KINERJA ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DALAM PENYERAPAN ASPIRASI MASYARAKAT DI KABUPATEN HALMAHERA UTARA. Frian Gar. Andea

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memerlukan suatu wadah bagi masyarakatnya untuk turut serta dalam proses. daerah demi terwujudnya kesejahteraan masyarakat.

Kinerja Pengawasan DPRD Dalam Pelaksanaan APBD Tahun 2013 Di Kabupaten Halmahera Barat. Nama : Risal Hady Nim :

BAB I PENDAHULUAN. berpolitik di Indonesia baik secara nasional maupun regional. Salah satu agenda

BAB I PENDAHULUAN. mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas ekonomi dan tugas

PENGARUH KOORDINASI TERHADAP KINERJA PETUGAS PEMUNGUT PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KELURAHAN SUKAGALIH KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. dengan Undang-Undang Nomor 5 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok

BAB I PENDAHULUAN. dewan melainkan juga dipengaruhi latar belakang pendidikan dewan,

BAB I PENDAHULUAN. kepada daerah. Di samping sebagai strategi untuk menghadapi era globalisasi,

BAB I PENDAHULUAN. setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. yang paling berperan dalam menentukan proses demokratisasi di berbagai daerah.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pengelolaan pemerintahan yang baik (good government governance)

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan analisa dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa :

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. monopoli dalam kegiatan ekonomi, serta kualitas pelayanan kepada masyarakat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Daerah yang berkaitan dengan kedudukan, fungsi dan hak-hak DPRD, menangkap aspirasi yang berkembang di masyarakat, yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 09 TAHUN 2014 TENTANG

reformasi yang didasarkan pada Ketetapan MPR Nomor/XV/MPR/1998 berarti pada ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 menjadi dasar pelaksanaan

PENGAWASAN KINERJA PEMERINTAHAN DAN LKPJ KDH OLEH DPRD

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PULAU MOROTAI DI PROVINSI MALUKU UTARA

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pengelolaan pemerintahan yang baik. Salah satu agenda reformasi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan paradigma studi ilmu administrasi negara sangat cepat dan mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan otonomi daerah pada tahun Undang-Undang Nomor 32 Tahun

PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD DALAM PEMBUATAN RAPERDA INISIATIF. Edy Purwoyuwono Dosen Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda

BAB I. Kebijakan otonomi daerah, telah diletakkan dasar-dasarnya sejak jauh. lamban. Setelah terjadinya reformasi yang disertai pula oleh gelombang

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan satu paket kebijakan tentang otonomi daerah yaitu: Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PULAU MOROTAI DI PROVINSI MALUKU UTARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2000 TENTANG TATACARA PERTANGGUNGJAWABAN KEPALA DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah menuntut adanya partisipasi masyarakat dan. transparansi anggaran sehingga akan memperkuat pengawasan dalam proses

BAB 1 PENDAHULUAN. pulau yang dibatasi oleh lautan, sehingga di dalam menjalankan sistem pemerintahannya

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia telah memasuki masa pemulihan akibat krisis ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi merupakan tempat atau alat dilaksanakannya berbagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Setelah Orde Baru jatuh dikarenakan reformasi maka istilah Good

ABSTRAK (RINGKASAN PENELITIAN)

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Anggaran Negara dan Keuangan Negara. Menurut Revrisond Baswir (2000:34), Anggaran Negara adalah

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai bidang memerlukan tenaga yang berkualitas, yaitu manusia yang dapat. kualitas sumber daya manusia yang tinggi pula..

BAB I PENDAHULUAN. peraturan perundang-undangan baik berupa Undang-Undang (UU) maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

BAB I PENDAHULUAN. (DPRD) mempunyai tiga fungsi yaitu : 1) Fungsi legislatif (fungsi membuat

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. sebuah organisasi yang tidak berpenghasilan tetapi justru mengeluarkan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH PERSONAL BACKGROUND, POLITICAL BACKGROUND DAN PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP PERAN DPRD DALAM PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 31 TAHUN 2007 (31/2007) TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TUAL DI PROVINSI MALUKU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan paling lama 6 (enam) bulan setelah kepala daerah dilantik. Bandung mempunyai tugas pokok membantu kepala daerah dalam

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pengaruh yang cukup luas pada tata kehidupan masyarakat, baik secara nasional

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan otonomi daerah yang digulirkan dalam era reformasi dengan. dikeluarkannya ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 adalah tentang

BAB I PENDAHULUAN. demorasi secara langsung, desa juga merupakan sasaran akhir dari semua program

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu instansi pemerintah, pemimpin yaitu seseorang yang. mempengaruhi para bawahannya untuk melakukan pekerjaan.

