Analisis Unit Cost Tindakan Appendiktomi Menggunakan Metode Activity Based Costing

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan

BAB III METODE PENELITIAN. menggambarkan unit cost yang berhubungan dengan pelayanan rawat inap

ANALISIS UNIT COSTPEMERIKSAAN USG ABDOMEN DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (STUDI KASUS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA) INTISARI

Analisis Perhitungan Unit Cost

Analisis Unit Cost Sectio Caesaria dengan Metode Activity Based Costing di Rumah Sakit Bhayangkara Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Hal ini memunculkan secercah harapan akan peluang (opportunity)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pesat mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif ini dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.(departemen Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, industri dan teknologi di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I BAB I PENDAHULUAN. aman, bermutu, dan terjangkau. Hal ini diatur dalam undang-undang kesehatan,

ANALISIS BIAYA SATUAN BERBASIS METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PASIEN STROKE ISKEMIK DI BANGSAL ARAFAH RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. secara berkelanjutan, adil dan merata menjangkau seluruh rakyat.

ANALISIS BIAYA SATUAN PADA PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING DI RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL TESIS

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dunia usaha yang semakin pesat. Persaingan tersebut tidak hanya

BAB II LANDASAN TEORI. Ada definisi lainnya, yaitu menurut Marelli (2000) Clinical pathway merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia melalui kementerian kesehatan di awal tahun 2014, mulai

HALAMAN PENGESAHAN. 1. Judul : Unit Cost (ABC) vs INA CBG s Kasus SC di RS 2. Bidang : Kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Pada umumnya rumah sakit terbagi menjadi dua yaitu rumah sakit umum

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif, yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan pokok yang harus diperhatikan setiap

PENETAPAN HARGA POKOK SEBAGAI DASAR PENENTUAN TARIF RAWAT INAP BERDASARKAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DI RUMAH SAKIT UMUM PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

harus dilaksanakan dengan teliti dalam setiap fungsi manajemen. Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. ini membuat persaingan di pasar global semakin ketat dan ditunjang perkembangan

RUMAH SAKIT SEBAGAI LEMBAGA USAHA

BAB I PENDAHULUAN. penduduk (Alashek et al, 2013). Data dari Indonesian Renal Registry (2014)

ANALISIS PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA TARIF RAWAT INAP RUMAH SAKIT BHAYANGKARA BRIMOB DEPOK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan pelayanan kesehatan di Indonesia berkembang cukup

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

DAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM RUMAH SAKIT (Studi Kasus pada RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya)

ANALISIS PERHITUNGAN UNIT COST PELAYANAN SIRKUMSISI DENGAN PENDEKATAN ABC DI KLINIK SETIA BUDI JAMBI. Tesis

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING DALAM PENENTUAN UNIT COST EKSISI FIBRO ADENOMA MAMMAE DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 : PENDAHULUAN. hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-duanya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam meningkatkan mutu pelayanan, rumah sakit harus memberikan mutu pelayanan yang

BAB I PENDAHULUAN. penting dari pembangunan nasional. Tujuan utama dari pembangunan di bidang

ANALISIS PERHITUNGAN UNIT COST SEWA KAMAR KELAS II AR RAHMAN DENGAN METODE ACTIVITY-BASED COSTING (STUDI KASUS DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL)

ANALISIS PENENTUAN TARIF RAWAT INAP DENGAN MENGGUNAKAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM PADA RS BANYUMANIK SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha di era globalisasi mengakibatkan persaingan bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh informasi yang akurat untuk meningkatkan efektivitas dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia yang sangat

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian deskriptif analitik. Pengambilan data dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. jasa yang lebih baik daripada yang ditawarkan oleh pesaing. Hal tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam rangka mencapai cita-cita awal dari pembentukan Sistem

PELAYANAN HEMODIALISIS DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING DI ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. aliran biaya dua tahap. Tahap pertama adalah pembebanan sumber daya kegiatan,

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG TARIF LAYANAN PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ACEH

PENENTUAN TARIF JASA RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT BERSALIN JEUMPA PONTIANAK MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya demi kepuasan konsumen. karena dapat mempengaruhi profitabilitas suatu rumah sakit.

PENENTUAN UNIT COST DENGAN METODE ABC. Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan UNIVERSITAS GADJAH MADA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi, seiring dengan perkembangan dunia yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang

RS dan JKN T O N A N G D W I A R D Y A N T O

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Karakteristik Subjek Penelitian

MANFAAT ACTIVITY BASED MANAGEMENT DALAM RANGKA PENCAPAIAN COST REDUCTION UNTUK MENINGKATKAN LABA (Studi Kasus pada RS Islam Al-Arafah Kediri)

ANALISIS PERHITUNGAN UNIT COST SEWA KAMAR KELAS II AR RAHMAN DENGAN METODE ACTIVITY-BASED COSTING (STUDI KASUS DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL)

SUKODONO, SIDOARJO. Irwan Firdaus Mahasiswa Jurusan Akuntansi Universitas Negeri Surabaya

DRUG USAGE DESCRIPTION FOR OUTPATIENT IN PKU MUHAMMADIYAH UNIT II OF YOGYAKARTA IN 2013 BASED ON WHO PRESCRIBING INDICATOR

Lampiran 1 Pengelompokan Biaya Rawat Inap dan Cost Driver Kamar Rawat Inap

prioritas area yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: No Prioritas Area Indikator Standart 1. Kemampuan menangani life saving anak dan dewasa

