: 1. Menurunnya jumlah air yang dapat 25 83.3 5 16.7 30 100 dimanfaatkan dari sumber mata air 2. Bersedia mengeluarkan biaya 17 56.7 13 43.3 30 100 tambahan untuk mendapatkan air. Sumber: Data primer (diolah) Berdasarkan pada Tabel 8, tingkat ketergantungan petani padi sangat tinggi yang dapat dibuktikan bahwa semua responden petani padi mendapatkan air 42

untuk irigasi sawahnya berasal dari mata air serta jumlah pasokan air sangat mempengaruhi produktifitas pertanian dan lebih dari 50 % bersedia membayar lebih untuk mendapatkan air. Hal ini mengindikasikan bahwa petani padi sangat tergantung dengan sumber mata air untuk pengairan sawahnya. Indikator selanjutnya didapat bahwa seluruh responden petani padi mengetahui adanya perusahaan air minum yang mengambil air dari mata air serta merasa dirugikan dengan adanya perusahaan air yang mengeksploitasi mata air. Lebih dari 70 % responden padi menjawab pada indikator kedua bahwa petani mengetahui perusahaan air minum mengambil air secara berlebihan. Pada indikator kedua ini mengindikasikan bahwa telah terjadi pemanfaatan sumber mata air oleh perusahaan air minum secara berlebihan berdasarkan persepsi responden petani padi. Kelangkaan sumberdaya air dinyatakan bahwa lebih dari 80 % persepsi responden petani padi menyatakan bahwa telah terjadi kelangkaan sumberdaya air yang ditandai dengan semakin menurunnya jumlah air yang dapat dimanfaatkan. Selain itu, lebih dari 50 % responden menyatakan bersedia mengeluarkan biaya tambahan untuk mendapatkan air. Pada indikator ketiga ini mengindikasikan bahwa telah terjadi kelangkaan sumberdaya air setelah adanya pemanfaatan sumber mata air oleh perusahaan air minum berdasarkan persepsi responden petani padi. Hasil yang diperoleh tersebut mengindikasikan bahwa berdasarkan persepsi petani padi telah terjadi kelangkaan sumberdaya air. Akibat dari adanya perusahaan air minum yang mengeksploitasi mata air. Petani padi merasa 43

dirugikan dengan kondisi kelangkaan sumberdaya air tersebut karena pengairan sawahnya 100 % bergantung dari mata air tersebut. 6.1.2 Responden Rumahtangga Identifikasi kelangkaan sumberdaya air di Desa Cijeruk dilakukan berdasarkan persepsi dari responden rumahtangga yang memanfaatkan sumber mata air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dilihat dari tiga indikator yaitu:1. tingkat ketergantungan terhadap mata air, 2. pemanfaatan sumberdaya air oleh perusahaan air minum dan 3. kelangkaan sumberdaya air. Berdasarkan ketiga indikator tersebut, persepsi responden rumahtangga di Desa Cijeruk terhadap kelangkaan sumberdaya air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tersaji pada Tabel 9. 44

Tabel 9. Persepsi Responden Rumahtangga Terhadap Kelangkaan Sumberdaya Air di Desa Cijeruk Tahun 2010. No. Indikator Ya Tidak Total I. Tingkat ketergantungan terhadap mata air: Jml % Jml % Jml % 1. Sumber air untuk kebutuhan 45 100 0 0 45 100 sehari-hari berasal dari mata air. 2. Ada upaya yang dilakukan untuk 30 67 15 33 45 100 memenuhi kebutuhan air bersih. II. Pemanfaatan sumberdaya air oleh perusahaan air: 1. Mengetahui adanya perusahaan 45 100 0 0 45 100 air minum yang mengambil air dari mata air. 2. Mengetahui pengambilan air yang 45 100 0 0 45 100 dilakukan perusahaan air minum dilakukan secara berlebihan. 3. Merasa dirugikan dengan adanya 30 67 15 33 45 100 perusahaan air minum. III. Kelangkaan sumberdaya air: 1. Menurunnya jumlah air yang 45 100 0 0 45 100 dapat dimanfaatkan dari sumber mata air. 2. Merasakan adanya kelangkaan air 30 67 15 33 45 100 bersih. Sumber: Data primer (diolah) Berdasarkan hasil persepsi responden rumahtangga pada Tabel 9, didapat bahwa 100% responden menyatakan air yang digunakan berasal dari mata air. Seluruh responden juga menyatakan bahwa mereka mengetahui adanya perusahaan air minum yang mengambil air dari mata air yang pengambilan airnya 45

