Laporan Hasil Pertemuan Pelaksana Teknis Konferensi Nasional Pemberantasan Korupsi (Knpk) Tahun 2016

dokumen-dokumen yang mirip
Paparan Draft Rencana Aksi

PENEGAKAN HUKUM. Selasa, 24 November

REFORMASI BIROKRASI DAN SISTEM MANAJEMEN PERKARA TERPADU

BAB IV PENUTUP. dalam tesis ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

KERANGKA LOGIS PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI TINGKAT MAKRO

BAB II GAMBARAN BIROKRASI PEMERINTAH KOTA MALANG

KPK DAN REFORMASI BIROKRASI. Basaria Panjaitan. Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI III DPR RI DENGAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA

AKSI PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI TAHUN

REFORMASI BIROKRASI DALAM UPAYA PENINGKATAN KINERJA DAN PELAYANAN PUBLIK RRI

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran

Jakarta, 2 Februari 2015

LAPOR! - SP4N untuk Pelayanan Publik yang Lebih Baik

JADWAL PENAJAMAN INPRES NO. 10 TAHUN 2016

KONFERENSI NASIONAL APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH TAHUN 2010 SIMPULAN

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA, KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, DAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TREN PENANGANAN KASUS KORUPSI SEMESTER I 2017

2017, No Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169); 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian N

Indonesia Corruption Watch dan UNODC REVISI SKB/MOU OPTIMALISASI PEMBERANTASAN KORUPSI

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN

PELAYANAN INFORMASI PUBLIK

EVALUASI REFORMASI BIROKRASI INSTANSI PEMERINTAH

TENTANG LAPOR! MINGGU IV JULI 2017

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

SABER PUNGLI. di lingkungan Kemendikbud. Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

UPAYA PENINGKATAN AKUNTABILITAS DAN INTEGRITAS APARATUR KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Oleh : Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia KEMENTRIAN HUKUM DAN HAM RI

Deputi Bidang Reformasi Birokrasi, Akuntabilitas Aparatur dan Pengawasan. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

EVALUASI REFORMASI BIROKRASI INSTANSI PEMERINTAH

Sambutan Presiden RI - Pembukaan KNPK dan Peluncuran Program Jaga, Jakarta, 1 Desember 2016 Kamis, 01 Desember 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Indikator. Kinerja Utama

PERAN INSPEKTORAT UTAMA DALAM MENDUKUNG REFORMASI BIROKRASI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2016 TENTANG SATUAN TUGAS SAPU BERSIH PUNGUTAN LIAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Usulan Strategi Makro REFORMASI BIROKRASI dan PENGAWASAN NASIONAL Pemerintahan Jokowi JK

2017, No Tertinggal, dan Transmigrasi tentang Road Map Reformasi Birokrasi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi 2

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

Indonesia Corruption Watch. Usulan Kerja Antikorupsi 100 hari Untuk Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Periode

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

MATRIKS 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN 2011 II.L.093.1

PENGADILAN TINGGI AGAMA GORONTALO

LEMBAR KERJA EVALUASI REFORMASI BIROKRASI (INDEKS RB) INSTANSI : TAHUN : 2014

RENCANA STRATEGIS Komisi Pemberantasan Korupsi Tahun *)

Sambutan/Laporan LAPORAN PENYELENGGARAAN RAPAT KOORDINASI NASIONAL KEPEGAWAIAN TAHUN Oleh: KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

Rencana Strategis Komisi Pemberantasan Korupsi

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

Bab I Pendahuluan. Pembangunan Nasional dan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 menetapkan

AREA PERUBAHAN 1. Program Manajemen Perubahan 2. Program Penataan Peraturan Perundang-Undangan

PEMAPARAN HASIL STUDY DAN DISKUSI PUBLIK RKA-DIPA, Masihkan Rahasia?

