Karakterisasi Kitin dan Kitosan dari Cangkang Kepiting Bakau (Scylla Serrata)

dokumen-dokumen yang mirip
3. Metodologi Penelitian

TRANSFORMASI KITIN DARI HASIL ISOLASI LIMBAH INDUSTRI UDANG BEKU MENJADI KITOSAN

BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Beaker glass 50 ml pyrex. Beaker glass 100 ml pyrex

Karakterisasi Kitosan dari Limbah Kulit Kerang Simping (Placuna placenta) Characterization of Chitosan from Simping Shells (Placuna placenta) Waste

ADSORPSI ZAT WARNA PROCION MERAH PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI SONGKET MENGGUNAKAN KITIN DAN KITOSAN

Bab III Metodologi Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel cangkang udang di PT.

Karakterisasi Kitosan dari Cangkang Rajungan dan Tulang Cumi dengan Spektrofotometer FT-IR Serta Penentuan Derajat Deasetilasi Dengan Metode Baseline

KAJIAN KINETIKA DAN TERMODINAMIKA ADSORPSI BESI(II) DAN SENG(II) DENGAN PASIR KUARSA

SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011.

UTILIZATION OF Penaus monodon SHRIMP SHELL WASTE AS ADSORBENT OF CADMIUM(II) IN WATER MEDIUM

4. Hasil dan Pembahasan

PEMBUATAN KITOSAN DARI KULIT UDANG PUTIH (Penaeus merguiensis) DAN APLIKASINYA SEBAGAI PENGAWET ALAMI UNTUK UDANG SEGAR

Lampiran 1. Gambar Kertas HVS Bekas, ᾳ selulosa, dan SMKHB. Gambar 1. Gambar 2. Keterangan : Gambar 1 : Kertas HVS bekas. Gambar 2 : Alfa Selulosa

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif eksploratif dan

TINJAUAN PUSTAKA. adalah tanah-tanah bereaksi masam (ph rendah) dan miskin unsur hara, seperti

PENGGUNAAN KITOSAN DARI TULANG RAWAN CUMI-CUMI (LOLIGO PEALLI) UNTUK MENURUNKAN KADAR ION LOGAM Cd DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

3 Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

TINGKATAN KUALITAS KITOSAN HASIL MODIFIKASI PROSES PRODUKSI. Abstrak

OPTIMASI PEMBUATAN KITOSAN DARI KITIN LIMBAH CANGKANG RAJUNGAN (Portunus pelagicus) UNTUK ADSORBEN ION LOGAM MERKURI

PENGARUH SUHU DAN WAKTU REAKSI PADA PEMBUATAN KITOSAN DARI TULANG SOTONG (Sepia officinalis)

PENGARUH WAKTU PEMANASAN PADA PROSES DEASETILASI TERHADAP YIELD CHITOSAN DARI LIMBAH KULIT UDANG SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN PENGAWET MAKANAN

PENGGUNAAN KITOSAN DARI LIMBAH KULIT UDANG SEBAGAI INHIBITOR TERHADAP KEASAMAN TUAK SKRIPSI. Oleh: FIKRIATUN NURHIKMAWATI NIM.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi

3 Percobaan. 3.1 Tahapan Penelitian Secara Umum. Tahapan penelitian secara umum dapat dilihat pada diagram alir berikut :

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Makalah Pendamping: Kimia Paralel E PENGARUH KONSENTRASI KITOSAN DARI CANGKANG UDANG TERHADAP EFISIENSI PENJERAPAN LOGAM BERAT

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

PEMBUATAN KITOSAN DARI LIMBAH CANGKANG BEKICOT DENGAN VARIASI KONSENTRASI NATRIUM HIDROKSIDA (NaOH) PADA TAHAP DEASETILASI

