IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DALAM SPONS CALLYSPONGIA SP DARI KEPULAUAN SERIBU

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DALAM SELADA AIR (Nasturtium officinale R.Br)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

UNIVERSITAS PANCASILA DESEMBER 2009

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

Prosiding SNaPP2015 Kesehatan pissn eissn

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI DARI EKSTRAK ETIL ASETAT BUAH BUNI (Antidesma bunius L.) DI DAERAH JEMBER)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

2 METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Tahapan Penelitian Determinasi Tanaman Preparasi Sampel dan Ekstraksi

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) TERHADAP DPPH (1,1-DIPHENYL-2-PICRYL HYDRAZYL) ABSTRAK

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi.

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

KAJIAN AWAL AKTIFITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI POLAR KELADI TIKUS (typhonium flagelliforme. lodd) DENGAN METODE DPPH

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3. BAHAN DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian. Pengambilan sampel karang lunak dilakukan pada bulan Juli dan Agustus

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan Juni 2010 di

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Uji Aktivitas Senyawa Antioksidan dari Ekstrak Metanol Kulit Pisang Raja (Musa paradisiaca Sapientum)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

BAB III METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAN UJI DAYA ANTIOKSIDAN EKSTRAK BUAH DENGEN (DilleniaserrataThunbr.)

BAB III METODE PENELITIAN. ini berlangsung selama 4 bulan, mulai bulan Maret-Juni 2013.

BAB III METODOLOGI. Metodologi penelitian ini meliputi penyiapan dan pengolahan sampel, uji

Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Dan Fraksi Kulit Buah Jengkol (Archidendron jiringa (Jeck) Nielsen Dengan Metode Peredaman Radikal Bebas DPPH

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Determinasi Tanaman. acuan Flora of Java: Spermatophytes only Volume 2 karangan Backer dan Van

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. salam dan uji antioksidan sediaan SNEDDS daun salam. Dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tempat penelitian sebagai berikut :

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL TAUGE (Phaseolus radiatus L.)

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Serbuk Simplisia Pengumpulan Bahan Determinasi Tanaman

Berna Elya, Abdul Mun im, Eva Kurnia Septiana. Departemen Farmasi FMIPA-UI

Pengaruh Perebusan Terhadap Kadar Senyawa Fenolat Total dan Daya Antioksidan Dari Daun Kol (Brassica oleracea L. Var. capitata L,)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

Lampiran 1. Hasil identifikasi sponge

BAB III METODE PENELITIAN. pendahuluan berupa uji warna untuk mengetahui golongan senyawa metabolit

AKTIVITAS PENANGKAP RADIKAL BEBAS EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH NAGA DENGAN METODE DPPH (1,1-DIFENIL-2-PIKRILHIDRAZIL)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. - Beaker glass 1000 ml Pyrex. - Erlenmeyer 1000 ml Pyrex. - Labu didih 1000 ml Buchi. - Labu rotap 1000 ml Buchi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kulit jengkol, larva

SKRINING FITOKIMIA DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ASETON DAUN KELOR (MORINGA OLEIFERA)

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Dalam kegiatan penelitian ini yang diperlukan adalah peralatan laboratorium,

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Simplisia 3.4 Karakterisasi Simplisia

Identifikasi Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Mentimun (Cucumis sativus L.) dan Ekstrak Etanol Nanas (Ananas comosus (L) Merr.)

DAYA ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana Linn.) HASIL PENGADUKAN DAN REFLUX. Jessica Oeinitan Sie

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji aktivitas antioksidan pada

BAB III METODE PENELITIAN

UJI FITOKIMIA DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN TUMBUHAN PAKU UBAN (Nephrolepis biserrata (Sw) Schhott)

Jurnal Akademi Farmasi Prayoga ISSN-Online : X Diterbitkan Oleh Akademi Farmasi Prayoga Padang jurnal.akfarprayoga.ac.