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

Analisis Estimasi Penentuan Kos Produksi Tape Menggunakan Time Driven Activity Based Costing pada UKM Raja Madu

PENERAPAN METODE ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP (Study Kasus pada Rumah Sakit Islam Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. berbasis unit, dengan penghitungan unit cost yang detail sehingga mudah dalam

KANTONG KECIL MANFAAT BESAR

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan persaingan akan mendorong perusahaan untuk melakukan

E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain: 1. Ng et al (2014) dengan judul Cost of illness

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIVE SYSTEM PENENTUAN BIAYA RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT

KEMAMPUAN TARIF INA CBG S HEMODIALISA PROGRAM KARTU JAKARTA SEHAT (KJS) MENUTUPI BIAYA RIILNYA

ABSTRACT. Keywords : Cost of Productions, Conventional Costing, Activity Based Costing. Universitas Kristen Maranatha

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT METODE ACTIVITY BASED COSTING DALAM PENENTUAN TARIF RAWAT INAP DI RSUD KAYUAGUNG TAHUN 2012

DAFTAR PUSTAKA. Baker Judith, 1998, Activity Based Costing and Activity-based Management for Healthcare, Aspen Publisher Inc, USA.

ACTIVITY BASED COSTING PADA PELAYANAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. Para pelaku usaha diharapkan mampu mengikuti perkembangan tersebut serta

kesatuan yang tidak terpisahkan dari manajemen operasi RS. Manajemen operasi yang efisien (lean management) adalah manajemen operasi yang

ANALISIS BIAYA DAN GAMBARAN OUTCOME KLINIS PADA PASIEN APENDIKTOMI BPJS KESEHATAN DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA JANUARI DESEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1

Hospital Management Study Program, Muhammadiyah University of Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan yang terus bergulir secara global, menuntut perusahaan tidak hanya

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 05 TAHUN 2012 TENTANG TARIF LAYANAN RUMAH SAKIT BADAN LAYANAN UMUM DAERAH PADA RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menuntut tiap organisasi profit dan non profit untuk saling berkompetisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Analisis Perhitungan Unit Cost Pada Tindakan Tonsilektomi. dengan Metode Activity Based Costing

Penerapan Activity Based Costing (ABC) Sebagai Dasar Penetapan Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Kasus Pada RSAB Muhammadiyah Probolinggo)

Implementasi Metode Activity-Based Costing System dalam menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Kasus di RS XYZ)

BAB I PENDAHULUAN. khususnya mengenai jaminan social (Depkes RI, 2004). Penyempurna dari. bertransformasi menjadi BPJS Kesehatan.

TIME-DRIVEN ACTIVITY-BASED COSTING

Indikator Wajib pengukuran kualitas pelayanan keesehatan di FKRTL. Indikator Standar Dimensi Input/Proses l/klinis 1 Kepatuhan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya, dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

Jurnal Asosiasi Dosen Muhammadiyah Magister Administrasi Rumah Sakit Vol.2 No. 2 Juli 2016 1 Jurnal Asosiasi Dosen Muhammadiyah Magister Administrasi Rumah Sakit Vol.2 No. 2 Juli 2016 Analisis Unit Cost Tindakan Appendiktomi Menggunakan Metode Activity Based Costing Asa Muqarrib Hidayat 1*, Firman Pribadi 2, Triyani Marwati 3 Program Studi Manajemen Rumah Sakit, Program Pascasarjana, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jalan Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, DIY 55183 *Penulis Korespondensi: dokterpenuhsemangat@gmail.com Riwayat Artikel: Riwayat artikel: Diterima 12 April 2016; Direvisi 22 Mei 2016; Dipublikasikan 17 Juni 2016 ABSTRACT Background: Rapid development of information technology with coincide increasing global competition makes all kinds of companies, including hospital, to manage the company effectively. Fare calculation using traditional method are considered unable to overcome the difficulties in determining fares in the hospital. One method that considered can provide more accurate information about the fares is an activity based costing (ABC) method. Appendectomy is one of the most frequently surgery in 2014 so researcher think analysis of appendectomy procedur unit cost using ABC method is needed. Method : This descriptive quantitative study analyze appendectomy prosedure unit cost using ABC method in RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Results and Discussion: Based on the calculation using ABC method, unit cost of laparotomy appendectomy is Rp 5,459,803.16 and unit cost of laparoscopic appendectomy is Rp 6,626,222.00. Conclusion: Based on the calculation using ABC method, unit cost of appendectomy prosedure (laparotomy and laparoscopy) is worth less than real cost of RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Keywords : appendectomy procedure, activity based costing PENDAHULUAN Perusahaan dapat dikategorikan dalam tiga kelompok berdasarkan proses produksinya, yakni perusahaan dagang, manufaktur, dan pelayanan jasa. Perusahaan dagang menjual barang yang mereka beli dari perusahaan lain tanpa mengolahnya, sedangkan perusahaan manufaktur mengolah bahan yang mereka beli kemudian menjualnya. Perusahaan pelayanan jasa adalah perusahaan yang bentuk produksinya menyediakan layanan jasa, dan salah satu contoh dari perusahaan ini adalah rumah sakit. 1 Perkembangan teknologi informasi yang cepat ditambah dengan kompetisi global yang semakin ketat menuntut semua jenis perusahaan, termasuk rumah sakit, agar dapat mengelola perusahaannya secara efektif. 2 Penentuan tarif dengan metode tradisional dianggap tidak mampu mengatasi berbagai kesulitan dalam menentukan tarif di rumah sakit. 3 Terdapat tiga pengembangan yang dapat diadopsi rumah sakit agar tetap memiliki keuntungan kompetitif dibandingkan penyedia layanan jasa kesehatan lain, yakni meningkatkan cost-effectiveness tanpa mengurangi kualitas layanan, memiliki aliran data dan informasi yang membantu dalam pengoptimalan sumber daya, serta menciptakan pilihan baru dalam peningkatan kualitas layanan. 1 Activity based costing (ABC) adalah salah satu metode alternatif yang melingkupi ketiga pengembangan tersebut. Metode ABC adalah metode yang menggunakan aktifitas sebagai dasar penggolongan biaya untuk menentukan tarif. Metode ABC membebankan activitycost ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi yang digunakan sehingga memberikan informasi tarif yang lebih akurat. 4 RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta merupakan salah satu rumah sakit swasta yang terdapat di kota Yogyakarta. Salah satu unit di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dengan pendapatan tertinggi sepanjang tahun 2014 adalah instalasi bedah sentral. Instalasi bedah sentral menghasilkan Rp 14.089.990.180,00 atau setara dengan 13,05% dari total pendapatan rumah sakit. Salah satu tindakan bedah yang paling banyak dilakukan di instalasi bedah sentral tersebut adalah appendiktomi. Sepanjang tahun 2014, terdapat 221 tindakan appendiktomi baik yang dilakukan secara laparotomi maupun laparoskopi. Dari data tersebut, peneliti merasakan perlunya melakukan analisis unit cost menggunakan metode ABC pada tindakan appendiktomi secara laparotomi dan appendiktomi secara laparoskopi di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

