BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Perbedaan statistik perdagangan komoditi plywood negara berkembang

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI MENGENAI KETIDAKCOCOKAN DATA EKSPOR-IMPOR INDONESIA DENGAN NEGARA BERKEMBANG DAN NEGARA MAJU FIRMANUDIN PURNOMO

LAPORAN INDUSTRI PASAR EKSPOR BATUBARA. Bituminous Coal: Non Coking Coal HS2012:

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

LAPORAN INDUSTRI PASAR EKSPOR BATUBARA. Bituminous Coal: Coking Coal HS2012:

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara untuk memenuhi semua kebutuhan yang ada dalam suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian

Analisis Perkembangan Industri

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

INDIKASI KERUGIAN NEGARA DARI KURANG CATAT NILAI EKSPOR BIJIH NIKEL (HS 2604) PERIODE

LAPORAN INDUSTRI PASAR EKSPOR BATUBARA INDONESIA

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

Analisis Perkembangan Industri

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional,

V. HASIL DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

BAB 3 METODE PENELITIAN

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JUNI 2016

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT APRIL 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016

B. Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Tahun 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Jakarta, Mei 2010

Boks 1. Analisis Singkat Dampak Krisis Finansial Amerika Serikat terhadap Kinerja Perekonomian Kaltim

KOPI ANDALAN EKSPOR INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016

Tabel 1. Neraca Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara Untuk Beberapa Periode Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan aspek yang sangat penting dalam. perekonomian setiap Negara di dunia. Tanpa adanya perdagangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

Kinerja Ekspor Non-migas Awal 2011: Memberikan Sinyal Positif yang Berlanjut untuk Mencapai Target 2011

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JANUARI 2010

BAB VI. KESIMPULAN. integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: perdagangan di kawasan ASEAN dan negara anggotanya.

LAPORAN INDUSTRI PASAR EKSPOR BATUBARA. Bituminous Coal: Coking Coal HS2012:

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT MEI 2013

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016

EKSPOR DAN IMPOR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BULAN SEPTEMBER 2007

Ekspor Nonmigas 2010 Mencapai Rekor Tertinggi

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT MEI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI DESEMBER 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JUNI 2015

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan sebuah negara. Hal ini serupa dengan pendapat yang

V GAMBARAN UMUM EKSPOR UDANG INDONESIA

Neraca Perdagangan Januari-Oktober 2015 Surplus USD 8,2 M, Lebih Baik dari Tahun Lalu yang Defisit USD 1,7 M. Kementerian Perdagangan

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA MEI 2012

EKSPOR DAN IMPOR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BULAN OKTOBER 2007

Mendobrak Pasar Ekspor Melalui Pendekatan Total Football

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT AGUSTUS 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI JULI 2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. batas negara yang telah membawa dampak pada kemajuan yang pesat di segala

Susu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI JUNI 2016

Kota, Negara Tanggal, 2013

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JANUARI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JULI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JULI 2015

IV. METODE PENELITIAN

ISSN OUTLOOK KAPAS 2015 OUTLOOK KAPAS

BAB I PENDAHULUAN. organisasi, mereka sebagai tenaga penggerak jalannya organisasi dengan tujuan

Penetapan Nilai Transaksi Dengan Menggunakan Rumus Tertentu, Tepatkah?

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul ,

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JANUARI 2017

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perdagangan internasional semakin besar peranannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT MARET 2016

BAB I PENDAHULUAN. global yang perlahan-lahan mengalami kemajuan. Perkembangan ini didorong oleh

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT MEI 2017

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2017

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh suatu

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JUNI 2017

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak tambang mineral yang

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI FEBRUARI 2015

I. PENDAHULUAN. suatu masyarakat adil dan makmur yang materiil dan spirituil berdasarkan

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TOMAT INDONESIA DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) PENDAHULUAN

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI DESEMBER 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT SEPTEMBER 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI JANUARI 2017

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi dan sekaligus menghadapi

Transkripsi:

17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perbedaan Statistik Perdagangan Negara Berkembang Negara berkembang yang memiliki catatan data impor lebih besar dari catatan data ekspor Indonesia untuk komoditi plywood, yaitu Bangladesh, Filipina, Pakistan, Srilanka, dan Thailand sebesar $167,952; $1,150,676; $47,487; $1,793,825; dan $6,442,966. Sedangkan negara India, Malaysia, dan Vietnam memiliki catatan data impor yang lebih kecil dari catatan data ekspor Indonesia sebesar $1,837,177; $2,611,371; dan $292,577. impor terbesar terdapat di negara Thailand yakni sebesar $6,442,966 dan rata-rata impor terkecil terdapat di negara Pakistan sebesar $47,487. Hasil pengolahan data disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Perbedaan statistik perdagangan komoditi plywood negara berkembang Bangladesh $76,067 $167,952 Filipina $828,675 $1,150,676 India $2,601,829 $1,837,177 Malaysia $6,462,050 $2,611,371 Pakistan $34,322 $47,487 Srilanka $415,820 $1,793,825 Thailand $6,337,298 $6,442,966 Vietnam $1,569,964 $292,577 Pada komoditi Pulp, Filipina, Malaysia, Thailand dan Vietnam ialah negara berkembang yang memiliki catatan data impor lebih kecil dari catatan data ekspor Indonesia sebesar $1,318,625; $1,715,624; $3,807,452; dan $4,978,077. Adapun negara Bangladesh, India, dan Srilanka memiliki catatan data impor lebih besar dari catatan data ekspor Indonesia sebesar $2,455,182; $27,684,831; dan $299,063. impor terbesar terdapat di negara India yakni sebesar $27,684,831 dan rata-rata terkecil terdapat di negara Srilanka sebesar $299,063. Hasil data selengkapnya disajikan pada Tabel 2.

18 Tabel 2 Perbedaan statistik perdagangan komoditi pulp negara berkembang Bangladesh $2,453,898 $2,455,182 Filipina $6,644,082 $1,318,625 India $25,328,639 $27,684,831 Malaysia $2,425,687 $1,715,624 Pakistan $878,081 - Srilanka $90,940 $299,063 Thailand $4,462,840 $3,807,452 Vietnam $10,734,040 $4,978,077 Negara berkembang yang memiliki catatan data impor lebih kecil dari catatan ekspor Indonesia pada komoditi batubara (coal) ialah hanya negara Srilanka sebesar $1,282,421. Untuk ketujuh negara lainnya, yaitu: Bangladesh, Filipina, India, Malaysia, Pakistan, Thailand dan Vietnam memiliki catatan impor yang lebih besar dari catatan ekspor Indonesia. impor terbesar terdapat di negara India yakni $339,815,594 dan rata-rata impor terkecil terdapat di negara Srilanka sebesar $1,282,421. Hasil pengolahan data disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Perbedaan statistik perdagangan komoditi batubara (coal) negara berkembang Bangladesh $2,408,666 $3,841,378 Filipina $126,815,428 $132,825,627 India $210,980,980 $339,815,594 Malaysia $111,843,188 $150,324,158 Pakistan $65,477,863 $128,347,655 Srilanka $2,999,986 $1,282,421 Thailand $104,210,667 $158,646,289 Vietnam $14,377,361 $18,586,413 4.2. Perbedaan Statistik Perdagangan Negara Maju Pada komoditi plywood, semua negara maju memiliki catatan impor yang lebih besar daripada catatan ekspor Indonesia. Negara Jepang memiliki rata-rata impor tertinggi sebesar $1,062,165,852 dan Italy memiliki rata-rata impor terendah dibandingkan negara lainnya sebesar $8,356,139. Hasil pengolahan data selengkapnya disajikan pada Tabel 4.

