Gambar 1. Tiga wilayah Area-Wide Management di Kabupaten Indramayu. Wilayah yang diarsir hijau merupakan kawasan sentra mangga.

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tanaman hortikultura

I. PENDAHULUAN. nangka, semangka, melon, cabai dan sebagainya. Akibat serangan hama ini

Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Tabel 2 Ketinggian tempat dan ordinat lokasi pengambilan sampel. Psr. Induk Kramat Jati

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Gambaran penggunaan faktor-faktor produksi budidaya mangga gedong

BAB I PENDAHULUAN. hama yang sangat merugikan pada tanaman hortikultura diantaranya mangga,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kerugian pada tanaman hortikultura, baik yang dibudidayakan

Agros Vol.18 No.1, Januari 2016: ISSN

I. PENDAHULUAN. Indonesia di pasaran dunia. Kopi robusta (Coffea robusta) adalah jenis kopi

BAB I PENDAHULUAN. keras (jawa: pelok) dan enak di makan. Di dalam daging buah tersebut

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuisioner PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Aturan karantina di negara-negara tujuan ekspor komoditi buah-buahan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 2.1. Peta Lokasi Penelitian

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BAB I PENDAHULUAN. tradisional hingga pasar modern. Selain itu, jambu biji juga penting sebagai

PENGARUH APLIKASI INSEKTISIDA UMPAN BERBAHAN AKTIF SPINOSAD TERHADAP LALAT BUAH

IDENTIFIKASI LALAT BUAH (Diptera: Tephritidae) PADA MANGGAA MALAM KIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SKRIPSI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian bertempat di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung, dan

Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan)

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas buah-buahan Indonesia harus diperhatikan seiring dengan

cm atau lebih dari pusat batang tanaman (Suprapti, 2005).

Keadaan Serangan OPT Komoditas Bawang Merah di Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat

POTENSI PENGGUNAAN PARASITOID DALAM PENGENDALIAN LALAT BUAH Bactrocera DI PULAU LOMBOK. ABSTRAK

BAB III GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TEKNIK PENGELOLAAN HAMA OLEH SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOI FPMIPA UPI

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

LAMPIRAN. Kuisioner Untuk Petani Bawang Merah. A1. Nama Responden : A4. Pendidikan : (1) tidak Sekolah (2) SD Tidak Tamat. A6.

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Lalat buah dengan nama ilmiah Bractrocera spp. tergolong dalam ordo

PENGARUH WARNA DAN VOLUME TEMPAT ATRAKTAN TERHADAP LALAT BUAH BELIMBING DI KECAMATAN PALANG, TUBAN JAWA TIMUR

e-j. Agrotekbis 2 (5) : , Oktober 2014 ISSN :

LAPORAN HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN PERTEMUAN KOORDINASI PENGENDALIAN LALAT BUAH DI KABUPATEN KARO TA Desa Dokan, 27 Juni 2012

TINJAUAN PUSTAKA. family : Tephritidae, genus : Bactrocera, spesies : Bactrocera sp.

I. PENDAHULUAN. diperkirakan, pengendalian hama pun menjadi sulit dilakukan.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca laboratorium Lapangan Terpadu

Teknik Perbanyakan Jambu Air Citra Melalui Stek Cabang

BAB I PENDAHULUAN. Lalat buah merupakan hama penting yang menyerang buah-buahan. Lalat

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup lalat buah mengalami 4 stadia yaitu telur, larva, pupa dan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai

PENGEMBANGAN TANAMAN MANGGA BERBASIS IKLIM DANDINAMIKA WAKTU PANEN ABSTRAK

TATA CARA PENELITIAN. A. Rencana Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Juli 2017 bertempat di

PESTISIDA ALAMI ALKALOID DENGAN EKSTRAK KECUBUNG PASTI MANJUR DAN AMAN

PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN SECARA TERPADU

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

Asam Klorogenat Alternatif Atraktan Hama PBK

III. MATERI DAN METODE

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. )

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kecamatan Berbah berada di dataran

1.2 Tujuan Untuk mengetahui etika dalam pengendalian OPT atau hama dan penyakit pada tanaman.

PENGARUH BENTUK DAN KETINGGIAN PERANGKAP STICKY TRAP KUNING TERHADAP LALAT BUAH

ALTERNATIF PENGENDALIAN HAMA SERANGGA SAYURAN RAMAH LINGKUNGAN DI LAHAN LEBAK PENGENDALIAN ALTERNATIF RAMAH LINGKUNGAN HAMA SAYURAN DI LAHAN LEBAK

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan secara langsung ke lokasi, yaitu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