2 1. Berapakah unit cost appendiktomi secara laparotomi dan appendiktomi secara laparoskopi menggunakan metode ABC di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta? 2. Apakah perbedaan antara unit cost appendiktomi secara laparotomi dan appendiktomi secara laparoskopi yang dihitung menggunakan metode ABC dengan biaya yang diterapkan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta saat ini? LANDASAN TEORI Rumah sakit adalah institusi dengan tempat tidur, yang memberikan pelayanan kepada pasien dalam bentuk observasi, penegakan diagnosis, pemberian terapi, dan rehabilitasi baik jangka pendek maupun panjang. 5 Terdapat tiga faktor yang membedakan rumah sakit dengan perusahaan dagang dan manufaktur sehingga menyebabkan proses penentuan tarif rumah sakit menjadi lebih rumit. 1 Pertama, terdapat perbedaan pada sistem akuntansi rumah sakit. Rumah sakit menjual barang dagang, seperti obat kepada pasien karena barang tersebut merupakan bagian dari produk layanan yang diberikan kepada pasien. Kedua, sangat sulit untuk menggambarkan hasil dari perusahaan layanan jasa dibandingkan perusahaan industri. Produk yang ditawarkan oleh rumah sakit adalah sebuah paket layanan yang terdiri dari observasi, penegakkan diagnosis, pemberian terapi, dan rehabilitasi, dimana tiap pasien memiliki kebutuhan yang berbeda. Keadaan inilah yang menyebabkan perbedaan bentuk layanan dari satu pasien ke pasien lain. Ketiga, proses produksi layanan rumah sakit sangat rumit. Rumah sakit memiliki pilihan tingkat layanan yang luas, mulai dari kelas tiga hingga kelas Very Important Person (VIP), sehingga menyebabkan perbedaan biaya dan harga meski dalam satu rumah sakit. Proses penentuan tarif di rumah sakit menjadi semakin rumit karena kurangnya data yang dibutuhkan. Sistem rekam medis yang terdapat di rumah sakit tidak cukup untuk mendukung proses penentuan tarif. 6 Appendiktomi merupakan tindakan bedah yang dilakukan pada kasus appendisitis. Appendisitis adalah peradangan pada appendiks versiformis, atau yang sering dikenal dengan usus buntu. Appendisitis umumnya terjadi karena proses peradangan bakteri. Penatalaksanaan yang paling tepat pada appendisitis adalah appendiktomi. Appendiktomi adalah tindakan pembedahan yang bertujuan untuk memotong appendiks versiformis. Appendiktomi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara terbuka dan secara laparoskopi. Adapun langkah-langkah tindakan appendiktomi secara terbuka adalah sebagai berikut: 1. Pasien berbaring terlentang dalam anatesi umum atau regional. Kemudian dilakukan asepsis dan antisepsis pada daerah perut bawah. 2. Dibuat sayatan menurut Mc Burney sepanjang kurang lebih 10 cm dan otot-otot dinding perut dibelah secara tumpul menurut arah serabutnya, berturut-turut m. oblikus abdominis eksternus, m. abdominis internus, m. transversus abdominis, sampai akhirnya tampak peritonium. 3. Peritoneum disayat sehingga cukup lebar untuk eksplorasi. 4. Sekum beserta apendiks diluksasi keluar. 5. Mesoapendiks dibebaskan dan dipotong dari apendiks secara biasa, dari puncak ke arah basis. 6. Semua perdarahan dirawat. 7. Disiapkan tabac sac mengelilingi basis apendiks dengan sutra, basis apendiks kemudian dijahit dengan catgut. 8. Dilakukan pemotongan apendiks apikal dari jahitan tersebut. 9. Puntung apendiks diolesi dengan betadine. 10. Jahitan tabac sac disimpulkan dan puntung dikuburkan dalam simpul tersebut. Mesoapendiks diikat dengan sutra. 11. Dilakukan pemeriksaan terhadap rongga peritoneum dan alat-alat didalamnya, semua perdarahan dirawat. 12. Sekum dikembalikan ke dalam abdomen. 13. Sebelum ditutup, peritoneum dijepit dengan minimal 4 klem dan didekatkan untuk memudahkan penutupannya. Peritoneum ini dijahit jelujur dengan chromic catgut dan otot-otot dikembalikan. 14. Dinding perut ditutup/dijahit lapis demi lapis, fascia dengan sutera, subkutis dengan catgut dan akhirnya kulit dengan sutera. 15. Luka operasi dibersihkan dan ditutup dengan kasa steril. Appendiktomi dengan laparoskopi adalah pengangkatan usus buntu yang dilakukan dengan menggunakan laparoskopi (teleskop mini). Prosedur ini memberikan hasil yang sama dengan bedah terbuka namun dengan kemungkinan kerusakan struktur tubuh lebih sedikit. Appendiktomi secara laparoskopi tidak dapat dilakukan apabila terdapat penyulit pada kasus appendisitis tersebut. Pada kasus appendisitis dengan penyulit akan dilakukan appendiktomi secara laparotomi. Adapun langkah-langkah tindakan appendiktomi secara laparoskopi adalah sebagai berikut: 1. Sebelum tindakan operasi, dilakukan pembiusan umum. 2. Dalam posisi terlentang, dokter memulai operasi dengan terlebih dahulu membuat ruang rongga perut lebih besar dengan memasukkan gas CO2 melalui jarum yang dimasukkan ke dalam rongga perut. 3. Selanjutnya dokter akan membuat sayatan kecil berukuran 5-10 mm di daerah pusar dan dua hingga tiga buah sayatan berukuran 5 mm lainnya di daerah perut bagian bawah. 4. Kamera teleskop biasanya dimasukkan melalui sayatan di pusar, sehingga dokter dapat melihat seluruh organ di dalam perut melalui layar monitor. 5. Selanjutnya instrumen operasi dimasukkan melalui sayatan yang dibuat di perut bagian bawah dan tindakan dilakukan sesuai dengan keadaan pasien.

