KAJIAN DEVIASI VERTIKAL ANTARA PETA TOPOGRAFI DENGAN DATA SITUASI ORIGINAL TAMBANG BATUBARA. Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
PRESENTASI TUGAS AKHIR

Analisa Perbandingan Volume Cut and Fill menggunakan Total Station dan GPS CORS (Continouosly Operating Reference Station) Metode RTK NTRIP

Modul 10 Garis Kontur

BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA

Studi Perbandingan GPS CORS Metode RTK NTRIP dan Total Station dalam Pengukuran Volume Cut and Fill

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Kata Kunci : Landreform, Pengukuran, Pemetaan

ANALISA PETA LINGKUNGAN PANTAI INDONESIA (LPI) DITINJAU DARI ASPEK KARTOGRAFIS BERDASARKAN PADA SNI

PENGUKURAN BEDA TINGGI / SIPAT DATAR

BAB IV PENGOLAHAN DATA

Tugas 1. Survei Konstruksi. Makalah Pemetaan Topografi Kampus ITB. Krisna Andhika

PETA TOPOGRAFI DAN PEMBACAAN KONTUR

ANALISA BATAS DAERAH ALIRAN SUNGAI DARI DATA ASTER GDEM TERHADAP DATA BPDAS (STUDI KASUS : SUB DAS BUNGBUNTU DAS TAROKAM)

ANALISIS KETINGGIAN MODEL PERMUKAAN DIGITAL PADA DATA LiDAR (LIGHT DETECTION AND RANGING) (Studi Kasus: Sei Mangkei, Sumatera Utara)

3.4 PEMBUATAN. Program D3/D4 Teknik Sipil FTSP ITS Mata Kuliah : Ilmu Ukur Tanah

STUDI KEANDALAN ALAT ETS GOWIN TKS 202 DALAM PENGUKURAN SITUASI. Mikho Henri Darmawan,Ir.Chatarina N.MT, Danar Guruh P.ST,MT

Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

SIDANG TUGAS AKHIR. Disusun oleh : ALIVIA DESI ANITA KUSUMA NINGTYAS NRP

Perbandingan Penentuan Volume Suatu Obyek Menggunakan Metode Close Range Photogrammetry Dengan Kamera Non Metrik Terkalibrasi Dan Pemetaan Teristris

STUDI TENTANG PENGUKURAN DAN PEMETAAN PADA PELAKSANAAN LANDREFORM DI INDONESIA. Ali Pebriadi

BAB III METODE PENELITIAN

Abstrak PENDAHULUAN.

ILMU UKUR TANAH II. Jurusan: Survei Dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Palembang 2017

KONTUR.

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Statistik Univarian

Materi : Bab IV. PROYEKSI PETA Pengajar : Ira Mutiara A, ST

Materi : Bab II. KARTOGRAFI Pengajar : Ir. Yuwono, MS

Pembuatan Alur Pelayaran dalam Rencana Pelabuhan Marina Pantai Boom, Banyuwangi

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

Pemetaan Eksterior Gedung 3 Dimensi (3D) Menggunakan Electronic Total Station (ETS)

Penggunaan pgrouting Algoritma A-Star Untuk Rute Jalur Jalan Kendaraan Angkut di Wilayah Tambang Terbuka

Konsep Kartografi (Konv ensional)

DAFTAR PUSTAKA. 1. Abidin, Hasanuddin Z.(2001). Geodesi satelit. Jakarta : Pradnya Paramita.

PERMODELAN DAN PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA PADA PIT 2 BLOK 31 PT. PQRS SUMBER SUPLAI BATUBARA PLTU ASAM-ASAM KALIMANTAN SELATAN

SALMANI SALEH ILMU UKUR TANAH

Pengertian Garis Kontur, Peraturan, & Cara PembuatanDEFINISI, GEOGRAFI, IPS ON FEBRUARY 23, 2016 NO COMMENTS

BAB III PENGOLAHAN DATA ALOS PRISM

Bab V Pembahasan V.1 Data Eksplorasi Batubara V.2 Pemetaan Topografi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Berau Coal merupakan salah satu tambang batubara dengan sistim penambangan

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. bentuk spasial yang diwujudkan dalam simbol-simbol berupa titik, garis, area, dan

5.1 Peta Topografi. 5.2 Garis kontur & karakteristiknya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Studi Perbandingan Total Station dan Terrestrial Laser Scanner dalam Penentuan Volume Obyek Beraturan dan Tidak Beraturan

LAPORAN MENGHITUNG DAN MENGGAMBAR PETA KONTUR SERTA PETA LERENG

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pertambangan merupakan suatu aktifitas untuk mengambil