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan oleh Tim Anggaran Eksekutif bersama-sama Unit Organisasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pasal 1 ayat (h) Undang-undang RI Nomor Tahun 1999 tentang pemerintah

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/DPD RI/I/ TENTANG HASIL PENGAWASAN

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Aturan-aturan

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir merupakan bagian dari adanya

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah di Indonesia, Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. suatu fenomena di Indonesia. Tuntutan demokrasi ini menyebabkan aspek

BAB I PENDAHULUAN. direalisasikan melalui wakil-wakilnya di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

KINERJA PEMERINTAH DESA DALAM PELAYANAN PUBLIK DI KAMPUNG KILIARMA DISTRIK AGIMUGA KABUPATEN MIMIKA PROPINSI PAPUA

BAB I PENDAHULUAN. daya daerah, dan (3) Memberdayakan dan menciptakan ruang bagi. keuangan daerah secara ekonomis, efesien, efektif, transparan, dan

BAB I PENDAHULUAN. memburuk, yang berdampak pada krisis ekonomi dan krisis kepercayaan serta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KAYONG UTARA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB II. individu atau suatu organisasi pada suatu periode tertentu. Menurut Stoner (1996 :

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang. akan dicapai oleh suatu organisasi dalam periode tertentu yang

Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA SEKRETARIAT DEWAN KOTA SALATIGA TAHUN 2017

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TUAL DI PROVINSI MALUKU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Fungsi, Tugas, dan Wewenang DPD, Hak dan Kewajiban Anggotanya Serta Kelemahan dari DPD Dalam UUD 1945

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

Ketentuan DPR, Alokasi Anggaran dan Kendala Implementasinya

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH MALUKU

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 1 (satu) disebutkan, bahwa Pendapatan Asli Daerah bersumber dari Pajak

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

Transkripsi:

KINERJA ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DALAM PENYERAPAN ASPIRASI MASYARAKAT DI KABUPATEN HALMAHERA UTARA Frian Gar. Andea PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan adanya Otonomi dan desentralisasi kekuasaan dari pusat kepada daerah maka pemerintahan daerah serta masyarakat setempat juga berpengaruh sekali terhadap lajunya perkembangan daerah dan juga jalannya pemerintahan di daerah tersebut. Seperti yang tertuang dalam UU No 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. Hal ini juga dapat kita lihat dalam UU No 32/2004 pada pasal yang ke 45 tentang kewajban DPRD. Dengan demikian kedudukan serta keberadaan lembaga perwakilan rakyat mengandung arti penting dalam memperhatikan kepentingan rakyat yang dirumuskan dalam suatu kebijakan pemerintah sehingga diharapkan timbulnya keterpaduan antara kebijakan yang dirumuskan dengan partisipasi masyarakat secara aktif, dan bertangungjawab. Namun demikian masih harus dikaji secara mendalam secara ilmiah, dan mengikuti aturan empiris, mengingat bahwa kinerja anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam penyerapan setiap aspirasi masyarakat merupakan salah satu faktor penting yang turut mempengaruhi jalannya pelaksanaan tanggungjawab sebagai pemerintah daerah, maka penulis tergugah untuk membahas masalah ini yakni dalam lingkup pembahasan Kinerja Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Dalam Penyerapan Aspirasi Masyarakat, suatu studi di kabupaten Halmahera Utara. B. Perumusan masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah : Mengapa kinerja DPRD Kabupaten Halmahera Utara belum maksimal dalam menyerap setiap aspirasi dari masyarakat? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan mendiskripsikan upaya DPRD Kabupaten Halmahera Utara sebagai lembaga Legislatif daerah dalam kaitannya membangun serta menjalankan kinerja dalam penyerapan aspirasi masyarakat. b. Merupakan upaya untuk mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan bagi peneliti khususunya dan bagi masyarakat Kabupaten Halmahera Utara pada umumnya. 2. Manfaat penelitian Adapun mafaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Di harapkan melalui penelitian ini dapat bermanfaat secara utuh mengenai begaimana kinerja DPRD khususnya DPRD Kabupaten Halmahera Utara dalam menyerap aspirasi dan juga dalam membangun partisipasi masyarakat. b. Merupakan upaya untuk mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan bagi peneliti khususunya dan bagi masyarakat Kabupaten Halmahera Utara pada umumnya.

