PEMANFAATAN TUMBUHAN RAWA KEPAYANG (Pangium edule) DALAM MENGENDALIKAN HAMA

dokumen-dokumen yang mirip
Insektisida sintetik dianggap sebagai cara yang paling praktis untuk

VI. PEMBUATAN PESTISIDA NABATI. Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP

I. PENDAHULUAN. lebih dari setengah penduduk menggantungkan hidupnya pada beras yang

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mortalitas dan Kecepatan Kematian. Tingkat mortalitas walang sangit pada aplikasi kontak dengan konsentrasi

PEMBUATAN PESTISIDA NABATI DAUN PEPAYA UNTUK PENGEDALIAN ULAT DAN SERANGGA PENGHISAP TANAMAN Oleh Robinson Putra, SP

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman

Pestisida Nabati dan Aplikasinya. Oleh: YULFINA HAYATI

ALTERNATIF PENGENDALIAN HAMA SERANGGA SAYURAN RAMAH LINGKUNGAN DI LAHAN LEBAK PENGENDALIAN ALTERNATIF RAMAH LINGKUNGAN HAMA SAYURAN DI LAHAN LEBAK

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produksi kubis di Indonesia banyak mengalami hambatan, di

Pembuatan Pestisida Nabati

BIOPESTISIDA PENGENDALI HELOPELTIS SPP. PADA TANAMAN KAKAO OLEH : HENDRI YANDRI, SP (WIDYAISWARA PERTAMA)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dataran tinggi pada lahan basah dan lahan kering. Hasil produksi tomat di Indonesia dari tahun

I. PENDAHULUAN. Masyarakat luas telah menyadari bahwa pestisida merupakan senyawa yang dapat

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. petani dan dikonsumsi masyarakat karena sayuran tersebut dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dikembangkan adalah produk alam hayati (Sastrodiharjo et al.,

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. satu hama daun yang penting karena hama ini bersifat polifag atau mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan. Tumbuhan yang digunakan meliputi untuk bahan pangan,

Uji Toksisitas Potensi Insektisida Nabati Ekstrak Kulit Batang Rhizophora mucronata terhadap Larva Spodoptera litura

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu

MIMBA SEBAGAI PESTISIDA NABATI Tanaman Mimba

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. Vektor demam berdarah adalah Aedes aegypti dan Aedes Albopictus.

BAB I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2006 saat harga minyak dunia bergerak naik, jarak pagar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara penghasil kakao terbesar di dunia seiring dengan

UJI EKSTRAK DAUN MIMBA (Azadirachta indica) DAN EKSTRAK DAUN KLUWEK (Pangium edule) TERHADAP KEMATIAN ULAT GRAYAK (Spodoptera sp.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pengendalian hama dan penyakit melalui insektisida

BAB I PENDAHULUAN. tanaman sayuran, kacang-kacangan, tomat, jagung dan tembakau. Helicoverpa

BAB I PENDAHULUAN. (Rismunandar, 1993). Indonesia memiliki beragam jenis beras dengan warna nya

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 10. HAMA DAN PENYAKIT TANAMANlatihan soal 10.1

BAB I PENDAHULUAN. nyawa makhluk hidup karena mempunyai beberapa kelebihan seperti hampir tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae)

PESTISIDA ALAMI MENDUKUNG BUDIDAYA STROBERI ORGANIK

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sayuran sawi sehari-harinya relatif cukup tinggi, sehingga

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ABSTRAK. NILAWATI SURYA DARMA. Aplikasi Insektisida Nabati Daun Sirsak. (Annona Muricata L) Pada Konsentrasi yang Berbeda Untuk Mengendalikan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor pembatas proses produksi pertanian adalah hama. Hama timbul dan

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. menghasilkan tingkat penolakan yang tidak berbeda nyata dibandingkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. faktor struktur tanah, pencemaran, keadaan udara, cuaca dan iklim, kesalahan cara