ANALISA PERBANDINGAN KETELITIAN PENGUKURAN KERANGKA KONTROL HORISONTAL ORDE-4 MENGGUNAKAN GPS GEODETIK METODE RAPID STATIC DENGAN TOTAL STATION

BAB IV METODE PENELITIAN

Perbandingan Penentuan Volume Obyek Menggunakan Metode Close Range Photogrammetry- Syarat Kesegarisan dan Pemetaan Teristris

Home : tedyagungc.wordpress.com

Peta Topografi. Legenda peta antara lain berisi tentang : a. Judul Peta

5.1 PETA TOPOGRAFI. 5.2 GARIS KONTUR & KARAKTERISTIKNYA

PETA (Dasar Teori dan Geologi Regional Kuliah Lapangan)

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembuatan Tampilan 3D DEM SRTM

DAFTAR ISI. IV. HASIL PENELITIAN Batas Wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) vii

OTOMATISASI PEMBUATAN KONTUR SUNGAI DI AUTODESK LAND DESKTOP MENGGUNAKAN BAHASA PEMROGRAMAN AUTOLISP M ZANUAR P

KAJIAN CITRA RESOLUSI TINGGI WORLDVIEW-2

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PEMETAAN RESORT (MR 207) PROGRAM STUDI MANAGEMENT RESORT & LEISURE UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB III IMPLEMENTASI METODE CRP UNTUK PEMETAAN

Gambar 2. Peta Batas DAS Cimadur

III. BAHAN DAN METODE

BAB III PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pengukuran Detail Rehabilitasi Jaringan Irigasi tersier Pada UPTD. Purbolinggo

Bab III Pelaksanaan Penelitian

Evaluasi Ketelitian Luas Bidang Tanah Dalam Pengembangan Sistem Informasi Pertanahan

III. BAHAN DAN METODE

Analisis Ketelitian Penetuan Posisi Horizontal Menggunakan Antena GPS Geodetik Ashtech ASH111661

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Juni, 2013) ISSN:

PELAKSANAAN PENGUKURAN DAN HITUNGAN VOLUME METODE FOTOGRAMETRI RENTANG DEKAT DAN METODE TACHYMETRI

BAB IV METODE PENELITIAN

IMPLEMENTASI BAHASA PEMROGRAMAN UNTUK PERHITUNGAN DAN PENGGAMBARAN MENGGUNAKAN DATA LAPANGAN HASIL PENGUKURAN DENGAN TS

BAB III APLIKASI PEMANFAATAN BAND YANG BERBEDA PADA INSAR

Gambar 2.1. Gambar Garis Kontur Dari Suatu Permukaan Bumi

BAB III METODE PENGUKURAN

Dosen : Haryono Putro, ST.,SE.,MT.

Pemetaan dimana seluruh data yg digunakan diperoleh dengan melakukan pengukuran-pengukuran dilapangan disebut : Pemetaan secara terestris Pemetaan yan

VISUALISASI 3D LAHAN RENCANA PROYEK UNTUK PERHITUNGAN VOLUME GALIAN DAN TIMBUNAN

dimana, Ba = Benang atas (mm) Bb = Benang bawah (mm) Bt = Benang tengah (mm) D = Jarak optis (m) b) hitung beda tinggi ( h) dengan rumus

PEMBUATAN PETA INTERAKTIF KAMPUS ITS SUKOLILO SURABAYA BERBASIS WEB

Edwin Martha P. 1, Chatarina Nurjati S. 1, dan Roedy Rudianto 2. Abstrak

POTENSI DAN PEMANFAATAN BATUGAMPING DI PT. SUGIH ALAMNUGROHO KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) A-202

UPN VETERAN YOGYAKARTA FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL PROGRAM STUDI/JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

Jadi huruf B yang memiliki garis kontur yang renggang menunjukkan kemiringan/daerahnya landai.

Disusun Oleh : Dr. Darsiharjo, M.S.

TUJUAN INSTRUKSIONAL

Kuswondo ( )

PENGGUNAAN DAN EVALUASI METODA GRAPHIC INDEX MAPPING DALAM PENYUSUNAN SISTEM INFORMASI PENDAFTARAN TANAH DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN PATI

Penggunaan Egm 2008 Pada Pengukuran Gps Levelling Di Lokasi Deli Serdang- Tebing Tinggi Provinsi Sumatera Utara

KLASIFIKASI PENGUKURAN DAN UNSUR PETA

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PROSES GENERALISASI GARIS PANTAI DALAM PETA KEWENANGAN DAERAH DI WILAYAH LAUT MENGGUNAKAN ALGORITMA DOUGLAS-PEUCKER

TIM PENYUSUN LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH DENGAN WATERPASS MEI 2014

