BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sayur dan buah merupakan bagian dari pola makan yang sehat dan seimbang. Mengonsumsi sayur dan buah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan era globalisasi saat ini telah. memberikan dampak peningkatan urbanisasi dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghindar dari fast food. Fast food memiliki beberapa kelebihan antara lain

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.4 No.2, Desember 2016

BAB 1 : PENDAHULUAN. antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. higienis. Menurut (Irianto,2007) fast food memiliki beberapa kelebihan yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. tahun. Peningkatan penduduk usia lanjut di Indonesia akan menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Satu dekade terakhir jumlah penderita obesitas di dunia semakin meningkat

BAB 1 : PENDAHULUAN. saja. Penyebab timbulnya masalah gizi disebabkan oleh beberapa faktor sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-20, mulai bermunculan restoran-restoran fast food.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. terutama di bidang kesehatan berdampak pada penurunan angka kelahiran,

BAB I PENDAHULUAN. fast food maupun health food yang popular di Amerika dan Eropa. Budaya makan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan penyuluhan gizi agar kegiatan komunikasi informasi edukasi (KIE)

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Masalah gizi, tidak terlepas

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan antara..., Noor Risqi Skriptiana, FKM UI, 2009

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et

BAB I PENDAHULUAN. lebih memilih makanan instan yang biasa dikenal dengan istilah fast food. Gaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Makanan cepat saji termasuk ke dalam junk food atau makanan sampah. Makanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan masalah gizi kurang, berkaitan dengan penyakit infeksi dan negara maju

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

tersebut dibanding produk lainnya (BPOM, 2005).

KUESIONER PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN USU TENTANG KONSUMSI MAKANAN SIAP SAJI (FAST FOOD) MEDAN TAHUN /../..

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu faktor penentu kualitas sumber daya manusia. Masalah gizi rentan terjadi pada semua

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe, kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi dapat dilihat dari sudut pandang yang umum disebut sebagai

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan transisi epidemiologi. Secara garis besar transisi epidemiologi

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan yang pesat dalam pembangunan nasional dan perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan degenerasi organ tubuh yang dipengaruhi gaya hidup. Gaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. kalangan masyarakat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe,

BAB I PENDAHULUAN. begitu pula dengan permasalahan kardiovaskuler dan DM (Marliyanti, 2010).

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan aset bangsa untuk terciptanya generasi yang baik

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. Secara global, penyakit terkait dengan gaya hidup. dikenal sebagai penyakit tidak menular (PTM).

BAB I PENDAHULUAN. ketidakcocokan antara tuntutan fisiologis dan psikologis berdasarkan situasi dari

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB 1 : PENDAHULUAN. daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dewasa (Jones, 1997). Menurut Papalia (2008), pencarian. menjadi dasar untuk menghadapi kehidupan orang dewasa yaitu dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. akan menjadikan masyarakat Indonesia untuk dapat hidup dalam lingkungan sehat

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya berbagai perubahan dalam kehidupan. Salah satu hal yang

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dirumah atau di tempat berjualan dan disajikan dalam wadah atau sarana penjualan di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat. bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

Susi Akper YPSBR Bulian *KorespondesiPenulis:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang masalah Dewasa ini tingkat kesibukan masyarakat membuat masyarakat menyukai segala sesuatu yang instan dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ANAK SEKOLAH DENGAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI GODEAN 1 KABUPATEN SLEMAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan

PERBEDAAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH BERDASARKAN STATUS KEGEMUKAN PADA SISWA SMA (Survei pada Siswa Kelas XI SMAN 8 Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan salah satu aspek yang menentukan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi maka selera terhadap produk teknologi pangan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sayur dan buah merupakan bagian dari pola makan yang sehat dan seimbang. Mengonsumsi sayur dan buah merupakan perilaku pemeliharaan kesehatan. Sayur dan buah kaya dengan antioksidan, mengandung serat pangan, vitamin, air dan mineral yang penting untuk menunjang kesehatan seperti membantu pembentukan energi, mempertahankan fungsi organ-organ tubuh, menjaga kesehatan kulit, mata, tulang, gigi, dan jaringan tubuh lainnya. Agar tubuh tetap sehat dan terhindar dari berbagai penyakit kronis atau penyakit tidak menular (PTM) yang disebabkan kurang konsumsi sayur dan buah, maka kebiasaan konsumsi sayur dan buah di masyarakat perlu ditingkatkan. Banyak peneliti sebelumnya yang menyimpulkan bahwa mengonsumsi sayur dan buah dapat melindungi tubuh dari kanker, penyakit jantung, stroke dan pembentukan katarak (Van Duyn & Pivonka, 2000). Penyakit-penyakit kardiovaskuler (penyakit jantung dan pembuluh darah, hipertensi dan stroke), diabetes serta kanker merupakan penyakit tidak menular (PTM) terkait dengan gizi yang tidak seimbang. Lebih dari separuh dari semua kematian di Indonesia merupakan akibat PTM (Depkes, 2008 dalam Kementrian Kesehatan RI, 2014). Ditemukannya penyakit degeneratif pada usia muda dapat disebabkan konsumsi makanan yang tinggi gula, garam dan lemak seperti gorengan, mie instan, fried chicken, dll., tetapi kurang mengonsumsi serat dari sayur dan buahbuahan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Musaiger et al. (2011 dalam Epuru, 2014), bahwa perubahan gaya hidup pada remaja membawa dampak meningkatnya konsumsi makanan olahan dan menurunnya konsumsi makanan segar khususnya sayur dan buah. Kurangnya konsumsi sayur dan buah di kalangan anak remaja merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu diperhatikan. Stang & Story (2005) melaporkan kebiasaan makan pada remaja saat ini banyak yang tidak menyadari akan berdampak pada status kesehatan mereka di kemudian hari. 1