dilakukan secara berlebihan. Hal ini menyebabkan rumahtangga merasa dirugikan dengan adanya perusahaan air minum. Hasil yang diperoleh selanjutnya didapat bahwa seluruh responden rumahtangga menyatakan telah terjadi kerusakan sumber mata air yang ditandai dengan semakin menurunnya jumlah air sehingga rumah tangga merasakan adanya kelangkaan air bersih. Berdasarkan hasil yang diperoleh, bahwa responden rumahtangga sangat tergantung dengan sumber mata air karena sumber mata air tersebut digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Adanya pemanfaatan sumberdaya air oleh perusahaan air minum, rumahtangga merasakan sumberdaya air menjadi sulit didapat. Hal ini disebabkan pemanfaatan yang berlebihan oleh perusahaan air minum terhadap sumber mata air. 6.2 Pengelolaan Sumberdaya Air Sumberdaya air di Desa Cijeruk sebagian besar berasal dari sumber mata air. Sebagian besar masyarakat memanfaatkan sumber mata air untuk kebutuhan rumahtangga serta kebutuhan pertanian. Pemanfaatan sumber mata air dilakukan secara adil dan merata ke masyarakat berdasarkan musyawarah seluruh masyarakat. Kepemilikan dari sumber mata air tersebut didasarkan pada kepemilikan tanah yang menjadi tempat sumber mata air. Kepemilikan sumber mata air yang menjadi lokasi penelitian yaitu mata air Cikiara di RW 04 Desa Cijeruk dan mata air Legok Adung di RW 05 Desa Cijeruk dimiliki oleh individu/penduduk lokal yang juga pemilik lahan dari lokasi mata air tersebut. Masyarakat yang berada di RW 04 dan 05 Desa Cijeruk seluruhnya memanfaatkan sumber mata air untuk kebutuhan sehari-hari serta untuk irigasi 46

pertanian. Sebelum adanya perusahaan air minum yang memanfaatkan sumber mata air tersebut, masyarakat tidak kesulitan dalam hal mendapatkan air. Air disalurkan secara merata ke setiap rumah tangga dan irigasi pertanian melalui pipa langsung dari sumber mata air. Lokasi sumber mata air yang tidak jauh dari pemukiman warga, menjadikan masyarakat lebih mudah untuk memanfaatkan serta mengelola sumber mata air tersebut. Pengelolaan terhadap sumber mata air sebelum adanya perusahaan air minum di RW 04 dan 05 Desa Cijeruk dilakukan secara swadaya oleh masyarakat berdasarkan musyawarah bersama. Berdasarkan musyawarah yang dilakukan masyarakat, dalam hal pendistribusian serta pemeliharaan sumber mata air, masyarakat dikenakan iuran setiap bulan untuk pemeliharaan. Pemerintah Kecamatan Cijeruk pada saat itu memberikan bantuan instalasi pendistribusian air ke rumah warga, sehingga warga hanya dikenakan iuran setiap bulannya untuk pemeliharaan saluran distribusi air. Besarnya iuran setiap bulan untuk pemeliharaan ditetapkan berdasarkan musyawarah bersama. Iuran tersebut dikelola di setiap RT oleh aparat pengurus RT tersebut sedangkan pemeliharaannya dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh penduduk desa. Pengelolaan sumber mata air yang diperuntukkan untuk irigasi pertanian dikelola oleh setiap kelompok tani. Pengelolaannya meliputi pembuatan serta pemeliharaan saluran irigasi. Semenjak adanya perusahaan air yang mulai juga memanfaatkan sumber mata air membuat masyarakat semakin sulit memperoleh air. Hal ini disebabkan jumlah debit air yang mengalir ke masyarakat serta ke saluran irigasi pertanian semakin berkurang. Perusahaan air mangambil air dengan cara langsung 47

