I. PENDAHULUAN. manusia dan merupakan keinginan yang dimiliki oleh setiap individu manusia.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kesehatan menerangkan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang. dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan.

BAB I PENDAHULUAN. daerah. Pengalaman zaman Orde Baru yang sarat akan penyelewengan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana sesuai dengan semboyan Yunani Kuno yang berbunyi : Orandum est ut sit,

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan watak dan kepribadian yaitu sikap sportivitas dan disiplin. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia seutuhnya. Pembangunan tersebut sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan pembangunan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Lampung

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah bangsa dapat berdiri tegak diantara bangsa-bangsa lain di dunia,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PANDUAN WAWANCARA. 1. Bagaimanakah Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Lampung dalam penyampaian

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan dalam konsep pembinaan atlet berbakat untuk mencetak

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah Dinas Kepemudaan dan Keolahragaan Provinsi Jawa Timur

BAB II PROFIL INSTANSI. Berdirinya Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan suatu fenomena yang mendunia dan menjadi bagian

BAB I PENDAHULUAN. Menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas merupakan sebuah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan atau bagian hidup yang tidak dapat ditinggalkan. dan kebiasaan sosial maupun sikap dan gerak manusia.

P P L M Data dan Informasi Prestasi dan Cabang Olahraga Unggulan PPLP 2013 DATA DAN INFORMASI PRESTASI DAN CABANG OLAHRAGA UNGGULAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perubahan pola hidup manusia adalah akibat dari dampak era

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ditentukan oleh pemerintah pusat, perencanaan dan kebijakan

I. PENDAHULUAN. kesehatan sangat diperlukan selama manusia masih menghendaki hidup

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

STRATEGI PEMBINAAN OLAHRAGA MAHASISWA MENUJU POMNAS ACEH 2015

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia olahraga khususnya pada olahraga prestasi saat ini semakin

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 17 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. olahraga merupakan hal mutlak yang esensial untuk. perkembanngan dan kemajuan hidup suatu bangsa. Betapa tidak Olahraga mampu

TINJAUAN KEMAMPUAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (VO2 MAX) ATLET PENCAK SILAT PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN PELAJAR (PPLP) SUMATERA BARAT TAHUN 2015 JURNAL

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DAERAH

kemenpora.go.id DATA DAN INFORMASI P P L P

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG

PROPOSAL PENGAJUAN DANA HIBAH TAHUN ANGGARAN 2019

Sambutan Presiden RI Pd Peringatan Hari Olahraga Nasional di Yogyakarta tgl. 17 Okt 2013 Kamis, 17 Oktober 2013

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Olahraga berkembang

BAB I PENDAHULUAN. mental, manusia juga dapat saling berinteraksi dengan sesamanya dan dengan

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II PROFIL DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA SUMUT. Berdirinya Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumatera

U R A I A N BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 12,651,246, BELANJA LANGSUNG 180,608,648,739.00

I. PENDAHULUAN. UU RI NO 3 tahun 2005 BAB II pasal 4 sistem keolahragaan nasional

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan politik masih menjadi masalah yang sangat kompleks. Fenomena ini

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL. Setiyawan ABSTRAK

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG. PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KEOLAHRAGAAN Dl KOTA BANJARMASIN

BUPATI KABUPATEN OGAN ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN

R. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG KEPEMUDAAN DAN OLAH RAGA

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA OLAH RAGA DI KOTA JAMBI

BAB II HASIL SURVEY. 2.1 Sejarah Dinas Kepemudaan dan Keolahraga Provinsi Jawa Timur. Pengajaran dan kebudayaan Kepada provinsi Pelaksanaan urusan :

P P L M 2012 DATA DAN INFORMASI K E M E N T E R I A N P E M U D A DAN O L A H R A G A PRESTASI DAN CABANG OLAHRAGA UNGGULAN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. Lebih lanjut pasal 29 menyebutkan bahwa untuk melaksanakan tugas pokok

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

P P L P 2012 DATA DAN INFORMASI K E M E N T E R I A N P E M U D A DAN O L A H R A G A PRESTASI DAN CABANG OLAHRAGA UNGGULAN.

2016, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah salah satu aktivitas fisik yang baik untuk kesehatan.

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Sekilas Kementerian Pemuda dan Olahraga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional (2005:

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

U R A I A N BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 16,354,670, BELANJA LANGSUNG 535,173,256,926.00

18. URUSAN WAJIB PEMUDA DAN OLAHRAGA

BAB I PENDAHULUAN. olahraga sudah berkembang ke arah yang lebih luas. Olahraga tidak hanya sekedar. menjadi sehat atau meningkatkan kebugaran tubuh.