1 Menerapkan pola tanam yang teratur dan waktu tanam yang serempak (tidak lebih dari 2 minggu)

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN GERAKAN PENGENDALIAN OPT KEDELAI

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat

I. PENDAHULUAN. memikat perhatian banyak mata. Pemuliaan anggrek dari tahun ke tahun,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Januari 2014 di

VI.SISTEM PRODUKSI BENIH

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

I. PENDAHULUAN. Tanaman lada (Piper nigrum L) merupakan salah satu komoditi ekspor.

Sistem Informasi Geografis Pemetaan Spesifikasi Mangga Gedong Gincu di Wilayah III Cirebon

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pada rumusan masalah, tujuan dan hasil penelitian serta

BAB III METODE PENELITIAN. Lengkap (RAL) yang terdiri atas kontrol positif dan lima perlakuan variasi

AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

AGRIBISNIS PANEN TANAMAN BUAH GEDONG GINCU DI LUAR MUSIM. Oleh : Medi Humaedi

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

I. TINJAUAN PUSTAKA. Setothosea asigna, Setora nitens, Setothosea bisura, Darna diducta, dan, Darna

BUDIDAYA TANAMAN MANGGA

PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PENDAHULUAN. Di seluruh dunia, produksi kentang sebanding dengan produksi gandum,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. seluruh bagian dari tanaman ini dimanfaatkan sebagai obat bagi manusia (Deptan,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENGUATAN AGROEKOSISTEM SEREALIA

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2015 di

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

BIOPESTISIDA PENGENDALI HELOPELTIS SPP. PADA TANAMAN KAKAO OLEH : HENDRI YANDRI, SP (WIDYAISWARA PERTAMA)

I. PENDAHULUAN. Kehidupan serangga sudah dimulai sejak 400 juta tahun (zaman devonian). Kirakira

I. PENDAHULUAN. dan keanekaragaman agroklimat. Keadaan tersebut menyebabkan hampir setiap

III. METODOLOGI PENELITIAN. tiga tipe kebun kakao di Desa Cipadang. Secara administratif, Desa Cipadang

PENGARUH METIL EUGENOL DARI BAHAN TANAMAN SELASIH TERHADAP PERKEMBANGAN POPULASI SERANGGA PADA TANAMAN CABE MERAH ORGANIK

Transkripsi:

AREA-WIDE MANAGEMENT (AWM) TERHADAP LALAT BUAH PADA TANAMAN MANGGA DI INDRAMAYU *ditulis dan diolah dari berbagai sumber oleh: Andi Abdurahim, S.Si. Fungsional POPT Ahli Pertama Direktorat Perlindungan Hortikultura Kabupaten Indramayu merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat dan menjadi salah satu sentra produksi buah mangga tingkat nasional. Kabupaten Indramayu memiliki 13 varietas mangga misalnya mangga Gedong Gincu, Dermayu, Harumanis, dan Golek. Mangga varietas Gedong Gincu merupakan unggulan daerah yang mempunyai nilai kompetitif sehingga intensitas perkembangan pertanaman varietas ini diarahkan untuk menjadi komoditas ungglan daerah. Kawasan pengembangan mangga di Indramayu terbagi ke dalam 3 kawasan, yaitu: - Kawasan sentra, - Kawasan penyangga utama, dan - Kawasan penyangga. Salah satu kendala dalam pengembangan pertanaman mangga di Indramayu adalah serangan lalat buah. Selama ini petani hanya mengandalkan kemampuan sendiri dalam mengendalikan serangan lalat buah dengan teknik sederhana seperti pembungkusan buah dan pengasapan, bahkan tak jarang dengan menggunakan insektisida. Oleh karena itu dengan adanya teknik pengendalian lalat buah secara terpadu dan skala luas diharapkan dapat mengurangi serangan lalat buah di Indramayu dan tempat lain. Indramayu memiliki potensi untuk pengembangan produksi mangga dalam skala luas dan pengendalian lalat buah dengan menggunakan teknik dan metode AWM pertama di Indonesia. Hal ini disebabkan Indramayu memiliki wilayah pertanaman mangga yang cukup besar selain Kabuapten Majalengka dan Kabupaten Cirebon. Dengan tingkat pengendalian lalat buah dalam skala luas ini artinya Indramayu memiliki pengalaman yang cukup untuk dijadikan role model dalam bidang pengendalian lalat buah. 1