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan tanaman secara preventif dan kuratif merupakan bagian yang

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang

I. PENDAHULUAN. mengganggu kenyamanan hidup manusia karena meninggalkan bau yang

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium Farmasetika Program

UJI EFEKTIFITAS EKSTRAK DAUN SIRSAK (Annona muricata L) SEBAGAI PESTISIDA NABATI TERHADAP PENGENDALIAN HAMA TANAMAN SAWI (Brassica juncea L)

BAB I PENDAHULUAN. kekeringan dan mudah diperbanyak dengan stek. Walaupun telah lama dikenal

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni 2016 di Laboratorium Proteksi

F. Pengendalian Kimiawi

PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN PADI YANG RAMAH LINGKUNGAN

RACUN ALAMI PADA TANAMAN PANGAN

I. PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakann penyakit yang. berkaitan erat dengan kenaikan populasi vektor Aedes aegypty.

BAB I PENDAHULUAN. Hasil hutan non kayu sebagai hasil hutan yang berupa produk di luar kayu

I. PENDAHULUAN. Tanaman lada (Piper nigrum L) merupakan salah satu komoditi ekspor.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sirih hijau (Piper betle L.) sebagai pengendali hama Plutella xylostella tanaman

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan ini memiliki

BAB I PENDAHULUAN. hama. Pertanian jenis sayuran kol, kubis, sawi dan sebagainya, salah satu

PENGARUH EKSTRAK ETANOL CABAI MERAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kalorinya dari beras. Ketersediaan beras selalu menjadi prioritas pemerintah. karena menyangkut sumber pangan bagi semua lapisan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu resiko yang harus dihadapi. Kehilangan hasil akibat

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kecepatan Kematian. nyata terhadap kecepatan kematian (lampiran 2a). Kecepatan kematian Larva

Untuk mengatasi serangan hama tikus, dapat dilakukan cara cara sebagai berikut:

Uji Efektifitas Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Sebagai Pestisida Nabati terhadap Perilaku Makan Tikus Hama (Rattus argetiventer)

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut

BAB I PENDAHULUAN. hama karena mereka menganggu tumbuhan dengan memakannya. Belalang, kumbang, ulat,

Feri Hartini 1 dan Yahdi 2 1 Jurusan Tadris IPA Biologi FITK IAIN Mataram 2 Dosen Jurusan Tadris IPA Biologi FITK IAIN Mataram.

I. PENDAHULUAN. Usaha produksi pertanian tidak terlepas kaitannya dengan organisme pengganggu

I. PENDAHULUAN. Tanaman cabai (Capsicum annum L.) merupakan tanaman semusim yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Komponen Bioaktif, Jurusan

Pengaruh Waktu Fermentasi Terhadap Pemanfaatan Limbah Dari Hasil Perternakan Kambing Sebagai Pestisida Cair

Peran Varietas Tahan dalam PHT. Stabilitas Agroekosistem

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan September 2012

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berbentuk eksperimen semu (Quasi ekspperiment) yaitu meneliti

I. PENDAHULUAN. Kepik hijau (Nezara viridula L.) merupakan salah satu hama penting pengisap

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa ayat di dalam Al-Qur an menunjukkan tanda-tanda akan

Mengenal Tanaman Bahan Pestisida Nabati. Pestisida alami adalah suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari alam,

PEMBUATAN CUKA KAYU DAN APLIKASINYA PADA TANAMAN. Oleh : Sri Komarayati

LIA RAMDEUNIA. Aktivitas Ekstrak Daun, Ranting dan Biji Suren (Toona sureni

Daun dan Biji Sirsak: Pestisida Alami Untuk Mengendalikan Wereng

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Entomologi Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat (BALITTAS) Karangploso,

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L.Mer) merupakan salah satu komoditi pangan

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Kasa Sentral Pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut padi atau beras mengalami proses penurunan kualitas dan kuantitas.

tersebut mencapai miliaran rupiah setiap tahun (Setiawati et al., 2008).