STUDI PASANG SURUT DI PERAIRAN INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN DATA SATELIT ALTIMETRI JASON-1

Penentuan Batas Pengelolaan Wilayah Laut Antara Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Bali Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. PT. PACIFIC GLOBAL UTAMA (PT. PGU) bermaksud untuk. membuka tambang batubara baru di Desa Pulau Panggung dan Desa

Transkripsi:

KAJIAN DEVIASI VERTIKAL ANTARA PETA TOPOGRAFI DENGAN DATA SITUASI ORIGINAL TAMBANG BATUBARA Putra Nur Ariffianto 1, Khomsin 1, Fathur Rohman 2 1 Program Studi Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 2 PT. Berau Coal, Jalan Pemuda No.40 Tanjung Redeb, Kab. Berau, Kalimantan Timur Abstrak Tugas survey tambang dalam pelaksanaan eksplorasi batubara adalah melaksanakan penempatan titik bor di lapangan dan menghitung volume pemindahan tanah penutup batubara. Maka, data topografi awal diperlukan dalam kegiatan tersebut. Idealnya, data pada peta topografi hutan dan data situasi original tambang batubara merupakan permukaan yang sama (terutama elevasinya), tapi kenyataannya terdapat perbedaan tinggi permukaan antara kedua data tersebut. Oleh sebab itu, penentuan kedalaman titik bor di lahan original akan berbeda dengan data pada peta topografi, dan jika digunakan untuk penghitungan volume tanah penutup juga mengalami perbedaan. Dalam penelitian ini, hasil kajian deviasi berupa penghitungan nilai selisih elevasi rata-rata antara data topografi hutan dengan data situasi original tambang di areal Pit T LMO (Lati Mine Operation) adalah sebesar 1,869 m dengan kemiringan lereng rata-rata sebesar 13,3 % yang terdiri atas tiga blok, yaitu : Blok T5, T6, dan T7. Sebagian besar permukaan topografi hutan berada di bawah permukaan lahan original di semua blok dengan prosentase 73 % (T5), 69,3 % (T6), dan 79 % (T7). Jumlah prosentase penyimpangan elevasi di luar batas deviasi biasa dari luas daerah untuk setiap blok di areal Pit T LMO adalah : Blok T5 (28%), T6 (41,6%), T7 (49,4%). Kata Kunci : Deviasi, Original, Topografi PENDAHULUAN Latar Belakang Sejak dahulu topografi bumi disajikan dengan peta-peta topografi. Dewasa ini peta-peta topografi ini diturunkan dari berbagai kumpulan data yang dikenal sebagai data kerangka topografi (topographic frame work data), inti geospasial (geospatial core) atau data dasar (foundation data) (Groot dan McLaughlin, 2000 dalam Kraak dan Ormelling, 2007). Pada tahap eksplorasi, salah satu tugas mine survey diantaranya adalah melaksanakan penempatan titik bor di lapangan (stake out) sesuai dengan rencana yang diberikan dan pengukuran titik bor pada lokasi dimana telah dilakukan pemboran. Tugas mine survey yang lain adalah melakukan perhitungan volume hasil survey. Perhitungan volume tersebut biasanya berupa volume galian dan timbunan. Untuk melaksanakan penempatan titik bor di lapangan dan menghitung volume tersebut diperlukan data topografi awal (original topography). Original topography tersebut bisa berupa topografi lahan yang belum diganggu manusia seperti hutan atau topografi lahan yang telah diganggu seperti pada daerah timbunan atau galian dimana pada lahan tersebut akan dilakukan kegiatan penggalian atau penimbunan. Data pada peta topografi yang masih hutan dan data original tambang seharusnya merupakan permukaan yang sama (terutama elevasinya), tapi kenyataannya terdapat perbedaan atau penyimpangan antara data topografi awal (yang masih berupa hutan) dengan data situasi original tambang, ada yang lebih tinggi ada juga yang lebih rendah. Maka, untuk menentukan kedalaman titik bor di lapangan akan terjadi perbedaan dengan data pada model topografi awal, sedangkan evaluasi 1