Gambar 1. Tiga wilayah Area-Wide Management di Kabupaten Indramayu. Wilayah yang diarsir hijau merupakan kawasan sentra mangga. Lalat buah genus Bactrocera (Diptera: Tephritidae) merupakan spesies lalat buah dari daerah tropis. Bactrocera papayae merupakan salah satu jenis lalat buah yang banyak ditemukan pada berbagai sentra produksi buah di Indonesia. Melimpahnya suatu jenis serangga di suatu wilayah dikarenakan daya dukung wilayah tersebut sesuai terhadap kehidupan serangga. Daya dukung tersebut berupa faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan serangga, baik berupa faktor biotik (pakan, musuh alami) maupun faktor abiotik (iklim). Apabila kondisi suatu wilayah mendukung berkembangnya suatu spesies maka spesies tersebut populasinya akan melimpah, demikian juga sebaliknya. Beberapa metode pengendalian lalat buah yang sering diterapkan oleh petani antara lain: - Pembungkusan buah-buahan dengan menggunakan kertas koran maupun plastik, - Pembungkusan pohon dengan menggunakan kasa, - Pengasapan, dan - Penyemprotan dengan insektisida. Metode-metode ini hanya bersifat sementara dan diterapkan pada area tertentu dalam skala yang kecil. Bila diterapkan dalam skala luas maka hal ini belum tentu efektif dan efisien. 2

Copyright ditlin horti Gambar 2. Pembungkusan buah mangga Selama ini, belum banyak pengelolaan khusus dan terpadu dalam skala luas untuk menangani lalat buah pada mangga. Banyak negara yang telah menerapkan pendekatan skala luas untuk pengelolaan hama utama dan menjadikannya sebagai salah satu bagian penting dari Pengelolaan Hama Terpadu (PHT). Pendekatan ini didefinisikan sebagai bentuk kampanye jangka panjang untuk mengubah populasi serangga hama ke status non-ekonomi (di bawah ambang batas ekonomi) dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Pendekatan PHT yang merupakan konsep pengendalian ramah lingkungan yang dilakukan dengan cara menggabungkan beberapa teknik pengendalian hama dan penyakit. Salah satu teknik pengendalian lalat buah adalah dengan atraktan beracun. Salah satu atraktan yang dapat menarik lalat buah adalah ME (Methyl Eugenol). Teknologi ini mengacu pada pengendalian ramah lingkungan karena pada dasarnya adalah menggunakan ME (Methyl Eugenol) sebagai zat penarik/atraktan lalat buah, sedangkan insektisida digunakan dalam jumlah yang sangat sedikit dan terkonsentrasi hanya pada suatu particle board saja. Sehingga pencemaran lingkungan dapat diminimalisasi. Demikian juga penggunaan umpan protein yang merupakan zat penarik lalat buah yang sekaligus merupakan protein makanan lalat jantan dan betina, disemprotkan secara spot-spot pada bagian daun saja. Mengingat penerapan teknologi ini dilakukan secara kontinyu dalam waktu yang cukup lama maka keberhasilan penggunaan ME Blok dan umpan protein ini ditentukan oleh sinergi berbagai pihak terutama petani sebagai pelaksana dan petugas sebagai pembimbing. Latar Belakang Area-Wide Management atau Pengelolaan Skala Luas merupakan metode pengendalian lalat buah yang diterapkan secara masif dan terpadu dalam area yang luas. Metode ini menggabungkan beberapa teknik pengendalian dalam waktu yang lama sehingga diharapkan dapat menurunkan populasi lalat buah. Beberapa teknik pengendalian yang diterapkan pada AWM antara lain: - Pemasangan perangkap lalat buah dengan atraktan ME untuk memerangkap lalat buah jantan jenis B.papayae atau jenis yang tertarik pada atraktan ME, - Pemasangan wooden block atau ME blok, - Penyemprotan umpan protein, 3

- Pemasangan female trap berupa McPhil Trap yang berisi larutan jus untuk menarik lalat buah betina, - Pemetaan area dan seluruh teknik pengendalian yang terpasang pada pohon, dengan menggunakan teknologi Global Positioning System (GPS). Copyright Andi Abdurahim Hasil pemetaan pada wilayah AWM tahun 2014 di Desa Krasak, Kecamatan Jatibarang Ada 3 hal yang melatar belakangi penerapan Area-Wide Management atau Pengelolaan Skala Luas terhadap lalat buah pada tanaman mangga di Indramayu, yaitu: - Lahan pertanaman mangga yang luas dan serangan lalat buah yang tinggi, - AWM sebagai bagian dari Pengelolaan Hama Terpadu, selain itu AWM dapat pula dijadikan rintisan Area of Low Pest Prevalence (ALPP) untuk menekan populasi lalat buah hingga nilai fly per trap per day (FTD) di bawah 1%, dan - Kerjasama dengan Pemerintah Australia (Australian Center for International Agricultural Research/ACIAR). Tujuan Tujuan penerapan AWM adalah untuk mengurangi populasi lalat buah pada pertanaman mangga dalam jangka waktu yang lama. 4