BAB I PENDAHULUAN. ulat grayak merupakan hama penting pada tanaman tembakau (Nicotiana tabacum

BAB I PENDAHULUAN. petani melakukan pencampuran 2 6 macam pestisida dan melakukan

I. PENDAHULUAN. Aktivitas penyerbukan terjadi pada tanaman sayur-sayuran, buah-buahan, kacangkacangan,

Annual Report 2013 Program Pengkajian dan Penerapan TeknologiLingkungan

BAB I PENDAHULUAN. kedelai dan industri pakan ternak. Rata rata kebutuhan kedelai setiap tahun sekitar ± 2,2 juta

BAB I PENDAHULUAN. (OPT). Pestisida nabati bersifat mudah terurai (bio-degradable) di alam. dan ternak peliharaan karena residu mudah hilang.

PENGARUH EKSTRAK BIJI MIMBA TERHADAP PENEKANAN SERANGAN WERENG BATANG PADI COKLAT

I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Uji Penolakan. terhadap penolakan hama kutu beras. Namun perlakuan serbuk

Transkripsi:

AgroinovasI PEMANFAATAN TUMBUHAN RAWA KEPAYANG (Pangium edule) DALAM MENGENDALIKAN HAMA Dalam melakukan budidaya tanaman selalu mendapat tantang yaitu serangan hama dan penyakit. Hama dan penyakit merupakan salah satu faktor pembatas dalam meningkatkan produksi tanaman. Pada umumnya petani dalam mengendalikan hama selalu bertumpu pada penggunaan insektisida. Berdasarkan konsep pengendalian hama terpadu (PHT), pengendalian dengan menggunakan insektisida merupakan alternatif terakhir apabila komponenkomponen lainnya tidak mampu lagi menekan serangan hama tersebut. Dalam rangka mengembangkan konsep PHT tersebut, maka peranan pengendali alami yang ramah lingkungan perlu dikaji seperti penggunaan tumbuhan sebagai bahan insektisida. Penggunaan insektisida sintetik pada umumnya kurang aman karena berdampak samping yang merugikan terhadap kesehatan dan lingkungan hidup. Untuk itu insektisida sintetik yang merupakan komponen penting dalam pengendalian hama terpadu perlu dicari penggantinya. Alternatif yang perlu dikembangkan produk alam hayati (Secondary metabolite) yang pada umumnya merupakan senyawa kimia berspektrum sempit terhadap organisme sasaran (Sastrodiharjo et al. 1992). Peran pengendalian hama serangga dalam kaitannya dengan kehidupan manusia, khususnya sistem pertanian dirasa semakin penting. Pengendalian hama telah berevolusi dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan pertanian itu sendiri dan perkembangan teknologi pengendalian dan ilmu pengetahuan yang melandasinya. Sekarang pengendalian hama telah mencapai suatu tingkat yang cukup kompleks dalam suatu sistem manajemen pertanian. Penggunaan insektisida sintetik yang sangat luas tidak hanya mempengaruhi kehidupan serangga tetapi juga sistem fauna dan flora, lingkungan fisik dan kesehatan manusia (Manuwoto, 1999). Selain itu insektisida sintetik memiliki sifat non spesifik karena dapat membunuh organisme lain di antaranya adalah musuh alami yang harus dipertahankan keberadaannya (Arinafril dan Muller, 1999; Thamrin et al, 1999). Sedangkan Sastrodiharjo et al. (1992); Thamrin dan Asikin (27) mengemukakan bahwa penggunaan insektisida sintetik pada umumnya kurang aman karena berdampak samping yang merugikan terhadap kesehatan dan lingkungan. Untuk itu insektisida sintetik yang merupakan komponen penting dalam pengendalian hama terpadu perlu dicari penggantinya. Alternatif yang perlu dikembangkan adalah produk alam hayati yang pada umumnya merupakan senyawa kimia yang berspektrum sempit terhadap organisme sasaran. Tidak semua insektisida nabati dapat berperan sebagai pengganti insektisida sintetik, namun setidaknya penggunaan insektisida nabati dapat mengurangi frekuensi penggunaan insektisida sintetik, apabila kedua insektisida tersebut dipadukan. Oleh karena itu perlu dicari jenis tumbuhan yang bersifat meracun bagi hama serangga agar dapat dibuat sebagai bahan utama insektisida nabati, karena beberapa laporan hasil penelitian menyatakan bahwa penggunaan bahan tersebut aman terhadap lingkungan. Sebagai contoh adalah piretrin, yaitu bahan aktif dari bunga piretrum yang digunakan sebagai insektisida nabati. Piretrin tersebut