3 Metodologi Penelitian

PEMANFAATAN KITOSAN DARI LIM`BAH CANGKANG KERANG BULU(Anadara inflata) SEBAGAI BAHAN PENJERNIH AIR SUNGAI

PENGARUH ph DAN LAMA KONTAK PADA ADSORPSI ION LOGAM Cu 2+ MENGGUNAKAN KITIN TERIKAT SILANG GLUTARALDEHID ABSTRAK ABSTRACT

3 Metodologi Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan maret sampai juli 2013, dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

DERAJAT DEASETILASI DAN KELARUTAN CHITOSAN YANG BERASAL DARI CHITIN IRRADIASI

VARIASI KONSENTRASI DAN ph TERHADAP KEMAMPUAN KITOSAN DALAM MENGADSORPSI METILEN BIRU. Turmuzi Tammi, Ni Made Suaniti, dan Manuntun Manurung

PENGARUH ph DAN WAKTU KONTAK PADA ADSORPSI Cd(II) MENGGGUNAKAN ADSORBEN KITIN TERFOSFORILASI DARI LIMBAH CANGKANG BEKICOT (Achatina fulica) ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

PEMANFAATAN CANGKANG KEPITING UNTUK MENURUNKAN KOLESTEROL DARAH UTILIZATION CRAB SHELLS TO REDUCE OF BLOOD CHOLESTEROL

PEMANFAATAN KITOSAN DARI LIMBAH CANGKANG KERANG HIJAU (Perna viridis) SEBAGAI ADSORBAN LOGAM Cu

30 Adsorpsi Pb (II)...(Indah Sanjaya dan Leny Yuanita) Indah Sanjaya dan Leny Yuanita Staf Pengajar Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya

TINGKATAN KUALISTAS KITOSAN HASIL MODIFIKASI PROSES PRODUKSI. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

PEMANFAATAN KITOSAN DARI LIMBAH CANGKANG BEKICOT SEBAGAI ADSORBAN LOGAM TEMBAGA

PENGARUH WAKTU PROSES DEASETILASI KITIN DARI CANGKANG BEKICOT (Achatina fulica) TERHADAP DERAJAT DEASETILASI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENENTUAN KADAR KLORIDA DALAM MgCl 2 DENGAN ANALISIS GRAVIMETRI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2013 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Jurnal ILMU DASAR Vol. 10 No : Bagus Rahmat Basuki & I Gusti Made Sanjaya Jurusan Kimia,FMIPA, Universitas Negeri Surabaya

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

BAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

PENGARUH BAHAN AKTIVATOR PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TEMPURUNG KELAPA

PENGARUH ph, DAN WAKTU KONTAK PADA ADSORPSI Co(II) MENGGUNAKAN ADSORBEN KITIN TERFOSFORILASI DARI LIMBAH CANGKANG BEKICOT (Achatina fulica) ABSTRAK

II. METODOLOGI PENELITIAN

PEMANFAATAN KITOSAN DARI CANGKANG RAJUNGAN PADA PROSES ADSORPSI LOGAM NIKEL DARI LARUTAN NiSO 4

PRODUKSI KITOSAN GRADE FARMASI DARI KULIT BADAN UDANG MELALUI PROSES DEASETILASI DUA TAHAP

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

Metode Penelitian. 3.1 Alat dan Bahan Penelitian Daftar alat

3 Metodologi Penelitian

PEMANFAATAN CANGKANG UDANG SEBAGAI BIOADSORBEN ION LOGAM Cu DAN Zn PADA SAMPEL AIR PERMUKAAAN KOTA BENGKULU

ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN

Penetapan kadar Cu dalam CuSO 4.5H 2 O

EVALUASI PROSES PENGOLAHAN LIMBAH KULIT UDANG UNTUK MENINGKATKAN MUTU KITOSAN YANG DIHASILKAN

Sains dan Terapan Kimia, Vol.1, No.2 (Juli 2007),

3 Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

JKK, Tahun 2016, Volume 5(3), halaman ISSN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi.