2 Banyak dijumpai kaum muda di perkotaan yang pergi ke mall atau plaza, singgah di outlet makanan yang menjual makanan dan minuman siap saji, serba praktis seperti hamburger, pizza, milkshake, minuman bersoda, minuman kopi dengan float cream, coklat dan sebagainya, sementara konsumsi sayur dan buah kurang mencukupi sesuai rekomendasi. Baronowski, Cullen, and Baranowski (1999), Wiecha et al. (2001 dalam Batgerel 2011) menyatakan bahwa beberapa studi menunjukkan rendahnya intake sayur dan buah pada remaja. Berdasarkan pedoman gizi seimbang (PGS, 2014) yang divisualisasikan dalam tumpeng gizi seimbang (TGS), jumlah porsi sayur dan buah-buahan yang dianjurkan adalah 3-5 porsi sayuran dan 2-3 porsi buah-buahan dalam sehari. Artinya, anjuran konsumsi sayur dan buah-buahan pada remaja dan dewasa minimal 5-8 porsi sehari, dengan takaran 1 porsi setara dengan semangkuk sayur (sekitar 100 gram). Sebuah laporan WHO merekomendasikan konsumsi sayur dan buah sebanyak 400 gram setiap hari. Jumlah tersebut setara dengan 5 porsi sayur dan buah sehari (WHO/FAO, 2003). Dengan demikian kecukupan konsumsi sayur dan buah pada remaja dan dewasa yang dianjurkan berdasarkan Pedoman Umum Gizi Seimbang 2014, yaitu minimal 5 porsi sehari dengan takaran setara 500 gram setiap hari (Kemenkes RI, 2014) Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 melaporkan bahwa proporsi rerata nasional perilaku konsumsi kurang sayur dan buah 93,5%, tidak tampak perubahan dibandingkan dengan tahun 2007. Di Provinsi Kalimantan Timur prevalensi anak usia lebih dari 10 tahun yang kurang konsumsi sayur dan buah berdasarkan laporan Riskesdas tahun 2007 mencapai 91,8%. Masa remaja adalah periode kehidupan seorang anak yang berkembang menjadi dewasa. Masa remaja sering ditandai dengan transisi dan perubahan. (Coleman & Hendry, 1999 dalam Henningsen, 2011). Mahasiswa merupakan remaja tahap akhir dengan kisaran usia 18 tahun saat awal masuk perguruan tinggi. Setelah transisi dari sekolah menengah ke perguruan tinggi, ketika independensi meningkat, mahasiswa ditantang untuk memilih makanan sehat. Menurut hasil survei awal kepada mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Muhammadiyah Samarinda yang dilakukan pada