19 Tabel 4 Perbedaan statistik perdagangan komoditi plywood negara maju Australia $16,349,334 $18,592,858 Canada $7,576,813 $19,459,599 China $184,958,586 $272,037,289 Francis $12,457,647 $26,605,399 Germany $37,675,734 $56,047,657 Italy $7,027,160 $8,356,139 Jepang $903,105,278 $1,062,165,852 USA $244,927,451 $306,008,626 Pada komoditi pulp, negara Italy dan USA yang memiliki catatan impor yang lebih kecil dari catatan ekspor Indonesia, yaitu sebesar $36,897,771 dan $7,831,385. Namun kelima negara maju lainnya, yakni Australia, China, Francis, Germany dan Jepang memiliki catatan impor yang lebih besar dari catatan ekspor Indonesia. Negara China memiliki rata-rata impor terbesar yakni $351,468,359 dan negara USA memiliki rata-rata impor terkecil yakni $7,831,385. Hasil data selengkapnya disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Perbedaan statistik perdagangan komoditi pulp negara maju Australia $8,573,975 $10,204,291 China $279,824,932 $351,468,359 Francis $14,379,660 $27,075,749 Germany $5,078,619 $13,019,256 Italy $37,505,078 $36,897,771 Jepang $41,623,968 $48,700,436 USA $8,035,338 $7,831,385 Negara maju yang memiliki catatan data impor lebih kecil dari catatan ekspor Indonesia pada komoditi batubara (coal) hanya negara China sebesar $280,459,219. Untuk keenam negara lainnya, yaitu Australia, Francis, Germany, Italy, Jepang dan USA memiliki catatan impor yang lebih besar dari catatan ekspor Indonesia. Negara Jepang memiliki rata-rata impor terbesar sebesar $763,780,962 dan negara Australia memiliki rata-rata impor terkecil sebesar $2,579,054. Hasil data selengkapnya disajikan pada Tabel 6.

20 Tabel 6 Perbedaan statistik perdagangan komoditi batubara (coal) negara maju Australia $439,753 $2,579,054 China $327,906,310 $280,459,219 Francis $8,466,238 $16,449,152 Germany $5,260,162 $25,166,829 Italy $145,799,650 $292,261,534 Jepang $621,742,031 $763,780,962 USA $56,795,470 $72,692,700 4.3. Hasil t-paired Test Negara Berkembang Hasil pengolahan menggunakan t-paired test pada Microsoft excel dapat diperoleh bahwa pada komoditi plywood dan pulp, catatan ekspor Indonesia dengan catatan impor negara mitra dagang di negara berkembang memiliki catatan yang sama dan ada pula catatan yang beda. Namun untuk komoditi batubara (coal), catatan ekspor Indonesia dengan impor negara mitra dagang cenderung berbeda. Hasil pengolahan selengkapnya disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Hasil t-paired test masing-masing komoditi per partner beberapa negara berkembang No Partner Hasil t-paired Test Plywood Pulp Coal 1 Bangladesh Sama Sama Sama 2 Filipina Sama Beda Sama 3 India Beda Sama Beda 4 Malaysia Beda Sama Beda 5 Pakistan Sama - Beda 6 Srilanka Beda Sama Beda 7 Thailand Sama Beda Beda 8 Vietnam Beda Beda Beda Untuk komoditi plywood, ada empat negara mitra dagang yang catatan impornya berbeda dengan catatan ekspor Indonesia. Negara tersebut antara lain India, Malaysia, Srilanka dan Vietnam. Empat negara lainnya, yakni Bangladesh, Filipina, Pakistan dan Thailand memiliki catatan impor yang sama dengan Indonesia.

Negara berkembang yang memiliki data perdagangan berbeda dengan Indonesia untuk komoditi Pulp adalah Filipina, Thailand, dan Vietnam. Adapun empat negara lainnya, yakni Bangladesh, India, Malaysia dan Srilanka memiliki data perdagangan yang sama dengan Indonesia. Namun, data perdagangan antara Indonesia dengan Pakistan tidak dilakukan t-paired test karena tidak ada catatan impor dari negara Pakistan. Lain halnya dengan dua komoditi kehutanan tersebut, untuk komoditi Batubara hanya dua negara mitra dagang yang memiliki data perdagangan sama dengan Indonesia, yakni Bangladesh dan Filipina. Keenam negara mitra dagang lainnya memiliki data perdagangan yang berbeda dengan Indonesia. 4.4. Hasil t-paired Test Negara Maju Berdasarkan metode pengolahan data yang sama diperoleh bahwa hasil t- paired test untuk negara maju sedikit berbeda. Hasil ini disebabkan oleh data perdagangan Indonesia dengan negara mitra dagang pada komoditi plywood cenderung berbeda. Namun untuk komoditi pulp dan batubara, data perdagangan Indonesia dengan negara mitra dagang memiliki catatan yang sama dan ada pula yang berbeda. Hasil pengolahan data disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Hasil t-paired test masing-masing komoditi per partner beberapa negara maju No Partner Hasil t-paired Test Plywood Pulp Coal 1 Australia Beda Sama Sama 2 Canada Beda - - 3 China Beda Beda Sama 4 Francis Beda Beda Beda 5 Germany Beda Beda Beda 6 Italy Sama Sama Beda 7 Jepang Beda Sama Sama 8 USA Beda Sama Beda Pada plywood, Italy memiliki data perdagangan sama dengan Indonesia karena catatan antara impor Italy dengan ekspor Indonesia tidak melebihi perbedaan 10%. Sedangkan ketujuh negara, yakni Australia, Canada, China, Francis, Germany, Jepang dan USA memiliki data perdagangan yang beda dengan Indonesia. 21