AgroinovasI merupakan zat yang cepat terdegradasi di alam sehingga tidak persisten terhadap lingkungan maupun pada bahan makanan. Selain itu penggunaan piretrin dapat menghambat terjadinya kasus resurgensi dan resistensi serangga (Maciver, 1962). Sebagai Insektisida Nabati Kepayang (Pangium edule Reiw) adalah tumbuhan yang berpotensi sebagai bahan untuk membuat insektisida, menurut Heyne, (1987) bahwa seluruh bagian pohon kepayang mengandung asam sianida yang sangat beracun dan dapat digunakan sebagai bahan pencegah busuk dan senyawa pembunuh serangga. Selain itu, daun buahnya dapat digunakan untuk pengawetan ikan. Tumbuhan kepayang termasuk dalam famili flacouirticeae, merupakan pohon yang tingginya dapat mencapai 4 m dengan diameter batang 2,5 m. Tumbuhan ini mengandung asam sianida dalam jumlah besar, dapat berperan sebagai antiseptik, pemusnah hama dan pencegah parasit yang efektif. Ekstrak daunnya dapat mematikan ulat dan organisme hewan lainnya, sedangkan ekstrak kayu, bunga, buah dan biji dapat mencegah pertumbuhan jamur ataupun menolak kehadiran serangga perusak (Heyne, 1987) Teknik Pembuatan Ekstrak Nabati Ekstrak Cair Sederhana Terlebih dahulu bersihkan atau cuci dengan air dan kering anginkan bagian tumbuhan yang ingin dijadikan bahan ekstrak sederhana. Timbang sebanyak 5 gr/lt air. Setelah ditimbang bahan dihaluskan dengan cara ditumbuk atau blender selama 5-1 menit atau bahan tersebut sudah halus. Kemudian dipisahkan dengan cara menyaring dan diperas. Air perasan atau yang sudah disaring tersebut ditambahkan,5 1 gram detergen sebagai bahan perata dan bahan tersebut disimpan kurang lebih 12-24 jam. Kemudian ekstrak sederhana yang sudah disimpan selama 12-24 jam tersebut sudah dapat dipergunakan. Apabila ekstrak sederhana yang sudah diaplikasikan tersebut dapat membunuh di atas 5% selama 3-4 hari maka bahan dari tumbuhan tersebut dapat digunakan sebagai bahan pembuatan pestisida nabati. Ekstrak Padat (Paste) Insektisida nabati akan dibuat dalam bentuk ekstrak padat (paste) dengan cara merendam bahan tumbuhan segar ke dalam pelarut (etanol) dengan perbandingan setiap 1 gram bahan tumbuhan dicampur 1 liter pelarut. Setelah direndam selama 24-48 jam, campuran bahan dengan pelarut tersebut disaring dan hasil saringan dievaporasi dengan vacum untuk menghasilkan residu, kemudian dimasukkan ke dalam cawan terbuka dan dipanaskan pada waterbath dengan suhu 4oC. Untuk membentuk ekstrak padat maka pemanasan harus dilakukan selama kurang lebih 48 jam. Sebelum aplikasi perlakuan, terlebih dahulu ekstrak padat dicampur dengan minyak tween 2 atau 4 dengan perbandingan 1 : 1 agar daya rekatnya pada tanaman lebih kuat dan penyebarannya merata pada permukaan tanaman. Mencampur ekstrak padat dengan tween 2 atau 4 dilakukan pada plat kaca hingga merata, kemudian dimasukkan ke dalam gelas dan dicampur dengan air sebanyak 1 ml untuk setiap 1 gram ekstrak padat. Cara penggunaan yaitu

