Aktivitas Kognitif Mempengaruhi Fungsi Kognitif Lanjut Usia di Jakarta

dokumen-dokumen yang mirip
Geriatric Depression Scale. Status Perkawinan : tidak kawin/ kawin (pilih salah satu)

Analisis Komponen Aktivitas dan Jaringan Sosial yang Berpengaruh terhadap Fungsi Kognitif Lanjut Usia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Social Engagement terhadap Fungsi Kognitif Lanjut Usia di Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. Demensia merupakan jenis penyakit tidak menular, tetapi mempunyai. membahayakan bagi fungsi kognitif lansia.

Perbedaan Karakteristik Lanjut Usia yang Tinggal di Keluarga dengan yang Tinggal di Panti di Jakarta Barat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien, keluarga, maupun tenaga kesehatan yang merawat, karena tidak menonjol

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, penduduk dunia diperkirakan berjumlah sekitar 7 milyar,

BAB I PENDAHULUAN. Sekitar 10% orang tua yang berusia lebih dari 65 tahun dan 50% pada

GAMBARAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KESEIMBANGAN PADA WANITA LANJUT USIA

GAMBARAN SKOR MMSE, CDT, TMT A DAN TMT B PADA LANSIA DI PANTI WERDHA AGAPE TONDANO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Kejadian Penurunan Daya Ingat pada Lansia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. cukup besar. Di samping populasi yang terus meningkat, Indonesia juga

BAB I PENDAHULUAN. makin meningkat. Peningkatan jumlah lansia yang meningkat ini akan

ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013

Hubungan antara Status Ekonomi, Status Pendidikan dan Keharmonisan Keluarga dengan Kesadaran Adanya Demensia dalam Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk

Hubungan Faktor Risiko dengan Fungsi Kognitif pada Lanjut Usia Kecamatan Padang Panjang Timur Kota Padang Panjang

Factors Related to Cognitive Function in Elderly People

DAFTAR SINGKATAN. : Blessed Information Memory Concentration. : Blessed Orientation Memory Concentration. : Functional Activitie Questionnaire

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jumlah penduduk Indonesia sangat melaju pesat dari tahun ke tahun. Data

Association of Physical Fitness Participation with Cognitive Function and Balance among the Elderly in Denpasar

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN. Perkenalkan nama saya dr. Maulina Sri Rizky, saat ini saya sedang

The Association between Social Functions and Quality of Life among Elderly in Denpasar

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan akan mencapai 1,2 milyar. Di negara maju seperti Amerika Serikat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dengan hiperglikemia kronis akibat gangguan metabolisme karbohidrat, lemak

LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN. Saya dr. Inta Lismayani, saat ini sedang menjalani pendidikan

HUBUNGAN SOCIAL ENGAGEMENT DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA DI POSYANDU LANJUT USIA MEKAR SARI RW V MOJO SURABAYA SKRIPSI

GAMBARAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta * ABSTRAK

BAB 3 METODE PENELITIAN. Desain penelitian : prospektif dengan pembanding internal. U1n. U2n

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari. (1)

PENGARUH SENAM OTAK (BRAIN GYM) TERHADAP TINGKAT DEMENSIA PADA LANSIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis. yang muncul ketika tubuh tidak mampu memproduksi cukup

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT AKTIFITAS FISIK DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA DI DESA PUCANGAN KECAMATAN KARTASURA

BAB I PENDAHULUAN. perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, terutama. dari masyarakat dan ilmu pengetahuan masyarakat, akan

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) atau Attention

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Ilmu

GAMBARAN KEJADIAN DEPRESI PADA LANJUT USIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PETANG I KABUPATEN BADUNG BALI 2015

BAB I PENDAHULUAN. Memori merupakan salah satu fungsi kognitif yang sangat penting dalam

GAMBARAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. normalnya secara perlahan (Darmojo, 2009). Dalam proses tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke, yang juga dikenal dengan istilah cerebrovascular

Hubungan Depresi dan Demensia pada Pasien Lanjut Usia dengan Diabetes Melitus Tipe 2 LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan angka kejadian penyakit kronik degeneratif yang. berhubungan dengan usia terjadi akibat pertambahan usia yang progresif

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penuaan adalah suatu proses yang mengubah seorang dewasa sehat

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

HUBUNGAN ANTARA GANGGUAN KOGNITIF DENGAN DEPRESI PADA LANJUT USIA DEMENSIA DI POSYANDU LANSIA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. The United Nation telah memprediksikan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat. Begitu juga lansia yang diperkirakan lebih tinggi

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA LANJUT USIA TENTANG DIET HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG.

GAMBARAN STATUS MENTAL KOGNITIF PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA MARGOMULYO

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP. Hanna Kristin Kurniastuti

GAMBARAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA DI TIGA YAYASAN MANULA DI KECAMATAN KAWANGKOAN

PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF SEBELUM DAN SESUDAH PELATIHAN SENAM LANSIA MENPORA PADA KELOMPOK LANSIA KEMUNING, BANYUMANIK, SEMARANG

BAB IV METODOLOGI. disabilitas dan kualitas hidup pada lansia. Puskemas Pancoran Mas, Kota Depok. Jumlah sample minimal menggunakan rumus:

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN RUTINITAS IBADAH SHALAT WAJIB TERHADAP DEMENSIA PADA LANJUT USIA BERDASARKAN MINI MENTAL STATE EXAMINATION

FUNGSI KOGNITIF MEMILIKI HUBUNGAN DENGAN KEMANDIRIAN ACTIVITY DAILY LIVING LANSIA

PERBEDAAN DERAJAT DEPRESI PADA LANJUT USIA YANG BEROLAHRAGA TAI CHI DAN LANJUT USIA YANG TIDAK BEROLAHRAGA

PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP DEPRESI PADA LANSIA. Oleh : NELDA NILAM SARI

BAB 1 PENDAHULUAN. menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk. (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.

