BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga adalah sebuah aktivitas olah tubuh yang memiliki banyak sisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperhatikan, seperti waktu latihan, waktu makan, dan waktu istirahat pun diatur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sportifitas dan jiwa yang tak pernah mudah menyerah dan mereka adalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia menjadi sehat dan kuat secara jasmani maupun rohani atau dalam istilah

HUBUNGAN KECEMASAN TERHADAP HASIL TES KETEPATAN JUMP SERVE BOLAVOLI. (Studi Pada Tim Bolavoli Putra SMK PGRI 3 Kediri Tahun Ajaran )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia olahraga khususnya pada olahraga prestasi saat ini semakin

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. National Basket League (NBL) terjadi peningkatan jumlah penonton sebanyak 30% pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. menerus merupakan aspek yang harus dibina dalam olahraga. sampai sasaran perilaku. McClelland dan Burnham (2001), motivasi

PROFIL TENTANG ANXIETY PADA ATLET TENIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dilepaskan dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan politik masih menjadi masalah yang sangat kompleks. Fenomena ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pertandingan serta banyak atlet yang mengikuti sejumlah pertandingan yang

Bab 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia kegiatan psikologi olahraga belum berkembang secara meluas.

Okta Setiani, Hastaning Sakti. Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN KETEPATAN FLOATING OVERHAND SERVE BOLAVOLI PADA SISWA EKSTRAKULIKULER BOLAVOLI DI MA NEGERI RENGEL KABUPATEN TUBAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sifat yang berbeda. Mereka yang ekstrim adalah yang sangat rendah emosinya.

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan dalam konsep pembinaan atlet berbakat untuk mencetak

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan futsal ditandai dengan banyak didirikannya lapangan. futsal di Indonesia khususnya wilayah Jakarta sejak tahun 2000.

BAB I PENDAHULUAN. Latihan mental merupakan unsur yang sangat penting hampir diseluruh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berlian Ferdiansyah, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan budaya dan seni beladiri warisan bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. pembuktian bahwa pada jaman itu Taekwondo berafialiasi ke ITF (International

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbunyi mens sana en corpore sano yang artinya dalam tubuh yang sehat

Sambutan Presiden RI Pd Peringatan Hari Olahraga Nasional di Yogyakarta tgl. 17 Okt 2013 Kamis, 17 Oktober 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zakaria Nur Firdaus, 2013

2015 PROFIL KONDISI FISIK ATLET BOLA BASKET PUTRI TINGKAT SMA SE-JAWA BARAT

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mohammad Zepi Prakesa, 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. kompetisi kemenangan merupakan suatu kebanggaan dan prestasi. serta keinginan bagi setiap orang yang mengikuti pertandingan

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Dampak Kecemasan pada Atlet Bola Basket Sebelum Memulai Pertandingan

2015 HUBUNGAN TINGKAT PEND IDIKAN PELATIH D ENGAN PERFORMA ATLET SEKOLAH SEPAK BOLA D I KOTA BAND UNG

MAKALAH PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA SEA GAMES KE-27 DI MYANMAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dea Gardea, 2013

Studi Analisis Keberhasilan Atlet Kota Metro dalam Pekan Olahraga Daerah (Porda) Lampung

2016 HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN SEBELUM BERTANDING DENGAN PERFORMA ATLET PADA CABANG OLAHRAGA BOLA BASKET

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, olahraga merupakan hal sangat penting bagi kesehatan tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebelumnya. Data itu disampaikan pengelola liga, PT Deteksi Basket Lintas

BAB I PENDAHULUAN. tingkat anak-anak sampai orang dewasa, baik pria maupun wanita. Pada awal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Organisasi dibangun atas dasar kesamaan visi dan misi para individu yang

BAB I PENDAHULUAN. Tenis adalah salah satu cabang olahraga yang banyak digemari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wushu di Indonesia yang sebelumnya dikenal dengan nama Kuntauw dan