Pupuk dolomit SNI

BAB 3 METODE PERCOBAAN

PENYISIHAN KESADAHAN dengan METODE PENUKAR ION

Bab III Metodologi Penelitian

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

3 METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian

PEMURNIAN GARAM DAPUR MELALUI METODE KRISTALISASI AIR TUA DENGAN BAHAN PENGIKAT PENGOTOR NA 2 C 2 O 4 NAHCO 3 DAN NA 2 C 2 O 4 NA 2 CO 3

Hafnida Hasni Harahap, Usman Malik, Rahmi Dewi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

3 Metodologi Penelitian

ADSORPSI LOGAM KADMIUM (Cd) OLEH ARANG AKTIF DARI TEMPURUNG AREN (Arenga pinnata) DENGAN AKTIVATOR HCl

BAB III METODE PENELITIAN

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3.

KITIN DARI CANGKANG RAJUNGAN YANG DIPEROLEH SECARA ENZIMATIK PADA TAHAP DEPROTEINASI CHITIN FROM SHELLS OF CRAB ENZIMATICALLY ON DEPROTEINATION

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODA 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Kimia Analitik Fakultas matematika dan Ilmu

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu)

Adsorpsi Fenol pada Membran Komposit Khitosan Berikatan Silang

Transkripsi:

Jurnal Penelitian Sains Volume 14 Nomer 3(C) 14307 Karakterisasi Kitin dan Kitosan dari Cangkang Kepiting Bakau (Scylla Serrata) Aldes Lesbani, Setiawati Yusuf, R. A. Mika Melviana Jurusan Kimia, Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan, Indonesia Intisari: Telah dilakukan isolasi kitin dari cangkang kepiting bakau (Scylla serrata) melalui proses demineralisasi dan deproteinasi, serta transformasi kitin menjadi kitosan dengan proses deasetilasi. Kitin dan kitosan yang diperoleh dikarakterisasi dengan penentuan kadar abu, kadar air, serta kandungan logam yang ada didalamnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar abu untuk cangkang kepiting sebesar 70,493%(b/b) kadar air 8,725% (b/b), serta kandungan logam magnesium sebesar 1,136 mg/g, besi 27,36 mg/g, kalsium 0,260 mg/g, seng 0,669 mg/g, tembaga 0,004 mg/g, natrium 17,672 mg/g, dan silika oksida 0,018 mg/g. Kadar abu untuk kitin sebesar 40,368% (b/b), kadar air sebesar 7,862% (b/b) serta kandungan logam magnesium 1,1245(mg/), besi 12,478 mg/g, kalsium 0,038 mg/g, seng 0,6186 mg/g, tembaga 0,001 mg/g, natrium 13,95 mg/g, dan silika oksida sebesar 0,016 mg/g. Kitosan memiliki kadar abu sebesar 15,247%(b/b), kadar air sebesar 5,935% (b/b), serta kandungan logam magnesium sebesar 0,729 mg/g, besi 4,455 mg/g, kalsium 0,037 mg/g, seng 0,068 mg/g, tembaga 0,0003 mg/g, natrium 7,816 mg/g dan silika oksida sebesar 0,015 mg/g. Kata kunci: cangkang kepiting, kitin, kitosan Abstract: Isolation of chitin from shell of mangrove crab (Scylla serrata) through demineralization and deproteination followed by transformation of chitin to chitosan through deacetylation have been done. Characterization of chitin and chitosan were carried out through the determination of ash, water, and metal content. The result of this research showed that the ash content in crab shell was 70.493% (w/w) and water content was 8.725% (w/w). The metal ions in crab shell such as magnesium was 1.136 mg/g, iron was 27.36 mg/g, calcium was 0.260 mg/g, zinc was 0.669 mg/g, copper was 0.004 mg/g, sodium was 17.672 mg/g, and silica oxide was 0.018 mg/g. The ash content in chitin was 40.368% (w/w) and water content was 7.862% (w/w). The metal ions in chitin such as magnesium was 1.124 mg/g, iron was 12.478 mg/g, calcium was 0.038 mg/g, zinc was 0.619 mg/g, copper was 0.001 mg/g, sodium was 13.95 mg/g, and silica oxide was 0.016 mg/g. The ash content in chitosan was 15.247% (w/w) and water content was 5.935% (w/w). The metal ions in chitosan such as magnesium was 0.729 mg/g, iron was 4.455 mg/g, calcium 0.037 mg/g, zinc was 0.068 mg/g, copper was 0.0003 mg/g, sodium was 7.816 mg/g, and silica oxide was 0.015 mg/g. Keywords: crab shell, chitin, chitosan Juli 2011 1 PENDAHULUAN L ingkungan merupakan faktor eksternal yang baik secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan mahluk hidup di sekitarnya. Gangguan yang ada pada lingkungan yang berupa pencemaran yang semakin bertambah dari hari ke hari karena aktivitas manusia dapat mengurangi kualitas lingkungan di dalamnya. Sumatera selatan merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya akan lingkungan bakau dengan banyaknya muara anak sungai yang merupakan habitat bagi banyak ora dan fauna di dalamnya. Dengan adanya gangguan yang disebabkan oleh manusia yang berupa cemaran atau polusi maka akan menyebabkan turunnya tingkat hidup dari ora dan fauna dan dalam jangka panjang dapat menyebabkan mutasi atau musnahnya kehidupan di lingkungan tersebut. Salah satu polutan yang mendapat perhatian adalah polutan logam-logam yang dapat dihasilkan dari alam sendiri maupun dari aktivitas manusia seperti industri baik industri kecil maupun industri besar. Logamlogam dapat masuk kedalam sistem pertahanan tubuh hewan maupun tumbuhan dan dalam jangka waktu tertentu terjadi akumulasi dan penumpukan sehingga menyebabkan hewan atau tumbuhan mati atau mengalami perubahan genetik. Kepiting merupkan salah satu hewan yang hidup di lingkungan bakau yang ada di Sumatera Selatan dan banyak dikonsumsi masyarakat. Dengan bertambahnya polutan logam kedalam lingkungan menyebabkan terjadinya akumulasi logam didalam tubuh c 2011 FMIPA Universitas Sriwijaya 14307-32