3 bulan September 2014, kebiasaan konsumsi sayur dan buah di kalangan mahasiswa masih rendah, dapat dilihat dari jajanan yang mereka beli setiap harinya. Berdasarkan hasil observasi aktivitas mahasiswa yang hampir seharian waktunya dari pagi hingga sore hari di kampus, di sela jam istirahat perkuliahan berkumpul bersama teman, sambil mengobrol mereka punya kecenderungan memilih makan cemilan atau gorengan sambil minum teh gelas kemasan, minuman botol dingin ataupun es sirup, dan bahkan kebanyakan mahasiswa mengonsumsi mie instan saat makan siang. Alasan mahasiswa mengonsumsi jajanan dibandingkan dengan mengonsumsi sayur dan buah adalah mengenyangkan, praktis dan enak. Mahasiswa yang kuliah di Stikes Muhammadiyah Samarinda berdasarkan data dari bagian administrasi akademik dan kemahasiswaan (BAAK) tahun ajaran 2014/2015, berjumlah sekitar 1.195 orang yang berasal dari Kota Samarinda ataupun dari luar kota bahkan luar provinsi. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kebiasaan makan keluarga pada masyarakat Kota Samarinda, sebagian besar keluarga sudah memiliki kebiasaan mengonsumsi sayur setiap hari. Tetapi tidak demikian dengan konsumsi buah, hanya sebagian kecil keluarga yang memiliki kebiasaan menyediakan buah sebagai makanan pendamping menu utama sehari-hari. Upaya Stikes Muhammadiyah Samarinda meningkatkan konsumsi sayur dan buah sudah dilakukan dengan penyediaan menu sehat dan seimbang dilengkapi sayuran dan cemilan buah-buahan di kantin dan koperasi. Selain itu, lokasi kampus yang strategis di tengah kota dan ramai dengan penjual juga memudahkan akses untuk mendapatkan sayur dan buah. Kegiatan promosi kesehatan sekolah di Stikes Muhammadiyah Samarinda juga sudah berjalan. Melalui penempelan poster-poster kesehatan hasil lomba milad Stikes dan perayaan hari kesehatan nasional dan hari besar Islam mahasiswa terpapar informasi tentang salah satunya anjuran konsumsi sayur dan buah yang baik. Selain itu, ada kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan oleh pengajar, mahasiswa, disertai dengan pembagian leaflet dan ada kurikulum pendidikan di Stikes sebagai perguruan tinggi kesehatan yang memuat mata

4 kuliah ilmu gizi dalam meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang manfaat konsumsi sayur dan buah. Didukung dengan adanya media elektronik dan kemajuan tehnologi, mahasiswa juga mudah terpapar informasi tentang buah dan sayur bagi kesehatan secara online. Mahasiswa sebagai remaja yang memasuki kehidupan dewasa adalah masa depan bangsa, dan mahasiswa kesehatan sebagai calon tenaga kesehatan memiliki peran dalam kegiatan promosi kesehatan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Namun, masih ditemukan beberapa mahasiswa yang belum menerapkan kebiasaan hidup sehat mengonsumsi sayur dan buah sesuai anjuran PUGS 2014, yaitu minimal 5 porsi sehari dengan takaran setara 500 gram/ hari. B. Perumusan Masalah Promosi kesehatan untuk meningkatkan perilaku konsumsi sayur dan buah merupakan upaya yang sangat penting untuk digalakkan, baik oleh sektor pemerintah maupun swasta. Salah satu sasaran penting upaya ini adalah mahasiswa, yang umumnya merupakan bagian dari kelompok usia remaja tahap akhir, ketika terjadi peningkatan independensi dan tuntutan untuk dapat menentukan dan memilih jenis dan pola makanan sehat. Identifikasi terhadap faktor-faktor yang yang secara signifikan berhubungan dengan konsumsi sayur dan buah pada remaja adalah sangat penting, yang dapat menjadi bahan masukan dan dasar ilmiah dalam menyusun kebijakan dan pengambilan keputusan untuk meningkatkan konsumsi sayur dan buah. Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah: fakor-faktor apakah yang berhubungan dengan konsumsi sayur dan buah pada mahasiswa Stikes Muhammadiyah Samarinda? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi sayur dan buah pada mahasiswa Stikes Muhammadiyah 2. Tujuan khusus a. Mengidentifikasi konsumsi sayur dan buah pada mahasiswa Stikes Muhammadiyah

5 b. Menganalisis hubungan antara pengetahuan dengan konsumsi sayur dan buah pada mahasiswa Stikes Muhammadiyah c. Menganalisis hubungan antara sikap dengan konsumsi sayur dan buah pada mahasiswa Stikes Muhammadiyah d. Menganalisis hubungan antara kebiasaan makan dalam keluarga dengan e. Menganalisis hubungan antara pengaruh dari teman sebaya dengan f. Menganalisis hubungan antara akses terhadap sayur dan buah dengan g. Menganalisis hubungan antara keterpaparan media informasi dengan h. Menganalisis faktor utama yang berhubungan dengan konsumsi sayur dan buah pada mahasiswa Stikes Muhammadiyah D. Manfaat Penelitian Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan menjadi masukan bagi kegiatan promosi kesehatan. Selain itu bagi peneliti lain, dapat memberikan informasi mengenai kebiasaan konsumsi sayur dan buahbuahan pada remaja khususnya mahasiswa Stikes Muhammadiyah Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Stikes Muhammadiyah Samarinda dalam penyusunan program dan upaya meningkatkan kebiasaan konsumsi sayur dan buah di masyarakat khususnya mahasiswa sebagai peserta didik. Bagi keluarga dan masyarakat sebagai bahan masukan dan pertimbangan agar dapat meningkatkan kepedulian mengenai kebiasaan hidup sehat konsumsi sayur dan buah bagi anggotanya untuk mencegah penyakit tidak menular (PTM) terkait gizi tidak seimbang.