BAB I P E N D A H U L U A N

AGENDA. I. Reformasi Birokrasi dan Reformasi Peradilan. Hasil penilaian TQA RB Tindak lanjut Reformasi Peradilan: visi ke depan

BAB I PENDAHULUAN. A. Kondisi Saat Ini

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT TERPADU DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

REFORMASI BIROKRASI PENGADILAN AGAMA JAKARTA UTARA KATA PENGANTAR

EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN 2015 s.d 2017 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT INSPEKTORAT JENDERAL

RENCANA KERJA TAHUNAN PENGADILAN NEGERI

TATA NASKAH DINAS ELEKTRONIK (TNDE) Oleh : Dra. ANY INDRI HASTUTI, MM ASISTEN PEMERINTAHAN

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

KEPASTIAN HUKUM DAN PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM MEMBANGUN KENYAMANAN BERUSAHA DAN MENINGKATKAN INVESTASI DI INDONESIA DALAM ERA PERDAGANGAN BEBAS

TENTANG LAPOR! MINGGU I JULI 2017

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masyarakat mengenai peningkatan kualitas dalam pelayanan

LEMBAR KERJA EVALUASI REFORMASI BIROKRASI (INDEKS RB) INSTANSI : PENGADILAN AGAMA SOE TAHUN : 2017

RENCANA STRATEGIS PENGADILAN NEGERI MUARA TEWEH

Disampaikan Pada : Diskusi Publik: Empat Tahun UU Pelayanan Publik YAPPIKA Jakarta, 24 Juli 2013

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 16

Komite Advokasi Nasional & Daerah

ANGAN Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

REFORMASI BIROKRASI. (Presentasi Materi Subtansi Instansi) Jakarta, 18 Juli 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

2017, No masyarakat terhadap pelaksanaan penegakan hukum oleh Kejaksaan; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

2015, No Indonesia Tahun 2012 Nomor 215, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5357); 3. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 ten

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 15 /M.PAN/7/2008 TENTANG PEDOMAN UMUM REFORMASI BIROKRASI

CAPAIAN MAHKAMAH AGUNG DI TAHUN 2011

INPRES NO. 10 TAHUN 2016 AKSI PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI TAHUN 2016 DAN TAHUN 2017

PENGUATAN AREA PENGAWASAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI. Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

BAB III ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. tinggi (Katz, dalam Moeljarto 1995). Pembangunan nasional merupakan

RENCANA KINERJA TAHUNAN PENGADILAN NEGERI MUARA TEWEH TAHUN ANGGARAN

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30

KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Evaluasi Penegakan Hukum

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA RAPAT KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2017

Transkripsi:

Laporan Hasil Pertemuan Pelaksana Teknis Konferensi Nasional Pemberantasan Korupsi (Knpk) Tahun 2016 REFORMASI SISTEM PENEGAKAN HUKUM DAN PELAYANAN PUBIK YANG TRANSPARAN DAN AKUNTABEL Jakarta, 23 November 2016 Latar Belakang Konferensi Nasional Pemberantasan Korupsi (KNPK) merupakan agenda tahunan Komisi Pemberantasan Korupsi yang mempunyai dua tujuan utama. Pertama, melakukan evaluasi sehingga dapat terbentuknya rekomendasi atas inovasi pemberantasan korupsi yang dilakukan oleh pemerintahan. Kedua, media untuk menyampaikan kemajuan pemberantasan korupsi yang telah dicapai oleh pemerintahan kepada publik. Untuk menuju tujuan tersebut, pada KNPK 2016 diadakan dengan dua rangkaian agenda. Agenda pertama adalah pertemuan pelaksana teknis yang menghadirkan pejabat eselon 1 (senior official meeting) yang memaparkan inovasi-inovasi yang telah dilakukan untuk dapat dilakukan evaluasi dan rekomendasi bersama berdasarkan masukan ahli yang dipilih serta para pemangku kepentingan. Sedangkan agenda selanjutnya adalah Puncak Pertemuan KNPK yang berperan sebagai media bagi Kepala Lembaga atau Menteri untuk memaparkan hasil dari rapat pelaksana teknis dari sudut pandang masing-masing. Adapun tema pada tahun ini adalah reformasi lembaga penegak hukum dan pelayanan publik yang transparan dan akuntabel. Artinya terdapat dua aspek penting yang ingin diangkat. Pertama, bagaimana sinergi antara pemangku kepentingan untuk mengembalikan kepercayaan Masyarakat terhadap penegakan hukum melalui terciptanya penegak hukum berintegritas. Sebagaimana diketahui bahwa sampai hari ini masih terdapatnya oknum-oknum aparat penegak hukum yang ditangani oleh KPK karena terlibat korupsi. Kedua, bagaimana upaya kita bersama untuk menghapuskan korupsi yang berkaitan dengan pelayanan publik dan perizinan. Hal tersebut sangat penting untuk mendukung salah satu fokus Presiden yang menekankan perlunya pembersihan pelayan publik dari segala jenis korupsi yang salah satunya ditunjukan melalui pembentukan Satuan Tugas Pemberantasan Pungutan Liar. Kesimpulan dan Rekomendasi Halaman 1 dari 7 halaman