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN KULIT BUAH KAKAO MASAK DAN KULIT BUAH KAKO MUDA

THE EXPERIMENT ANTIOXIDANT ACTIVITY OF RUMPUT TEKI LEAVES (Cyperus rotundus L.) ETHANOLIC EXTRACT WITH DPPH (2,2-Diphenyl-1-Picrylhydrazyl) METHOD

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

S2-Kimia Institut Pertanian Bogor ANTIOKSIDAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

Bab III Bahan dan Metode

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI ETIL ASETAT DAUN WUNGU (Graptophyllum pictum (Linn) Griff) DENGAN METODE FRAP (FERRIC REDUCING ANTIOXIDANT POWER)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Tanaman Uji Serangga Uji Uji Proksimat

Isolasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Senyawa Metabolit Sekunder Ekstrak Metanol Kulit Buah Mangrove Pidada (Sonneratia caseolaris)

UJI FITOKIMIA DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DARI EKSTRAK ETANOL SPONS Lamellodysidea herbacea

Transkripsi:

ISSN : 1693-9883 Majalah Ilmu Kefarmasian,, 127-133 IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DALAM SPONS CALLYSPONGIA SP DARI KEPULAUAN SERIBU Endang Hanani, Abdul Mun im, Ryany Sekarini Departemen Farmasi, FMIPA-UI, Kampus UI Depok 16424 ABSTRACT Antioxidant activity and identification of antioxidative compounds of Callyspongia sponge from Seribu Island (Kepulauan Seribu) were investigated. The sponge was extracted with acetone and the extract was concentrated using rotary vacuum evaporator. DPPH and tiocyanate methods were used to examine the antioxidant activity of the extract. The extract exhibited strong antioxidant activity in DPPH method with IC 50 of 41.21 µg/ml. Chemical analysis indicated that the antioxidative compound in the sponge was alkaloid group. Key words : Antioxidative activity, Callyspongia sp., Sponges, alkaloid. PENDAHULUAN Sampai saat ini pemanfaatan biota laut di Indonesia masih belum optimal terutama di bidang farmasi. Beberapa senyawa yang memiliki aktifitas farmakologi sudah berhasil diisolasi dari spons. Didemnin B merupakan senyawa hasil isolasi dari Trididemnum solidum dilaporkan mempunyai aktivitas antitumor dan antivirus. Dalam spons Luffariella variabilis terdapat senyawa Luffariellolida yang berkhasiat antiinflamasi (David and Oscar, 1993). Callyspongia sp. merupakan salah satu jenis spons yang banyak tumbuh di perairan wilayah Indonesia. Spons ini adalah salah satu biota laut yang mengandung berbagai metabolit sekunder yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat (Satari, 1999). Isolat dari spons ini dilaporkan memiliki aktivitas antikanker, antimikroba dan antiparasit (Amir dan Budiyanto, 1996). Akhir-akhir ini penggunaan senyawa antioksidan berkembang dengan pesat baik untuk makanan maupun pengobatan. Penggunaan sebagai obat makin berkembang seiring dengan makin bertambahnya pengetahuan tentang aktifitas radikal bebas terhadap beberapa penyakit degeneratif seperti penyakit jantung dan kanker (Boer, 2000). Antioksidan diketahui dapat menghambat kerja radikal bebas. Sebagai salah satu upaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan bahan alam laut Indonesia, dilakukan penelitian dengan tujuan awal menguji aktifitas anti- Corresponding author : E-mail : hanani@farmasi.ui.ac.id. 127