Abstrak. Kata kunci : subjective wellbeing, lansia, penyakit kronis. vii Universitas Kristen Maranatha

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEJADIAN DEMENSIA PADA LANSIA DI BALAI PENYANTUNAN LANJUT USIA SENJA CERAH PANIKI KECAMATAN MAPANGET MANADO

BAB I PENDAHULUAN. darah diatas normal yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas. 1 Hipertensi

PERMAINAN STIMULASI OTAK MENINGKATKAN KEAKTIFAN LANSIA MENGIKUTI KEGIATAN DI PANTI WERDHA

BAB I PENDAHULUAN. pecahnya atau tersumbatnya pembuluh darah otak oleh gumpalan darah. 1

BAB IV METODE PENELITIAN

Hubungan Depresi dan Demensia pada Pasien Lanjut Usia. dengan Hipertensi Primer LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB IV METODE PENELITIAN

GAMBARAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) tipe 2 merupakan penyakit. kronis yang disebabkan oleh gula darah tinggi dan

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu sindroma/

Gambaran fungsi kognitif penderita parkinson di Poliklinik Saraf RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL LANJUT USIA DI DESA TOMBASIAN ATAS KECAMATAN KAWANGKOAN BARAT. Andriano H Sengkey Mulyadi Jeavery Bawotong

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UKURAN ASOSIASI DALAM EPIDEMIOLOGI. Putri Handayani, M. KKK

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi dewasa ini menjadikan seseorang

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI DAN ALASAN LANSIA TIDAK BERPARTISIPASI DALAM POSYANDU LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYANGAN BULAN DESEMBER 2013-JANUARI

BAB I Pendahuluan. Tabel 1.1 Situasi dan Analisis Lanjut Usia di Dunia (Dalam satuan milyar) jumlah penduduk dunia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI

Lampiran 1 SURAT PERSETUJUAN SEBAGAI SUBJEK PENELITIAN ( INFORMED CONCENT) Bapak/Ibu diundang untuk berpartisipasi dalam studi hubungan dukungan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. dapat memngganggu aktivitas dalam kehidupan sehari-hari (Stanley and

BAB I PENDAHULUAN. di atas 65 tahun (7,79 % dari seluruh jumlah penduduk). Bahkan, Indonesia. paling cepat di Asia Tenggara (Versayanti, 2008).

GAMBARAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA DI UPT PANTI WERDHA MOJOPAHIT KABUPATEN MOJOKERTO

PENDUDUK DAN TENAGA KERJA. Population and Worker

LEMBAR PENJELASAN UNTUK PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT RISIKO GAGASAN BUNUH DIRI PADA PASIEN GANGGUAN DEPRESIF MAYOR

Kualitas hidup lansia dengan gangguan pendengaran

SKRIPSI PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA LANSIA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN YANG MENDAPATKAN BRAIN GYM DI PSTW PUSPAKARMA MATARAM

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 6 Nomor 1, Februari 2018

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kenaikan jumlah lansia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)

Our Mobile Planet: Indonesia

Transkripsi:

Aktivitas Kognitif Mempengaruhi Fungsi Kognitif Lanjut Usia di Jakarta Budi Riyanto Wreksoatmodjo Bagian Neurologi, Fakultas Kedokteran Universitas Atmajaya, Jakarta, Indonesia ABSTRAK Salah satu masalah kesehatan utama di kalangan lanjut usia adalah kemunduran fungsi kognitif. Selama ini kegiatan yang melibatkan fungsi berpikir dianggap dapat memperlambat proses kemunduran fungsi kognitif. Penelitian atas 286 lanjut usia di Jakarta menunjukkan bahwa inaktivitas kognitif dikaitkan dengan risiko mempunyai fungsi kognitif buruk. Para lanjut usia yang tidak pernah masak sendiri dua kali lebih berisiko (HR 2,09; 95% CI: 1,43 3,05), mereka yang tidak pernah menonton acara berita di televisi dua kali lebih berisiko (2,02; 1,47 2,77), mereka yang tidak mempunyai hobi hampir dua kali lebih berisiko (1,78; 1,18 2,68), dan mereka yang tidak pernah membaca koran atau buku hampir satu setengah kali lebih berisiko (1,48; 1,04 2,09) mempunyai fungsi kognitif buruk dibandingkan dengan mereka yang lebih dari sekali seminggu melakukan kegiatan-kegiatan tersebut. Kata kunci: Lanjut usia, fungsi kognitif, aktivitas kognitif ABSTRACT Cognitive decline is one of the most important problem among the elderly, and cognitive activities are supposedly can retard the decline of cognitive function. Research on 286 elderlies in Jakarta showed that cognitive activities did have influence on their cognitive function. Elderlies who were never did cooking or preparing meals him/herself had twice the risk (HR 2,09; 95% CI: 1,43 3,05), those who never watch news on television have twice the risk (2,02; 1,47 2,77), those who did not have a hobby have almost twice the risk (1,78; 1,18 2,68), and those who never read books or newspapers have 1,5 times the risk (1,48; 1,04 2,09) to have lower cognitive function compared to those who more than once a week doing these activities. Budi Riyanto Wreksoatmodjo. Cognitive Activities Influence on Cognitive Function among Elderlies in Jakarta. Keywords: Elderlies, cognitive function, cognitive activities PENDAHULUAN Berkat kemajuan di bidang kesehatan dan kedokteran, umat manusia menikmati peningkatan harapan hidup. Keberhasilan ini membawa konsekuensi peningkatan jumlah penduduk berusia lanjut. Di tahun 2025 akan terdapat sekitar 1,2 milyar penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas, yang akan menjadi 2 milyar di tahun 2050; dan dari jumlah tersebut, 80% tinggal di negara-negara berkembang. 1 Indonesia yang memiliki jumlah penduduk 231.4 juta jiwa juga akan mengalami peningkatan proporsi penduduk lanjut usia, yang jumlahnya pada tahun 2010 diperkirakan 18.575.000 jiwa, 2 sekitar 7% dari jumlah seluruh penduduk. Proporsi populasi lanjut usia tersebut akan terus meningkat mencapai 11,34% di tahun 2020. 3 Salah satu masalah kesehatan utama di kalangan lanjut usia adalah kemunduran fungsi kognitif. Penanganan masalah ini seyogyanya sudah dimulai sedini mungkin, berupa pencegahan atau upaya mempertahankan fungsi kognitif di kalangan usia lanjut, baik dengan cara pencegahan penyakit maupun dengan cara sosial, karena selama ini dianggap bahwa kegiatan yang melibatkan fungsi berpikir dapat memperlambat proses kemunduran fungsi kognitif. 4-6 Dalam kaitan dengan upaya-upaya tersebut, ingin diketahui pengaruh beberapa kegiatan terhadap fungsi kognitif para lanjut usia. METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian pengaruh social disengagement terhadap fungsi kognitif lanjut usia yang dilaksanakan di Jakarta pada tahun 2011. Desain penelitian ini bersifat crosssectional. Populasi penelitian Populasi target penelitian ini ialah populasi lanjut usia di Jakarta. Populasi eligible merupakan populasi para lanjut usia yang telah tinggal di lingkungannya masing-masing, baik di keluarga maupun di panti werdha di dua kelurahan di Jakarta, selama sedikitnya 1 tahun. Populasi lanjut usia di keluarga diambil dari daftar lanjut usia yang ada di Posyandu lanjut usia Puskesmas, sedangkan populasi lanjut usia di panti diambil dari daftar penghuni masing-masing panti. Catatan: Laporan ini merupakan bagian dari disertasi: Budi Riyanto Wreksoatmodjo. Pengaruh Social Engagement terhadap Fungsi Kognitif Lanjut Usia di Jakarta. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013 Alamat korespondensi email: budi.rw@gmail.com 7

Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria Inklusi - Laki-laki atau perempuan berusia 60 tahun saat penelitian dimulai - Telah tinggal di lingkungannya selama sedikitnya 1 tahun - Bersedia mengikuti penelitian ini Kriteria Eksklusi - Menderita gangguan jiwa psikosis; gangguan fungsi luhur seperti afasia, apraksia; riwayat gangguan peredaran darah otak (stroke) - Mereka yang diketahui telah menderita atau didiagnosis demensia 7 Pengumpulan Data Data dikumpulkan melalui: 1) Kuesioner informasi umum; 2) Kuesioner aktivitas fisik dan aktivitas kognitif yang merupakan bagian dari kuesioner indeks social dis engagement (Lampiran 1); 3) Kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) versi bahasa Indonesia. 8 Pengumpulan data dilakukan oleh petugas yang telah dilatih dan memiliki sertifikasi AAzI (Asosiasi Alzheimer Indonesia). Definisi Aktivitas kognitif: Aktivitas yang melibatkan dan/atau memerlukan kegiatan berfikir. Pada penelitian ini, aktivitas kognitif dinilai menggunakan kuesioner yang merupakan bagian dari kuesioner indeks social disengagement. 9 Dinilai baik jika nilai skala KOG = 1, buruk jika nilai = 0 (Lampiran 1). Fungsi kognitif: Kemampuan mengenal atau mengetahui mengenai benda atau keadaan atau situasi, yang dikaitkan dengan pengalaman pembelajaran dan kapasitas inteligensi seseorang. Termasuk dalam fungsi kognisi ialah memori/daya ingat, konsentrasi/perhatian, orientasi, kemampuan berbahasa, berhitung, visuospasial, fungsi eksekutif, abstraksi, dan taraf inteligensi. 10 Pada penelitian ini, fungsi kognitif dinilai menggunakan MMSE (Mini Mental State Examination). 8,11 Dinilai baik jika nilainya: 13 jika tidak sekolah, jika tidak tamat SD 19, tamat SD 23, tamat SLP 25, tamat SLA ke atas 26. Dinilai buruk jika nilainya: < 13 jika tidak sekolah, tidak tamat SD < 19, tamat SD < 23, tamat SLP < 25, dan jika tamat SLA ke atas < 26. 12 Social engagement: Terpeliharanya beragam hubungan sosial dan keikutsertaan (partisipasi) dalam kegiatan sosial. 9 Pada penelitian ini, dinilai menurut indeks social disengagement. 9 Social engagement dinilai baik jika nilai indeks keseluruhan (GAB) 3 4, dinilai buruk jika nilainya 1 2. HASIL Didapatkan sejumlah 286 responden lanjut usia yang memenuhi syarat dan datanya lengkap untuk dianalisis. Karakteristik Responden yang Dianalisis Sebagian besar responden (74,5%) adalah perempuan, mayoritas (62,9%) berusia 60 70 tahun dengan rata-rata usia responden adalah 69.43 tahun. Mayoritas responden tingkat pendidikan tinggi, yaitu tamat SLTP atau lebih tinggi (57,7%). Responden yang diteliti sebagian besar (73,4%) tinggal di masyarakat bersama keluarga, dan sebagian kecil (26,6%) tinggal di panti werdha. Hampir separuh responden pernah menikah (48,3%), tetapi saat ini tidak lagi tinggal bersama pasangannya, karena salah satu telah meninggal dunia atau bercerai, sedangkan 45,5% lainnya masih hidup bersama pasangannya, serta 6,3% tidak menikah (Tabel 1). Setelah penilaian, secara keseluruhan sebanyak 37,8% responden mempunyai fungsi kognitif buruk (Tabel 2). Penilaian aktivitas kognitif berdasarkan enam komponen aktivitas, secara keseluruhan dinilai masih baik pada 146 (51%) responden (Tabel 3); jika diperinci lebih lanjut, didapatkan bahwa sebagian besar responden lanjut usia relatif masih aktif mengerjakan kegiatan yang melibat kan fungsi kognitif, hampir separuh (49,6%) masih melakukan aktivitas masak sendiri, 61,2% membaca buku, majalah dan/atau koran, 82,5% masih aktif mengikuti siaran berita di media, lebih besar dibandingkan dengan mereka yang aktif menonton siaran hiburan (64,4%), sedangkan mereka yang masih aktif bermain catur, tekateki silang dan lainnya hanya 15,7%, dan hanya 37,7% yang masih aktif mengerjakan hobinya (Tabel 4). Nilai social engagement merupakan nilai gabungan dari skor jaringan sosial dan skor Tabel 1 Karakteristik Demografi Responden Karakteristik Demografi N % Jenis kelamin Usia Laki-laki 73 25,5 Perempuan 213 74,5 60 70 tahun 180 62,9 >70 tahun 106 37,1 71 80 tahun 102 35,7 > 80 tahun 4 1,4 Pendidikan Rendah 121 42,3 Tidak sekolah 44 15,4 Tak tamat SD 27 9,4 Tamat SD 50 17,5 Tinggi 165 57,7 Tamat SLTP 64 22,4 Tamat SLTA > 101 35,3 Tempat Tinggal Panti 76 26,6 Masyarakat 210 73,4 Status Marital Tidak menikah 18 6,3 Pernah menikah 138 48,3 Menikah 130 45,5 Tabel 2 Fungsi Kognitif Responden Fungsi kognitif N % Buruk 108 37,8 Baik 178 62,2 aktivitas sosial. Lanjut usia yang memiliki social engagement buruk pada penelitian ini didapatkan 35,7% (Tabel 5). Selanjutnya dilakukan analisis multivariant secara backward untuk melihat nilai risiko murni social engagement buruk terhadap fungsi kognitif. Pada model akhir terlihat bahwa fungsi kognitif dipengaruhi oleh social engagement dan tempat tinggal, dengan memperhitungkan aktivitas kognitif (Tabel 6). Para lanjut usia dengan social engagement buruk yang tinggal di panti memiliki HR 1,867 (1,179 2,955) untuk mempunyai fungsi kognitif buruk dibandingkan kelompok lanjut usia yang memiliki social engagement baik, setelah dikontrol variabel aktivitas kognitif (p = 0,008). Sedangkan para lanjut usia dengan social engagement buruk yang tinggal di keluarga memiliki HR 1,463 (0,808 8