model geologi aktual di lapangan menggunakan data situasi original. Selain itu, jika digunakan untuk perhitungan volume juga akan mengalami perbedaan. Hal yang dilakukan untuk mengkaji penyimpangan peta topografi areal tambang yang masih berupa hutan dengan data situasi original tambang batubara adalah menampalkan keadaan permukaan tanah (terrain) yang dibuat dari kedua data tersebut untuk satu wilayah yang sama dan menghitung selisih elevasi yang terjadi pada wilayah tersebut untuk titik-titik yang sama posisi planimetriknya (koordinat x dan y sama). Dengan melakukan pekerjaan ini, diharapkan akan dapat dilakukan suatu kesimpulan terhadap penyimpangan koordinat z (elevasi) pada peta topografi areal tambang dengan data situasi original tambang batubara tersebut. Tujuan Tujuan dari penelitian yang dilaksanakan adalah : Mengkaji besarnya penyimpangan elevasi/tinggi permukaan tanah yang terjadi antara peta topografi hutan dengan data situasi original tambangnya. METODOLOGI Lokasi Penelitian Penelitian tugas akhir ini mengambil lokasi di Pit T Site Lati Mine Operation (LMO) PT. Berau Coal, Kecamatan Gunung Tabur, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Luas daerah penelitian sekitar 100 hektar dengan batas wilayah penelitian : 2 0 19 7 2 0 19 56 LU dan 117 0 32 39 117 0 34 3 BT. Rumusan Permasalahan Berapa besar deviasi/penyimpangan elevasi/tinggi permukaan tanah antara peta topografi hutan dengan data situasi original tambang batubara. Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian tugas akhir ini adalah : 1. Daerah studi adalah areal Pit T Lati Mine Operation (LMO) PT. Berau Coal, Kalimantan Timur 2. Penelitian dilakukan terhadap posisi planimetrik yang sama 3. Metode yang digunakan pada saat pengukuran topografi hutan dan pengukuran situasi original tambang batubara areal Pit T LMO adalah metode terestris dengan total station 4. Kajian deviasi vertikal meliputi nilai rata-rata dan standar deviasi dari selisih elevasi/tinggi permukaan tanah antara peta topografi areal tambang yang masih hutan dengan data situasi original tambang batubara, prosentase ketinggian antara kedua permukaan dan prosentase klasifikasi selisih elevasinya, visualisasi selisih elevasi dari luas daerah penelitian, serta kondisi medan di areal Pit T LMO. Gambar 1 Lokasi Penelitian Alat 1. Perangkat keras (Hardware) : a. Personal Computer Simbadda, prosesor AMD Sempron 2500+ 1,4 GHz, memori 896 MB b. Printer HP Deskjet 3920 c. Kalkulator Scientific Casio fx-350ms. 2. Perangkat lunak (Software) : a. Autodesk Land Desktop 2004 b. Surfer 8 c. Microsoft Excel 2007 d. Microsoft Word 2007. Bahan 1. Peta Topografi Area Pit T LMO Skala 1: 1000 2. Data Situasi Original Area Pit T Site LMO. 2

Pelaksanaan Penelitian Gambar 2 Diagram Alir Penelitian Penjelasan dari diagram alir penelitian di atas adalah sebagai berikut : a. Tahap Persiapan Awal Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan awal adalah : 1. Perumusan Masalah dan Penetapan Tujuan Hal ini dilakukan terutama untuk mendapatkan pemahaman konsep yang matang dan gambaran awal tentang bidang yang akan diteliti sehingga dapat diketahui prosedur penelitian yang nantinya berguna sebagai acuan dalam pengolahan data dan untuk mengkaji masalah yang akan dibahas. 2. Studi Literatur Persiapan yang lain adalah dengan mempelajari studi literatur. Hal ini bertujuan untuk menentukan dasar teori yang akan digunakan dalam penyusunan laporan dan agar penelitian yang dilakukan mempunyai pondasi yang jelas. b. Tahap Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan untuk penelitian tugas akhir ini antara lain : 1. Peta Topografi Area Pit T LMO Skala 1:1000 Pada tahap praeksplorasi batubara, dilakukan pengukuran topografi di area rencana tambang untuk lokasi Pit T LMO yang secara fisik kondisinya masih berupa hutan. Data topografi ini telah diukur dengan alat total station dengan waktu pekerjaan dari bulan Februari hingga Agustus 2003 dan disajikan dalam peta topografi areal tambang batubara skala 1:1000 yang dibuat oleh PT. Hadano Putra Perdana (Jakarta) pada tahun 2003. Data yang didapat berupa data kontur topografi digital dengan selang/interval kontur sebesar dua meter yang diekspor menjadi kumpulan titik koordinat X, Y, Z (Easting, Northing, Elevation) dan dibuat surfacenya di dalam komputer. Wilayah penelitian akan dibagi menjadi tiga blok sesuai dengan data situasi originalnya. Peta ini dibuat berdasarkan pengukuran topografi yang kerangka kontrolnya berbentuk poligon, dimana terdiri atas titik-titik poligon utama dan titik-titik poligon cabang. Kerangka kontrol tersebut telah dihitung / diolah data pengukurannya. Peta topografi ini dibuat dalam proyeksi UTM dengan sistem referensi World Geodetic System 84 (WGS 84). Referensi tinggi menggunakan model geoid Earth Gravitational Model 96 (EGM 96). Untuk LMO, koordinatnya ditransformasi ke lokal. 2. Data Situasi Original Area Pit T Site LMO Kegiatan pembersihan lahan (land clearing) dilakukan untuk daerah yang akan ditambang mulai dari semak belukar hingga pepohonan yang berukuran besar. Alat yang digunakan adalah buldozer ripper dan dengan menggunakan bantuan mesin potong chainsaw untuk menebang pohon dengan diameter lebih besar dari 30 cm. Selanjutnya area yang sudah di-clearing tersebut diambil lagi data topografinya (selanjutnya disebut data situasi original 3