Negara maju yang memiliki catatan impor berbeda dengan Indonesia untuk komoditi pulp adalah China, Francis, Germany. Adapun empat negara yakni Australia, Italy, Jepang dan USA memiliki catatan yang sama dengan Indonesia. Namun, data perdagangan antara Indonesia dengan Canada tidak dilakukan t- paired test karena tidak ada catatan impor dari negara Canada. Lain halnya dengan dua komoditi tersebut, untuk komoditi Batubara terdapat tiga negara mitra dagang yang memiliki data perdagangan sama dengan Indonesia, yakni Australia, China, dan Jepang. Keempat negara lainnya, yaitu Francis, Germany, Italy dan USA memiliki catatan yang berbeda dengan Indonesia. Hal ini berarti perbedaan catatan negara mitra dagang tersebut melebihi 10%. -impor antara Indonesia dengan negara mitra dagang baik itu negara berkembang maupun negara maju pada komoditi kehutanan dan non kehutanan terdapat catatan yang sama atau tidak melebihi 10% dan ada pula yang beda atau melebihi 10%. Selain itu, jika dilihat catatan ekspor Indonesia dengan impor negara mitra dagang per komoditi dalam jangka waktu 20 tahun, maka tidak semua data perdagangan (trade value) tercatat secara lengkap. Ada yang melaporkan hanya 10 tahun, 15 tahun atau bahkan ada yang sama sekali tidak melaporkan data ekspor atau impornya. Pada komoditi plywood dan pulp di negara berkembang terdapat masingmasing empat negara mitra dagang yang data impornya sama dengan data ekspor Indonesia. Namun, untuk komoditi pertambangan terdapat enam dari delapan negara mitra, kecuali negara Bangladesh dan Filipina, yang memberikan data impor berbeda dengan data ekspor Indonesia. Di sektor kehutanan, data ekspor Indonesia tercatat lebih besar daripada data impor negara berkembang. Namun sebaliknya, ekspor Indonesia tercatat lebih kecil daripada nilai impor negara maju. Di sektor non kehutanan (pertambangan), data ekspor Indonesia tercatat lebih kecil daripada data impor negara berkembang dan negara maju. Perbedaan data ekspor-impor dapat disebabkan oleh faktor-faktor antara lain waktu, biaya pengapalan dan asuransi, klasifikasi barang yang diartikan sebagai ketika transaksi dilaporkan oleh kedua belah pihak sama nilainya, tetapi kadangkadang barang diklasifikasikan berbeda antara klasifikasi eksportir dan importir., kegiatan re-ekspor, atau faktor lain yang dinilai negatif seperti partner country 22