Tabel 3 Aktivitas Kognitif Responden Karakteristik Aktivitas Kognitif N % Aktivitas Kognitif Kurang 146 51 Baik 140 49 Tabel 4 Distribusi Komponen Aktivitas Kognitif Aktivitas Kognitif N % Masak sendiri Tidak pernah 144 50,3 < 1 kali / minggu 39 13,6 > 1 kali/ minggu 103 36 Mengerjakan hobi Tidak pernah 178 62,2 < 1 kali / minggu 29 10,1 > 1 kali/ minggu 79 27,6 Baca buku, majalah, koran Tidak pernah 111 38,8 < 1 kali / minggu 84 29,4 > 1 kali/ minggu 91 31,8 Nonton siaran televisi berita Tidak pernah 50 17,5 < 1 kali / minggu 70 24,5 > 1 kali/ minggu 166 58 Nonton siaran televisi hiburan / videofilm Tidak pernah 102 35,7 < 1 kali / minggu 70 24,5 > 1 kali/ minggu 114 39,9 Main kartu, catur, halma, teka-teki silang, sudoku secara teratur Tidak pernah 241 84,3 < 1 kali / minggu 25 8,7 > 1 kali/ minggu 20 7 2,650) untuk mempunyai fungsi kognitif buruk dibandingkan kelompok lanjut usia yang memiliki social engagement baik, setelah dikontrol variabel aktivitas kognitif (p = 0,209). Pada analisis di atas terlihat bahwa aktivitas kognitif buruk juga memperbesar risiko fungsi kognitif buruk di kalangan lanjut usia Tabel 7 Hubungan Komponen Aktivitas Kognitif Terhadap Fungsi Kognitif Aktivitas Kognitif Fungsi Kognitif Kurang Baik Total - HR 1,606 (1,011 2,552), p = 0,045. Oleh karena itu, selanjutnya akan diteliti jenis aktivitas kognitif yang dapat mempengaruhi fungsi kognitif di kalangan responden lanjut usia. Pada penelitian ini, aktivitas kognitif yang dinilai meliputi kegiatan masak sendiri, mengerjakan hobi, membaca buku atau koran, menonton siaran televisi berita dan hiburan/video/film, serta kegiatan main kartu, catur, sudoku, atau sejenisnya (Lampiran 1). PRR.p Masak sendiri Tidak pernah 73 (50,7) 71 (49,3) 144 (100) 2,089 (1,432-3,046) <0,0001 < 1 kali / minggu 10 (25,6) 29 (74,4) 39 (100) 1,056 (0,560-1,992) 1 > 1 kali/ minggu 25 (24,3) 78 (75,7) 103 (100) 1,000 Mengerjakan hobi Tidak pernah 80 (44,9) 98 (55,1) 178 (100) 1,775 (1,176-2,681) 0,005 < 1 kali / minggu 8 (27,6) 21 (72,4) 29 (100) 1,090 (0,541-2,196) 1 > 1 kali/ minggu 20 (25,3) 59 (74,7) 79 (100) 1,000 Baca buku, majalah, koran Tidak pernah 54 (48,6) 57 (51,4) 111 (100) 1,476 (1,040-2,094) 0,035 < 1 kali / minggu 24 (28,6) 60 (71,4) 84 (100) 0,867 (0,554-1,356) 0,642 > 1 kali/ minggu 30 (33,0) 61 (67,0) 91 (100) 1,000 Nonton siaran televisi berita Tidak pernah 31 (62,0) 19 (38,0) 50 (100) 2,018 (1,473-2,765) <0,0001 < 1 kali / minggu 26 (37,1) 44 (62,9) 70 (100) 1,209 (0,826-1,769) 0,419 > 1 kali/ minggu 51 (30,7) 115 (69,3) 166 (100) 1,000 Nonton siaran televisi hiburan / videofilm Tidak pernah 35 (34,3) 67 (65,7) 102 (100) 0,978 (0,551-1,694) 1 < 1 kali / minggu 33 (47,1) 37 (52,9) 70 (100) 1,344 (0,945-1,910) 0,142 > 1 kali/ minggu 40 (35,1) 74 (64,9) 114 (100) 1,000 Main kartu, catur, halma, teka-teki silang, sudoku teratur Tidak pernah 93 (39,8) 145 (60,2) 241 (100) 1,992 (0,818-4,851) 0,13 < 1 kali / minggu 8 (32,0) 17 (68,0) 25 (100) 1,600 (0,562-4,556) 0,572 > 1 kali/ minggu 4 (20,0) 16 (80,0) 20 (100) 1,000 Terlihat bahwa kegiatan yang paling berpengaruh terhadap fungsi kognitif di kalangan lanjut usia adalah kegiatan masak sendiri - mereka yang tidak pernah masak sendiri 2 kali lebih berisiko mempunyai fungsi kognitif buruk dibandingkan dengan mereka yang mengerjakannya sedikitnya satu kali seminggu - PRR 2,089 (1,432 3,046), dan menonton siaran televisi berita - mereka yang tidak pernah menonton siaran berita 2 kali lebih berisiko dibandingkan dengan mereka yang menonton sedikitnya sekali seminggu PRR 2,018 (1,473-2,765), p < 0,0001. Tabel 5 Social Engagement Social Engagement N (%) Buruk 102 (35,7) Baik 184 (64,3) Tabel 6 Model Akhir Hubungan Social Engagement dan Tempat Tinggal dengan Fungsi Kognitif Variabel HR (95% IK).p Social engagement Baik 1,000 Buruk dan tinggal di keluarga 1,463 (0,808 2,650) 0,209 Buruk dan tinggal di panti 1,867 (1,179 2,955) 0,008 Aktivitas Kognitif: Buruk 1,606 (1,011 2,552) 0,045 Kegiatan baca buku, majalah dan koran serta mengerjakan hobi juga berpengaruh terhadap fungsi kognitif para lanjut usia, mereka yang tidak pernah baca buku 1,5 kali lebih berisiko dibandingkan dengan mereka yang melakukannya lebih dari sekali seminggu PRR 1,476 (1,040-2,094), p = 0,035. Sedangkan mereka yang tidak pernah mengerjakan hobi 1,7 kali lebih berisiko dibandingkan dengan mereka yang mengerjakannya sedikitnya sekali seminggu PRR 1,775 (1,176-2,681), p = 0,005. Kegiatan 9