kepiting sehingga menkonsumsi kepiting harus dilakukan secara hati-hati dan bijaksana. Cangkang kepiting diketahui mengandung senyawa aktif kitin yang banyak manfaatnya sebagai enzim, industri kosmetika maupun farmasi. Kitin yang telah mengalami deasetilasi akan menjadi kitosan. Adanya kandungan logam didalam cangkang kepiting akan menurunkan kualitas kitin dan kitosan yang diisolasi dari cangkang kepiting. Dalam penelitian ini akan dikaji pengaruh proses demineralisasi dan deproteinasi cangkang kepiting menjadi kitin dan deasetilasi kitin menjadi kitosan terhadap kandungan logam yang ada didalamnya [1]. Dengan hasil penelitian ini diharapkan isolasi kitin dari cangkang kepiting dan transformasi kitin menjadi kitosan dapat dilakukan secara efektif untuk mendapatkan produk kitin dan kitosan yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. 2 METODOLOGI PENELITIAN Sampel cangkang kepiting bakau diperoleh dari Pasar Cinde Palembang dan di bersihkan dengan cara dicuci dengan air untuk selanjutnya dijemur dan digerus dengan ayakan 100 mesh. Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini berkualitas analytical grade buatan Merck dan langsung digunakan tanpa perlakuan khusus meliputi asam klorida, natrium hidroksida, magnesium klorida, besi klorida, kalsium klorida, seng klorida, tembaga klorida, natrium klorida, dan air bebas mineral. Alat-alat yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi alat-alat gelas standar seperti gelas ukur, labu takar, labu Erlenmeyer, beker gelas, corong, kertas saring, ph meter, serta spektrofotometer serapan atom Perkin Elmer 3110. 2.1 Isolasi kitin dari cangkang kepiting bakau Isolasi kitin dari cangkang kepiting bakau dilakukan dengan metoda Hong [2] melalui proses demineralisasi dan deprotonisasi. Sebanyak 76 g cangkang kepiting halus ditambahkan asam klorida 1M sebanyak 1140 ml (perbandingan 1:15) untuk kemudian diaduk dengan pengaduk magnetik pada temperatur ruang selama 30 menit. Kemudian padatan dipisahkan dari larutan dengan penyaringan dan residu yang diperoleh di cuci dengan air bebas mineral sampai ph dalam kisaran netral antara 6-7 dan dikeringkan dalam temperatur ruang. Selanjutnya sebanyak 7 g padatan yang telah kering tersebut ditambahkan 70 ml natrium hidroksida 3,5% (b/v) (perbandingan 1:10), direuk selama 2 jam pada temperatur 65 C sambil diaduk dengan pengaduk magnetik. Kemudian padatan dipisahkan dari larutan dengan proses penyaringan diikuti dengan pencucian dengan air bebas mineral sampai ph mendekati kisaran netral 6-7. Padatan yang diperoleh dikeringkan dalam oven dengan temperatur 60 C selama 4 jam yang selanjutnya diperoleh kitin [2] 2.2 Transformasi kitin menjadi kitosan Transformasi kitin menjadi kitosan dilakukan dengan cara deasetilasi kitin menggunakan metoda yang perkenalkan oleh Hong [2]. Sebanyak 4 g kitin dideasetilasi dengan natrium hidroksida 50% (b/v) didalam labu reuk,lalu dipanaskan pada temperatur 100 C selama 30 menit sambil diaduk dengan pengaduk magnetik. Setelah dingin, padatan disaring dan residu yang tertinggal dicuci dengan air bebas mineral hingga ph netral dalam kisaran 6-7. Padatan yang diperoleh berupa kitosan dan dikeringkan dalam oven dengan suhu 60 C selama 4 jam [2]. 2.3 Karakterisasi kitin dan kitosan Kitin dan kitosan yang diperoleh dikarakterisasi melalui penentuan kadar abu dan kadar air menggunakan metoda gravimetri, kandungan silika oksida, serta kandungan logam magnesium, besi, kalsium, natrium, seng, dan tembaga menggunakan spektrometer serapan atom. 3 HASIL DAN PEMBAHASAN Proses isolasi kitin dari cangkang kepiting bakau melalui dua proses yakni demineralisasi dan deproteinasi. Demineralisasi dilakukan dengan menggunakan larutan asam klorida dan reaksi yang terjasi antara mineral dengan asam klorida mengikuti reaksi sebagai berikut: Deproteinasi bertujuan untuk memisahkan protein yang terdapat pada cangkang kepiting bakau dilakukan dengan menggunakan larutan natrium hidroksida. Kitin yang diperoleh kemudian dideasetilasi untuk mendapatkan kitosan. Pada proses ini terjadi pemutusan gugus asetil dengan atom nitrogen yang terdapat pada kitin sehingga menghasilkan suatu amina yang merupakan gugus yang terdapat pada kitosan. Selanjutnya terhadap cangkang kepiting bakau, kitin, dan kitosan yang diperoleh dilakukan pengukuran kadar abu, kadar air, dan penentuan kandungan bebarapa logam untuk melihat pengaruh proses demineralisasi, deproteinasi dan deasetilasi pada cangkang kepiting bakau [1]. 3.1 Kadar abu Kadar abu menunjukkan oksida logam dan mineral yang terdapat pada suatu bahan. Tingginya kadar abu suatu bahan mengidentikasikan tingginya kandungan 14307-33