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta

- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAGAAN KEOLAHRAGAAN

BAB I PENDAHULUAN. (

GEDUNG OLAHRAGA AIR DI DENPASAR BAB 1 PENDAHULUAN

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN

P P L M Data dan Informasi Prestasi dan Cabang Olahraga Unggulan PPLP w w w. k e m e n p o r a. g o. i d DATA DAN INFORMASI

KINERJA DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA DALAM PEMBINAAN ATLET TINJU BERPRESTASI. Oleh : MICHAEL PANDAI NRI :

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Hal tersebut mendorong Indonesia secara umum dan Kota Medan secara

URUSAN WAJIB PEMUDA DAN OLAHRAGA

1. PENDAHULUAN. pembinaan warga masyarakat dan peserta didik melalui pendidikan jasmani dan. pembangkitan motivasi harus dimulai pada usia dini.

BAB I PENDAHULUAN. menampilkan hasil kerja dengan kadar tertentu, dan untuk menampilkan hasil

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI. Isu adalah permasalahan yang dijumpai dan menjadi suatu opini publik yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN

BAB I. A. Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga olahraga menjadi

IV.B.8. Urusan Wajib Pemuda dan Olahraga

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Deskripsi Data

Studi tentang pembinaan prestasi Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) kabupaten Wonogiri periode kepengurusan tahun

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kebanggaan nasional dan membawa nama harum bangsa. kebanggaan nasional dan ketahanan nasional secara menyeluruh.

Pekan Olahraga Nasional, sebagai barometer tertinggi hasil pembinaan olahraga di tanah air. Kiranya sudah cukup jelas, menggambarkan peta kekuatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ichsan Ahmadi

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dalam setiap kehidupan manusia dan merupakan keinginan yang dimiliki oleh setiap individu manusia. Pemerintah berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan akan setiap kegiatan olahraga. Hal ini dilakukan untuk mensejahterakan masyarakat selain itu berguna mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas sehat jasmani dan rohani yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional yang menyatakan bahwa Keolahragaan nasional bertujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran, prestasi, kualitas manusia, menanamkan nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin, mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa, memperkukuh ketahanan nasional, serta mengangkat harkat, martabat, dan kehormatan bangsa. Terkait dengan sistem keolahragaan nasional bahwa kondisi sekarang bisa dikatakan jauh dari yang diharapkan. Tujuan yang diinginkan masih jauh dari yang dinginkan karena belum berjalan secara maksimal. Hal ini terlihat dari minimnya prestasi internasional yang berhasil diraih oleh para atlet Indonesia. Mulai dari tingkat pencapaian perolehan medali maupun tingkat partisipasi Indonesia dalam event-event olahraga Internasional yang menunjukkan

2 penurunan. Terlihat dari perhelatan Sea Games tahun 2013 yang hanya menduduki peringkat 4, padahal sebelumnya Indonesia menjadi juara umum dengan mencetak 182 emas yang mengungguli semua lawannya pada perhelatan Sea Games 2011 yang lalu dan pada saat itu Indonesia menjadi tuan rumah. (Sumber : http.//kkpo.bappenas.go.id, hasil mendali Sea games, di akses pada tanggal 5 Januari 2014). Penurunan prestasi dan keikutsertaan Atlet dalam setiap perhelatan Internasional yang dialami Indonesia salah satunya di sebabkan karena kurang perhatian dari pemerintah dari segi pembinaan. Sehingga menyebabkan minimnya atlet-atlet berprestasi yang dapat mewakili perlombaan di kancah Internasional dengan berbagai cabang olahraga yang diikuti. Sebagai upaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat di bidang olahraga, pemerintah secara khusus mencanangkan program memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat. Pemerintah juga membentuk Kantor Menteri Negara Urusan Pemuda dan Olahraga (Kantor Menpora) dan pada tingkat Daerah juga terben tuk Kantor Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora ) yang mempunyai tugas pokok untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan pembangunan olahraga. Tertuang dalam Undang-Undang No 3 Tentang Sistem keolahragaan nasional yang menyatakan bahwa Pemerintah daerah mempunyai kewenangan untuk mengatur, membina, mengembangkan, melaksanakan, dan mengawasi penyelenggaraan keolahragaan di daerah. Upaya pemerintah ini sangat penting dalam memajukan kegiatan dibidang olahraga, selain merupakan sarana peningkatan prestasi baik untuk lokal, regional, nasional maupun internasional.