BAB I PENDAHULUAN. olahraga merupakan hal mutlak yang esensial untuk. perkembanngan dan kemajuan hidup suatu bangsa. Betapa tidak Olahraga mampu

BAB I PENDAHULUAN. ini terbukti dengan antara lain banyaknya klub-klub dari kota besar sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia yang terbentang dari Sabang hingga Merauke dan memiliki pulau yang

PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN BULUTANGKIS DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. atlet dari tingkat pelajar sampai mahasiswa. Turnamen-turnamen dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beberapa tahun terakhir, beberapa sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga yang sudah mendunia.

Studi tentang pembinaan prestasi Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) kabupaten Wonogiri periode kepengurusan tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mendaki gunung adalah suatu kegiatan berpetualang di alam terbuka

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. (DBL) Indonesia, setelah berakhirnya babak Championship Series di Jogjakarta.

BAB I PENDAHULUAN. Permainan bola basket di Indonesia telah berkembang sangat pesat. Event kejuaraan olahraga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bila dihadapkan pada hal-hal yang baru maupun adanya sebuah konflik.

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perolehan medali tiap cabang olahraga pada SEA GAMES 2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhammad Andri Setiadi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tepat guna. Tercapainya prestasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perubahan pola hidup manusia adalah akibat dari dampak era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan kegiatan fisik yang mengandung sifat permainan dan

I. PENDAHULUAN. manusia dan merupakan keinginan yang dimiliki oleh setiap individu manusia.

ANALISIS INTERAKSI SOSIAL ATLET BOLA VOLI KLUB ANANTA KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2017

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. PUSAT OLAHRAGA BELADIRI JEPANG DI SEMARANG Penekanan desain Arsitektur Neo Vernacular

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa dipisahkan. Didalam hidup manusia dituntut untuk dapat menjaga

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya. Kemajuan olahraga dipengaruhi oleh kemajuan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. SEA Games, Asian Games dan Olimpiade. Berdasarkan data dari KONI, PON terakhir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Qodriannisa Puspaningrum, 2013

BAB I PENDAHULUAN. olahraga sudah berkembang ke arah yang lebih luas. Olahraga tidak hanya sekedar. menjadi sehat atau meningkatkan kebugaran tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga sebagai salah satu unsur yang berpengaruh dalam kehidupan

2015 HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEMAMPUAN MENGENDALIKAN EMOSI DAN MOTIVASI PADA ATLET FUTSAL PUTERI UKM UPI

PENERAPAN IPTEKS TINGKAT KECEMASAN (ANXIETY) ATLET DALAM MENGIKUTI PERTANDINGAN OLAHRAGA. Indah Verawati

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pandu Fauzi Fahmi, 2014 Profil Kualitas Interaksi Sosial Atlet Cabang Olahraga Beladiri

Desain Kompetisi Sepak Bola Usia Dini

Studi tentang perkembangan klub bola voli popsi sragen tahun Oleh : Kuwat Budi Cahyono NIM K

KEPERCAYAAN DIRI DAN PRESTASI ATLET TAE KWON DO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Fitri Yulianto, H. Fuad Nashori

BAB I PENDAHULUAN. negara di kancah International. Nama-nama besar kini telah lahir seperti Ferry

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Wawan Candy, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan suatu fenomena yang mendunia dan menjadi bagian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina serta mengembangkan potensi jasmani,

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang No.3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragan Nasional. Hal ini

2016 HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN KEMAMPUAN REAKSI DENGAN HASIL SERANGAN LANGSUNG PADA OLAHRAGA ANGGAR JENIS SENJATA FIORET

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, mudah memperoleh teman, sukses dalam pekerjaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang sepak bola bagi sebahagian orang tidak hanya