3 METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Pada penelitian ini peneliti menganalisis unit cost appendiktomi secara laparotomi dan appendiktomi secara laparoskopi menggunakan metode activity based costing (ABC) di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Subjek penelitian ini adalah semua pihak yang terkait dalam pelayanan appendiktomi baik secara laparotomi maupun laparoskopi di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Objek penelitian ini adalah seluruh aktivitas dan biaya yang terjadi di dalam pelayanan appendiktomi secara laparotomi dan appendiktomi secara laparoskopi di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan pada bulan September hingga Desember 2015 di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer adalah informasi langsung yang didapat dari responden, sedangkan data sekunder adalah informasi yang didapat dari penelusuran dokumen berupa rekam medis pasien, serta biaya yang ditimbulkan dari seluruh aktivitas yang terjadi. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah: 1. Wawancara pada pihak terkait, baik yang berhubungan secara langsung maupun tidak langsung. Pihak terkait yang dimaksud di antaranya adalah dokter spesialis bedah, kepala Bangsal Marwah, kepala instalasi bedah sentral, petugas bagian keuangan, petugas bagian rekam medik, petugas bagian penetapan biaya, petugas bagian farmasi, dan petugas bagian pengadaan. 2. Penelusuran dokumen, yaitu memeriksa dokumen yang terkait dengan analisis biaya seperti rekam medis pasien, penetapan biaya pasien, data keuangan, dan data pengadaan rumah sakit. Metode analisis biaya yang digunakan adalah metode ABC. Biaya yang digunakan adalah biaya langsung, yaitu biaya yang terdapat pada aktivitas yang berhubungan langsung dengan pelayanan appendiktomi baik secara laparotomi maupun laparoskopi, serta biaya tidak langsung, yaitu biaya yang berhubungan secara tidak langsung dengan pelayanan appendiktomi laparotomi dan appendiktomi secara laparoskopi. Adapun langkah-langkah penghitungan unit cost dengan metode ABC adalah sebagai berikut: 1. Menentukan activity center pada unit terkait, dan cost driver masing- masing kategori biaya. 2. Membebankan biaya langsung yang dikonsumsi pada pelayanan appendiktomi. 3. Menentukan besarnya biaya indirect resource overhead dan direct resource overhead pada setiap aktivitas di unit terkait. a. Menghitung biaya indirect resource overhead b. Menghitung biaya direct resource overhead c. Menghitung biaya overhead tiap aktivitas di masing-masing unit terkait d. Membebankan biaya overhead pada setiap activity center 4. Menjumlahkan biaya langsung dan biaya overhead. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Beban biaya dalam perhitungan unit cost tindakan appendiktomi secara laparotomi Dari perhitungan di atas didapatkan unit cost tindakan appendiktomi secara laparotomi adalah sebesar Rp 5.459.803,16. Beban biaya tersebut terdiri dari biaya langsung dan biaya overhead dengan perincian sebagai berikut: a. Beban biaya langsung dalam perhitungan unit cos tindakan appendiktomi secara laparotomi Beban biaya langsung pada tindakan ini adalah sebesar Rp 4.275.858,04 atau 78,32% dari total biaya tindakan secara keseluruhan. Penggunaan biaya langsung paling banyak digunakan untuk konsumsi obat dan bahan habis pakai, yakni sebesar Rp 2.361.109,24 atau 43,25% dari total biaya secara keseluruhan. Dari penelusuran data didapatkan bahwa obat yang diberikan sudah sesuai dengan clinical pathway yang berlaku. Kepatuhan dokter dalam memberikan obat sesuai dengan clinical pathway akan sangat berpengaruh terhadap mutu pelayanan dan efisiensi biaya di rumah sakit. Sedangkan untuk jasa medis dokter menghabiskan biaya sebesar Rp 600.250,00 atau 10,99% dari total biaya secara keseluruhan. Penggunaan biaya lainnya adalah untuk akomodasi bangsal, yakni sebesar Rp 600.000,00 (10,99%), dan juga untuk pemeriksaan penunjang sebesar Rp 500.000,00 (9,16%). b. Beban biaya overhead dalam perhitungan unit cos tindakan appendiktomi secara laparotomi Beban biaya overhead pada tindakan ini adalah sebesar Rp 1.183.945,12 atau 21,68% dari total biaya tindakan secara keseluruhan. Beban biaya ini terdiri dari biaya overhead di unit gawat darurat sebesar Rp 52.567,06 (0,96%), biaya overhead di Bangsal Marwah sebesar Rp 426.466,03 (7,81%), dan biaya overhead di instalasi bedah sentral sebesar Rp 704.912,03 (12,91%). Biaya overhead terbesar berasal dari instalasi bedah sentral, hal ini dapat disebabkan karena instalasi bedah sentral merupakan unit dengan nilai investasi yang tinggi, terutama dari segi peralatan. Biaya overhead pada tiap unit terbagi menjadi indirect resource overhead dan direct resource overhead. Total biaya indirect resource overhead adalah sebesar Rp 540.338,70 atau 9,9% dari total biaya keseluruhan dengan perincian biaya indirect resource overhead di unit gawat darurat adalah Rp 8.835,00 (0,16%), Bangsal Marwah sebesar Rp 114.021,58 (2,09%), dan instalasi bedah sentral sebesar Rp 417.482,12 (7,65%). Total biaya direct resource overhead adalah sebesar Rp 643.606,42 atau 11,79% dari total biaya keseluruhan dengan perincian biaya direct resource overhead di unit gawat darurat adalah Rp 43.732,06 (0,80%), Bangsal Marwah sebesar Rp 312.444,45

