BAB I PENDAHULUAN. suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan

dokumen-dokumen yang mirip
Indah Serinurani 1, Fanny Ardie 2, Prasodjo 3. Puskesmas Kendal Kerep Kota Malang

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makanan utama bayi. Pada awal kehidupan, seorang bayi sangat

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

Artikel Pola Asuh Gizi Pada Bayi Anak Makalah Pengertian Contoh

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi gizi kurang pada balita (BB/U<-2SD) memberikan. gambaran yang fluktuatif dari 18,4 persen (2007) menurun menjadi 17,9

SATUAN ACARA PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Akibatnya, program pemberian ASI ekslusif tidak berlansung secara optimal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Makanan utama bayi adalah air susu ibu (ASI) sehingga perlu

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah air susu yang diberikan kepada bayi sejak

BAB I PENDAHULUAN. (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Angka Kematian Bayi tidak berdiri sendiri,

BAB 1 PENDAHULUAN. bulan pertama kehidupan kritis karena bayi akan mengalami adaptasi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita. jangkauan maupun kualitas pelayanan (Novia ika, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. penuh perjuangan bagi ibu yang menyusui dan bayinya (Roesli, 2003).

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat sebagai makanan bayi (Maryunani, 2012). diberikan sampai usia bayi 2 tahun atau lebih (Wiji, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan zat gizi bagi bayi usia sampai 2 tahun merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan empat sasaran pembangunan kesehatan, satu diantaranya menurunkan prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. operasional, pertanyaan penelitian dan hipotesis serta manfaat penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 98 kematian per kelahiran hidup. Tingginya angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Children Fund (UNICEF) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. biskuit, bubur nasi dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru dimulai diberikan. berusia 2 tahun atau lebih. ( Weni, 2009 : 23 )

BAB I PENDAHULUAN. berusia 6 bulan tanpa diberikan makanan dan minuman (Depkes, 2004). ASI

LEMBAR PERTANYAAN. Frekuensi. Informasi 1. Presentational media - Petugas Puskesmas. a. 1-3 bulan. Asi saja - Bidan. b. 4-6 bulan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) ASI Ekslusif 6 Bulan

BAB I PENDAHULUAN. menyusui bayinya, meyakinkan ibu akan keuntungan Air Susu Ibu (ASI) dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan sumber daya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAMPIRAN KUESIONER Identitas Pengetahuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK BAYI USIA 0-6 BULAN ANTARA YANG DIBERI ASI DENGAN YANG DIBERI PASI DI DESA GLAGAH JATINOM KLATEN

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DINI DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA BAYI DIBAWAH UMUR 6 BULAN

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, perubahan sirkulasi darah, serta organ-organ tubuh mulai berfungsi,

ASI ADALAH ANUGERAH LUAR BIASA YANG DIBERIKAN TUHAN KEPADA MANUSIA KENAPA BANYAK ORANG TUA TIDAK MEMBERIKAN ASI

BAB I PENDAHULUAN. melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH PENGGUNAAN GURITA TERHADAP FREKUENSI GUMOH PADA BAYI DI KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat adalah terwujudnya

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditangani dengan serius. Ditinjau dari masalah kesehatan dan gizi, terhadap kekurangan gizi (Hanum, 2014).

PERBEDAAN BERAT BADAN BAYI PENGGUNA ASI EKSLUSIF DENGAN ASI TIDAK EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. tergantng dari motif yang dimiliki (Taufik, 2007). menggerakkan kita untuk berperilaku tertentu. Oleh karena itu, dalam

Oleh : Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Bali

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius pemerintah dan masyarakat, mengingat bahwa ASI sangat

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

ARIS SETYADI J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

KONTRIBUSI PERSEPSI DAN MOTIVASI IBU DALAM MENINGKATKAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH PEDESAAN. Lilik Hidayanti 1, Nur Lina

BAB I PENDAHULUAN. makanan bayi yang ideal dan alami serta merupakan basis biologis dan

BAB I PENDAHULUAN Millennium Develepment Goals (MDG s) Indonesia menargetkan

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB I PENDAHULUAN. oleh perangkat reproduksi yang dimilikinya, yaitu rahim dan semua bagiannya, untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. program KIA tersebut menurunkan angka kematian ibu dan anak (Depkes, RI 2007)