TINGKAT KECEMASAN ATLET SEBELUM, PADA SAAT ISTIRAHAT DAN SESUDAH PERTANDINGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Hubungan antara Persepsi Atlet Taekwondo Junior pada Program Latihan dengan Motivasi Berprestasi

TINGKAT KECEMASAN ATLET BOLA PON ACEH TAHUN 2016 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan suatu rangkaian yang utuh, tidak dapat dipisah-pisahkan,

II. MAKSUD DAN TUJUAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga sebagai salah satu unsur yang berpengaruh dalam kehidupan manusia, telah ikut berperan dalam mengharumkan nama daerah dan bangsa, baik melalui kompetisi di tingkat nasional maupun internasional. Setiap bangsa di seluruh dunia berlomba-lomba menciptakan prestasi dalam kegiatan olahraga, karena prestasi olahraga yang baik akan meningkatkan citra bangsa di dunia internasional. Cabang olahraga Taekwondo merupakan salah satu cabang olahraga yang banyak penggemarnya, karena dapat diikuti oleh pria dan wanita dan dari segala tingkatan usia. Bahkan dari cabang olahraga Taekwondo, diharapkan akan muncul pemain-pemain yang berprestasi yang dapat membawa nama harum bangsa dan negara Indonesia yang tercinta ini. Taekwondo, merupakan salah satu cabang olahraga yang diharapkan bisa membina generasi muda Indonesia menjadi pribadi yang sehat, tangguh dan mandiri dalam menghadapi tantangan hidup di masa-masa yang akan datang. Sistem pembinaan Taekwondo dilakukan dengan suatu kompetisi atau kejuaraan di Indonesia. Kompetisi sendiri merupakan suatu tolak ukur dari prestasi atlet Taekwondo dan muara terbentuknya atlet nasional. Pada saat ini memang terdapat dua tubuh organisasi yang menaungi Taekwondo di Indonesia, yaitu PBTI (Pengurus Besar Taekwondo Indonesia) dan YUTI UTI Pro (Yayasan Universal Taekwondo Indonesia). Meskipun terdapat dua kepengurusan yang berbeda, tetapi tetap memiliki misi yang sama yaitu untuk memajukan Taekwondo Indonesia. Bergulirnya kejuaraan atau event Taekwondo disambut oleh banyak pihak, baik pengurus dojang (tempat latihan), pelatih daerah atau nasional serta para atlet Taekwondo sendiri. Namun sistem kompetisi atau kejuaraan yang ada pada saat ini, ternyata belum mampu untuk membentuk atlet Taekwondo mempunyai skill dan mental yang bagus. Kompetisi atau kejuaran yang diharapkan akan mampu untuk mencetak 1