AgroinovasI bahan diencerkan dengan air sebanyak 5 ml setiap 1 liter air bersih, kemudian aduk merata dan diamkan selama 6 menit, selanjutnya bahan campuran siap untuk diaplikasikan. Efikasi Terhadap Wereng Coklat Hasil pengamatan terhadap intensitas kerusakan tanaman akibat serangan hama wereng coklat menunjukkan bahwa aplikasi insektisida nabati dari bahan tumbuhan/flora rawa kepayang (Pangium edule) intensitas kerusakan tanaman dapat ditekan, begitu pula pada perlakuan insektisida sintetik berbahan aktif buprofezin tidak menunjukkan perbedaan dengan insektisida nabati dari bahan tumbuhan kepayang (P.edule). (Gambar 1). Dengan demikian insektisida nabati dari bahan tumbuhan kepayang berpotensi sebagai insektisida nabati dalam mengendalikan hama wereng coklat. Sedangkan pada perlakuan kontrol tanpa pengendalian terjadi hupper burn (terbakar) akibat wereng coklat mengisap cairan sel tanaman sehingga tanaman mengalami kekurangan cairan yang akhirnya kuning dan kering. Kepayang (Pangium edule), mempunyai daya racun tertinggi berkisar 7-85%. Menurut Asikin (25), bahwa tumbuhan kepayang tersebut berpotensi sebagai insektisida nabati dalam mengendalikan hama penggerek batang padi, ulat kubis, ulat jengkal, ulat grayak dan ulat buah. Berdasarkan informasi masyarakat Dayak bahwa tumbuhan Kapayang (Pangium edule) dapat digunakan dalam mengobati cacing pada manusia. Insektisida sintetik buprofezin, yang dihasilkan Jepang, mampu menahan telur wereng menetas dan nimfanya berganti kulit. Karena tidak bisa berganti kulit, padahal nimfa ini perlu bertambah besar untuk menjadi dewasa, maka nimfa tersebut akan mati (www.tanindo.com/abdi4/hal381.htm) Tanaman kepayang (Pangium edule) mengandung asam sianida dalam jumlah besar, obat anti septik, pemusnah hama dan pencegah parasit yang manjur. Kulit kayu pohon ini yang diremas-remas dan ditaburkan di perairan akan mematikan ikan atau sejenis tuba ikan. Daunnya dapat mematikan ulat dan organisme hewani lainnya. Menurut Rumphius (1992) dalam Wardhana (1997) bahwa seluruh bagian pohon kepayang mengandung asam sianida yang sangat beracun dan dapat digunakan sebagai bahan pencegah busuk dan senyawa pembunuh serangga. Adapun sifat astiri dari racunnya memiliki keuntungan apabila digunakan tidak ada bau atau rasa apapun yang tertinggal pada tanaman yang diperlakukan. Efikasi Terhadap Ulat Grayak Menurut Asikin (28 dan 29) (Gambar 2) telah didapatkan beberapa jenis tumbuhan rawa yang berpotensi sebagai insektisida nabati antara lain seperti tanaman kepayang (Pangium edule) mengandung asam sianida dalam jumlah besar, obat anti septik, pemusnah hama dan pencegah parasit yang manjur. Adapun sifat astiri dari racunnya memiliki keuntungan apabila digunakan tidak ada bau atau rasa apapun yang tertinggal pada tanaman yang diperlakukan. Sedangkan tumbuhan liar lainnya seperti gelam mempunyai bau aroma yang baik, kumadrah dapat digunakan sebagai bahan obat-obatan, cambai dapat digunakan sebagai bahan ramuan ginjal dan maag, sedangkan tumbuhan meron dapat juga digunakan sebagai fumigan dalam mengendalikan hama-hama padi terutama walang sangit.