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang


KUESIONER PENELITIAN PERILAKU IBU YANG MEMILIKI BAYI DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTA MATSUM TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara dan jumlah yang tidak memenuhi kebutuhan. 2

I. PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) (Kementrian Kesehatan RI, juga mengacu kepada Resolusi World Health Assembly (WHA),

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang baik pada balita (Dinkes, 2007). Perwakilan UNICEF di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Memperkenalkan Makanan pada Bayi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerima bahan makanan dari lingkungan hidupnya dan. menggunakan bahan-bahan tersebut agar menghasilkan berbagai aktifitas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air susu Ibu (ASI) merupakan pemberian air susu kepada bayi yang langsung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan progam kesehatan. Pada saat ini AKI dan AKB di Indonesia

Bab 8. Peran Karakteristik Sosio-Demografi di Daerah Terhadap Praktik Inisiasi Menyusu Dini dan Praktik ASI Eksklusif. Gambaran Lokasi Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kementerian Kesehatan RI, World Health Organization (WHO) dan

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

PENDAHULUAN Latar Belakang

: Ceramah, presentasi dan Tanya jawab

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang secara optimal dan baik. Makanan yang baik bagi bayi baru. eksklusif banyak terdapat kendala (Pudjiadi, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik dan alamiah untuk bayi. Menyusui merupakan suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan menyusui lebih dini dari yang semestinya. Oleh karena itu ibu-ibu memerlukan bantuan agar proses menyusui berhasil. Banyak alasan yang dikemukakan ibu-ibu antara lain, ibu merasa bahwa ASI nya tidak cukup, atau ASI tidak keluar pada hari-hari pertama kelahiran bayi. Sesungguhnya hal itu tidak disebabkan karena ibu tidak memproduksi ASI yang cukup, melainkan karena ibu tidak percaya diri bahwa ASI nya cukup untuk bayinya. Disamping informasi tentang cara-cara menyusui yang baik dan benar belum menjangkau sebagian besar ibu-ibu (Depkes, 2002). Sejak lahir, bayi seharusnya hanya diberi ASI saja sampai usia bayi 6 bulan. Selanjutnya pemberian ASI diteruskan hingga anak berusia 2 tahun, dengan penambahan makanan lunak atau padat yang disebut Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang sesuai dengan umur bayi (Depkes, 2002). Produksi ASI pada periode tersebut sudah mencukupi kebutuhan bayi untuk tumbuh kembang yang sehat. Pemberian makanan selain ASI pada umur 0-6 bulan dapat membahayakan bayi, karena bayi belum mampu memproduksi enzim untuk mencerna makanan selain ASI. Apabila pada periode ini, bayi dipaksa menerima makanan selain ASI, maka akan timbul gangguan kesehatan pada bayi seperti diare, alergi dan bahaya lain yang fatal. Tanda bahwa ASI

eksklusif memenuhi kebutuhan bayi antara lain : bayi tidak rewel, dan tumbuh sesuai grafik pada kartu menuju sehat (Depkes, 2003). Yang dimaksud dengan ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara ekslusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa penambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim dalam jangka waktu sampai 6 bulan, setelah bayi berumur 6 bulan, ia harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun (Roesli U, 2000). Pada saat ini puluhan macam susu formula beredar di pasaran. Umumnya bahan dasar susu formula adalah susu sapi tetapi sebagian ada juga terbuat dari susu kedelai, ditambah bahanbahan lainnya. Susu formula diproduksi secara khusus sebagai makanan bayi. Kini, kebudayaan menyusui dengan ASI yang telah berusia sama dengan peradaban manusia itu sendiri semakin terdesak oleh kebudayaan susu botol, yang usianya dapat dikatakan baru kemarin sore kalau dibandingkan dengan ASI (Winarno, 1995). Barangkali karena gencarnya promosi dan iklan yang luar biasa efektifnya, kita terpukau oleh gemerlapnya iklan susu botol. Kini susu botol sudah menyebar ke seluruh lapisan masyarakat, baik yang mampu ataupun kurang mampu. Kegagalan menyusui anak bukan hanya merupakan masalah masyarakat pedesaan masa kini, tetapi juga merupakan masalah serius masyarakat perkotaan. Kegagalan menyusui anak merupakan faktor yang merusak kesehatan dan gizi bayi (Suhardjo, 2002). Di daerah pedesaan, pada umumnya ibu menyusui bayi mereka, namun hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh kebiasaan yang kurang baik, seperti pemberiaan makanan pralaktal yaitu pemberian makanan/minuman untuk menggantikan ASI apabila ASI belum keluar