oksidan dan mengidentifikasi senyawa berkhasiat sebagai antioksidan dalam spons Callyspongia sp. yang berasal dari Kepulauan Seribu. Pada percobaan pendahuluan diketahui bahwa spons Callyspongia sp. mempunyai aktivitas antioksidan yang terkuat dibandingkan Geliodes fibulata, Clatharia australiensis, Agelas sp dan Oceanapia sp (Hanani, et al, 2005). METODOLOGI Bahan: Bahan uji yang digunakan adalah spons Callyspongia sp. yang diperoleh dari perairan Kepulauan Seribu, dan sudah dideterminasi di Lembaga Oseanologi Nasional, Jakarta. Bahan kimia yang digunakan antara lain 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH), 2,2 azobis (2-amidinopropan) dihidroklorida (AAPH), ammonium tiosianat, asam linoleat, vitamin C, BHT, larutan dapar fosfat, besi (II) klorida, pereaksi Lieberman- Buchard, Dragendorff, Mayer dan Bouchardat. Alat: Alat-alat yang digunakan antara lain alat gelas untuk ekstraksi, KLT dan spektrofotometer UV Shimadzu 265. Cara kerja: Pembuatan ekstrak. Spons Callyspongia sp. yang dikumpulkan dari daerah Kepulauan Seribu segera direndam dalam metanol dan baru dikeluarkan waktu penelitian dimulai. Spons sejumlah 650 g dipotong-potong sampai halus, kemudian dimaserasi selama 6 jam dalam 800 ml aseton, sambil sekali-kali dikocok. Lapisan aseton dipisahkan, kemudian maserasi diulang 4 kali (tiap kali menggunakan 400 ml aseton) dengan cara yang sama sampai filtrat aseton tidak berwarna. Residu dimaserasi lebih lanjut menggunakan metanol 450 ml dengan cara yang sama, ulangi 3 kali, sampai lapisan metanol tidak berwarna. Filtrat yang diperoleh disatukan, diuapkan menggunakan rotary evaporator sampai diperoleh ekstrak kental sejumlah 90,25 g. Uji aktivitas antioksidan Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan 2 cara, yaitu metode DPPH dan tiosianat. 1. Metode DPPH (Blois, 1958) Ekstrak Callyspongia sp. dilarutkan dalam metanol dan dibuat dalam berbagai konsentrasi ( 10, 30, 50 dan 70 ppm). Masing-masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Ke dalam tiap tabung reaksi ditambahkan 500 µl larutan DPPH 1mM dalam metanol. Volume dicukupkan sampai 5,0 ml, kemudian diinkubasi pada suhu 37 o C selama 30 menit, selanjutnya serapannya diukur pada panjang gelombang 515 nm. Sebagai kontrol positif, dan untuk pembanding digunakan vitamin C (konsentrasi 2, 3, 4 dan 5 ppm) dan BHT (konsentrasi 2, 4, 6 dan 8 ppm). Nilai IC 50 dihitung masing-masing dihitung dengan 128 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN

menggunakan rumus persamaan regresi. 2. Metode tiosianat (Mun im et al, 2003) Sebanyak 500 µl larutan ekstrak Callyspongia sp dengan konsentrasi 100 ppm dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan berturut-turut 2,5 ml larutan buffer fosfat 0,2 M (ph=7), 2,5 ml larutan asam linoleat (1,3% w/v), 1,0 ml air suling, dan 0,25 ml larutan AAPH 46,6 mm dalam etanol 40%. Selanjutnya diinkubasi dalam keadaan gelap, pada suhu 50 o C. Pengambilan sampel dilakukan setiap satu jam selama 4 jam. Larutan uji sebanyak 0,1 ml ditambah dengan 0,1 ml larutan besi (II) klorida 20mM dalam HCl 3,5%, 0,1 ml larutan ammonium tiosianat 10% dan dicukupkan volumenya dengan etanol 75% menjadi 10 ml. Homogenkan dengan vortex, setelah 3 menit serapannya diukur pada panjang gelombang 500 nm. Kemampuan aktivitas antioksidan dilihat dari rendahnya resapan yang terbentuk terhadap kontrol. Pemeriksaan kandungan kimia menggunakan pereaksi kimia (Anonim, 1989) Identifikasi kandungan kimia dalam ekstrak dilakukan terhadap senyawa-senyawa: 1. Steroid/ triterpenoid Sebanyak 1 ml larutan ekstrak diuapkan sampai kering, kemudian ditambah dengan pereaksi Lieberman-Burchard. Warna biru-ungu yang timbul menunjukkan adanya senyawa terpenoid atau steroid. 2. Alkaloid Larutan ekstrak sebanyak 3 ml ditambah dengan 1 ml HCl 2 N, dan 6 ml air suling, kemudian panaskan selama 2 menit, dinginkan kemudian disaring. Filtrat diperiksa adanya senyawa alkaloid dengan pereaksi Dragendorff, Bouchardat dan Mayer. 3. Flavonoid Larutan ekstrak sebanyak 2 ml ditambah dengan sedikit serbuk seng atau magnesium dan 2 ml HCl 2N. Senyawa flavonoid akan menimbulkan warna jingga sampai merah. 4. Antrakuinon Larutan ekstrak sebanyak 2 ml dipanaskan dengan 5 ml H 2 SO 4 selama 1 menit. Setelah dingin dikocok dengan 10 ml bensen. Warna kuning pada lapisan bensen menunjukkan adanya senyawa antrakuinon. Identifikasi dapat diperjelas dengan menambahkan larutan natrium hidroksida 2N, akan terjadi warna merah pada lapisan air. Pemeriksaan kandungan kimia menggunakan KLT Pemeriksaan KLT dilakukan terhadap adanya senyawa yang memberikan hasil positif pada pemeriksaan menggunakan pereaksi kima. Larutan pengembang yang 129