atlet-atlet handal yang nantinya menunjang terbentuknya atlet nasional Indonesia ternyata jauh dari harapan. Pada 7th Asian Junior Taekwondo Championship yang berlangsung 20 Juni hingga 23 Juni 2013 lalu merupakan bukti menurunnya prestasi atlet Taekwondo Indonesia, atlet binaan PBTI tersebut hanya mampu meraih 5 medali perunggu masing-masing 4 perunggu di nomor pomse dan 1 perunggu di kategori kyurugi pada hari terakhir. (http://pelatnastaekwondo.wordpress.com/). Dan yang terakhir adalah SEA GAMES 2013 yang telah usai di gelar bulan Desember lalu di Myanmar, tim nasional Taekwondo Indonesia gagal mendapatkan satu edali emas pun dalam tiap kategori yang dipertandingkan. Hasil yang diperoleh ini menunjukkan penurunan prestasi yang sangat drastis, jika dibandingkan dengan perolehan medali emas pada SEA GAMES dua tahun yang lalu saat Indonesia menjadi tuan rumah, tim nasional Taekwondo Indonesia berhasil meraih lima medali emas di cabang olahraga beladiri Taekwondo. Hal ini sungguh merupakan penurunan prestasi yang sangat drastis. Lalu atlet binaan UTI Pro akhir-akhir ini menorehkan banyak prestasi, diantaranya seperti Indonesia sukses menyabet tiga medali emas, lima perak dan 13 perunggu pada Kejuaraan Taekwondo ASEAN (ATF) ke-11 di Nay Pyi Taw, Myanmar, (http://sport.news.viva.co.id/news/read/412095 indonesia sabet 3 emas dikejuaraan taekwondo asean), Taekwondoin hasil binaan Universal Taekwondo Indonesia Profesional (UTI Pro) juga menoreh sukses dengan merebut satu medali perak dan dua perunggu dalam kejuaraan taekwondo Amerika Serikat terbuka yang berlangsung di Las Vegas, Amerika Serikat, 19-23 Februari 2013 (http://utipro.co.id/uti pro raih satu perakdan dua perunggu di us open/), pada 1st World Children Taekwondo Champions di Sindelfingen, Jerman, 1-3 Februari 2013 atlet binaan UTI Pro berhasil menyabet dua medali emas, serta berhasil menjadi juara umum Turnamen Internasional Pertama Best Of The Best I, 30 Juni 2013 lalu. (http://www.metrotvnews.com/metronews/read /2013/06/30/4/164903/Kontingen Taekwondo Indonesia Juara Umum Best Of The Best) Perbedaan prestasi yang menonjol pada atlet di tiap masing-masing binaan pada kedua pengurus organisasi Taekwondo di atas menunjukkan adanya perbedaan dalam pembinaan pada atletnya, sehingga terjadi perbedaan kualitas pada tiap atletnya. Hal ini menunjukkan bahwa pembinaan yang tepat pada atlet dapat menciptakan seorang atlet yang dapat berprestasi baik dikancah nasional maupun internasional. Pembinaan pada 2

atlet bukan hanya semata-mata menitik beratkan pembinaan pada fisik dan teknik atlet saja, tetapi pembinaan secara psikologis pada atlet juga perlu diperhatikan. Salah satu faktor psikologis yang dapat menurunkan prestasi atlet adalah anxiety (kecemasan). Demi mencapai suatu prestasi yang tinggi, tentu diperlukan waktu yang cukup lama untuk dapat menguasai semua keterampilan yang diperlukan dalam cabang olahraga Taekwondo. Selain faktor keterampilan tinggi yang harus dikuasai, juga diperlukan pengorbanan serta kemampuan untuk menghadapi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan berlatih dan bertanding. Masalah-masalah itu dapat bermacam-macam bentuknya, salah satunya adalah anxiety. Anxiety diartikan sebagai ciri ketakutan atau emosi yang hubungannya dekat (teror, tanda bahaya, takut, gemetar) yang dialami secara subyektif. Untuk mencapai prestasi yang tinggi dalam olahraga maka anxiety atlet sebaiknya tidak terlalu rendah dan juga tidak terlalu tinggi pada waktu pertandingan. Agar anxiety atlet tidak terlalu tinggi pada waktu pertandingan, maka atlet harus mempunyai pengalaman bertanding yang banyak, karena dengan banyak pengalaman bertanding atlet akan terbiasa dengan situasi dan kondisi yang dapat menimbulkan perasaan cemas, takut atau khawatir, tegang dan sebagainya, baik yang datangnya dari lawan, kawan, penonton, wasit, cuaca yang kurang mendukung, dan sebagainya. Selain ada teknik-teknik yang dapat digunakan untuk menurunkan atau mengurangi anxiety, antara lain: (1) Dengan cara meyakinkan kembali akan kemampuan atlet, (2) Dengan cara memberikan informasi yang bermanfaat kepada atlet, (3) Dengan latihan relaksasi, (4) Dengan teknik yang dikemukakan oleh Jacobson dan Schultz, (5) Dengan teknik memberikan humor, (6) Dengan memberikan jaminan sosial ekonomi, (7) Dengan latihan visualisasi. Penulis cenderung memunculkan masalah anxiety dengan pertimbangan bahwa anxiety memegang peranan penting dalam kegiatan berlatih dan bertanding. Hal ini diperjelas oleh pendapat Harsono, (1988 : 265) yaitu: Lapangan olahraga senantiasa penuh dengan anxiety dan konflik-konflik, penuh dengan ketakutan-ketakutan dan bentrokan-bentrokan mental. Jarang sekali seorang coach dapat merasa pasti bahwa timnya sudah 100 % kuat mental maupun fisiknya. Jarang pula ada seorang atlet, meski dia seorang juara sekalipun, yang dapat mengkontrol 3