AgroinovasI Intensitas Serangan Wereng Coklat Efikasi Tumbuhan Rawa Terhadap Ulat grayak (%) Kerusaka 1 8 6 4 2 Buprofezin P.Edule Kontrol Perlakuan Mortalita 12 1 8 6 4 2 P.sarmentosum C.odorata L.indica N.javanica F.glomerata G.rengas M.cajuputi Jenis Tumbuhan P.edule Kontrol Sihalotrin Gambar 1. Intensitas Kerusakan Tanaman Padi akibat wereng coklat Sumber : Asikin (25) Gambar 2. Efikasi jenis tumbuhan rawa terhadap ulat grayak Sumber : Asikin (28). Cara kerja (metode of action) insektisida nabati dalam membunuh atau mengganggu pertumbuhan hama sasaran adalah: (1). mengganggu/mencegah perkembangan telur, larva dan pupa, (2). mengganggu/mencegah aktifitas pergantian kulit dari larva (3) mengganggu proses komunikasi seksual dan kawin pada serangga (4). Meracun larva dan serangga dewasa imago, (5). Mengganggu/ mencegah makan serangga, (6) menghambat proses metamorfosis pada berbagai tahap, (7) menolak serangga larva dan dewasa, dan (8) menghambat pertumbuhan penyakit. (Anonymous dalam Saraswati (24). Cara masuk insektisida ke dalam tubuh serangga dengan berbagai cara, di antaranya sebagai racun kontak, yang dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit atau dinding tubuh serangga, racun perut atau mulut, masuk melalui alat pencernaan serangga dan yang terakhir dengan fumigant, yang merupakan racun yang masuk melalui pernafasan serangga. Dan limonoid bersifat sebagai racun (Kardinan,21), Asikin dan Thamrin (29 b), melaporkan bahwa tanaman kepayang (P.edule) mengandung beberapa komponen kimia yang salah satu kandungannya adalah seperti piretrin. Senyawa piretrin bekerja dengan cara mengganggu jaringan saraf serangga. Piretrin bekerja dengan cepat dan dapat langsung membuat pingsan serangga. Namun sebagian besar serangga bangun kembali setelah sempoyongan beberapa saat. Hal ini disebabkan banyak jenis serangga yang mampu menguraikan dan menetralisir piretrin dengan cepat melalui proses metabolisme yang terjadi di dalam tubuhnya. Piretrin memiliki daya racun yang rendah pada manusia dan mamalia. Kucing adalah salah satu contoh mamalia yang sangat peka terhadap piretrin. Piretrin lebih beracun bagi mamalia jika tercium (inhalasi), karena proses inhalasi menyediakan lebih banyak jalur bagi piretrin mencapai aliran darah yang menuju otak. Jika termakan, daya racun piretrin sangat rendah, karena tidak segera diserap oleh saluran pencernaan dan cepat dinetralisir oleh asam lambung. Kontak yang sering dengan piretrin juga menyebabkan iritasi dan alergi kulit. Piretrin adalah racun kontak yang tidak meninggalkan residu, sehingga pestisida ini sering disebut sebagai pestisida yang paling aman bagi lingkungan. Piretrin cepat terurai oleh sinar matahari dan kelembabab udara. Penguraian yang lebih cepat terjadi pada kondisi asam dan basa. Karena itu bahan yang mengandung piretrin tidak boleh dicampur dengan kapur atau sabun pada saat aplikasi. Formulasi piretrin dapat disimpan untuk waktu yang lama jika tidak dilarutkan.