menyalurkan air dari sumber mata air ke tempat produksi perusahaan tersebut melalui pipa penyaluran. Oleh sebab itu masyarakat membuat bak penampungan. Banyaknya perusahaan air yang memanfaatkan sumber mata air disebabkan oleh semakin banyaknya kepemilikan tanah yang awalnya dimiliki oleh masyarakat lokal setempat kemudian berpindah ke pihak swasta dan individu di luar Desa Cijeruk. Pemerintah setempat hanya melakukan legalitas terhadap pengelolaan sumberdaya air sehingga tidak ada aturan yang jelas mengenai pembagian serta pembayaran ganti rugi terhadap masyarakat. Hal ini mencerminkan pemerintah belum dapat menerapkan isi dari UU nonor 7 tahun 2004 tentang sumberdaya air yaitu mengenai adanya asas efisiensi dan keadilan dalam mendapatkan sumberdaya air. Masyarakat tidak bisa berbuat banyak terkait pengelolaan sumber mata air serta ganti rugi perusahaan air minum kepada masyarakat. Hal ini disebabkan kurangnya perhatian serta dukungan dari pemerintah setempat. Musyawarah yang dilakukan antara pihak perusahaan dengan masyarakat sudah sering dilakukan untuk menentukan penyaluran air secara merata serta mengenai bantuan terhadap masyarakat, tetapi pihak perusahaan selalu tidak melaksanakan hasil dari musyawarah tersebut. Berikut tersaji pada Tabel 10 perbandingan pengelolaan sumber mata air sebelum dan sesudah adanya pemanfaatan oleh perusahaan air minum. 48

Tabel 10. Perbandingan Pengelolaan Sumber Mata Air Sebelum dan Sesudah Adanya Pemanfaatan Oleh Perusahaan Air Minum di Desa Cijeruk Tahun 2010. No. Keterangan Sebelum Sesudah 1. Hak kepemilikan penduduk lokal penduduk di luar Desa Cijeruk dan pihak swasta 2. Pemanfaatan air seluruhnya dimanfaatkan sebagian besar masyarakan dimanfaatkan perusahaan air air minum 3. Biaya pemanfaatan air iuran bulanan untuk peningkatan iuran pemeliharaan instalasi bulanan untuk pemeliharaan instalasi serta pembuatan bak penampungan 4. Kelembagaan dalam - RT/RW = pengelola - RT/RW = pengelolaan sumber sumber mata air pengelola sumber mata air sumber mata air - pemerintah desa = - pemerintah desa belum ada campur = pemberi izin tangan pemanfaatan sumber mata air - pemilik sumber mata - pemilik sumber air = belum ada cam mata air = tangan penjual sumber mata air Sumber: Data primer (diolah) Berdasarkan Tabel 10, adanya perusahaan air minum yang memanfaatkan sumber mata air disebabkan oleh semakin banyaknya kepemilikan tanah yang awalnya dimiliki oleh masyarakat lokal setempat kemudian berpindah ke pihak swasta dan penduduk di luar Desa Cijeruk. Pemerintah setempat hanya melakukan legalitas terhadap pengelolaan sumberdaya air sehingga tidak ada aturan yang jelas mengenai pembagian serta pembayaran ganti rugi terhadap masyarakat. 49