tambang) menggunakan alat total station. Data yang diambil adalah semua permukaan tanah. Data original tambang ini diukur kontinu sesuai kemajuan tambang dan dalam sebulan prosesnya dapat mencapai 25 hektar (ha). Pengukuran Original di area Pit T ini dimulai pada Agustus 2007 (Blok T5), kemudian dilanjutkan pada tahun 2008 (Blok T6) dan pada tahun 2009 (Blok T7). Data situasi original ini berupa titik-titik koordinat elevasi / spot height hasil pengukuran original topography di area Pit T LMO. Pengukuran titik elevasi ini diambil dengan kerapatan minimal sepuluh meter. Data titik-titik tersebut dibuat surfacenya di dalam komputer dan wilayah penelitian dibagi menjadi tiga blok, yaitu: Blok T5, Blok T6, dan Blok T7. Kerangka kontrol untuk pengukuran situasi original ini berbentuk poligon, baik poligon terbuka maupun tertutup. Pengukuran kerangka kontrol tersebut dilakukan berdasarkan rekomendasi dari survey supervisor perusahaan dan data pengukurannya telah dihitung / diolah. Titik-titik koordinat detail situasi ini merupakan titik koordinat X, Y, Z yang telah ditransformasi ke lokal. c. Tahap Pengolahan Data Pelaksanaan tahap pengolahan data penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pembuatan Kisi/Grid Untuk Tiap Blok Tiap-tiap blok hasil pembagian area Pit T LMO mempunyai boundary/batas wilayah penelitian yang sama (koordinat x dan y sama). Dengan menggunakan piranti lunak Autodesk Land Desktop (ALD), masing-masing blok di dalamnya dibuat kisi/grid berukuran 10 m x 10 m dari surface topografi dan original yang telah dibentuk. Jadi, terdapat tiga blok surface topografi dan tiga blok surface original. Metode yang digunakan dalam penentuan titik tinggi / elevasi di tiap grid dari surface yang telah dibentuk adalah prinsip TIN dengan interpolasi linier. Dari titik pertemuan kisi/grid yang telah dibuat, didapatkan informasi koordinatnya dengan menggunakan perintah list pada ALD. 2. Elevasi Permukaan Topografi Tanah Titik koordinat z (elevasi) menjadi fokus utama dalam pengolahan data ini Pada saat mengaktifkan surface topografi, informasi koordinat yang didapat dari list dikopikan ke Perangkat Lunak Microsoft Excel dan dibuat grafik cross section / potongan melintangnya sebagai visualisasi. 3. Elevasi Permukaan Original Tanah Pada saat mengaktifkan surface original, informasi koordinat yang didapat dari list dikopikan ke software Microsoft Excel dan dibuat grafik cross section / potongan melintangnya sebagai visualisasi. Kemudian, grafik permukaan original tersebut ditampalkan dengan grafik permukaan topografinya agar terlihat penyimpangan yang terjadi. d. Tahap Pembahasan dan Kesimpulan Dari pengolahan data yang telah dilakukan, maka kajian deviasi yang dibahas ialah selisih elevasi permukaan tanah (deviasi vertikal) antara topografi hutan dengan permukaan original tambang. Selisih elevasi antara kedua permukaan tanah yang terjadi dari tiap titik grid pada model potongan melintangnya, selanjutnya diklasifikasikan sesuai dengan hasil selisih elevasi di setiap blok yang dihitung nilai rata-ratanya. Lalu, dihitung juga prosentase kemiringan lereng untuk mengetahui kondisi medan di areal Pit T dan nilai simpangan baku dari selisih elevasi tiap blok. Setelah hasil pembahasan telah tercapai, kemudian diambil kesimpulan secara keseluruhan terhadap proses penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Selisih Elevasi Antara Data Topografi Hutan Dengan Data Situasi Original Tambang Area Pit T 4