dan menyesuaikan segala emosinya, anxietiesnya dan konflik-konfliknya dalam menghadapi suatu pertandingan, apalagi pertandingan tersebut adalah pertandingan yang menentukan. Jarang sekali ada seorang atlet yang dapat dikatakan telah mencapai maturitas olahraganya (athletic maturitynya) secara komplit. Dari kutipan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk mencapai prestasi yang tinggi, seorang atlet Taekwondo harus mampu menghadapi dan sekaligus mengatasi masalah-masalah seperti tersebut di atas, yaitu mengenai anxiety dan selain itu juga tentu masih banyak masalah lain yang harus menjadi perhatian pula. Berdasarkan pengalaman peneliti menjadi atlet dari cabang olahraga Taekwondo juga hasil observasi dalam suatu pertandingan, maka penulis berpendapat bahwa anxiety dapat memberikan pengaruh negatif terhadap prestasi, dan juga dapat memberikan pengaruh positif terhadap prestasi atlet Taekwondo. Pada suatu saat, setiap orang pasti pernah mengalami anxiety (kecemasan) begitu juga seorang atlet. Sifat kekhawatiran merupakan hal yang wajar bagi setiap orang. Mungkin seseorang merasa khawatir akan sesuatu atau karena orang lain, ataukah ia pernah mengalami hal yang tidak menyenangkan pada kejadian serupa di masa lampau. Bahkan kecemasan sampai pada batas tertentu merupakan hal yang normal dan berfungsi sebagai alarm yang memberikan tanda-tanda bahaya sehingga orang yang mengalaminya menjadi lebih siap menghadapi keadaan yang akan muncul. Program pembinaan olahraga sering ditemui bahwa seorang atlet yang sudah mempersiapkan diri dengan baik untuk menghadapi suatu pertandingan, mendadak mengalami gangguan pencernaan, sehingga ia tidak mengikuti pertandingan, setelah diperiksa dokter ternyata atlet tersebut sama sekali tidak mengalami gangguan fisik, atau ada kalanya tiba-tiba ia berkeringat dingin menjelang penampilannya di arena pertandingan. (Singgih D. G, 1996 : 38) Menurut Cratty yang dikutip oleh Harsono dalam buku Psikologi Olahraga mengemukakan bahwa ketakutan pada atlet umunya dapat diklasifikasikan dalam beberapa ketegori antara lain: pertama, takut gagal dalam bertanding, kedua, cemas akan akibat sosial atas mutu prestasinya, ketiga, cemas kalau cidera atau menciderai lawan, keempat, cemas fisiknya tidak mampu menyelesaikan tugas atau pertandingan yang baik. (Singgih, D Gunarsa, 1996 : 39) 4