A. Subtema : Reformasi Lembaga Penegak Hukum Pelaksanaan Pertemuan Pelaksana Teknis Konferensi Nasional Pemberantasan Korupsi (KNPK) dengan subtema Reformasi Lembaga Penegak Hukum berjalan dengan sangat baik dan menunjukkan antusiasme yang sangat tinggi dari seluruh pihak yang berpartisipasi pada acara ini. Pertemuan ini telah menghadirkan narasumber dari beberapa instansi yaitu: 1. Kepolisian RI. 2. Kejaksaan Agung RI. 3. Mahkamah Agung RI. 4. Komisi Pemberantasan Korupsi RI. Selain itu, telah melibatkan para penanggap yaitu Prof. Agus Dwiyanto (Guru Besar Administrasi Negara Universitas Gadjah Mada), Prof. Komariah Emong Sapardjaja (Guru Besar Hukum Pidana Universitas Padjajaran) dan Dr. Zainal Arifin Muchtar (Dosen Hukum Administrasi Negara dan Kepala Pusat Kajian Anti Korupsi Fakultas Hukum Universitas Gadjahmada). Masing-masing narasumber dan penanggap telah dapat menjelaskan mengenai: 1. Reformasi birokrasi terkait penguatan kapasitas, pengelolaan dan integritas sumber daya manusia; 2. Reformasi dan inovasi yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja; 3. Reformasi dalam Sistem Penanganan Perkara; dan 4. Rencana tindak lanjut. Pelaksanaan seluruh sesi diskusi berjalan dengan sangat baik dan telah berhasil mengidentifikasi inovasiinovasi dalam rangka reformasi birokrasi untuk meningkatkan kinerja pelayanan publik dan sistem penanganan perkara, yaitu: I. Kesimpulan 1. Kepolisian memaparkan inovasi untuk terkait penanganan perkara terpadu yang sudah terdapat MoUnya dengan aparat penegak hukum lain. Sedangkan, Kejaksaan memaparkan inovasi penanganan perkara dalam bentuk regulasi terkait percepatan penanganan perkara, pembentukan database sudah dilakukan melalui SIMKARI serta Pengaduan Masyarakat via website tetapi belum optimal dan perbaikan struktur melalui penunjukan pejabat eselon 5 dalam penanganan perkara di Kejari. Akan tetapi, upaya-upaya tersebut perlu diimplementasikan secara kongkrit dalam pelaksanaan program. Halaman 2 dari 7 halaman

2. Telah ditandatanganinya Nota Kesepahaman Bersama (MoU) antar penegak hukum untuk sistem penanganan terpadu berbasis online yang difasilitasi oleh Kementerian Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan untuk menciptakan integrated criminal justice system. 3. Mahkamah Agung telah memiliki sistem informasi putusan pengadilan berbasis online, tetapi masih belum optimal, karena belum semua putusan sudah di-unggah, khususnya putusan pada Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi. 4. KPK saat ini sedang mengembangkan aplikasi Case Management Administration System untuk manajemen perkara korupsi yang ditangani langsung oleh KPK dan e-korsup untuk membantu KPK dalam menjalankan tugas koordinasi dan supervisi termasuk SPDP Online. 5. Bahwa dana penanganan perkara di Kepolisian dan Kejaksaaan yang belum memadai menjadi salah satu hambatan yang mempengaruhi kinerja lembaga penegak hukum. 6. Hal-hal yang telah dilakukan Kepolisian RI dalam rangka reformasi birokrasi adalah: Peningkatan kapasitas dan kapabilitas SDM POLRI; Penguatan pengawasan internal POLRI; Peningkatan layanan publik dan inovasi termasuk PBJ. 7. Hal-hal yang telah dilakukan Kejaksaan RI dalam rangka reformasi birokrasi adalah: Berupaya membangun sistem elektronik pada penanganan perkara, pengaduan, website, informasi publik; Melaksanakan tahapan-tahapan Reformasi Birokrasi sesuai arahan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara Reformasi Birokrasi tapi belum optimal; Penguatan tata laksana lembaga kejaksaan (evaluasi beban kerja, jabatan, kebutuhan kantor, grading dan jabatan struktural). 8. Hal-hal yang telah dilakukan Mahkamah Agung dalam rangka reformasi birokrasi adalah: Kerjasama dengan KPK dan lembaga lain dalam kegiatan pencegahan korupsi; Penyampaian informasi publik dalam SIPP (Sistem Informasi Penelusuran Perkara), pengawasan secara elektronik dan semi real time; Penguatan pengawasan internal. 9. Hal-hal yang telah dilakukan KPK dalam rangka reformasi birokrasi adalah: Penerapan manajemen SDM KPK berbasis kinerja (perencanaan,.rekruitmen terbuka, karir, nilai integritas, penegakan pengawasan internal); Manajemen kinerja (strategic map, kontrak kinerja sampai satuan terkecil, evaluasi kinerja, single salary sistem); Halaman 3 dari 7 halaman