Besaran dari Tiap Seksi (row) μ (Mean) 1. Blok T5, data diolah dalam 108 seksi (Row 1 - Row 108). Tabel 1 Hasil Pengolahan Data Blok T5 X awal X akhir Koord. Y Selisih Elevasi Kemiringan Lereng 1,403 0,132 Median 562319,116 562694,116 256859,584 1,394 0,124 Min. 561734,116 562474,116 256324,584 0,537 0,082 Maks. 562784,116 563014,116 257394,584 2,851 0,282 σ ±0,476 Besaran dari Tiap Seksi (row) μ (Mean) 2. Blok T6, data diolah dalam 94 seksi (Row 4 - Row 97). Tabel 2 Hasil Pengolahan Data Blok T6 X awal X akhir Koord. Y Selisih Elevasi Kemiringan Lereng 1,974 0,148 Median 561379,116 561914,116 256819,584 1,847 0,146 Min. 561144,116 561454,116 256354,584 1,076 0,004 Maks. 561664,116 562174,116 257284,584 3,847 0,317 σ ±0,616 3. Blok T7, data diolah dalam 35 seksi (Row 106 - Row 140). Tabel 3 Hasil Pengolahan Data Blok T7 blok yang didapat dari data nilai selisih elevasi titik-titik di semua seksi (row) Median = Nilai tengah dari kumpulan data tiap seksi (row) Min. = Nilai minimum dari data tiap seksi untuk satu blok Maks. = Nilai maksimum dari data tiap seksi untuk satu blok σ = Standar deviasi / simpangan baku dari nilai rata-rata selisih elevasi semua seksi (row) untuk satu blok. Nilai rata-rata selisih elevasi untuk Pit T (dari hasil Blok T5, T6, dan T7) = (1,403 m + 1,974 m + 2,231 m) : 3 = 1,869 meter. Nilai rata-rata kemiringan lereng untuk Pit T (dari hasil Blok T5, T6, dan T7) = (0,132 + 0,148 + 2,231) : 3 = 0,133 = 13,3 %. Grafik Permukaan (Surface) Antara Topografi Hutan dan Original Tambang Area Pit T Berikut adalah contoh grafik potongan melintang antara permukaan topografi hutan dengan original tambang : 1. Blok T5 Luas daerah = 481.500 m 2 Besaran dari Tiap Seksi (row) μ (Mean) X awal X akhir Koord. Y Selisih Elevasi Kemiringan Lereng 2,231 0,120 Median 561644,116 561924,116 257544,584 2,154 0,113 Min. 561604,116 561824,116 257374,584 0,843 0,003 Maks. 561864,116 562034,116 257714,584 5,080 0,229 σ ±1,699 Keterangan : X awal = Koordinat X awal pada satu blok dari tiap seksi (row) X akhir = Koordinat X akhir pada satu blok dari tiap seksi (row) Koord. Y = Posisi satu blok dari seksi (row) dalam koordinat Y μ (Mean) = Nilai rata-rata selisih elevasi dan ratarata kemiringan lereng untuk satu Gambar 3 Grafik Potongan Melintang Salah Satu Seksi di Blok T5 2. Blok T6 Luas daerah = 437.650 m 2 5

Gambar 4 Grafik Potongan Melintang Salah Satu Seksi di Blok T6 3. Blok T7 Luas daerah = 89.800 m 2 Angka pada range yang tertera pada Gambar 6 merupakan nilai selisih elevasi yang selanjutnya dinamakan dengan deviasi vertikal (ΔZ), dalam penelitian ini menggunakan persamaan: ΔZ = Zt Zo (1) dimana: Zt = Elevasi permukaan topografi hutan Zo = Elevasi permukaan original tambang. Interval nilai klasifikasi selisih elevasi untuk semua blok (areal Pit T) sesuai Gambar 6 merupakan nilai rata-rata selisih elevasi yang diperoleh dari hasil pengolahan data pada Blok T5, T6 dan T7. Nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 1,869 m. Akan tetapi nilai yang dimasukkan di sini cukup berupa pembulatan dua angka di belakang koma. Titik deviasi maksimum untuk semua blok (areal Pit T) ini adalah 15 (lima belas) meter (Range 1 dan Range 8) yang didapat berdasarkan pada titik grid di Blok T7 Seksi Row 120. 2. Statistik dari selisih elevasi untuk Blok T5 : Gambar 5 Grafik Potongan Melintang Salah Satu Seksi di Blok T7 Klasifikasi, Statistik dan Visualisasi dari Selisih Elevasi Tiap Blok Untuk Areal Pit T 1. Klasifikasi selisih elevasi untuk semua blok (areal Pit T) : Gambar 7 Hasil Statistik dari Nilai Selisih Elevasi Untuk Blok T5 3. Statistik dari selisih elevasi untuk Blok T6 : Gambar 6 Klasifikasi Selisih Elevasi Untuk Areal Pit T 6