Kecemasan dengan ambisi terhadap prestasi atlet harus dilatih agar tingkat ketegangannya makin lama makin rendah, tapi jangan sampai hilang sama sekali dan ambisinya untuk menang samakin ditingkatkan. Sehingga petunjuk-petunjuk penenangan (relaxation hint) akan efektif apabila diberikan pada saat-saat menjelang permulaan dan akhir pertandingan. (Singgih D. G, 1996 : 38) Sebelum pertandingan di mulai kecemsan biasanya naik. Hal ini disebabkan oleh bayangan beratnya tugas atau pertandingan yang akan dihadapi. Selama pertandingan berlangsung tingkat kecemasan biasanya menurun, akan tetapi dalam pertandingan yang berlangsung lama tingkat kecemasan biasanya makin lama makin naik, mendekati akhir petandingan tingkat kecemasan biasanya akan naik lagi terutama bila skor pertandingan berimbang. Hasil penelitian Simon dan Marten (dalam Hardy et al. 1999) ditemukan bahwa kecemasan bertanding adalah lebih tinggi pada atlet muda dalam olahraga individu dibandingkan dengan olahraga tim dan lebih tinggi olahraga individu kontak dibandingkan dengan lahraga non kontak. Kecemasan ketika menghadapi pertandingan merupakan masalah gejolak emosi yang sering menghinggapi atlet, terutama pada olahraga individual kontak. Oleh karena Taekwondo merupakan olahraga individual kontak, maka dalam mempersiapkan atlet Taekwondo untuk menghadapi pertandingan, sangat penting diperhatikan faktor kecemasan bertanding ini. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kecemasan bertanding adalah persepsi-atlet. Interpretasi atlet mengenai situasi pertandingan yang dinilai sebagai suatu peristiwa yang penting akan menimbulkan suatu reaksi yang berbeda bagi masingmasing atlet. Persepsi mengenai situasi pertandingan melibatkan ketidakpastian dan pentingnya hasil yang diperoleh dari pertandingan tersebut. Persepsi atlet terhadap situasi ini akan menentukan apakah atlet menilai situasi pertandingan yang akan dihadapi sebagai suatu ancaman atau tidak. Apabila atlet menilai situasi pertandingan sebagai suatu yang mengancam, maka akan muncul respon kecemasan. Persepsi atlet akan suatu pertandingan dan memberikan pengaruh pada tingkat kecemasan dan ketakutannya dalam menghadapi pertandingan. Persepsi yang positif terhadap suatu pertandingan dapat memberikan rasa percaya diri dalam menghadapi pertandingan sehingga membantu atlet mengendalikan kecemasannya dan akhirnya tingkat kecemasannya menurun. 5

Demi terwujudnya atlet yang diharapkan, tentu melibatkan banyak pihak dalam hal pembinaan atlet, mulai dari pengurus, pelatih, orang tua, pemilik klub, dan pihakpihak yang terkait seperti pihak sponsor harus saling bekerja sama demi mewujudkan mencetak atlet yang berprestasi. Di Jawa Timur, memang terdapat banyak sekali klub Taekwondo yang tersebar di berbagai daerah tetapi hanya ada beberapa klub saja yang memiliki jumlah anggota lebih dari 300 atlet. Selain itu hanya beberapa klub saja yang memiliki prestasi menonjol, bahkan ada beberapa atlet yang berada dalam klub Taekwondo tertentu sudah memiliki jam terbang bertanding yang sangat banyak, bahkan sampai ketingkatan even pertandingan internasional. Memang tidak semua klub dapat berpartisipasi di even tingkat internasional dikarenakan banyak faktor, beberapa diantaranya klub tersebut tidak memiliki atlet yang mempunyai kemampuan bermain di level internasional, biaya akomodasi even internasional lebih, dan banyak lainnya. Gold Maestro, merupakan salah satu klub Taekwondo yang terbesar di Jawa Timur, dengan memiliki anggota dengan jumlah kurang lebih 500 anggota yang tersebar dibeberapa di daerah Jawa Timur dan memiliki banyak atlet dengan jam terbang bertanding tinggi dan memiliki banyak prestasi, mulai prestasi di tingkat regional, daerah, nasional bahkan internasional. Tentunya klub sebesar ini memiliki banyak bibitbibit atlet muda yang berbakat dan memliki segudang prestasi, mulai dari tingkatan pra junior, junior dan senior. Sehingga membuat peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian di klub Taekwondo Gold Maestro ini dan peneliti menganggap sangat cocok jika klub Taekwondo ini dijadikan sebagai tempat penelitian yang mana nantinya hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan para pelatih-pelatih Taekwondo lainnya agar lebih dapat memperhatikan faktor psikologis atlet saat hendak mengirimkan atletnya untuk bertandingan. Peneliti ingin mengatahui adakah pengaruh persepsi atlet dari klub Taekwondo Gold Maestro ini terhadap suatu pertandingan dengan kecemasan bertanding. Merujuk pada pembahasan di atas, maka peneliti mencoba untuk menghubungkan antara persepsi atlet terhadap suatu pertandingan dengan kecemasan bertanding. Pada penjelasan di atas, persepsi-atlet terhadap suatu pertandingan memiliki arti penting dalam mempengaruhi tingkat kecemasan bertanding atlet. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengangkat variabel persepsi-atlet ini dalam penelitian sebagai variabel yang dapat mempengaruhi tingkat kecemasan bertanding pada atlet cabang olahraga beladiri Taekwondo. 6