Pengembangan RB (penilaian mandiri RB dan pelaksanaan rekomendasi buat internal, mendorong pelaksanaan RB di lembaga lain); Manajemen perkara (pemanfaatan aplikasi dalam penanganan kasus (CMAS) dan menyusun modul-modul penanganan kasus). 10. Kendala yang dihadapi lembaga penegak hukum dalam melaksanakan reformasi birokrasi, antara lain budaya kerja yang belum baik, regulasi yang tumpang tindih, tupoksi unit organisasi yang tumpang tindih, SOP dan manajemen kearsipan yang belum maksimal, whistleblower system yang belum maksimal, monev anggaran yang belum maksimal dan standar pelayanan publik belum optimal. 11. Reformasi birokrasi di Indonesia sudah berlangsung cukup lama, akan tetapi efektivitasnya perlu dikaji lebih lanjut karena penanggap menilai sumberdaya yang dihabiskan lebih banyak dibandingkan dengan hasil yang dicapai. Selain itu, belum adanya evaluasi yang dilakukan untuk mengukur kemajuan dan melihat dampak dari kebijakan yang telah dilakukan dalam kerangka reformasi birokrasi. II. Rekomendasi 1. Diperlukan implementasi sistem penanganan perkara termasuk berbasis online diinternal masingmasing lembaga penegak hukum untuk mendorong penegakan hukum yang akuntabel sehingga tidak hanya berupa regulasi tertulis saja. 2. Perlu kerjasama dalam implementasi sistem penanganan perkara terpadu antar lembaga penegak hukum melalui perbaikan sistem administrasi khususnya dalam penanganan tipikor yang sinergi antara SPPT dan pelaporan SPDP online (e-korsup). 3. Perlu didorong kecukupan anggaran Pengaduan Masyarakat, penyidikan dan penuntutan yang berbasis at cost khususnya di Kepolisian dan Kejaksaan. 4. Perlunya penanganan penegakan hukum oleh Lembaga Penegak Hukum yang jelas jangka waktunya, berintegritas dan professional untuk menjamin kepastian hukum. 5. SIPP Mahkamah Agung perlu ditingkatkan terkait kelengkapan putusan dan sinergi dengan publikasi putusan pada tingkat pengadilan negeri dan tinggi. 6. untuk meningkatkan efektifitas reformasi birokrasi di Kepolisian, akan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: Implementasi revolusi mental dalam budaya kepolisian termasuk pembentukan sistem rekruitmen anggota polri yang terbuka dan akuntabel; Membangun sistem pengawasan internal dan eksternal yang terpadu; Halaman 4 dari 7 halaman