main kartu, catur dan sejenisnya [PRR 1,992 (0,818-4,851), p = 0,13] serta menonton siaran televisi hiburan [PRR 0,978 (0,551-1,694), p = 1] tidak berpengaruh terhadap fungsi kognitif (Tabel 7). PEMBAHASAN Aktivitas kognitif merupakan variabel yang berpengaruh terhadap fungsi kognitif, di samping social engagement buruk (Tabel 6). Aktivitas kognitif yang dicatat di penelitian ini meliputi frekuensi bermain halma/catur/tekateki silang/kartu/sudoku secara teratur, masak sendiri, mengerjakan hobi, membaca buku/ majalah/koran, menonton siaran berita, dan menonton siaran televisi/bioskop (lampiran 1). Aktivitas menonton siaran televisi hiburan/video/film tidak ber pengaruh terhadap fungsi kognitif. Hal ini dapat terjadi karena pertanyaan dalam kuesioner kurang spesifik, tidak menjelaskan lebih detail jenis siaran televisi hiburan, padahal siaran hiburan dapat beragam jenisnya, termasuk program edukasi/edutainment. Akan tetapi secara umum dapat disimpulkan bahwa siaran hiburan kurang merangsang kegiatan kognitif para penontonnya. Di lain pihak, pada mereka yang tidak pernah menonton siaran berita justru terjadi peningkatan risiko fungsi kognitif semakin buruk sebesar dua kali dibandingkan dengan mereka yang menonton siaran berita 1 kali/minggu; hal ini disebabkan karena siaran berita lebih merangsang penontonnya untuk berpikir dibandingkan dengan program hiburan. Demikian pula jika tidak pernah masak sendiri, tidak mengerjakan hobi atau tidak membaca buku, majalah dan koran juga meningkatkan risiko mempunyai fungsi kognitif yang buruk (Tabel 7). Tidak pernah masak sendiri sebesar 2 kali, tidak mengerjakan hobi sebesar hampir 2 kali, sedangkan tidak pernah membaca buku, majalah dan koran hampir 1,5 kali. Hal ini disebabkan karena karena kegiatan-kegiatan tersebut melibatkan kegiatan berpikir yang akan merangsang aktivitas kognitif. Aktivitas kognitif adalah aktivitas yang melibatkan kegiatan berfikir. Di Kanada, Hultsch, et al. (2005), dengan menggunakan analisis structural equation modelling, mendapatkan asosiasi antara aktivitas intelek dengan lebih kecilnya probabilitas penurunan fungsi kognitif; demikian sebaliknya bahwa rendahnya aktivitas intelek meningkatkan probabilitas penurunan fungsi kognitif. 13 Dua studi prospektif menilai manfaat aktivitas kognitif di usia pertengahan terhadap risiko demensia dan AD, keduanya mengikutsertakan analisis anak-kembar untuk mengendalikan faktor genetik dan lingkungan masa dini, hasilnya menunjukkan bahwa aktivitas kognitif menurunkan risiko demensia 4,5 dan juga menurunkan risiko AD di kalangan perempuan. 4 Studi Wang, et al. (2002) memperlihatkan aktivitas kognitif dapat menurunkan risiko gangguan kognitif (adjrr 0,58; 95% CI: 0,38 0,91). 14 Karp, et al. (2006) mendapatkan risiko demensia lebih rendah di kalangan yang kognitif aktif (RR 0,71; 95% CI: 0,49 1,03). 15 Peningkatan aktivitas kognitif dikaitkan dengan penurunan risiko demensia (HR 0,93; 95% CI: 0,90 0,97) 16 dan menurunkan risiko AD peningkatan aktivitas kognitif dikaitkan dengan 19% penurunan laju perburukan fungsi kognitif (p < 0,001). 17 Sebaliknya, aktivitas dengan rangsang kognitif rendah seperti menonton TV dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan kognitif 2,3% per tahun. 18 Selama ini dianggap bahwa aktivitas yang menstimulasi mental dapat secara langsung meningkatkan kapasitas otak. Studi menunjukkan bahwa aktivitas kognitif dapat menghasilkan reorganisasi jaringan neurokognitif, 19 menekan efek merugikan dari hormon stres ke otak. 20,21 Terlibat dalam aktivitas kognitif dapat memperbaiki kompensasi otak terhadap patologi dengan cara meningkatkan cadangan otak sehingga dapat melindungi/memperlambat onset klinis gangguan kognitif dan demensia. 22 Studi pada tikus menunjukkan bahwa aktivitas mental merangsang neurogenesis 23,24 dan sinaptogenesis, 25 meningkatkan reaktivitas sinaps hipokampus, 20 memperbaiki vaskularisasi otak 26 dan mengurangi deposisi beta amiloid di otak. 20,21 Peranan aktivitas kognitif sudah lama menjadi kajian, pada umumnya menunjukkan manfaat protektif terhadap risiko penurunan fungsi kognitif. Analisis Hall, et al. (2009) atas data Bronx Study dari 488 sukarelawan sehat menunjukkan bahwa untuk setiap hari tambahan aktivitas kognitif dalam seminggu akan menunda munculnya tanda penurunan daya ingat selama 0,18 tahun, 27 sedangkan analisis Pillai, et al. (2011) atas data kelompok yang sama menyimpulkan bahwa kegiatan mengisi teka-teki silang bisa menunda penurunan daya ingat sampai 2,54 tahun. 28 Wilson, et al. (2012) yang menganalisis data 1076 responden juga menyimpulkan bahwa tingkat partisipasi aktivitas kognitif mempengaruhi tingkat penurunan fungsi kognitif. 29 Aktivitas kognitif dianggap dapat memelihara cognitive reserve; konsep cognitive reserve merujuk pada kemampuan menoleransi perubahan degeneratif jaringan otak agar tidak muncul gejala klinis; 30 konsep ini disokong oleh metaanalisis Meng & D Arcy (2012) yang menunjukkan bahwa pendidikan dapat menurunkan risiko demensia melalui mekanisme peningkatan cognitive reserve, 31 dan penelitian Stern (2006) yang menunjukkan bahwa cognitive reserve bisa dalam dua bentuk neural reserve yang menandakan kemampuan jaringan saraf untuk menjadi lebih efisien dan kurang rentan terhadap kerusakan, dan neural compensation, yaitu adanya jaringan alternatif untuk sistem yang telah rusak. 32 Selain itu, adanya cognitive reserve memungkinkan seseorang memiliki konsep strategi berpikir yang lebih fleksibel, meningkatkan kapasitas efisiensi neural. 33 Teori ini sesuai dengan penemuan bahwa aktivitas kognitif yang buruk akan memperburuk pengaruh social engagement terhadap fungsi kognitif para lanjut usia. SIMPULAN Para lanjut usia dengan social engagement buruk yang tinggal di panti memiliki risiko 1,867 (1,179 2,955) kali lebih besar (p = 0,008) untuk mempunyai fungsi kognitif buruk dibandingkan kelompok lanjut usia yang memiliki social engagement baik, setelah dikontrol variabel aktivitas kognitif. Sedangkan, para lanjut usia dengan social engagement buruk yang tinggal di keluarga memiliki risiko 1,463 (0,808 2,650) kali lebih besar (p = 0,209) untuk mempunyai fungsi kognitif buruk dibandingkan kelompok lanjut usia yang memiliki social engagement baik, setelah dikontrol variabel aktivitas kognitif. Aktivitas kognitif yang buruk memperbesar risiko fungsi kognitif buruk di kalangan lanjut usia - HR 1,606 (1,011 2,552), p= 0,045. Di antara aktivitas kognitif yang diteliti, tidak 10