AgroinovasI Efikasi Tumbuhan Rawa Terhadap Ulat Jengkal 1 9 8 7 6 (%) Kematian 5 4 3 2 1 Kapayang Galam Lua Kalalayu Deltametrin Lamda Sihalotrin Jenis Tumbuhan 24 jam 36 jam 48 jam Efikasi Tumbuhan Teradap Ulat Plutella 1 8 6 (%) Kematian 4 2 Kapayang Morinda Centella Canavalia Delametrin Jenis Tumbuhan Gambar 3. Efikasi ekstrak tumbuhan rawa terhadap ulat buah Sumber : Asikin dan Thamrin (25) Gambar 12. Efikasi tumbuhan rawa terhadap ulat tritip (Plutella sp) pada MT.25 Sumber :Asikin (25 c). EfikasiEkstrak Flora Rawa Terhadap Ulat Buah (Diaphania indica) 12 1 (%) Kematia 8 6 4 2 Lukut Kapayang Maya Galam Kumandrah Jingah Lua Mamali Kalalayu Kac.parang Sirsak Kontrol Delta metrin Landa sihalotrin Flora rawa Gambar 3. Efikasi beberapa jenis tumbuhan terhadap ulat buah (Diapania indica) pada MT.25 Sumber :Asikin dan Thamrin 25 b. Efikasi Terhadap Ulat Jengkal Menurut Asikin dan Thamrin (25 a), bahwa telah didapatkan beberapa jenis tumbuhan rawa yang berpotensi sebagai insektisida nabati terhadap ulat jengkal dengan daya racun antara 65-85%, di antaranya persentase kematian yang tertinggi adalah tanaman kepayang (Pangium edule) dan galam (Maleleuca cajuputi) (Gambar 3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua ekstrak tumbuhan kepayang dan galam mempunyai daya rarun yang tinggi yaitu dapat mencapai 75-85%. Efikasi Terhadap Ulat Buah (Diaphania indica) Hasil penelitian ekstrak tumbuhan rawa terhadap ulat buah (Diaphania indica) diketahui bahwa telah didapatkan 11 jenis tumbuhan rawa yang berpotensi sebagai insektisida nabati (Gambar 4). Ke 11 jenis tumbuhan rawa tersebut adalah tumbuhan Lukut, Kepayang, Maya, Gelam, Kumandrah, Jingah, Lua, Mamali, Kalalayu, Kacang parang dan Sirsak. Pada umumnya jenis tumbuhan rawa yang berpotensi sebagai insektisida nabati tersebut juga berfungsi sebagai bahan obat-obatan tradisional. Misalnya seperti Kumandrah dapat digunakan sebagai obat cahar perut atau perlancar buang air. Efikasi Terhadap Ulat Tritip (Plutella sp) Menurut Asikin (25 c), ditemukan empat jenis tumbuhan yang berpotensi sebagai insektisida nabati dalam mengendalikan hama daun kubis (Plutella sp), yaitu Kepayang, Pegagan, Mengkudu dan Kacang Parang dengan tingkat kematian antara 6-8% pestisida nabati tersebut diduga bersifat racun perut, karena pada

AgroinovasI hari pertama terjadi kontak belum memperlihatkan gejala keracunan, tetapi setelah larva-larva tersebut makan sehingga mengakibatkan gejala keracunan bagi larva tersebut (Gambar 12). Pada perlakuan ekstrak mengkudu dengan tingkat kematian 75% dan diikuti oleh perlakuan ekstrak kepayang dengan persentase kematian ulat plutella dapat mencapai 8%. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian terdahulu bahwa perlakuan ekstrak tanaman kepayang cukup tinggi daya racunnya dalam membunuh hama ulat kubis tersebut. S.Asikin dan M.Thamrin E-Mail asikin_balittra@yahoo.co.id Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa Buah Kepayang Isi buah Kepayang Daun Kepayang Kulit Batang Kepayang