Pengukuran terhadap keberhasilan pelaksanaan program POLRI. 7. Untuk meningkatkan efektifitas reformasi birokrasi di Kejaksaan, diperlukan langkah-langkah sebagai berikut : Tetap menjalankan komponen reformasi birokrasi dan perlu untuk terus dilakukan pengembangan; Melakukan evaluasi beberapa sistem tata laksana (misal analisa jabatan, kebutuhan, rekruitmen, promosi dan mutasi,remunerasi, dsb). 8. Untuk meningkatkan efektifitas reformasi birokrasi di MA, diperlukan langkah-langkah sebagai berikut: Penguatan fungsi badan pengawas kerjasama dengan lembaga relevan: KPK, BPKP, Ombudsman, NGO; Memperluas ruang lingkup dan kualitas SIPP; Menyempurnakan sistem dan manajemen kinerja MA melalui program2 anti korupsi. Perlu dilakukan pengukuran terhadap efektivitas program yang dilaksanakan dan menjelaskan dampak yang dirasakan (evaluasi berbasis dampak) dari program reformasi birokrasi. B. Subtema : Optimalisasi Pelayanan Publik Pelaksanaan Pertemuan Pelaksana Teknis Konferensi Nasional Pemberantasan Korupsi (KNPK) dengan subtema Optimalisasi Pelayanan Publik berjalan dengan baik dengan pemapar sebagai berikut: Dirjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri menyampaikan pelaksanaan Single Identity Number (SIN) dalam mendukung optimalisasi pelayanan publik; Walikota Denpasar menjelasan inovasi pelayana publik yang dilakukan didaerahnya; Dirjen DJPK Kementerian Keuangan menyampaikan konsep terkait rencana pemberian insentif untuk meningkatkan kualitas Pelayanan Publik; Sesdirjem Dikdasmen Kemendikbud menyampaikan inovasi terkait bagaimana strategi keterbukaan akses informasi terkait biaya serta belanja pendidikan termasuk mekanisme pelaporan apabila adanya penyimpangan; dan Perwakilan Tim Satuan Tugas Pemberantasan Pungutan Liar. Selain itu, sesi ini juga dihadiri penanggap adalah Bapak Sunarso Ombudsman RI (ORI) dan Prof Ridwan Rangkuti (akademis USU). Adapun hasil pembahasan tersebut sebagai berikut: I. Kesimpulan Halaman 5 dari 7 halaman

1. Dibutuhkan komitmen Pimpinan instansi/daerah untuk mendukung inovasi pelayanan publik. 2. Diperlukan inovasi untuk pencegahan korupsi dan optimalisasi pelayanan publik antara lain informasi yang jelas, one day service, online sistem. 3. Penggunaan sistem berbasis IT diperlukan untuk mengoptimalkan pelayanan publik di bidang pendidikan. 4. PTSP berbasis IT untuk meningkatkan Pelayanan publik. 5. Dibutuhkan sistem pelayanan publik berbasis IT yang terintegrasi antar-kementerian yang memungkinkan inter-koneksi dan pertukaran informasi dan data untuk efisiensi pelayanan publik. 6. SIN memiliki peran yang sangat penting dalam mengoptimalkan pelayanan publik khususnya sebagai sumber data utama untuk membangun sistem pelayan publik terpadu berbasis IT (database/sistem terintegrasi). 7. Pengaduan masyarakat dapat dijadikan tools untuk peningkatan pelayanan publik. 8. Sistem pelaporan pelayanan publik belum digunakan efektif. 9. Pemberian Insentif diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik, namun perlu dilihat strategi implementasinya misalnya dilihat dari kondisi geografis Indonesia. 10. Pembentukan tim Saber Pungli dalam Peningkatan Pelayanan Publik. 11. Saber Pungli sudah melakukan pemetaan Pelayanan Publik yang berpotensi rawan pungli. II. Rekomendasi 1. Sistem/aplikasi berbasis IT yang terintegrasi penting untuk meningkatkan kualitas dan transparansi pelayanan publik. 2. Dalam pelayanan publik, setiap KL dan Pemerintah Daerah diwajibkan untuk menggunakan SIN. 3. Penggunaan NIK untuk semua pelayanan publik dan NPWP untuk Badan, dapat dilaksanakan dengan cara kerjasama antar lembaga untuk akses data. 4. Optimalisasi interkoneksi data dan sistem antar lembaga untuk efisiensi pelayanan publik. 5. Masyarakat memiliki peran strategis sebagai mitra KL dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik. 6. Penerapan mekanisme Whistleblowing System/ pengaduan masyarakat yang efektif untuk meningkatkan pelayanan publik. 7. Berkomitmen mewujudkan pelayanan publik dan penegakan hukum yang bebas dari suap dan korupsi. 8. Penguatan Aparat Pengawas Internal dalam pengawasan kebijakan publik. Halaman 6 dari 7 halaman

Halaman 7 dari 7 halaman