Gambar 8 Hasil Statistik dari Nilai Selisih Elevasi Untuk Blok T6 4. Statistik dari selisih elevasi untuk Blok T7 : Gambar 10 Visualisasi Range Selisih Elevasi Ketiga Blok (Permukaan Topografi di Atas Permukaan Original) Keterangan Gambar 10 ; : Deviasi Biasa (0 m s.d. 1,87 m) : Deviasi Cukup Ekstrem (1,87 m s.d. 3,74 m) : Deviasi Ekstrem (3,74 m s.d. 5,61 m) : Deviasi Sangat Ekstrem (> 5,61 m) 6. Berikut adalah visualisasi range/klasifikasi selisih elevasi ketiga blok dimana permukaan topografi berada di bawah permukaan originalnya (kondisi anomali): Gambar 9 Hasil Statistik dari Nilai Selisih Elevasi Untuk Blok T7 5. Berikut adalah visualisasi range/klasifikasi selisih elevasi ketiga blok dimana permukaan topografi berada di atas permukaan originalnya (kondisi normal): Gambar 11 Visualisasi Range Selisih Elevasi Ketiga Blok (Permukaan Topografi di Bawah Permukaan Original) 7

Keterangan Gambar 11 ; : Deviasi Biasa (-1,87 m s.d. 0 m) : Deviasi Cukup Ekstrem (-3,74 m s.d. -1,87 m) : Deviasi Ekstrem (-5,61 m s.d. -3,74 m) : Deviasi Sangat Ekstrem (< -5,61 m) Angka range/klasifikasi pada keterangan Gambar 10 bernilai positif (+) berarti permukaan topografi di atas permukaan original. Begitu pula sebaliknya, angka range/klasifikasi pada keterangan Gambar 11 bernilai negatif (-) berarti permukaan topografi di bawah permukaan original. Kondisi normal yang berada di areal Pit T hanya sebagian kecil daripada kondisi anomalinya, dengan jumlah prosentase dari luas daerah untuk Blok T5 sebesar 27 %, Blok T6 sebesar 30,7 %, dan Blok T7 sebesar 21 %. Berarti, dalam selang waktu antara pengukuran topografi hutan dan pengukuran original tambang di areal Pit T yaitu selama empat hingga enam tahun terjadi pergeseran permukaan tanah yang cenderung menaik. Secara keseluruhan, jika berdasarkan pada kondisi permukaan/medan di dalam ketiga blok (T5, T6, dan T7), penyimpangan yang terjadi masih sebagian kecil (kurang dari 50 %) berada di luar batas deviasi biasa, yaitu deviasi cukup ekstrem, ekstrem, hingga sangat ekstrim. Akan tetapi, hal yang perlu lebih diperhatikan di sini adalah keadaan permukaan tanah pada ketiga blok secara umum cukup banyak terdapat lereng, baik curam maupun landai yang membentuk bukit dan lembah sehingga dapat memungkinkan terjadinya kesalahan dalam pengukuran. Kondisi permukaan tanah yang seperti ini dapat dilihat pada setiap potongan melintang (cross section) yang sebagian besar permukaannya bergelombang / tidak landai. Untuk Blok T5, besar penyimpangan yang terjadi di luar batas deviasi biasa adalah 28 % dari luas daerahnya. Variasi relief dari kondisi permukaan Blok T5 relatif lebih sederhana daripada Blok T6 dan tidak jauh berbeda dengan Blok T7. Untuk Blok T6, besar penyimpangan yang terjadi di luar batas deviasi biasa adalah 41,6 % dari luas daerahnya. Hal ini dikarenakan variasi relief dari kondisi permukaan Blok T6 relatif lebih kompleks daripada Blok T5 dan T7. Untuk Blok T7, besar penyimpangan yang terjadi di luar batas deviasi biasa adalah 49,4 % dari luas daerahnya. Hal ini kemungkinan disebabkan adanya pergeseran permukaan tanah yang signifikan walaupun relief dari kondisi permukaan Blok T7 relatif lebih sederhana daripada Blok T6. Pada grafis potongan melintang / cross section di setiap blok juga terdapat kedua permukaan topografi dan original yang saling berhimpitan (selisih elevasinya nol) atau tidak ada deviasi vertikal dalam jarak tertentu. Hal ini dapat terjadi karena pada jarak tertentu itu tidak terjadi pergeseran permukaan tanah atau kemungkinan disebabkan adanya galian tanah yang tertimbun maupun timbunan tanah yang tergali pada saat dozer melakukan pembersihan lahan (land clearing). KESIMPULAN 1. Secara keseluruhan, kondisi medan di areal Pit T Lati Mine Operation (LMO) yang terdiri atas Blok T5, T6 dan T7 adalah berbukit/bergelombang dengan kemiringan lereng rata-rata (dari ketiga blok tersebut) sebesar 0,133 atau 13,3 % dan nilai rata-rata selisih elevasinya sebesar 1,869 meter 2. Dilihat dari nilai standar deviasi antara ketiga blok, dapat dikatakan bahwa secara umum keandalan pengukuran yang dilakukan di Blok T5 lebih baik daripada T6, dan pengukuran di Blok T6 lebih baik daripada Blok T7 3. Berdasarkan hasil statistik dan visualisasi, sebagian besar permukaan ketiga blok di areal Pit T LMO berada dalam kondisi anomali yang berarti terjadi pergeseran permukaan tanah yang cenderung menaik, dengan prosentase dari luas daerah ketiga blok adalah sebagai berikut : ~ Blok T5 = 73 % ~ Blok T6 = 69,3 % ~ Blok T7 = 79 % 4. Jika selang waktu antara pengukuran topografi hutan dengan pengukuran original tambang di tiap wilayah semakin besar, maka makin besar pula deviasi vertikal yang terjadi. Hal ini terlihat dari jumlah prosentase penyimpangan selisih elevasi mulai dari yang cukup ekstrim hingga sangat ekstrim dari luas 8