KERANGKA KONSEPTUAL A. Konsep Kinerja Kinerja adalah sebuah kata dalam bahasa indonesia dari kata dasar "kerja" yang menterjemahkan kata dari bahasa asing performance. Bisa pula berarti hasil kerja. Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Menurut Mangkunegara (2000 : 67) Kinerja ( prestasi kerja ) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Menurut Sulistiyani ( 2003 : 223) Kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya. Menurut Hasibuan (2001:34) mengemukakan kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu. Sedangkan menurut Nawawi (2001) yang dimaksud dengan kinerja adalah Hasil dari pelaksanaan suatu pekerjaan, baik yang bersifat fisik/mental maupun non fisik/non mental. B. Indikator Kinerja Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja menunjukan suatu penampilan kerja seseorang dalam menjalankan peran dan fungsinya dalam suatu lingkungan tertentu termasuk dalam organisasi. Sementara itu et al (1995 : 56), memberikan gambaran lebih rinci dan komprehensif tentang faktor faktor yang berpengaruh terhadap performance/kinerja, yaitu : a. Variabel Individu: meliputi kemampuan, keterampilan, mental fisik, latar belakang keluarga, tingkat sosial, pengalaman, demografi (umur, asal usul, jenis kelamin), b. Variabel Organisasi: meliputi sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur desain pekerjaan, c. Variabel Psikologis: yang meliputi persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi. Miner dalam Sudarmanto (2009:11) mengemukakan 4 (empat) dimensi yang dapat dijadikan tolak ukur menilai kinerja, yaitu : a. Kualitas, yaitu tingkat kesalahan, kerusakan, kecermatan; b. Kuantitas, yaitu jumlah pekerjaan yang dihasilkan; c. Penggunaan waktu dalam kerja, yaitu waktu kerja efektif : jam kerja hilang; d. Kerja sama dengan orang lain dalam bekerja. Menurut Mahsun (2006) bahwa indikator kinerja terdiri dari : a. Pelayanan yang tepat waktu dan berkualitas b. Tingkat ketrampilan pendidikan yang sesuai dengan bidang kerja c. Kehadiran/keterlambatan Dwiyanto (2006:50-51), menjelaskan 5 (Lima) indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja, yaitu sebagai berikut: 1. Produktivitas, yaitu: tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga mengukur efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai ratio antra input dengan output.