pernah menonton siaran berita meningkatkan risiko fungsi kognitif buruk sebesar dua kali dibandingkan dengan mereka yang menonton siaran berita 1 kali/minggu (HR 2,018; 95% CI: 1,473 2,765). Tidak pernah masak sendiri meningkatkan risiko fungsi kognitif buruk sebesar 2 kali (HR 2,089; 95% CI: 1,432 3,046), tidak mengerjakan hobi sebesar hampir 2 kali (HR 1,775; 95% CI: 1,176 2,681), tidak pernah membaca buku, majalah dan koran meningkatkan risiko fungsi kognitif buruk hampir 1,5 kali (HR 1,476; 95% CI: 1,040 2,094) dibandingkan dengan mereka yang aktif melakukan kegiatan-kegiatan tersebut sedikitnya satu kali seminggu. SARAN Para lanjut usia disarankan untuk mempertahankan selama mungkin aktivitas yang merangsang dan/atau menggunakan fungsi kognitif, pada penelitian ini yang terlihat adalah pengaruh menonton siaran berita, kegiatan masak sendiri, mengerjakan hobi dan kegiatan membaca buku maupun surat kabar. Diharapkan akan dilakukan penelitian longitudinal atas pengaruh kegiatan-kegiatan tersebut terhadap perubahan fungsi kognitif di kalangan lanjut usia. DAFTAR PUSTAKA 1. WHO. Active ageing : A policy framework. 2002. 2. BPS. Statistik Indonesia 2009. Jakarta: BPS; 2009. 3. Komisi Nasional Lanjut Usia. Profil lanjut usia 2009. Jakarta: Komnas Lansia; 2010. 4. Crowe M, Andel R, Pedersen NL, Johansson B, Gatz M. Does participation in leisure activities lead to reduced risk of alzheimer s disease? A prospective study of Swedish twins. J Gerontol. 2003;58( 5):249-55. 5. Carlson MC, Helms MJ, Steffens DC, Burke JR, Potter GG, Plassman BL. Midlife activity predicts risk of dementia in older male twin pairs. Alzheimer s & Dementia 2008;4(5):324-31. 6. Wang JY, Zhou DH, Li J, Zhang M, Deng J, Tang M, et al. Leisure activities and risk of cognitive impairment: The Chongqing aging study. Neurology 2009;66(9):911-3. 7. American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical manual of mental disorders 1994. 4 th ed. Washington DC: American Psychiatric Association; 1994. 8. Assosiasi Alzheimer Indonesia. Konsensus nasional pengenalan dan penatalaksanaan demensia alzheimer dan demensia lainnya. 1 st ed. Jakarta; 2003. 9. Bassuk SS, Glass TA, Berkman LF. Social disengagement and incident cognitive decline in community-dwelling elderly persons. Ann Intern Med.1999;131(3):165-73. 10. Boedhi-Darmojo R. Gerontologi Sosial. In: Martono HH, Pranarka K, editors. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). 4 th ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010.p.14-34. 11. Dikot Y. Deteksi dini gangguan kognitif dalam praktek umum dan neurologi sehari-hari. In: Basuki A, Dian S, editors. Neurology in Daily Practice. 1 st ed. Bandung: Bagian/UPF Ilmu Penyakit Saraf, FK Universitas Padjadjaran/RS Hasan Sadikin; 2010 12. Turana Y, Handayani YS. Nilai Mini-Mental State Examination (MMSE) berdasarkan usia dan tingkat pendidikan pada masyarakat lanjut usia di Jakarta. Medika 2011;37(5):307-10. 13. Hultsch DF, Hertzog C, Small BJ, Dixon RA. Use it or lose it: Engaged lifestyle as a buffer of cognitive decline in aging? Psychol. Aging 1999;14(2):245-63. 14. Wang HX, Karp A, Winblad B, Fratiglioni L. Late-life engagement in social and leisure activities is associated with a decreased risk of dementia: A longitudinal study from the Kungsholmen project. Am J Epidemiol. 2002;155(12):1081-7. 15. Karp A, Paillard-Borg S, Wang HX, Silverstein M, Winblad B, Fratiglioni L. Mental, physical and social components in leisure activities equally contribute to decrease dementia risk. Dement Geriatr Cogn Disord. 2006;21(2):65-73. 16. Verghese J, Lipton RB, Katz MJ, Hall CB, Derby CA, Kuslansky G, et al. Leisure activities and the risk of dementia in the elderly. N Engl J Med. 2003;73(11):2508-16. 17. Wilson RS, Bennett DA, Bienias JL, Aggarwal NT, Mendes De Leon CF, Morris MC, et al. Cognitive activity and incident AD in a population-based sample of older persons. Neurology 2002;59(12):1910-4. 18. Wang HX, Karp A, Winblad B, Fratiglioni L. Late-life engagement in social and leisure activities is associated with a decreased risk of dementia: A longitudinal study from the Kungsholmen project. Am J Epidemiol. 2002;155(12):1081-7. 19. Cabeza R, Anderson ND, Locantore JK, McIntosh AR. Aging gracefully: Compensatory brain activity in high-performing older adults. Neuroimage. 2002;17(3):1394-402. 20. Cracchiolo JR, Mori T, Nazian SJ, Tan J, Potter H, Arendash GW. Enhanced cognitive activity aver and above social or physical activity is required to protect Alzheimer s mice against cognitive impairment, reduce abeta deposition, and increase synaptic immunoreactivity. Neurobiol Learn Mem. 2007;88(3):277-94. 21. Costa DA, Cracchiolo JR, Bachstetter AD, Hughes TF, Bales KR, Paul SM, et al. Enrichment improves cognition in AD mice by amyloid-related and unrelated mechanisms. Neurobiol Aging. 2007;28(6):831-44. 22. Hughes TF, Ganguli M. Modifiable midlife risk factors for late-life cognitive impairment and dementia. Curr Psychiatr Rev. 2009;5(2):73-92. 23. Brown J, Cooper-Kuhn CM, Kempermann G, et al. Enriched environment and physical activity stimulate hippocampal but not olfactory bulb neurogenesis. Eur J Neurosci. 2003; 17(10):2042-6. 24. Kempermann G, Kuhn HG, Gage FH. More hippocampal neurons in adult mice living in an enriched environment. Nature. 1997;386(6624):493-5. 25. Briones TL, Klintsova AY, Greenough WT. Stability of synaptic plasticity in the adult rat visual cortex induced by complex environment exposure. Brain Res. 2004;1018(1):130-5. 26. Black JE, Sirevaag AM, Greenough WT. Complex experience promotes capillary formation in young rat visual cortex. Neurosci Lett. 1987;83(3):351-5. 27. Hall CB, Lipton RB, Sliwinski M, Katz MJ, Derby CA, Verghese J. Cognitive activities delay onset of memory decline in persons who develop dementia. Neurology 2009;73:356-61. 28. Pillai JA, Hall CB, Dickson DW, Buschke H, Lipton RB, Verghese J. Association of crossword puzzle participation with memory decline in persons who develop dementia. J Int Neuropsychol Soc. 2011 Nov;17(6):1006-13. 29. Wilson RS, Segawa E, Boyle PA, Bennett DA. Influence of late-life cognitive activity on cognitive health. Neurology. 2012 Apr 10;78(15):1123-9. Epub 2012 Apr 4. 30. Fratiglioni L, Wang HX. Brain reserve hypothesis in dementia. J Alzheimers Dis. 2007 Aug;12(1):11-22. 31. Meng X, D Arcy C. Education and dementia in the context of the cognitive reserve hypothesis: A systematic review with meta-analyses and qualitative analyses. PLoS ONE 2012;7(6):e38268. doi:10.1371/journal.pone.0038268. 32. Stern Y. Cognitive reserve and Alzheimer disease. Alzheimer Dis Assoc Disord. 2006 Jul-Sep;20(3 Suppl 2):S69-74. 33. Tucker AM, Stern Y. Cognitive Reserve in Aging. Curr Alzheimer Res. 2011 June 1;8(4):354-60. 11