B. Rumusan Masalah Dalam kaitannya dengan latar belakang masalah tersebut, maka muncul permasalahan bagaimana hubungan persepsi atlet terhadap pertandingan dengan kecemasan bertanding pada atlet cabor beladiri Taekwondo Dojang Gold Maestro Surabaya. Dengan demikian yang dicari dalam hal ini adalah: Adakah Hubungan Antara Persepsi Atlet Terhadap Pertandingan Dengan Kecemasan Bertanding Pada Atlet Cabor Beladiri Taekwondo Gold Maestro Surabaya? C. Keaslian Penelitian Sepengetahuan penulis, penelitian tentang analisis tentang pengaruh persepsi atlet terhadap suatu pertandingan dan kecemasan bertanding atlet Taekwondo ini belum pernah dilakukan di Jawa Timur. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang difokuskan pada pengaruh persepsi atlet pada pertandingan terhadap tingkat kecemasan bertanding, dengan desain penyebaran angket dan menggunakan skala psikologi (SCAT). Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini. Penelitian yang terkait dengan penelitian ini adalah : Penelitian terdahulu yang relevan: 1. Penelitian yang dilakukan Yetisa Ika Putri (2007), dengan judulnya Hubungan Intimasi Pelatih Atlet Dengan Kecemasan Bertanding Atlet Ikatan Pencak Silat (IPSI) Semarang. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Regresi Sederhana. Berdasarkan output dari hasil analisis regresi sederhana diperoleh koefisien sebesar rxy = -0,4 dengan p = 0,003 (p < 0,05), hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan pada penelitian ini, yang menyatakan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara intimasi pelatih atlet dengan kecemasan bertanding dapat diterima. Kondisi ini menunjukkan bahwa semakin baik intimasi pelatih dengan atletnya maka akan diikuti dengan semakin menurunnya tingkat kecemasan bertanding atlet. 7