Masyarakat tidak bisa berbuat banyak terkait pengelolaan sumber mata air serta ganti rugi perusahaan air minum kepada masyarakat. Hal ini disebabkan kurangnya perhatian serta dukungan dari pemerintah setempat. Musyawarah yang dilakukan antara pihak perusahaan dengan masyarakat sudah sering dilakukan untuk menentukan penyaluran air secara merata serta mengenai bantuan terhadap masyarakat, tetapi pihak perusahaan selalu tidak melaksanakan hasil dari musyawarah tersebut. Masyarakat Desa Cijeruk khususnya di RW 04 dan 05 berharap pemerintah bersikap tegas terhadap perusahaan air minum dalam hal pembagian air serta ganti rugi perusahaan air kepada masyarakat. Masyarakat berharap sikap tegas pemerintah dicerminkan dengan adanya aturan yang jelas mengenai pengelolaan serta pemanfaatan sumberdaya air. Aturan tersebut juga diharapkan mengedepankan kepentingan masyarakat serta jangan hanya mengedepankan kepentingan pihak perusahaan. 6.3 Estimasi Nilai Economic Losses Pemanfaatan sumber mata air yang dilakukan oleh perusahaan air minum menimbulkan kelangkaan sumberdaya air yang dialami oleh masyarakat baik rumahtangga maupun petani padi. Hal ini berdampak pada sulitnya mendapatkan air dari sumber mata air sehingga masyarakat harus mengeluarkan biaya lebih untuk mendapatkan air. Selain itu, petani padi mengalami kerugian dengan semakin berkurangnya jumlah panen yang didapat. Oleh karena itu perlu dilakukan penghitungan kerugian yang dialami masyarakat dengan menghitung nilai economic losses. 50

Nilai economic losses dari semakin berkurangnya jumlah air yang mengalir ke masyarakat ditentukan berdasarkan analisis perubahan pendapatan serta analisis biaya tambahan. Analisis perubahan pendapatan dilakukan kepada responden petani padi sedangkan analisis biaya tambahan dilakukan kepada responden rumahtangga. Analisis perubahan pendapatan mengacu pada pendapatan petani padi sebelum adanya perusahaan air minum dengan pendapatan petani padi setelah adanya perusahaan air minum. Analisis biaya tambahan mengacu pada adanya biaya tambahan yang dikenakan rumahtangga setelah adanya perusahaan air minum. 6.3.1 Analisis Perubahan Pendapatan pada Responden Petani Padi Analisis perubahan pendapatan dilakukan terhadap responden petani padi. Hal ini dilakukan untuk mengestimasi besaran kerugian yang dialami petani padi yang disebabkan oleh adanya perusahaan air yang mengambil air dari mata air. Petani padi di wilayah RW 04 dan RW 05 Desa Cijeruk sangat tergantung dengan sumber mata air. Hal ini dikarenakan sumber mata air merupakan satu-satunya sumber air selain air hujan yang dibutuhkan untuk pengairan sawahnya. Petani padi mulai merasakan penurunan jumlah panen semenjak adanya perusahaan air yang mengambil air dari mata air Cikiara dan mata air Legok Adung. Dikarenakan dalam hal pendistribusian air, perusahaan air langsung mengambil air dari mata air menggunakan pipa yang langsung disalurkan ke perusahaan air. Berdasarkan wawancara dengan responden petani padi hal ini menyebabkan debit air yang mengalir ke saluran irigasi menjadi berkurang. 51

Analisis perubahan pendapatan dalam menentukan nilai economic losses dari responden petani padi diawali dengan menghitung produksi padi serta pendapatan petani padi setiap tahun sebelum dan sesudah adanya perusahaan air minum. Berdasarkan wawancara dengan responden petani padi diperoleh data rata-rata produksi padi per hektar, rata-rata harga jual Gabah Kering Giling (GKG) per kilogram serta biaya produksi padi sebelum dan sesudah adanya pemanfaatan sumber mata air oleh perusahaan air minum di Desa Cijeruk (Lampiran 3). Tabel 11 menyajikan perhitungan produksi dan pendapatan responden petani padi sebelum adanya pemanfaatan sumber mata air oleh perusahaan air minum di Desa Cijeruk. Tabel 11. Produksi serta Pendapatan Petani Padi Sebelum Adanya Perusahaan Air Minum di Desa Cijeruk Tahun 2006. Wilayah Luas lahan (Ha) Produktivitas (Kg) Biaya(Rp) Pendapatan/Th(Rp) (1) (2)=(1)x12 500 *) (3)=(1)xA *) (4)=(2)x3 000 *) (3) RW 04 4.275 53 550 10 104 249 150 545 751 RW 05 1.980 24 750 4 679 863 69 570 137 Total 6.255 78 300 14 784 112 220 115 888 Sumber: Data Primer (Diolah) Keterangan: *) : produksi padi rata-rata=12 500Kg/Ha/th, hargajualgkg=rp 3 000/Kg(Lampiran 3) A: biaya rata-rata = Rp 2 363 567 Berdasarkan hasil wawancara dengan responden petani padi pemilik lahan pada Lampiran 3, didapat rata-rata produksi padi per hektarnya per tahun setelah adanya perusahaan air minum adalah sebesar 9 930 Kg dengan harga 1 Kg Gabah Kering Giling (GKG) sebesar Rp 3 000, sehingga produksi serta pendapatan petani padi pemilik lahan setelah adanya perusahaan air minum dapat dilihat pada Tabel 12. 52