4 (5,72%), dan instalasi bedah sentral sebesar Rp 287.429,91 (5,26%). Dari data di atas diketahui bahwa konsumsi terbanyak biaya overhead berasal dari labour related baik untuk indirect resource overhead maupun direct resource overhead. Jumlah pegawai di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta adalah 570 orang dimana 134 orang diantaranya berada di unit cost center dengan 436 orang lainnya berada di unit profit center. Jumlah perawat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta adalah 241 orang yang apabila dibandingkan dengan jumlah tempat tidur rumah sakit yang berjumlah 205 maka didapat perbandingan lebih dari 1:1 dimana itu sudah sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku. Penting bagi pihak rumah sakit untuk mengetahui apakah jumlah pegawai yang dimiliki sudah cukup sesuai dengan kebutuhan rumah sakit atau tidak. Perincian perbandingan biaya unit cost menggunakan metode ABC dengan real cost yang digunakan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta adalah sebagai berikut: Tabel 1. Perbandingan Unit Cost Appendiktomi Secara Laparotomi Menggunakan Metode ABC dengan Real Cost RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Jenis Biaya Unit cost (Rp) Real Cost (Rp) Tindakan Unit Gawat Darurat Indirect resource overhead 8.835,00 Direct resource overhead 43.732,06 Pendaftaran 20.000,00 20.000,00 periksa dokter 35.000,00 jasa medis periksa dokter 12.250,00 Tindakan injeksi 3x 33.000,00 honor medik 3x 5.250,00 material 3x 15.375,00 pasang infus 15.000,00 honor medik 2.500,00 Material 8.000,00 obat dan bahan habis pakai 144.400,00 144.400,00 Total 260.342,06 247.400,00 Tindakan Bangsal Marwah Indirect resource overhead 114.021,58 Direct resource overhead 312.444,45 akomodasi bangsal 5 hari 600.000,00 600.000,00 administrasi bangsal 76.390,76 visite dokter spesialis bedah 3x 210.000,00 jasa medis visite dokter spesialis bedah 3x 73.500,00 visite dokter spesialis anestesi 70.000,00 jasa medis visite dokter spesialis anestesi 24.500,00 Tindakan injeksi 4x 44.000,00 honor medik 4x 7.000,00 material 4x 20.500,00 pengobatan luka sedang 15.000,00 honor medik 1.750,00 Material 9.150,00 obat dan bahan habis pakai 722.809,24 722.809,24 pemeriksaan penunjang USG atas dan bawah 236.000,00 236.000,00