Berdasarkan hasil analisis Independent Sampel T Test, didapatkan p = 0, 926 (p > 0,05) dengan nilai F = 0,009 ada di Equal Variance assumed, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kecemasan bertanding berdasarkan jenis kelamin. Sumbangan efektif yang diberikan variabel intimasi pelatih-atlet sebesar 16%. Kondisi ini mengandung pengertian bahwa tingkat kecemasan bertanding atlet ditentukan oleh variabel intimasi pelatih-atlet sebesar 16% dan 84% lagi ditentukan oleh variabel lain. 2. Lina Sofia Asnani (IAIN Sunan Ampel, 2004), dengan judulnya Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Kecemasan Bertanding Pada Olahrgawan Bola Voli Surabaya Flame Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi product moment dan menggunakan korelasi signifikasi tata jenjang rho spearman. Berdasarkan output dari hasil analisis regresi sederhana diperoleh koefisien sebesar rxy = 0,476 0,784 dengan p = -0,579 (p < 0,05), hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan pada penelitian ini, yang menyatakan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan kecemasan bertanding dapat diterima. Sumbangan efektif yang diberikan variabel kecerdasan emosional dengan kecemasan betanding adalah 43,20%. Kondisi ini mengandung pengertian bahwa kecerdasa emosional mempunyai pengaruh yang efektif untuk mereduksi kecemasan bertanding pada diri seorang atlet. Serta hasil yang didapat juga menunjukkan bahwa kecerdasan emosional yang dimiliki atlet tergolong tinggi, dan juga kecemasan bertanding yang dialami oleh atlet tergolong rendah. 3. Siti Fatimah (IAIN Sunan Ampel, 2006), dengan judulnya Motivasi Berprestasi Dengan Kecemasan Bertanding Pada Atlet Karate INKADO di Aula Kantor Dispora Pemerintahan Propinsi Jawa Timur. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan korelasi product moment yang diperoleh hasil rxy = 0,095 dengan p = 0,000 (p < 0,001), artinya sangat signifikan. Jadi pengujian hipotesis alternatif dapat diterima, artinya 8

ada hubungan yang berarah positif antara motivasi berprestasi dengan kecemasan bertanding. Terdapat kesamaan variabel Y dalam penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu membahas mengenai masalah kecemasan bertanding. Namun, penelitian yang dilakukan kali ini memiliki perbedaan yaitu meneliti variabel X yang menurut sepengetahuan peneliti belum ada pada penelitian sebelumnya, yaitu persepsi atlet terhadap suatu pertandingan, sedangkan penelitian terdahulu mengambil variabel X dari motivasi berprestasi, intimasi pelatih dan kecerdasan emosional. D. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ingin mengetahui Hubungan Antara Persepsi Atlet Terhadap Pertandingan Dengan Kecemasan Bertanding Pada Atlet Cabor Beladiri Taekwondo Gold Maestro Surabaya.. E. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu: 1. Manfaat Teoretis Penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi perkembangan psikologi olahraga, psikologi pendidikan dan psikologi sosial, dan sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai tingkat kecemasan bertanding atlet, khususnya bagi atlet Taekwondo yang tergabung dalam Taekwondo Dojang/Klub Gold Maestro Cabang Surabaya, serta dapat memberikan gambaran mengenai pentingnya persepsi atlet terhadap suatu pertandingan untuk pembinaan atlet dan kerjasama tim (atlet, pelatih dan pembina) yang baik dalam rangka meningkatkan prestasi. 9

F. Sistematika Pembahasan Untuk lebih mempermdah dalam pembahasan penelitian ini, maka akan peneliti jelaskan tentang sistematika dalam penelitian ini sebagai berikut: BAB I: Pendahuluan. Pada bab ini diuraikan secara singkat mengenai pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika pembahasan. BAB II: Kajian Pustaka. Merupakan penjelasan secara rinci tentang landasan teori yang berhubungan dengan persepsi dan kecemasan bertanding yang meliputi : kecemasan, persepsi, hubungan antara kecemasan dan persepsi, hipotesis. BAB III: Metode Penelitian. Pada bab ini Merupkan study empiris tentang pelaksanaan penelitian, korelasi antara persepsi dan kecemasan bertanding pada atlet Taekwondo Gold Maestro meliputi tipe penelitian : rancangan penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional, subjek penelitian, instrumen penelitian dan teknik analisis data. BAB IV: Hasil penelitian dan pembahasan. Pada bab ini Merupakan laporan penelitian yang telah dilakukan meliputi hasil penelitian, gambaran umum subjek penelitian, yang terdiri dari diskriptif lokasi, persiapan penelitian, pengujian hipotesis dan pembahasan. BAB V: Penutup. Pada bab ini merupakan kesimpulan penelitian dan saran peneliti untuk penelitian selanjutnya. 10