Lampiran 1 Indeks Social Disengagement Nama responden: Indeks Social Disengagement No. Reg.: I. Pasangan Hidup (PH) 1. Apakah anda pernah menikah? 1 = ya, 2 = tidak (lewati pertanyaan 2) 2. Apakah saat ini anda: 1 = menikah, 2 = berpisah, 3 = cerai hidup, 4 = cerai mati (Jika jawaban no.1 = 1 dan no.2 = 1, kode PH diberi angka 1; selain itu kode PH diberi angka 0 PH) PH II. Kontak visual/bulan dengan 3 atau lebih keluarga dan/atau sahabat (VIS) III. Kontak nonvisual/tahun dengan 10 atau lebih keluarga dan/atau sahabat (NVIS) Anak: 1. Berapa anak anda (termasuk anak angkat)? (jika tidak ada, pertanyaan 2 sd. 4 dijawab = 0) 2. Berapa banyak yang saat ini masih hidup? Dalam 1 tahun terakhir: 3a. Berapa banyak anak anda yang bertemu anda sedikitnya sekali seminggu? 3b. Selain yang sudah disebut di atas, berapa banyak yang bertemu anda sedikitnya sekali sebulan? 3c. Selain yang sudah disebut di atas, berapa banyak yang bertemu anda sedikitnya sekali setahun? 4a. Berapa banyak anak anda yang berbicara per telepon setiap minggu? 4b. Selain yang sudah disebut di atas, berapa banyak yang berbicara per telepon sedikitnya sekali sebulan? 4c. Selain yang sudah disebut di atas, berapa banyak yang berbicara per telepon sedikitnya sekali setahun? 4aa. Berapa banyak anak anda yang bersms/email/surat setiap minggu? 4ab. Selain yang sudah disebut di atas, berapa banyak yang bersms/email/surat sedikitnya sekali sebulan? 4ac. Selain yang sudah disebut di atas, berapa banyak yang bersms/email/surat sedikitnya sekali setahun? Famili/keluarga lain: 5. Pada umumnya, selain anak-anak anda, berapa banyak sanak/keluarga yang anda rasa dekat? (merasa dekat ialah jika bisa diajak bicara mengenai masalah pribadi atau mau dimintai tolong sewaktu-waktu) 6. Berapa banyak sanak/keluarga tersebut yang anda jumpai sedikitnya sekali sebulan? 7a. Berapa banyak sanak/keluarga tersebut yang berhubungan per telepon sedikitnya sekali setahun? 7b. Berapa banyak sanak/keluarga tersebut yang berhubungan per SMS/email/surat sedikitnya sekali setahun? Teman dekat/sahabat: 8. Pada umumnya, berapa banyak teman dekat anda? (merasa dekat ialah jika bisa diajak bicara mengenai masalah pribadi atau mau dimintai tolong sewaktu-waktu) 9. Berapa banyak teman dekat anda tersebut yang anda jumpai sedikitnya sekali sebulan? 10a. Berapa banyak teman dekat anda tersebut yang berhubungan per telepon sedikitnya sekali setahun? 10b. Berapa banyak teman dekat anda tersebut yang berhubungan per SMS/email/surat sedikitnya sekali/tahun? (Jika jawaban 3a + 3b + 3c + 6 + 9 3, kode VIS diberi angka 1; selain itu beri angka 0) (Jika jawaban 4a + 4b + 4c + 4aa + 4ab + 4ac + 7a + 7b + 10a + 10b 10, kode NVIS diberi angka 1; selain itu beri angka 0) VIS NVIS 12