attribution dan perlakuan dari proses perdagangan yaitu asal dari impor untuk country of origin dan ekspor untuk negara tujuan sering menjelaskan perbedaan yang signifikan ketika barang pindah dari country of origin ke negara tujuan melalui lokasi ketiga dalam statistik perdagangan internasional; miss invoicing yaitu nilai suatu barang dapat menjadi lebih tinggi atau lebih rendah daripada nilai sesungguhnya, transfer pricing yaitu melakukan miss invoice yang ada hubungannya dengan rekanan usaha di negara lain, serta smuggling (penyelundupan) yaitu transaksi tidak dicatat sama sekali sehingga nilainya nol (Ferrantino dan Zhi, 2007). Dari faktor tersebut, maka faktor yang dinilai negatif berpotensi menimbulkan perbedaan data ekspor dan impor lebih besar dibanding faktor-faktor lainnya. Selain faktor-faktor tersebut, perbedaan data ekspor-impor dapat disebabkan oleh variasi sistem pengumpulan dan pelaporan data yang diterapkan lembaga bea di negara berkembang yang masih menggunakan dokumen ekspor dan impor yang harus diisi secara manual, sehingga jenis informasi yang dikumpulkan tidak selalu sama. Namun di negara maju, sistem ini sudah menggunakan teknologi canggih, yaitu pencatatan semua transaksi ekspor dan impor dicatat dan dilacak dengan jaringan elektronik. Secara umum kegiatan ekspor-impor di negara berkembang didasari oleh basis perekonomian dan perdagangan international sesuai dengan sumber daya yang tersedia, sistem perekonomian, lembaga-lembaga sosial, serta kapasitas pertumbuhan dan pembangunannya. Selain itu, dilihat dari posisi perdagangan, negara-negara berkembang masih bergantung pada hasil penjualan produknya ke negara-negara maju, sehingga peranan mereka dalam perdagangan dunia masih kurang. Oleh karena itulah, negara-negara berkembang berupaya lebih banyak berperan serta dalam sistem perdagangan internasional dan berusaha memperkuat kapasitas mereka untuk berpartisipasi guna pertumbuhan ekonomi di masa depan. 4.5. Implikasi Perbedaan Data Statistik Telapak/EIA dalam Santi (2007) menyatakan bahwa semakin tinggi nilai korupsi akan berjalan searah dengan semakin tingginya discrepancy statistic. Hal tersebut mencerminkan bahwa negara yang level korupsinya tinggi merupakan negara yang memiliki sistem yang lemah dengan penegakan hukum rendah. Berdasarkan hal tersebut, maka eksportir mempunyai kecenderungan untuk 23

melakukan kegitan illegal, jika dia merasa aman untuk melakukannya. Indonesia dapat dikatakan sebagai negara yang memiliki level korupsi yang tinggi dengan penegakan hukum rendah. Dalam kehidupan perekonomian di negara berkembang, penegakan hukum yang rendah telah menciptakan suatu kelompok bisnis-politis yang dapat bertahan hanya karena para anggotanya mendapat lisensi khusus dan hak-hak istimewa. Perbedaan data statistik ini dapat menimbulkan kerugian bagi Indonesia seperti berkurangnya devisa negara dan hilangnya pajak, dimana keduanya merupakan sumber pendapatan negara. Selain itu, perbedaan data ekspor-impor ini bisa jadi mengindikasikan bahwa ada yang tidak beres dalam tata perekonomian Indonesia. 4.6. Upaya untuk Mengurangi Perbedaan Data Statistik. Upaya untuk mengurangi perbedaan data statistik dapat dilakukan dengan cara menerapkan prinsip penting pemerintahan baik (good governance) yakni akuntabilitas dan transparansi. Prinsip ini diartikan sebagai pembuatan dan pelaksanaan kebijakan harus disertai pertanggungjawaban sehingga tersedianya informasi yang memadai kepada masyarakat terhadap proses tersebut, serta didukung dengan hukum dan kebijakan politik transparan dan adil. Begitu pula pelaksanaan birokrasi seperti mengurus administrasi ekspor-impor, yang harus dibenahi dengan cara melakukan transformasi diri dari birokrasi yang kinerjanya kaku (rigid) menjadi organisasi birokrasi yang strukturnya lebih desentralistis, inovatif, fleksibel, dan responsif. Upaya lainnya dapat dilakukan dengan menerapkan pencatatan data eksporimpor secara online di negara eksportir dan importir sehingga keseluruhan sistem terkoneksi. Dari upaya tersebut, negara eksportir dan importir dapat melaporkan data ekspor-impor secara detail dan akurat. Pihak-pihak seperti BPS, departemen perdagangan, perpajakan, bea dan cukai, perbankan maupun pihak organisasi international PBB perlu melakukan kerjasama yang baik. Selain itu juga, pemerintahan Indonesia perlu memperbaiki tata perekonomian dan menjalankan sistem pengawasan terhadap kegiatan keluar-masuk barang ekspor-impor dari negara-negara mitra dagang, serta perlu menerapkan sistem yang baku dalam pencatatan data ekspor maupun impor sehingga tidak mudah mengalami perubahan. 24