3 Persoalan utama dalam sistem pembinaan olahraga disebabkan karena kurang seriusnya pembinaan olahraga itu sendiri. Pola pengembangan olahraga nasional masih bersifat dahulu, hanya sebagai rutinitas yang berorientasi pada pencapaian prestasi secara instan berdasarkan pengalaman masa lalu yang miskin inovasi. Untuk memajukan olahraga, maka kita harus perlu menyadari benar tentang fungsi dan tujuan olahraga. Tujuan olahraga bukan sekedar meraih piala atau medali akan tetapi tujuan olahraga adalah membangun karakter dan mentalitas bangsa. Pada Undang-undang Republik Indonesia nomor 3 tahun 2005 tentang sistem keolahragaan nasional pada pasal 1 ayat 2 yang menjelaskan keseluruhan aspek keolahragaan yang saling terkait secara terencana, sistimatis, terpadu, dan berkelanjutan sebagai satu kesatuan yang meliputi pengaturan, pendidikan, pelatihan, pengelolaan, pembinaan, pengembangan, dan pengawasan untuk mencapai suatu tujuan keolahragaan nasional. Strategi untuk menciptakan organisasi keolahragaan yang menyangkut kelembagaan untuk mengatur sistem olahraga yang ada pada setiap daerah yaitu Dinas Pemuda dan Olahraga harus memuat peran serta masyarakat, keprofesionalan, kemitraan, transparansi dan akuntabilitas. Sistem pengelolaan, pembinaan dan pengembangan keolahragaan nasional dalam manajemen olahraga dalam konsepnya yaitu kegiatan olahraga, termasuk juga pendidikan jasmani yang mengandung misi untuk mencapai tujuan pendidikan memerlukan manajemen yang lebih baik ( Bagus Wiguna Ida Rusli, 2011 : 3 ). Menyangkut Sistem keolahragaan nasional ini berdampak pada setiap daerah khususnya pada Provinsi Lampung dengan subsistem keolahragaan yang

4 seharusnya saling terkait secara terencana, terpadu dan berkelanjutan untuk mencapai tujuan keolahragaan. Subsistem yang dimaksud yaitu pelaku olahraga, organisasi olahraga, dana olahraga, sarana dan prasarana olahraga, peran serta masyarakat, dan penunjang keolahragaan. Termasuk pada ilmu pengetahuan, teknologi, informasi dan industri olahraga yang manfaatnya dapat dirasakan oleh semua pihak. Sebagaimana wilayah-wilayah lain yang ada di Indonesia, Pemerintah Provinsi Lampung sendiri mempunyai tanggungjawab yang sama untuk melaksanakan kegiatan Olahraga dalam konteks pengembangan di setiap daerahnya. Keolahragaan Provinsi Lampung merupakan daerah dengan potensi keolahragaan yang cukup menjanjikan dengan sumber daya manusia dan kesanggupan wilayahnya dalam mengelola keolahragaan khususnya untuk menjadi Provinsi Lampung yang lebih baik. Agar mewujudkan itu, Pemerintah Provinsi Lampung mempunyai Dinas pemuda olahraga yang berstruktur keorganisasian agar lebih sistematis dalam menjalankan tugasnya yang diatur pada Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 13 Tahun 2009 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Lampung. Terkait hal ini Dinas Provinsi mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi yang menjadi kewenangan, tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan serta tugas sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh gubernur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tepatnya pada pasal 8 yang menyatakan bahwa Dinas Pemuda dan olahraga mempunyai tugas melaksanakan urusan Pemerintah Provinsi di bidang kepemudaan dan keolahragaan. Selain itu pembangunan keolahragaan di Lampung diarahkan untuk menumbuhkan dan

5 meningkatkan budaya olahraga dan prestasi olahraga melalui penataan sistem pembinaan dan pengembangan serta pengawasan keolahragaan secara terpadu dan berkelanjutan yang diatur pada Perda Provinsi Lampung No 16 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Keolahragaan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan harkat dan martabat daerah dan bangsa. Namun, untuk saat ini Pemerintah Provinsi Lampung masih berupaya untuk mengefektifkan dan mengefisiensi sistem keolahragaan sehingga kemudian keberdayaan masyarakat terutama di bidang keolahragaan dapat terbatas pada minat dan bakat sehingga dapat terwadahi. Akses terhadap sumber daya dalam peningkatan produktivitas masyarakatnya disamping itu ketersediaan sarana dan prasarana menjadi masalah utama dalam merealisasikan hal diatas yang sedang diupayakan. Upaya memajukan Sumber Daya Manusia pada Provinsi Lampung khususnya pada bidang olahraga masih banyak menagalami kendala salah satunya pada peningkatan prestasi yang dialami atlit pada saat ini. Ada beberapa permasalahan yang dihimpun mengenai pembinaan olahraga di Provinsi Lampung seperti keterbatasannya kemampuan pemerintah daerah dan kepedulian masyarakat terhadap pendanaan olahraga yang tercermin dari tingkat pembangunan sarana olahraga yang belum memadai baik di kabupaten maupun kota. Sehingga prestasi olahraga hanya di dominasi oleh cabang-cabang olahraga tertentu. Dari situ, maka terbentuklah program revitalisasi sentra-sentra keolahragaan di Provinsi Lampung melalui Pusat-pusat pembinaan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP). Agar pembinaan dan pengembangan atlit-atlit yang berprestasi ini terwadahi untuk mengikuti kejuaraan Nasional. Untuk prestasi olahraga Provinsi Lampung pada tahap pembinaan olahraga tingkat pelajar pada