oksida logam dan mineral yang terdapat dalam bahan tersebut. Abu yang terbentuk merupakan oksidaoksida logam atau logam yang terbakar [3]. Hasil penentuan kadar abu cangkang kepiting bakau, kitin, dan kitosan disajikan pada gambar 1. Gambar 2: Kadar air cangkang kepiting bakau, kitin, dan kitosan Gambar 1: dan kitosan Kadar abu cangkang kepiting bakau, kitin, Terlihat pada tabel diatas bahwa kadar abu pada cangkang kepiting > kitin > kitosan. Hal ini disebabkan karena pada cangkang kepiting masih terdapat banyak mineral serta oksida logam. Proses demineralisasi yang dilakukan pada cangkang kepiting untuk mendapatkan kitin menyebabkan terjadinya penurunan kadar abu. Demikian juga halnya pada kitosan Dimana kadar abu kitosan mengalami penurunan. Hal ini terjadi karena untuk mendapatkan kitosan harus melalui proses deasetilasi pada kitin yang menyebabkan kadar abu pada kitosan menurun bila dibandingkan dengan kitin. 3.2 Kadar Air Kadar air cangkang kepiting dapat dilihat pada gambar 2. Kadar air kitosan seperti yang terlihat pada gambar 2 lebih kecil dibandingkan dengan kitin. Hal ini mudah dipahami mengingat proses transformasi kitin menjadi kitosan menggunakan natrium hidroksida yang merupakan senyawa higroskopis sehingga kadar air kitosan lebih kecil dibandingkan dengan kitin [2]. 3.3 Kandungan logam-logam Terhadap cangkang kepiting yang diperoleh dilakukan penentuan kandungan logam magnesium, besi, kalsium, seng, tembaga, dan silika oksida [4]. Gambar 3 diatas menunjukkan bahwa kandungan logam magnesium pada kitin hanya sedikit mengalami penurunan dari cangkang kepiting, begitu juga dengan kitosan. Sesuai dengan konsep asam basa Gambar 3: Kandungan logam magnesium pada cangkang kepiting keras lunak, kitin dan kitosan yang mempunyai gugus amida dan amina yang merupakan golongan basa keras akan berinteraksi secara kuat dengan asam keras seperti magnesium. Hal ini menyebabkan magnesium dalam kitin dan kitosan susah dilepaskan melalui proses demineralisasi, deproteinasi, maupun deasetilasi sehingga kandungan magnesium pada ketiga sampel tidak begitu berbeda secara nyata. Selanjutnya dilakukan penentuan kandungan logam besi seperti yang tersaji pada gambar 4. Gambar 4 menunjukkan terjadinya penurunan kandungan logam besi pada kitin dan kitosan. Besi yang merupakan asam madya menurut konsep asam basa keras lunak tidak berinteraksi secara kuat dengan asam keras yaitu amida dan amina yang terdapat pada kitin dan kitosan sehingga ikatannya mudah dilepaskan dengan proses demineralisasi, deproteinasi, dan deasetilasi [5]. Tingginya kandungan besi pada cangkang kepiting mengakibatkan logam ini pada kitin maupun kitosan tidak dapat dihilangkan secara keseluruhan meskipun telah mengalami proses demineralisasi. Kemudian dilakukan penentuan kandungan 14307-34