IV. Kunjungan ke tempat ibadah (TIB) 1. Berapa seringnya anda mengunjungi tempat ibadah? 1 = 1 kali/minggu, 0 = <1 kali/minggu TIB V. Keanggotaan di kelompok lain (KEL) 1. Apakah anda bergabung di suatu kelompok seperti arisan, kelompok pengajian, lingkungan, kelompok sosial, sukarela? 1 = ya, 0 = tidak KEL VI. Partisipasi teratur pada aktivitas sosial rekreasional 1. Berikut ini daftar kegiatan saat santai/waktu luang; dalam 1 tahun terakhir, berapa sering anda melakukan kegiatan berikut: 0 = jika tidak pernah, 1= jika rata-rata <1 kali/mgg, 2 = jika rata-rata 1 kali/mgg 1. Olahraga aktif atau berenang 2. Jalan kaki 3. Berkebun 4. Olahraga/latihan fisik 5. Masak sendiri 6. Mengerjakan hobi 7. Keluar rumah dan berbelanja 8. Ke bioskop, konser, restoran atau menonton pertandingan olahraga 9. Baca buku, majalah, koran 10. Nonton siaran televisi berita 11. Nonton siaran televisi hiburan/video film 12. Melancong, perjalanan bermalam/menginap 13. Kerja sukarela/amal 14. Kerja masyarakat yang dibayar 15. Main kartu, catur, halma, teka-teki silang, sudoku teratur (Jika jawaban 7 + 8 + 12 + 13 + 14 5 (jika rata-rata 1) kode MAS diberi angka 1; selain itu MAS = 0) Aktivitas Fisik: (Jika jawaban 1 + 2 + 3 + 4 4 (jika rata-rata 1) kode FIS diberi angka 1; selain itu FIS = 0) Aktivitas kognitif: (Jika jawaban 5 + 6 + 9 + 10 + 11 + 15 6 (jika rata-rata 1) kode KOG diberi angka 1; selain itu KOG = 0) Aktivitas sosial: (Nilai gabungan 3 indikator TIB, KEL, MAS = ASOS) Jaringan sosial: (Nilai gabungan 3 indikator PH, VIS, NVIS = JSOS) (Nilai gabungan (GAB) berasal dari gabungan 6 indikator PH, VIS, NVIS, TIB, KEL, MAS; Beri nilai 4 = 5-6 kelompok bernilai 1, 3 = 3-4 kelompok, 2 = 1-2 kelompok, 1 = 0 kelompok; Jika >2 indikator tak ada nilainya, tidak ada nilai gabungan) MAS FIS KOG ASOS JSOS GAB Social Engagement dinilai dari nilai GAB: baik jika nilainya 3-4; buruk jika nilainya 1-2 13