5 Tabel 1. Perbandingan Unit Cost Appendiktomi Secara Laparotomi Menggunakan Metode ABC dengan Real Cost RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta (sambungan) Jenis Biaya Unit cost (Rp) Real Cost (Rp) darah rutin 66.000,00 66.000,00 PPT 69.000,00 69.000,00 APTT 69.000,00 69.000,00 HBSAG (rapid) tes 60.000,00 60.000,00 Total 2.385.675,27 2.238.200,00 Tindakan Instalasi Bedah Sentral Indirect resource overhead 417.482,12 Direct resource overhead 287.429,91 tindakan appendiktomi dengan laparotomi 2.922.500,00 jasa medis tindakan appendiktomi dengan laparotomi dokter spesialis bedah 350.000,00 jasa medis tindakan anestesi dokter spesialis anestesi 140.000,00 Steril 76.973,80 Laundry 48.000,00 obat dan bahan habis pakai 1.493.900,00 1.493.900,00 Total 2.813.785,83 4.416.400,00 Jumlah 5.459.803,16 6.902.000,00 Terdapat selisih sebesar Rp 1.442.196,84 antara tarif RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta saat ini dengan unit cost yang didapat menggunakan metode ABC dimana unit cost tersebut bernilai lebih rendah dibandingkan tarif RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta saat ini. 2. Beban biaya dalam perhitungan unit cost tindakan appendiktomi secara laparoskopi Dari perhitungan di atas didapatkan unit cost tindakan appendiktomi secara laparoskopi adalah sebesar Rp 6.626.222,00. Beban biaya tersebut terdiri dari biaya langsung dan biaya overhead dengan perincian sebagai berikut: a. Beban biaya langsung dalam perhitungan unit cos tindakan appendiktomi secara laparoskopi Beban biaya langsung pada tindakan ini adalah sebesar Rp 5.252.674,92 atau 79,27% dari total biaya tindakan secara keseluruhan. Penggunaan biaya langsung paling banyak digunakan untuk konsumsi obat dan bahan habis pakai, yakni sebesar Rp 2.112.676,12 atau 31,88% dari total biaya secara keseluruhan. Dari penelusuran data didapatkan bahwa obat yang diberikan sudah sesuai dengan clinical pathway yang berlaku. Kepatuhan dokter dalam memberikan obat sesuai dengan clinical pathway akan sangat berpengaruh terhadap mutu pelayanan dan efisiensi biaya di rumah sakit. Sedangkan untuk jasa medis dokter menghabiskan biaya sebesar Rp 1.090.250,00 atau 16,45% dari total biaya secara keseluruhan. Penggunaan biaya lainnya adalah untuk sewa alat yakni sebesar 977.500,00 (14,75), akomodasi bangsal sebesar Rp 480.000,00 (7,24%), dan juga untuk pemeriksaan penunjang sebesar Rp 402.400,00 (6,07%). b. Beban biaya overhead dalam perhitungan unit cos tindakan appendiktomi secara laparoskopi Beban biaya overhead pada tindakan ini adalah sebesar Rp 1.373.547,08 atau 20,73% dari total biaya tindakan secara keseluruhan. Beban biaya ini terdiri dari biaya overhead di unit gawat darurat sebesar Rp 52.567,06 (0,79%), biaya overhead di Bangsal Marwah sebesar Rp 381.097,30 (5,75%), dan biaya overhead di instalasi bedah sentral sebesar Rp 939.882,72 (14,18%). Biaya overhead terbesar berasal dari instalasi bedah sentral, hal ini dapat disebabkan karena instalasi bedah sentral merupakan unit dengan nilai investasi yang tinggi, terutama dari segi peralatan. Biaya overhead pada tiap unit terbagi menjadi indirect resource overhead dan direct resource overhead. Total biaya indirect resource overhead adalah sebesar Rp 667.369,45 atau 10,07% dari total biaya keseluruhan dengan perincian biaya indirect resource overhead di unit gawat darurat adalah Rp 8.835,00 (0,13%), Bangsal Marwah sebesar Rp 101.891,62 (1,54%), dan instalasi bedah sentral sebesar Rp 556.642,83 (8,4%). Total biaya direct resource overhead adalah sebesar Rp 706.177,63 atau 10.66% dari total biaya keseluruhan dengan perincian biaya direct resource overhead di unit gawat darurat adalah Rp 43.732,06 (0,66%), Bangsal Marwah sebesar Rp 279.205,68 (4,21%), dan instalasi bedah sentral sebesar Rp 383.239,89 (5,78%). Dari data di atas diketahui bahwa konsumsi terbanyak biaya overhead berasal dari labour related baik untuk indirect resource overhead maupun direct resource overhead. Jumlah pegawai di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta adalah 570 orang dimana 134 orang diantaranya berada di unit cost center dengan 436 orang lainnya berada di unit profit center.