Gambar 4: Kandungan logam besi pada cangkang kepiting Gambar 6: Kandungan logam seng pada cangkang kepiting logam kalsium pada cangkang kepiting, kitin, dan kitosan seperti tersaji pada gambar 5. yang ada pada kitin mudah dilepaskan. Selanjutnya ditentukan kandungan logam tembaga pada cangkang kepiting, kitin, dan kitosan seperti yang terlihat pada gambar 7. Gambar 5: Kandungan logam kalsium pada cangkang kepiting Gambar 5 menunjukkan bahwa terjadi penurunan kandungan kalsium yang sangat signikan pada kitin dan kitosan. Hal ini dapat terjadi karena pada proses demineralisasi yang menggunakan larutan asam klorida, kalisum yang ada didalam cangkang kepiting dapat bereaksi seperti reaksi yang telah ditunjukkan diatas. Selanjutnya dilakukan penentuan kandungan logam seng pada cangkang kepiting, kitin, dan kitosan seperti yang ditunjukkan pada gambar 6. Pada penentuan kandungan logam seng terlihat bahwa proses demineralisasi tidak banyak menghilangkan kandungan seng pada cangkang kepiting, kitin, dan kitosan secara berarti. Proses deasetilasi terhadap kitin menyebabkan turunnya kandungan logam seng pada kitosan secara drastis sebagai akibat dari sifat logam seng yakni asam madya yang tidak berinteraksi secara kuat dengan amida dan amina yang terdapat pada kitin dan kitosan mengakibatkan ikatan antara logam seng dengan gugus amida Gambar 7: Kandungan logam tembaga pada cangkang kepiting Kandungan logam tembaga yang ada didalam sampel cangkang kepiting bakau menunjukkan bahwa lingkungan tempat hidup kepiting tersebut mengandung cemaran logam tembaga. Logam tembaga yang bersifat sebagai asam lunak tidak menyukai berikatan dengan ligan keras seperti amida dan amina yang terdapat pada kitin dan kitosan sehingga dapat dilihat nahwa pada proses demineralisasi terjadi penurunan kandungan logam yang signikan [5]. Berbeda halnya dengan kandungan logam natrium seperti yang tersaji pada gambar 8. Logam natrium yang bersifat sebagai asam keras akan berikatan dengan ligan keras yakni amida dan amina yang terdapat pada kitin dan kitosan yang membentuk ikatan ionik sehingga logam ini hanya mengalami sedikit penurunan kandungan logamnya meskipun sudah mengalami proses demineralisasi. Sedangkan proses deasetilasi yang dilakukan terhadap 14307-35