6 E. Keaslian penelitian Penelitian yang hampir serupa dengan topik faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi sayur dan buah, antara lain adalah: 1. Othman et al. (2012) melakukan penelitian berjudul Factors Influencing Fruits and Vegetables Consumption Behaviour among Adults In Malaysia. Sebanyak 1200 responden dipilih di 7 kota Malaysia. Faktor-faktor yang diukur didukung oleh teori sosial kognitif (SCT) yaitu niat mengkonsumsi buah dan sayur dipengaruhi oleh faktor personal (sikap dan kebiasaan), dan faktor lingkungan (pengaruh sosial dan ketersediaan). Data dianalisis dengan menggunakan regresi linear, sample t test independent. Selain itu analisis 1 arah varians (ANOVA) digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan antara faktor-faktor sosio demografis (usia, etnis, status perkawinan, tingkat pendidikan, dan pendapatan). Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan terletak pada subjek penelitian dan beberapa variabel yang diteliti. 2. Chin Yeh et al. (2008) melakukan penelitian berjudul Understanding barriers and facilitators of fruit and vegetable consumption among a diverse multiethnic population in the USA. Penelitian dilakukan secara kualitatif menggunakan metode focus group discussion (FGD) pada 147 partisipan populasi African American, Hispanic and Caucasian di North Carolina dan Connecticut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar partisipan memiliki perhatian yang besar terhadap manfaat kesehatan dari diet tinggi buah dan sayur. Beberapa barriers yang dapat diidentifikasi adalah mahalnya harga buah dan sayur, dan keterbatasan akses terhadap produk segar bagi partisipan Hispanic yang sebagian besar pendatang dalam adaptasi dengan lingkungan USA. Perbedaannya terletak pada metode penelitian, yaitu menggunakan studi kuantitatif. 3. Penelitian yang dilakukan oleh McLean-Meyinsse et al. (2013) dengan judul Examining college students daily consumption of fresh fruits and vegetables. Hasilnya dari 305 mahasiswa menunjukkan bahwa konsumsi buah dan sayur tidak tergantung pada jenis kelamin, tingkat akademik dan tempat tinggal, tetapi terkait dengan persepsi status kesehatan. Persamaan dengan penelitian

7 yang dilakukan adalah pada sampel penelitian, yaitu mahasiswa dan jenis penelitian, yaitu cross sectional, sedangkan perbedaannya pada variabel independen yaitu meneliti faktor pengetahuan, sikap, kebiasaan makan dalam keluarga, pengaruh teman sebaya, akses terhadap sayur dan buah, dan keterpaparan media informasi. 4. Penelitian oleh Epuru et al. (2014) dengan judul Fruit and vegetable consumption trends among the female university students in Saudi Arabia. Sebuah survei cross sectional dilakukan untuk meneliti pola konsumsi buah dan sayur pada 200 mahasiswa perempuan dari university of Hail. Tujuan penelitian selain mempelajari hubungan antara body mass index (BMI) dengan pola konsumsi buah dan sayur juga memahami preferensi dan pengetahuan mahasiswa terkait konsumsi buah dan sayur. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan adalah tempat penelitian dilakukan di lingkungan perguruan tinggi, sedangkan perbedaannya adalah terletak pada variabel independen yang diteliti yaitu selain melihat faktor pengetahuan juga meneliti faktor sikap, kebiasaan makan dalam keluarga, pengaruh teman sebaya, akses mendapatkan buah dan sayur dan keterpaparan media informasi. 5. Peltzer & Pengpid (2012) melakukan penelitian berjudul Fruits and vegetables consumption and associated factors among in-school adolescents in five Southeast Asian countries melihat konsumsi sayur dan buah pada remaja di 5 Negara Asia Tenggara ditentukan oleh faktor-faktor: usia, jenis kelamin, posisi sosial ekonomi, preferensi, asupan orangtua, modeling orangtua, aturan dalam keluarga, dorongan orangtua dan ketersediaan /aksesibilitas. Total responden 16.084 dari anak sekolah usia 13-15 tahun. Data cross sectional menemukan konsumsi sayur dan buah yang kurang pada remaja. Persamaannya adalah pada metode penelitian, sedangkan perbedaannya terletak pada subjek penelitian dan beberapa variabel yang diteliti.