6 Jumlah perawat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta adalah 241 orang yang apabila dibandingkan dengan jumlah tempat tidur rumah sakit yang berjumlah 205 maka didapat perbandingan lebih dari 1:1 dimana itu sudah sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku. Penting bagi pihak rumah sakit untuk mengetahui apakah jumlah pegawai yang dimiliki sudah cukup sesuai dengan kebutuhan rumah sakit atau tidak. Perincian perbandingan biaya unit cost menggunakan metode ABC dengan real cost yang digunakan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta adalah sebagai berikut: Tabel 2. Perbandingan Unit Cost Appendiktomi Secara Laparoskopi Menggunakan Metode ABC dengan Real Cost RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Jenis Biaya Unit cost (Rp) Real Cost (Rp) Tindakan Unit Gawat Darurat Indirect resource overhead 8.835,00 Direct resource overhead 43.732,06 Pendaftaran 20.000,00 20.000,00 periksa dokter 35.000,00 jasa medis periksa dokter 12.250,00 Tindakan Injeksi 11.000,00 honor medik 1.750,00 Material 5.125,00 pasang infus 15.000,00 honor medik 2.500,00 Material 8.000,00 obat dan bahan habis pakai 78.400,00 78.400,00 Total 180.592,06 159.400,00 Tindakan Bangsal Marwah Indirect resource overhead 101.891,62 Direct resource overhead 279.205,68 akomodasi bangsal 4 hari 480.000,00 480.000,00 administrasi bangsal 82.423,88 Tabel 2. Perbandingan Unit Cost Appendiktomi Secara Laparoskopi Menggunakan Metode ABC dengan Real Cost RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta (sambungan)

7 Jenis Biaya Unit cost (Rp) Real Cost (Rp) visite dokter spesialis bedah 3x 210.000,00 jasa medis visite dokter spesialis bedah 3x 73.500,00 visite dokter spesialis anestesi 70.000,00 jasa medis visite dokter spesialis anestesi 24.500,00 Tindakan injeksi 4x 44.000,00 honor medik 4x 7.000,00 material 4x 20.500,00 obat dan bahan habis pakai 456.376,12 456.376,12 pemeriksaan penunjang thorax dewasa S-CR 112.000,00 112.000,00 darah rutin 66.000,00 66.000,00 spuit terumo 3 cc 1 pieces 4.400,00 4.400,00 PPT 69.000,00 69.000,00 APTT 69.000,00 69.000,00 HBSAG (rapid) tes 60.000,00 60.000,00 gula darah strip 22.000,00 22.000,00 Total 1.845.373,42 1.745.200,00 Tindakan Instalasi Bedah Sentral Indirect resource overhead 556.642,83 Direct resource overhead 383.239,89 tindakan appendiktomi dengan laparoskopi 3.900.000,00 jasa medis tindakan appendiktomi dengan laparoskopi dokter spesialis bedah 700.000,00 jasa medis tindakan anestesi dokter spesialis anestesi 280.000,00 Steril 76.973,80 sewa alat 977.500,00 obat dan bahan habis pakai 1.577.900,00 1.577.900,00 Total 4.600.256,52 5.477.900,00 Jumlah 6.626.222,00 7.382.500,00 Terdapat selisih sebesar Rp 756.278,00 antara tarif RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta saat ini dengan unit cost yang didapat menggunakan metode ABC dimana unit cost tersebut bernilai lebih rendah dibandingkan tarif RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta saat ini. Penentuan tarif yang akurat menjadi sesuatu yang sangat penting di era Jaminan Kesehatan Nasional. Tarif rumah sakit banyak yang ditentukan menggunakan metode tradisional sehingga berpotensi menghasilkan tarif yang tidak akurat. Penggunaan metode ABC dalam proses penentuan tarif diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih tepat dan sesuai. 7 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 59 tahun 2014 tentang Standar Tarif Tindakan dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan menyebutkan, tarif INA-CBG s rumah sakit tipe B di regional 1 untuk tindakan kelas 3 tindakan appendik ringan adalah sebesar Rp 3.729.000,00. Sedangkan untuk tindakan appendik sedang sebesar Rp 6.253.000,00, dan untuk tindakan appendik berat Rp 6.956.500,00. 8 Istilah ringan, sedang, dan berat dalam deskripsi kode INA-CBG s bukan menggambarkan kondisi klinis pasien maupun diagnosis dan prosedur, melainkan menggambarkan tingkat keparahan (severity level) yang dipengaruhi oleh diagnosis sekunder (komplikasi dan komorbiditi). 9 Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa tarif INA-CBG s dari tindakan appendik sedang dan tindakan appendik berat masih lebih besar dibandingkan unit cost appendiktomi secara laparotomi. Sedang untuk unit cost appendiktomi secara laparoskopi, hanya tindakan appendik berat saja yang bernilai lebih besar. Perincian perbedaan unit cost tindakan appendiktomi menggunakan metode ABC dibandingkan dengan tarif INA-CBG s untuk tindakan appendik adalah sebagai berikut: Tabel 3. Perbedaan Unit Cost Tindakan Appendiktomi Menggunakan Metode ABC dengan Tarif INA-CBG s