kepiting ke kitin, dan dari kitin ke kitosan disebabkan karena proses demineralisasi dan proteinasi dari cangkang kepiting ke kitin dan deasetilasi dari kitin ke kitosan. DAFTAR PUSTAKA Gambar 8: Kandungan logam natrium pada cangkang kepiting [1] [2] [3] [4] [5] Muzzarelli, R.A. A., 1977, Chitin, Pergamon Press Hong, N. K., Meyer, S. P., Lee, K.S., 1989, Isolation and Characterization of Chitin and Chitosan from Crawst Shell Waste, J. Agric. Food.Chem,37, 575-579 Muzzarelli, R.A.A., 1971, Selective Collection of Trace metal Ions By Precipitation of Chitosan and New Derivatives of Chitosan, Anal. Chim. Acta, 54, 133-142 Skoog, D.A., West, D.M., 1982, Fundamental of Analytical Chemistry, CBS College Publishing, Japan Huheey, J. E., Keiter, E. A., Keiter, R. L., 1993, Inorganic Chemistry, Principles of Structure and Reactivity, 4 th edition, Harper Collins Collage Publishers kitin dapat menurunkan kandungan logam natrium pada kitosan. Hal yang sama juga terjadi pada kandungan silika oksida pada cangkang kepiting bakau, kitin, dan kitosan seperti yang tersaji pada gambar 9. Gambar 9: Kandungan silika oksida pada cangkang kepiting Gambar 9 menunjukkan bahwa proses demineralisasi, deproteinasi, dan deasetilasi yang dilakukan tidak banyak mengakibatkan penurunan kandungan silika oksida yang merupakan penyusun cangkang kepiting bakau. Silika oksida yang tidak termasuk dalam golongan asam basa keras lunak tidak menyukai untuk berinteraksi dengan amida dan amina yang ada pada kitin dan kitosan [3]. 4 KESIMPULAN Kadar abu, kadar air, kandungan logam seperti magnesium, besi, kalsium, seng, tembaga, natrium, dan kandungan silika oksida pada cangkang kepiting, kitin dan kitosan bervariasi. Secara umum kadar abu, kadar air, dan kandungan logam menurun dari cangkang 14307-36