2. Kualitas Layanan, yaitu: cenderung menjadi penting dalam menjelaskan kinerja organisasi pelayanan publik. Banyak pandangan negatif yang terbentuk mengenai organisasi publik muncul karena ketidakpuasan publik terhadap kualitas. 3. Akuntabilitas, yaitu: menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan birokrasi publik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat. Asumsinya ialah bahwa para pejabat politik tersebut karena dipilih oleh rakyat, dengan sendirinya akan selalu memprioritaskan kepentingan public, konsisten dengan kehendak publik. 4. Responsivitas, yaitu: kemampuan birokrasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan aspirasi masyarakat. Secara singkat responsivitas di sini menunjuk pada keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. 5. Responsibilitas, yaitu: menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan birokrasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar. C. Konsep Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah atau sering disebut dengan parlemen, kata parlemen berasal dari kata parle yang berarti bicara. Fungsi dan tugas badan perwakilan daerah (DPRD) Seperti pada pasal 41 dalam UU. No. 32 tahun 2004. Ada tiga fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai badan legislatif yaitu : 1. Fungsi Legislasi yaitu membentuk Peraturan Daerah yang dilakukan bersama-sama Kepala Daerah. 2. Fungsi Anggaran, yaitu bersama Kepala Daerah menyusun dan menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBD) tiap tahun. 3. Fungsi Pengawasan, yaitu melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Undangundang, Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah. 4. Seperti dalam bukunya C. S. T. Kansil dan S. T. Kansil, (2001:41) mengatakan bahwa DPRD menetapkan peraturan-peraturan daerah untuk kepentingan daerah atau melaksanakan peraturan perundangan yang lebih tinggi tingkatannya yang pelaksanaannya ditugaskan kepada daerah. Sehingga DPRD dapat juga dikatakan sebagai pembuat keputusan yang menyangkut kepentingan umum. D. Konsep Aspirasi Masyarakat Aspirasi adalah harapan dan tujuan keberhasilan pada masa yang akan datang, beraspirasi bercita-cita, berkeinginan, berhasrat serta keinginan yang kuat untuk mencapai sesuatu, seperti keberhasilan dalam tujuan keinginan tersebut. Aspirasi dalam bahasa inggris aspiration berarti cita-cita. Aspiration menurut kata dasarnya, aspire bearti cita-cita atau juga berkeinginan Echols (1983:41). Sedangkan menurut Poerwadarminta (1976) aspirasi adalah gairah (keinginan atau harapan yang keras). Menurut kamus umum Bahasa Indonesia, yang disebut cita-cita adalah keinginan,harapan,tujuan yang selalu ada dalam pikiran. Disadari atau tidak semua orang tentu mempunyai rencana hidup. Sehubungan dengan rencana hidup, Hurlock (1974:265) menyatakan Setiap orang mempunyai rencana hidup yang

ingin dicapai sebagai hasil hubungan fisik dan sosial dengan lingkungannya. Rencana hidup ini sedikit banyak ikut menentukan kegiatan yang dilakukan sekarang. Masyrakat berasal dari bahasa arab yaitu musyarak. Masyarakat memiliki arti sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup atau terbuka. 1. Menurut Linton (1936 : 91), masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerjasama, sehingga masyarakat itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu. 2. Menurut Iver (1955 : 5), masyarakat ialah suatu sistem dari cara kerja dan prosedur, dari otoritas dan saling bantu membantu yang meliputi kelompok-kelompok dan pembagian-pembagian sosial lain, system dari pengawasan tingkahlaku manusia dan kebebasan sistem yang kompleks yang selalu berubah atau jaringan-jaringan dari sosial itulah yang dinamakan masyarakat. 3. Menurut Znaniecki (1950 : 145) menyatakan bahwa masyarakat merupakan suatu system yang meliputi unit biofisik para indifidu yang bertempat tinggal pada suatu daerah geografis tertentu dari suatu generasi. 4. Menurut Laski (1947) dalam The State in Theory and Practice. Mengemukakan bahwa. Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup bersama dan bekerja sama untuk mencapai terkabulnya keinginan-keinginan mereka bersama, METODOLOGI PENELITIAN A. Fokus dan Informan Penelitian 1. Fokus penelitian Fokus penelitian dalam penelitian ini merupakan suatu batasan-batasan yang digunakan dalam sebuah penelitian yang berfungsi untuk menjaga agar penelitian tetap pada jalur yang telah di tentukan dan tidak menyimpang dari pokok bahasan yang akan diteliti. Dengan demikian fokus dalam penelitian ini adalah Anggota DPRD dan sebagian Masyarakat di Kabupaten Halmahera Utara. 2. Informan Penelitian Menurut Moleong (2007 : 90) informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi penelitian. Jadi, informan harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian. Dalam penelitian ini penulis akan mewawancarai informan yang bersangkutan langsung untuk lebih meyakinkan ketepatan data yang didapat. Beberapa informan yang telah ditetapkan penulis, yaitu masyarakat dan anggota DPRD di Kabupaten Halmahera Utara. Dengan demikian maka dari keseluruhan informan yang akan di wawancarai, yaitu berjumlah 15 informan dengan unsur DPRD diambil sebanyak 5 orang dari 25 anggota DPRD. Dan yang mewakili masyarakat dari berbagai kalangan yakni guru, mahasiswa, pengusaha, pekerja sektor swasta, dan tokoh agama. Yang masing-masing diambil 2 informan. B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel dalam penelitian merupakan suatu atribut dari kelompok objek yang diteliti yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok tersebut. Sugiyono dalam Husein Umar (2004:47).