6 POPNAS X Tahun 2009 di Yogyakarta, Provinsi Lampung sanggup menempati peringkat ke tujuh Nasional dengan perolehan total 18 medali meliputi : 7 medali emas, 6 medali perak dan 5 medali perunggu. Tetapi jika dilihat prestasi atlit dari hasil perolehan mendali tersebut, hasil yang diperoleh belum mampu mewakili dari semua cabang olahraga yang diikuti melainkan hanya beberapa cabang olahraga tertentu saja. Seperti Angkat besi, Panahan, Atletik, Gulat dan Senam. (Sumber : Rentsra 2010-2014 Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Lampung). Pemerintah Provinsi Lampung berupaya untuk meningkakan dan mengembangkan olahraga prestasi ini sesuai dengan Perda Nomor 16 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaran Keolahragaan Provinsi Lampung yang menyatakan bahwa Tanggung jawab Satuan Kerja Perangkat Daerah yang membidangi Olahraga dalam pembinaan dan pengembangan agar pelatih yang berkompeten ditempatkan pada satuan pendidikan, pusat pembinaan dan pelatihan olahraga untuk meningkatkan prestasi pada atlit. Namun pada kenyataannya Penurunan Prestasi pada kejuaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) masih menurun dari tahun-tahun sebelumnya terlihat dari tabel berikut :

7 Tabel.1.1 Hasil Perolehan Medali Kontingen Lampung Selama mengikuti PON No PON Tahun Tempat Perolehan Medali Ranking Emas Perak Perunggu 1. I 1948 Surakarta - - - *) 2. II 1951 Jakarta - - - *) 3. III 1953 Medan - - - *) 4. IV 1957 Makassar - - - *) 5. V 1961 Bandung - - - *) 6. VI 1965 Jakarta - - - *) 7. VII 1969 Surabaya - - - *) 8. VII 1973 Jakarta 3 1 3 X 9. IX 1977 Jakarta 3-1 XIII 10. X 1981 Jakarta 6 1 3 XV 11. XI 1985 Jakarta 16 19 18 VIII 12. XII 1989 Jakarta 24 19 22 V 13. XIII 1983 Jakarta 18 10 21 V 14. XIV 1996 Jakarta 20 20 24 V 15. XV 2000 Surabaya 20 22 26 V 16 XVI 2004 Palembang 22 21 21 VII 17. XVII 2008 Kalimantan 18 12 19 VIII Timur 18. XVIII 2012 Riau 15 9 10 X Data diambil dari Dinas Pemuda dan Olahraga tahun 2014 Dari data diatas ranking Provinsi Lampung pada 5 ajang terakhir di kejuaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) mengalami penurunan prestasi. Terjadi masalah mengenai penurunan prestasi ini padahal ditahun-tahun sebelumnya Provinsi Lampung selalu masuk pada 5 besar terlihat pada tabel diatas. Masalah yang terjadi bisa diakibatkan kurang optimalnya pada pembinaan olahraga yang terjadi di Provinsi Lampung. Uraian permasalahan diatas jika dihubungkan dengan Program Pembinaan Olahraga Prestasi di Provinsi Lampung, maka dapat terlihat bahwa permasalahanpermasalahan dalam pembinaan olahraga prestasi ini merupakan masalah yang

8 erat kaitannya dengan proses pelaksanaannya. Oleh karenanya penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh dengan mengangkat judul penelitian dengan Implementasi Program Pembinaan Olahraga Prestasi di Provinsi Lampung Tahun 2013. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Pelaksanaan Program Pembinaan Olahraga Prestasi di Provinsi Lampung? C. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini Untuk menggambarkan pelaksanaan Program Pembinaan Olahraga Prestasi di Provinsi Lampung secara Faktual/Konkrit. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah : 1. Dilihat dari konteks pengembangan ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi pemikiran dan pengetahuan bagi studi Ilmu Administrasi Negara mengenai Implementasi Kebijakan Publik dalam hal ini Kebijakan Program Pembinaan Olahraga Prestasi di Provinsi Lampung.

9 2. Dilihat dari sudut pandang praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan-masukan yang bermanfaat bagi Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Lampung dan Pusat Pendidikan Latihan Pelajar dalam melaksanakan Program Pembinaan Olahraga Prestasi di Provinsi Lampung.