SARAN daerah untuk setiap blok di areal Pit T LMO, yaitu : ~ Blok T5 = 28 %; selang waktu empat tahun ~ Blok T6 = 41,6 %; selang waktu lima tahun ~ Blok T7 = 49,4 %; selang waktu enam tahun. 1. Pola pengukuran yang baik perlu dipertahankan untuk kondisi medan bergelombang seperti di areal Pit T LMO ini agar nantinya tidak terjadi perbedaan volume tanah yang signifikan, terutama dalam pengukuran detail situasi, stick / pole yang digunakan harus dilengkapi dengan nivo dan dipasang tegak lurus serta ujung bawahnya harus menyentuh tanah. Hal ini untuk mengurangi kesalahan akibat kemiringan reflektor jika stick dipasang dengan tinggi maksimum. 2. Penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor yang menyebabkan terrain / permukaan original tambang cenderung lebih tinggi daripada permukaan topografi hutan di areal Pit T LMO 3. Untuk keperluan eksplorasi selanjutnya, perlu adanya monitoring pergerakan tanah dalam penempatan titik bor di lahan original tambang, mengingat dapat terjadi selisih elevasi kedalaman titik bor dari model topografi hutan. DAFTAR PUSTAKA Dadang Rahmat dan Ferry D.J. Alis, 2004. Standard Operation Procedure Survey Section. Berau : TSP PT. Berau Coal Darmadji, Agus, 2006. Aplikasi Pemetaan Digital dan Rekayasa Teknik Sipil dengan AutoCAD Land Development. Bandung : Penerbit ITB Melandi, Rico Jefysa, 2007. Tugas Akhir: Analisa Teknis dan Ekonomis Pengukuran Kerangka Vertikal Dengan Menggunakan Total Station dan Waterpas. Surabaya : Teknik Geomatika ITS NASA GSFC and NIMA. EGM96: The NASA and NIMA Joint Geopotential Model. 2004. http:// cddis.nasa.gov/926/egm96/egm96.html (26 Jan. 2010) Nurjati, Chatarina, 2004. Modul Ajar: Ilmu Ukur Tanah 1. Surabaya : Program Studi Teknik Geodesi ITS PT. Lautan Teknologi. Mengenal Datum. 2009. http://www.lautanteknologi.com/articles/74- datum.pdf (26 Jan. 2010) Purworahardjo, Umaryono, 1986. Ilmu Ukur Tanah Seri C. Bandung : Institut Teknologi Bandung Sosrodarsono, Suyono dan Masayoshi Takasaki, 1997. Pengukuran Topografi dan Teknik Pemetaan. Jakarta : PT. Pradnya Paramita Soedomo, Agoes Soewandito, 2003. Dasar-dasar Perpetaan. Bandung : Institut Teknologi Bandung Supranto, J, 2000. Statistik: Teori dan Aplikasi Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga Taufik, M, 2006. Catatan Kuliah Geografi. Surabaya : Teknik Geomatika ITS Wisayantono, D, 1994. Total Station. Bandung : Institut Teknologi Bandung Wirshing, James dan Roy Wirshing, 1995. Pengantar Pemetaan. Jakarta : Penerbit Erlangga Wongsotjitro, Soetomo, 1977. Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta : Kanisius Yuwono, 2001. Kartografi Dasar. Surabaya : Program Studi Teknik Geodesi FTSP ITS Handoko, Eko Yuli, 2005. Sistem Tinggi dan Pengukuran Tinggi Teliti. Surabaya : Program Studi Teknik Geodesi FTSP-ITS Ilmustatistik.com. Ukuran Keragaman". 2008. http://www.ilmustatistik.com/simpangan.htm. (7 Jan. 2010) Kraak, Menno-Jan dan Ferjan Ormelling, 2007. Kartografi: Visualisasi Data Geospasial. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press 9

10