Dalam penelitian ini variabel dan definisi operasional yang digunakan adalah sebagai berikut : Pertama : Kinerja Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai variabel Independen (berpengaruh) dengan definisi operasional nya adalah: sesuatu yang harus dilaksanakan oleh pemerintah dalam hal ini badan legislatif yaitu DPRD sesuai dengan tugas dan fungsinya untuk membuat suatu kinerja yang baik dalam mengatur tata kehidupan masyarakat pada suatu daerah. Kedua : Aspirasi Masyarakat sebagai variabel Dependen (terpengaruh) dengan definisi operasionalnya adalah: suatu tindakan komunikasi yang dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah secara prosedural dan sistematis dengan tujuan untuk pencapaian kesejahteraan masyarakat. C. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data Sugiyono (2010:307) mengemukakan, dalam penelitian kualitatif instrument utamanya adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan dikembangkan instrument penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan sesuai dengan variabel yang diteliti. Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini digunakan teknik wawancara/interview, yaitu sebuah dialog yang dilakukan penulis dengan membawa sederetan pertanyaan untuk memperoleh informasi yang diharapkan. Selain itu juga penulis mengadakan observasi/pengamatan secara langsung dalam rangka mengumpul data-data tertentu yang di inginkan, dan sebagai pelengkap data dalam penelitian ini menggunakan studi kepustakaan. D. Teknik Analisa data Teknik analisa data menurut (Prof. J.L Moleong. 2004) yaitu dipadukan dan dianalisi secara kualitatif dengan memberikan interpretasi/penafsiran atas fakta-fakta tersebut. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis data yang bersifat deskriptif kualitatif, dengan tujuan memberi penafsiran mengenai situasi dan kondisi yang terjadi dengan dilakukan secara induktif berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan melalui hubungan tertentu untuk ditarik suatu kesimpulan. GAMBARAN UMUM KABUPATEN HALMAHERA UTARA A. Gambaran Umum Kabupaten Halmahera Utara a. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kabupaten Halmahera Utara Provinsi Maluku Utara terbentuk pada 31 Mei 2003 berdasarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 2003 dengan Ibukota Tobelo. Dengan Sembilan kecamatan dimekarkan menjadi 22 kecamatan dan 174 desa menjadi 260 desa. Pada tahun 2009, seiring pemekaran Kabupaten Pulau Morotai sebagai kabupaten tersendiri maka jumlah kecamatan dan desa di Kabupaten Halmahera Utara pun berubah menjadi 17 Kecamatan dan 196 desa. B. Keadaan Umum DPRD Kabupaten Halmahera Utara 1. Sebelum Pemekaran Kabupaten Pulau Morotai