Copyright ditlin horti Copyright Andi Abdurahim Copyright ditlin horti Copyright Andi Abdurahim Keterangan: 1. Pemasangan perangkap lalat buah, 2. Pemasangan wooden block, 3. Penyemprotan umpan protein, 4. Pemasangan McPhil trap Pada dasarnya penerapan AWM ini membutuhkan sinergi dan koordinasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Direktorat Perlindungan Hortikultura telah melakukan persiapan hingga pelaksanaan penerapan AWM selama kurang lebih 4 tahun bekerja sama dengan Pemerintah Australia. Sinergi antara kedua belah pihak sangat dibutuhkan karena penerapan AWM dilakukan secara kontinyu dan daya dukung yang besar. Misalnya saja monitoring perangkap lalat buah yang diamati setiap pekan dan hasilnya segera dimasukkan ke dalam data lalat buah. Data lalat buah ini selanjutnya akan diolah untuk mendapatkan nilai fly per trap per day atau FTD. Nilai FTD akan memberi informasi kepada petugas mengenai tindakan yang perlu dilaksanakan pada jangka waktu selanjutnya. Semakin rendah nilai FTD artinya populasi lalat buah berkurang. Penerapan AWM di Indramayu dilakukan pada tiga wilayah, masing-masing dua wilayah sebagai area perlakuan dan satu wilayah sebagai area kontrol. Dua area perlakuan tersebut yaitu Desa Krasak, Kecamatan Jatibarang (40 ha) dan Desa Sliyeg Lor, Kecamatan Sliyeg (60 ha). Area kontrol berada di Desa Jambak, Kecamatan Cikedung (40 ha). Area perlakuan yaitu area yang diberi perlakuan berupa teknik pengendalian lalat buah secara lengkap dan masif, sedangkan area kontrol yaitu area yang tidak diberi perlakuan sama 5

sekali. Namun, pada area kontrol tetap dipasang perangkap lalat buah untuk menjelaskan seberapa besar populasi lalat buah pada area ini dibandingkan area perlakuan. Pemasangan wooden block dilakukan setiap dua bulan sekali dengan jumlah 350 unit pada masing-masing area perlakuan. Wooden block berupa particle board atau kayu kotak berukuran 5x5x1 cm 3. Pada bagian tengah kayu dibuat lubang untuk memasukkan kawat agar bisa dikaitkan pada dahan pohon. Selanjutnya kayu blok ini direndam dalam larutan yang telah tercampur ME dan insektisida (perbandingan 4:1) selama 24 jam. Setelah itu ditiriskan dan disiapkan dalam wadah tertutup agar baunya tidak menguar ke segala penjuru. Kayu blok digantung pada dahan pohon setinggi ± 1,5-2 meter dari permukaan tanah. Pemasangannya berjarak 50 meter dari satu tanaman ke tanaman lainnya atau setiap 5 pohon. Penentuan pohon berdasarkan kondisi geografis setempat. Sedangkan umpan protein disemprotkan secara spot spray, yaitu setiap pohon disemprot pada 4 titik di bawah kanopi pohon mangga sebanyak 25 ml. Penyemprotan umpan protein dilakukan seminggu sekali sejak buah mangga berukuran sebesar kelereng hingga panen, dan pada saat pagi hari (pukul 08.00-10.00). Penerapan teknologi pengendalian lalat buah dengan menggunakan umpan protein merupakan kegiatan berkala. Untuk itu diperlukan komitmen dari petugas dan petani untuk melakukan gerakan pengendalian. Keberhasilan pengendalian lalat buah dengan penggunaan umpan protein dalam skala luas berbasis kebun yang luas dan tidak spot saja. Untuk itu diperlukan kerja sama berbagai pihak dalam penerapannya. Penerapan AWM selama 4 tahun di Kabupaten Indramayu cukup mampu menurunkan populasi lalat buah hingga mencapai nilai FTD di bawah 1. Artinya penerapan AWM telah menekan populasi lalat buah sedemikian besar. Untuk mencapai status area bebas hama (Pest Free Area/PFA) maupun area dengan kehadiran rendah hama (Area of Low Pest Prevalence/ALPP) memerlukan upaya yang lebih besar dan lebih lama. Untuk itu diperlukan sinergi yang kuat antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah agar pengendalian lalat buah dapat berlanjut dengan kendala yang sedikit mungkin. Semoga. 6