pada hari-hari pertama setelah kelahiran. Jenis makanan tersebut antara lain air tajin, air kelapa, madu yang dapat membahayakan kesehatan bayi dan menyebabkan berkurangnya kesempatan untuk merangsang produksi ASI sedini mungkin melalui isapan bayi pada payudara ibu. Disamping itu masih banyak ibu-ibu tidak memanfaatkan kolostrum ( ASI yang keluar pada harihari pertama ), karena dinggap tidak baik untuk makanan bayi, susu basi, dll. Selanjutnya pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) diberikan tidak tepat waktu (terlalu dini atau terlalu lambat) serta tidak menyukupi baik kuantitas maupun kualitasnya (Depkes, 2002). Dari Survey Demografi Kesehatan Indonesia 1997 dan 2002 membuktikan perilaku pemberian ASI di negeri ini tidak menggembirakan. Pada tahun 1997 jumlah ibu yang menyusui bayinya mencapai 96,3%, angka itu turun menjadi 95,5% pada tahun 2002. Sementara jumlah ibu yang menyusui anaknya pada periode emas ( satu jam pertama setelah kelahiran ) hanya 3%. Pemberian ASI eksklusif ( hanya ASI tanpa tambahan susu formula dan bahan makanan lainnya ) setelah enam bulan pertama pasca lahir pada tahun 1997 hanya 42,4% dan turun menjadi 39.5% pada tahun 2002 (Depkes, 2007). Penelitian yang sama menunjukkan bahwa 18,7% dari ibu-ibu yang dianjurkan oleh petugas kesehatan untuk memberi susu formula pada minggu pertama setelah kelahiran. Sebagian besar ibu menyatakan bahwa sumber promosi-promosi susu formula adalah pelayanan kesehatan (76%) dimana 21% ibu melihat iklan susu formula di Rumah Sakit, 19,5% di praktek klinik swasta dan 19,5% di puskesmas. Lebih jauh lagi, lebih dari 60% ibu-ibu menyatakan menerima susu formula melalui Rumah Sakit atau Rumah Bersalin, dan sekitar 40% ibu menerima hadiah dari perusahaan susu formula untuk bayi. Temuan penting lainnya dari studi tersebut adalah bahwa 14,8% bidan menyatakan setuju untuk memberikan susu formula kepada bayi baru lahir (Depkes, 2002).

Padahal banyak sekali gangguan akibat ketidakcocokan pemberian susu formula pada bayi anda. Tanda dan gejala ketidakcocokan susu formula atau alergi susu hampir sama dengan alergi makanan. Gangguan tersebut dapat mengganggu semua organ tubuh terutama pencernaan (sering muntah/gumoh, kembung, sering buang air besar), kulit (sering timbul bintik atau bisul kemerahan terutama di pipi, telinga dan daerah yang tertutup popok), saluran napas dan organ lainnya (Muzal K, 2007). Regurgitasi adalah keluarnya kembali (tumpah, gumoh) susu yang telah ditelan ketika atau beberapa saat setelah minum susu botol atau menyusu dan jumlahnya hanya sedikit (Rusepno H & Husein A, 1985). Jangan sepelekan gumoh pada bayi anda, meski sebenarnya gumoh adalah kondisi normal yang biasa terjadi pada bayi tetapi jika berlebihan dan tidak ditangani bisa mengakibatkan komplikasi dan terganggunya pertumbuhan bayi. Di Indonesia 70% bayi berumur kurang dari empat bulan dipastikan mengalami gumoh minimal sekali sehari. Kejadian itu mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya usia bayi. Walau begitu, ternyata hanya sekitar 25% orang tua bayi yang peduli dan menganggap gumoh sebagai sebuah masalah (Badriul H, 2005). Regurgitasi disebabkan karena sistem pencernaan bayi yang masih belum sempurna. Otot di esophagus (saluran antara kerongkongan dan perut) masih belum menutup dengan baik. Karena saluran ini terbuka, maka isi perut dapat dengan mudah keluar kembali keatas (Wyeth, 2007 ). Hubungan antara pemberian ASI dengan susu formula terhadap efek regurgitasi disebabkan karena adanya perbedaan susunan lemak pada ASI dan susu formula. Pada ASI mengandung asam lemak tak jenuh yang lebih cepat diserap alat pencernaan bayi sedangkan susu formula mengandung asam lemak jenuh yang lama diserap alat pencernaan (Diah K & Rina Y, 2002).