Tabel 12. Produksi serta Pendapatan Petani Padi Setelah Adanya Perusahaan Air Minum di Desa Cijeruk Tahun 2010. Wilayah Luas lahan (Ha) Produksi (Kg) Biaya (Rp) Pendapatan/tahun (Rp) (1) (2)=(1)x9 930 *) (3)=(1)xA *) (4)=(2)x3 000 *) (3) RW 04 4.275 42 470 10 104 249 117 305 751 RW 05 1.980 19 660 4 679 863 54 300 137 Total 6.255 62 130 14 784 112 171 605 888 Sumber: Data Primer (Diolah) Keterangan: *) : produksi padi rata-rata=9 930 Kg/Ha/th, hargajualgkg= Rp 3 000/Kg(Lampiran 3) A: biaya rata-rata = Rp 2 363 567 Berdasarkan Tabel 11 dan 12, didapatkan total pendapatan petani padi sebelum dan sesudah adanya pemanfaatan sumber mata air oleh perusahaan air minum. Hasilnya bahwa terjadi penurunan pendapatan petani akibat adanya pemanfaatan sumber mata air oleh perusahaan air minum. Estimasi nilai economic losses responden petani padi di Desa Cijeruk dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Estimasi Nilai Economic Losses Responden Petani Padi di Desa Cijeruk Tahun 2010. Keterangan Total pendapatan per tahun (Rp) A. Sebelum adanya perusahaan 220 115 888 air minum B. Setelah adanya perusahaan 171 605 888 air minum C. Nilai economic losses (A-B) 48 510 000 D. Nilai (rata-rata) economic losses 1 617 000 petani padi (C/30) Sumber: Data primer (Diolah) Nilai economic losses responden petani padi di Desa Cijeruk didapat dari hasil pengurangan total pendapatan per tahun sebelum adanya perusahaan air minum dengan total pendapatan per tahun setelah adanya perusahaan air minum yaitu sebesar Rp 48 510 000. 53

6.3.2 Analisis Averted Cost Method (Metode Biaya Tambahan) pada Responden Rumah Tangga Analisis metode biaya tambahan dilakukan untuk menentukan nilai economic losses dari responden rumahtangga. Metode ini dilakukan dengan prinsip dasar bahwa kerusakan sumber mata air dapat menyebabkan adanya penambahan biaya dari pemenfaatan sumber mata air tersebut. Informasi yang diperoleh dalam menentukan biaya tambahan yang diterima responden rumahtangga didapat melalui kuesioner. Sebelum terjadinya kerusakan sumber mata air rumahtangga yang berada di wilayah RW 04 dan RW 05 Desa Cijeruk dalam memperoleh sumber air tidak perlu mengeluarkan biaya, karena sudah dibantu oleh pihak aparat pemerintah desa dalam menyalurkan air ke rumahtangga. Setelah mulai masuknya perusahaan air yang juga memanfaatkan sumber mata air untuk keperluan produksinya, maka semakin sulitnya rumahtangga dalam memanfaatkan sumber mata air. Oleh sebab itu, rumahtangga mencari alternatif cara untuk memanfaatkan sumber mata air, yaitu dengan cara membuat bak penampungan. Dibuatkannya bak penampungan menyebabkan rumahtangga mengeluarkan biara tambahan dalam memperoleh sumber air. Biaya tambahan yang dikenai rumahtangga yaitu pada awal pembangunan bak penampungan serta biaya pemeliharaan yang dikenakan setiap bulan. Biaya tambahan pada awal pembangunan bak penampungan masing-masing rumahtangga besarnya berbeda. Besaran biaya tambahan ditentukan berdasarkan jarak rumah dengan lokasi bak penampungan. Semakin jauh rumah dengan bak penampungan, maka semakin besar pula biaya tambahan yang dikeluarkan. 54