digunakan adalah campuran metanol-nh 4 OH (200:3), dengan larutan deteksi Dragendorff dan DPPH. HASIL DAN PEMBAHASAN Uji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH menunjukkan bahwa ekstrak Callyspongia sp.mempunyai IC 50 sebesar 41,21 µg/ ml. Hal ini menunjukkan bahwa ektrak tersebut mempunyai aktifitas aktioksidan yang kuat, karena mempunyai IC 50 kurang dari 200 µg/ ml (Blois, 1958). Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 1. Apabila dibandingkan dengan aktivitas antioksidan vitamin C dan BHT yang masing-masing mempunyai nilai IC 50 sebesar 3,45 dan 3,81 mg/ml, aktivitas antioksidan ekstrak Callyspongia sp. masih lebih rendah. Tetapi pada penelitian ini yang diuji masih berupa ekstrak kasar, sehingga masih ada kemungkinan senyawa murni yang dikandung memiliki aktivitas peredaman radikal bebas lebih kuat dibandingkan ekstraknya. Metode DPPH dipilih karena sederhana, mudah, cepat dan peka serta hanya memerlukan sedikit sampel. Senyawa antioksidan akan bereaksi dengan radikal DPPH melalui mekanisme donasi atom hydrogen dan menyebabkan terjadinya peluruhan warna Tabel 1. Aktivitas antioksidan ekstrak Callyspongia sp., vitamin C dan BHT menggunakan metode DPPH Spons/pembanding Konsentrasi Aktivitas IC 50 (µg/ml) (µg/ml) Peredaman (%) Callyspongia sp Vitamin C BHT 10 10,23 30 29,30 50 56,69 70 72,14 41,21 2 24,41 3 42,87 4 54,48 5 70,28 3,45 2 29,63 4 51,61 6 64,43 8 73,25 3,81 130 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN

Gambar 1. Aktivitas antioksidan ekstrak Callyspongia sp., vitamin C dan BHT menggunakan metode tiosianat DPPH dari ungu ke kuning yang diukur pada panjang gelombang 517 nm (Blois, 1958). Hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak Callyspongia sp. menggunakan metode tiosianat menunjukkan tidak adanya perbedaan aktivitas yang bermakna (Anava searah dengan tingkat kepercayaan 95%) dengan pembanding vitamin C dan BHT, seperti terlihat pada Gambar 1. Pada metode tiosianat pengukuran aktivitas antioksidan berdasarkan daya penghambatan terbentuknya senyawa-senyawa radikal yang bersifat reaktif. Oksidasi asam linoleat dipercepat oleh AAPH yang merupakan senyawa penginduksi pembentukan radikal bebas, yang umumnya berupa peroksida lipid. Dekomposisi AAPH menghasilkan molekul nitrogen dan dua radikal karbon yang dapat menghasilkan produk yang stabil atau bereaksi dengan molekul oksigen menghasilkan radikal peroksil. Proses oksidasi lemak menghasilkan produk primer peroksida. (Mun im, et al 2003). Bilangan peroksida dinyatakan sebagai senyawa yang mampu mengoksidasi Fe 2+ menjadi Fe 3+, dan selanjutnya Fe 3+ dengan ion CNS menghasilkan warna merah yang diukur pada panjang gelombang 500 nm. Pada pengamatan jam ke-4, kontrol negatif menunjukkan serapan sebesar 0,415, sedangkan ekstrak Callyspongia sp mempunyai serapan 0,133, vitamin C dan BHT masing-masing 0,132 dan 0,146. Hal ini berarti bahwa ekstrak Callyspongia sp. mampu menghambat hasil oksidasi asam linoleat maupun mereduksi 131