Tarif INA-CBG s Selisih tarif dengan Selisih tarif dengan appendiktomi secara appendiktomi secara laparotomi (Rp laparoskopi (Rp 5.459.803,16) (Rp) 6.626.222,00) (Rp) Tindakan appendik ringan -1.730.803,16-2.897.222,00 (Rp 3.729.000,00) Tindakan appendik sedang 793.196,84-373.222,00 (Rp 6.253.000,00) Tindakan appendik berat (Rp 6.956.500,00) 1.496.696,84 330.278,00 viii Manfaat penggunaan metode ABC di rumah sakit adalah dapat menghitung biaya yang digunakan dalam suatu tindakan secara akurat sehingga pihak rumah sakit dapat menentukan tarif dengan lebih tepat. Metode ABC juga memberikan gambaran aktivitas serta konsumsi biaya yang ditimbulkan sehingga pihak rumah sakit dapat meningkatkan mutu dalam membuat keputusan, menyempurnakan perencanaan yang strategis, serta dapat meningkatkan kemampuan yang lebih baik untuk mengelola aktivitas yang dilakukan. Meskipun secara teori metode ABC sangatlah baik namun pada penerapannya banyak sekali ditemukan hambatan dan kegagalan terutama pada perusahaan berskala besar. Ditambah lagi dengan sulitnya melakukan pembaharuan data apabila terdapat perubahan pada tindakan atau komponen yang mendukung tindakan tersebut. 3 Penggunaan metode ABC di rumah sakit seringkali terkendala oleh sulitnya menyediakan data yang diperlukan dalam penentuan tarif. Kebanyakan sistem informasi rumah sakit tidak dirancang untuk menyediakan data yang dibutuhkan dalam suatu analisis biaya. 10 Hal ini membuat rumah sakit perlu melakukan perbaikan dan penyesuaian sistem informasi rumah sakit apabila hendak menerapkan metode ABC dalam penentuan tarif. 11 Penyebab lain dari sulitnya penerapan metode ABC adalah banyaknya variasi bahkan dalam tindakan yang sejenis. Hal ini disebabkan tindakan yang diberikan sangat bergantung pada kondisi pasien sehingga tindakan pada tiap pasien dengan kasus sejenis tidak selalu sama. Rumah sakit perlu membuat clinical pathway untuk setiap kasus yang ditangani agar variasi yang terjadi dapat diminimalisir. Clinical pathway adalah alur proses tindakan pasien yang spesifik untuk suatu penyakit atau tindakan tertentu, mulai dari pasien masuk sampai pasien pulang, yang merupakan integrasi dari tindakan medis, tindakan keperawatan, tindakan farmasi, dan tindakan kesehatan lainnya. 1 Meskipun demikian, metode ABC tetap merupakan sebuah metode yang baik. Berbagai hambatan dan kesulitan yang ada sebaiknya ditanggapi dengan terus berbenah agar rumah sakit menjadi lebih siap dalam menerapkan metode ini. SIMPULAN Biaya satuan (unit cost) tindakan appendiktomi secara laparotomi di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta menggunakan metode activity based costing adalah sebesar Rp 5.459.803,16. Biaya ini bernilai lebih kecil dibandingkan real cost RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang berjumlah Rp 6.902.000,00 dengan selisih Rp 1.442.196,84. Biaya satuan (unit cost) tindakan appendiktomi secara laparoskopi di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta menggunakan metode activity based costing adalah sebesar Rp 6.626.222,00. Biaya ini bernilai lebih kecil dibandingkan real cost RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang berjumlah Rp 7.382.500,00 dengan selisih Rp 756.278,00. Adapun saran bagi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dalam penelitian ini adalah pihak rumah sakit diharapkan dapat memperbaiki sistem perhitungan tarif saat ini dengan mempertimbangkan metode activity based costing sebagai alternatif perhitungan tarif operasi.pihak rumah sakit diharapkan juga dapat memperbaiki sistem pencatatan keuangan serta inventarisasi peralatan medis maupun non medis sehingga dapat memenuhi kebutuhan informasi manajemen.dan pihak rumah sakit diharapkan juga dapat menerapkan clinical pathway pada kasus appendisitis sehingga variasi pelayanan pada kasus ini dapat berkurang. Adapun saran bagi pemerintah dalam penelitian ini adalah pemerintah diharapkan dapat menentukan tarif INA-CBG s dengan lebih akurat serta melakukan evaluasi tarif secara berkala. DAFTAR PUSTAKA 1. Yereli AN, 2009, Activity-based costing and its application in a Turkish University Hospital, AORN Journal, vol.3, no.89, hh. 573-591. 2. Popesko B & Novak P, 2011, Application of ABC method in hospital management, Economics and Management Transformation, hh. 73-78. 3. Chan YCL, 1993, Improving hospital cost accounting with activity-based costing, Health Care Management Review, Winter, hh. 71-78. 4. Aldogan M, Austill D, Kocakulah MC, 2014, The excellence of activity-based costing in cost calculation: case study of a private hospital in Turkey, Journal of Health Care Finance, June, hh 1-27. 5. World Health Organization, Hospitals, Diakses tanggal 9 September 2015, dari http://www.who.int/topics/hospitals/en/ 6. Kaplan RS & Anderson SR, 2004, Time-driven activity-based costing, Working Paper, Harvard Business School, Boston. 7. Javid H, Hadian M, Ghaderi H, Ghaffari S, Salehi M, 2015, Application of the activity-based costing

method for unit-cost calculation in a hospital, Global Journal of Health Science, vol.8, no.1, hh. 165-172. 8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2014, Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan, 22 Agustus 2014, Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1287, Jakarta. 9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014, Petunjuk Teknis Sistem Indonesian Case Base Groups (INA-CBG s), 2 Juni 2014, Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 795, Jakarta. 10. Udpa S, 1996, Activity-based costing for hospitals, Health Care Management Review, Summer, hh. 83-96. 11. Yousif D & Yousif M, 2011, Activity based costing: is it still relevant?, Tesis, Umea School of Business, Swedia. 9