Biaya tambahan yang dikenakan rumahtangga setiap bulan adalah sebesar Rp 3 000/KK. Penentuan besarnya biaya ini ditentukan melalui musyawarah warga. Biaya ini diperuntukkan untuk biaya pemeliharaan bak penampungan serta biaya pemeliharaan pipa saluran air. Disamping biaya rutin pemeliharaan instalasi air, dikenakan juga biaya pembangunan bak penampungan. Biaya untuk pembangunan bak penampungan dari total 30 responden rumahtangga adalah sebesar Rp 5 790 000, sehingga biaya rata-rata yang dikenakan rumahtangga adalah sebesar Rp 193 000. Tabel 14 menyajikan perhitungan economic losses atau biaya-biaya tambahan yang harus dibayarkan oleh responden rumahtangga untuk mendapatkan air dari sumber mata air setelah adanya pemanfaatan sumber mata air oleh perusahaan air minum. Tabel 14. Biaya Tambahan Responden Rumahtangga di Desa Cijeruk Tahun 2010 No. Jenis Biaya Total Biaya (Rp) Biaya Rata-Rata(Rp)/KK 1. Biaya pembangunan bak penampungan (dikenakan 5 790 000 *) 193 000 pada awal pembangunan saja) 2. Biaya pemeliharaan bak Penampungan serta 1 620 000 *) 36 000 Saluran air (per tahun) 3. Total biaya tambahan responden 7 410 000 229 000 Rumahtangga (1+2) Sumber : Data primer (Diolah) Keterangan : *) Total biaya berdasarkan hasilwawancara dengan responden rumahtangga (Lampiran 4) Hasil yang diperoleh pada Tabel 14, diharapkan tidak hanya ditanggung oleh masyarakat saja. Masyarakat mengharapkan adanya perhatian serta bantuan dari pihak perusahaan air minum yang memanfaatkan sumber mata air. Selain itu, 55

adanya ketegasan dari aparat baik aparat pemerintah desa maupun aparat pemerintah kecamatan dalam hal pengelolaan sumber mata air serta ganti rugi kepada masyarakat oleh perusahaan air minum. Berdasarkan Tabel 13 dan Tabel 14, total economic losses masyarakat Desa Cijeruk akibat adanya pemanfaatan sumber mata air oleh perusahaan air minum, tersaji pada Tabel 15. Tabel 15. Total Economic Losses Masyarakat Desa Cijeruk Tahun 2010. No. Responden Economic Losses/n N Economic Losses Total (Rp) (orang) (Rp) (1) (2) (3) = (1) x (2) 1. Petani padi 1 617 000 155 250 635 000 2. Rumahtangga 229 000 2139 489 831 000 Total 740 466 000 Sumber : Data primer (Diolah) Hasil yang diperoleh pada Tabel 15 menunjukkan nilai total economic losses masyarakat Desa Cijeruk. Economic losses baik petani padi untuk mengairi sawahnya maupun rumahtangga untuk keperluan sehari-hari yang 100 % tergantung dari sumber mata air. Nilai economic losses akibat adanya pemanfaatan secara berlebihan terhadap sumber mata air yang dilakukan oleh perusahaan air minum adalah sebesar Rp 740 466 000. Nilai total economic losses rumahtangga lebih besar daripada petani padi walaupun nilai rata-rata economic losses petani padi jauh lebih besar dibanding rumahtangga (hanya 14 % dari petani padi). Hal ini dikarenakan jumlah petani di Desa Cijeruk hanya 1.9 % (155 orang) dari jumlah penduduk Desa Cijeruk sehingga total economic losses rumahtangga jauh lebih besar daripada petani padi. Hasil ini mencerminkan nilai 56

kerugian yang dialami masyarakat serta dapat dijadikan acuan untuk nilai kompensasi yang diterima masyarakat dari perusahaan air minum. 57