Setelah 6 (enam) tahun Halmahera Utara ber kabupaten, jumlah penduduk juga ikut bertambah dan pada tahun 2008 berjumlah 223,421 jiwa. Dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka jumlah anggota DPRD juga ikut bertambah dari 25 orang menjadi 30 orang karena disesuaikan dengan ratio jumlah penduduk tersebut. 2. Sesudah Pemekaran Kabupaten Pulau Morotai Berdasarkan Undang-undang Nomor 53 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Pulau Morotai di Provinsi Maluku Utara, maka Anggota DPRD Asal Daerah Pemilihan IV (Pulau Morotai) yang berjumlah 8 orang kembali ke Kabupaten Pulau Morotai sebagai Anggota DPRD Kabupaten Pulau Morotai sehingga jumlah Anggota DPRD Kabupaten Halmahera Utara yang awalnya 30 orang, berkurang menjadi 22 orang. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Kinerja Anggota DPRD dalam Penyerapan Aspirasi Masyarakat di Kabupaten Halmahera Utara Kinerja merupakan suatu hasil kerja yang dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing. Dalam pengamatan terhadap kinerja kelembagaan DPRD Kabupaten Halmahera Utara dalam penelitian ini, ditinjau dari kewajiban anggota legislatif dengan menggunakan indikator-indikator pelaksanaan hak dan kewajiban serta kualitas dari anggota dewan terhadap kebutuhan daerah dan kondisi masyarakat karena kinerja anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dapat dinilai oleh masyarakat melalui kebijakan yang dikeluarkan oleh anggota DPRD yang dianggap mampu membawa kesejahteraan masyarakat dan pemerintah daerah. 2. Indikator Kinerja Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Indikator yang dapat dipergunakan untuk mengukur kinerja DPRD adalah sejauhmana pelaksanaan fungsi-fungsi yang melekat dalam institusi yang dilaksanakan oleh DPRD Halmahera Utara sebagai lembaga legislatif daerah, Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja menunjukan suatu penampilan kerja seseorang dalam menjalankan peran dan fungsinya dalam suatu lingkungan tertentu termasuk dalam organisasi. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap performance/kinerja berdasarkan pendapat Dwiyanto (2006:50-51) : Produktivitas, Kualitas Layanan, Akuntabilitas, Responsivitas, Responsibilitas. 3. Penyerapan Aspirasi Masyarakat Dimana telah dijelaskan dalam UU No. 32 tahun 2004 pasal 45 pada huruf (e), mengenai kewajiban DPRD yaitu menyerap, menampung, menghimpun, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat. Keputusan masyarakat dalam menyampaikan aspirasi justru harus dimaknai sebagai upaya untuk terus meningkatkan unsur kinerja dan komunikasi serta kredibilitas Anggota DPRD dengan rakyatnya. Keberhasilan untuk secara konsisten mengetahui perikehidupan masyarakat yang diwakilinya, berjalan lurus dengan upaya untuk meningkatkan aspirasi yang disampaikan masyarakat. Dampaknya, kepercayaan masyarakat terhadap anggota DPRD akan semakin meningkat.

4. Tindaklanjut Aspirasi Masyarakat Ketentuan birokrasi yang harus dilalui oleh masyarakat dalam menyampaikan aspirasinya perlu segera disederhanakan. sebagai wakil rakyat tetap harus menyediakan waktunya untuk menindaklanjuti aspirasi masyarakat. B. Pembahasan 1. Kewajiban Anggota DPRD Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 pada pasal 45. Anggota DPRD 2. Tugas dan Fungsi Anggota DPRD a. Fungsi Legislasi, Fungsi Anggaran,Fungsi Pengawasan 3. Kendala DPRD Halut Saat Menjalankan Kinerjanya Dalam Penyerapan Aspirasi Masyarakat 1. Kendala Internal; 2. Kendala Eksternal. PENUTUP A. Kesimpulan Dalam melakukan kinerja yang baik bagi setiap anggota DPRD dalam setiap menjalankan kewajibanya menyerap, menampung serta menindaklanjuti setiap aspirasi dari masyarakat, harus lebih di perhatikan dan lebih di tingkatkan lagi agar adanya keseimbangan dalam tugasnya dan harapan dari masyarakat. Karena masyarakat hanya dapat merasakan dan menilai kinerja anggota dewan dari hasil kebijakan atau output yang dikeluarkan. Jika kebijakan tersebut dapat berpihak pada kehidupan yang lebih baik untuk masyarakat, maka kinerja anggota DPRD dapat dikatakan sangat baik. Namun sebaliknya, jika kebijakan yang dikeluarkan berdampak negatif bagi masyarakat, maka masyarakat dapat menilai bahwa kinerja anggota DPRD tersebut buruk. Penelitian yang dilakukan di lembaga legislatif daerah Kabupaten Halmahera Utara, pengaruh yang diberikan oleh pemberdayaan yang terfokus pada kinerja anggota DPRD Kabupaten Halmahera Utara dalam penyerapan aspirasi masyarakat, cukup signifikan. Berikut difokuskan pada anggota komisi dan fraksi, yang harus memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam rangka pengambilan keputusan politik lokal yang kemudian disampaikan melalui mekanisme kerja alat kelengkapan dewan. Tindak lanjut aspirasi masyarakat dipergunakan oleh DPRD guna memberikan penegasan kepada jajaran Pemerintah Daerah, dalam rapat kerja untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi masyarakat. Karena setiap aspirasi harus disertai dengan persetujuan atau dukungan sikap dari DPRD terhadap aspirasi yang disuarakan oleh masyarakat.