Tabel 2. Hasil identifikasi golongan senyawa ekstrak Callyspongia sp Pereaksi Golongan Hasil 1. Lieberman-Buchard Terpenoid, steroid - 2. Mayer Alkaloid + Dragendorf Alkaloid + Bouchardat Alkaloid + 3. Zn/ HCl Flavonoid - Mg/ HCl Flavonoid - 4. Benzen-NaOH Antrakinon - 5. Molisch Gula - radikal bebas. Hasil uji statistik (anava searah dengan nilai α 0,05) menunjukkan bahwa ketiga larutan yang diuji tidak memperlihatkan perbedaan aktivitas antioksidan yang bermakna. Hasil identifikasi kimia menunjukkan bahwa ekstrak Callyspongia sp. mengandung senyawa alkaloid Tabel 2. Identifikasi lanjutan menggunakan KLT silica gel GF 254 dengan larutan pengembang campuran methanol- NH 4 OH (200 : 3) memperlihatkan adanya bercak dengan Rf 0,33, yang pada pengamatan sinar UV memberikan warna kuning hijau. Bercak ini memberikan warna jingga dengan pereaksi Dragendorff, berarti bahwa bercak tersebut merupakan senyawa golongan alkaloid. Pada uji dengan pereaksi DPPH, bercak ini memberikan aktivitas peredaman radikal bebas, berarti senyawa yang mempunyai aktivitas antioksidan dalam ekstrak Callyspongia sp. adalah senyawa golongan alkaloid. Penelitian lanjutan sedang dikerjakan untuk mengisolasi senyawa dan menentukan struktur kimia senyawa alkaloid tersebut. KESIMPULAN Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak Callyspongia sp. mempunyai aktivitas antioksidan, dan senyawa yang berkhasiat sebagai antioksidan termasuk golongan alkaloid. DAFTAR ACUAN Amir, I. Dan Budiyanto, A. 1996. Mengenal Spons Laut (Demospongiae) Secara Umum, Oceana, 21, (2), 15-31. Anonim. 1989. Materia Medika Indonesia Jilid V, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 549-553. 132 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN

Blois, MS, Antioxidant determinations by the use of a stable free radical, Nature 181, 1958, 1199-1200. Boer, Y. 2000. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kulit Buah Kandis (Garcinia parvifolia Miq), Jurnal Matematika dan IPA 1, (1), 26-33. David HA and Oskar, RZ. Marine Biotechnology, vol 1, Plenum Press, New York, 1993, 12-13. Hanani, E, Mun im A, Sekarini, R, dan Wiryowidagdo, S. Uji aktivitas antioksidant beberapa spons laut dari kepulauan Seribu, Jurnal Bahan Alam Indonesia, vol 5, no.1 Jan 2006 (in Press). Mun im, A, Negishi, O and Ozawa, T. 2003. Antioxidative compounds from Crotalaria sessiliflora, Biosci.Biotechnol.Biochem. 67, (2), 410-414. Satari, RR, Penelitian Produk alam laut di Indonesia, arah dan prospek, Seminar Nasional Kimia Bahan Alam, Jakarta 1999, 29-37. 133