Berdasarkan permasalahan diatas, penulis tertarik untuk meneliti dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan frekuensi regurgitasi pada pemberian ASI eksklusif dan susu formula pada bayi usia 0-6 bulan aterm dengan BB >2,5 kg di wilayah kerja Puskesmas Balongsari Kotamadya Mojokerto. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu Adakah Perbedaan Frekuensi Regurgitasi Antara Bayi Usia 0-6 Bulan Aterm Dengan BBL >2,5 kg Yang Diberi ASI eksklusif Dan Susu Formula Di Wilayah Kerja Puskesmas Balongsari Kotamadya Mojokerto. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui perbedaan frekuensi regurgitasi antara bayi usia 0-6 bulan aterm dengan BBL >2,5 kg yang diberi ASI eksklusif dan susu formula di wilayah kerja Puskesmas Balongsari Kotamadya Mojokerto. 1.3.2 Tujuan Khusus Mengetahui prevalensi bayi yang diberi ASI eksklusif dan susu formula dengan cara wawancara dan kuisioner. Mengetahui frekuensi regurgitasi pada bayi yang diberi ASI eksklusif dan susu formula. 1.4 Hipotesis Ada perbedaan frekuensi regurgitasi antara bayi usia 0-6 bulan aterm dengan BBL >2,5 kg yang diberi ASI eksklusif dan susu formula di wilayah kerja Puskesmas Balongsari Kotamadya Mojokerto.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Petugas Kesehatan Sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan dalam rangka untuk meningkatkan pemahaman kepada ibu-ibu tentang ASI. 1.5.2 Masyarakat/Orang Tua Memberikan informasi kepada masyarakat/orang tua khususnya ibu-ibu tentang keuntungan pemberian ASI pada bayinya. Memberikan informasi kepada ibu-ibu tentang efek samping dari pemberian susu formula. 1.5.3 Bagi Ilmu Pengetahuan Sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai perbedaan frekuensi regurgitasi antara bayi yang diberi ASI eksklusif dan susu formula. 1.6 Batasan Penelitian Populasi yang diteliti adalah bayi yang berusia 0-6 bulan aterm dengan BBL >2,5 kg di wilayah kerja Puskesmas Balongsari Kotamadya Mojokerto. Untuk mengetahui apakah bayi tersebut diberi ASI eksklusif atau susu formula dilakukan dengan cara wawancara dan kuisioner kepada ibu bayi. Untuk mengetahui perbedaan frekuensi regurgitasi pada bayi usia 0-6 bulan aterm dengan BBL >2,5 kg dengan cara wawancara dan kuisioner kepada ibu bayi. 1.7 Ruang Lingkup Penelitian 1.7.1 Lingkup Keilmuan Ilmu Kesehatan Anak

Ilmu Kesehatan Masyarakat 1.7.2 Lingkup Materi formula. Materi dibatasi hubungan regurgitasi dengan pemberian antara ASI eksklusif dan susu 1.7.3 Lingkup Sasaran Sasaran penelitian adalah bayi usia 0-6 bulan aterm dengan BBL >2,5 kg yang diberi ASI eksklusif atau susu formula di wilayah kerja Puskesmas Balongsari Kotamadya Mojokerto. 1.8 Definisi Istilah Yang dimaksud dengan ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara ekslusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa penambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim dalam jangka waktu sampai 6 bulan (Depkes, 2002). PASI (susu formula) adalah susu komersil yang dijual di pasaran atau di toko yang terbuat dari susu sapi atau susu kedelai serta biasanya diberikan dalam botol dan komposisinya mendekati komposisi ASI (Winarno, 1995). Regurgitasi adalah keluarnya kembali (tumpah, gumoh) susu yang telah ditelan ketika atau beberapa saat setelah minum susu botol atau menyusu dan jumlahnya sedikit (Rusepno H & Husein A, 1985).