Kontribusi Pajak Hiburan Terhadap Penerimaan Pendapatan Daerah Untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) Kota Malang (Periode )

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. warga negaranya yang memenuhi syarat secara hukum berhak wajib untuk

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEGAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 06 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH NOMOR 05 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. tidak terlepas dari adanya pembangunan daerah. Saat ini di Indonesia telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian pajak menurut Undang Undang Nomor 16 Tahun keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, pajak

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 2 TAHUN 2013

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG

BIDANG PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH

WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI BULULUKUMBA. PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA Nomor : 7 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK HIBURAN

1 PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR : 28 TAHUN 2012 TENTANG

BAB IV PEMBAHASAN Perkembangan Target dan Realisasi Pajak Hiburan di Kabupaten

ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR. Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Berdiri dan Berkembangnya Dinas Pendapatan dan. Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Surakarta

WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan daerah agar dapat

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2011 NOMOR 11

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 18 TAHUN 2011 T E N T A N G PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABALONG,

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya dikenal 2 fungsi pajak yaitu, budgetair dan regulerend. Budgetair

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 8 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan atau dikenal dengan istilah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BUPATI BANGKA TENGAH

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. hak untuk mengurus sendiri rumah tangga daerahnya. Papua merupakan salah satu

PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

WALIKOTATARAKAN PROVINSI KALIMANTANUTARA PERATURANDAERAH KOTATARAKAN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI. (2011), pajak adalah Iuran rakyat pada kas negara berdasarkan undang-undang (yang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR : 14 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIGI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS lbukota JAKARTA, TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

ANALISIS PEMUNGUTAN PAJAK HIBURAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURABAYA

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah adalah perkembangan kondisi di dalam dan luar negri. Kondisi di

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR,

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 6 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Menimbang: a. bahwa pajak hiburan merupakan salah satu sum be r pendapatan daerah yang penting guna membiayai

BUPATI SUKABUMI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKABUMI,

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGGAI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PENAJAM PASER UTARA

Mengingat : 1. Pasal 18 Ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyatakan bahwa otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 10 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK HIBURAN

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN BUPATI TANAH BUMBU,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN (Berita Resmi Kabupaten Sleman) Nomor: 3 Tahun 2011 Seri: C PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2011

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 30/PUU-XI/2013 Tentang Pajak Terhadap Pusat Kebugaran

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 56 TAHUN 2013 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pemerintah yang bersifat wajib (dapat dipaksakan) berdasarkan Undang-Undang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 12

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 49 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PAJAK HIBURAN BUPATI BANTUL,

PEMERINTAH KABUPATEN PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan hasil penelitian yang relevan Suatu karya ilmiah harus berbekal pada teori sebab teori berfungsi untuk

BAB II LANDASAN PUSTAKA 1. PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Soemohamijaya dalam Diana Sari (2013:22) pengertian pajak

lq". '#,, Bangunan Perdesaan dan Perkotaan perlu dilakukan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1959 tentang

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pajak Pengertian Pajak Prof. Dr. Rochmat. Soemitro, SH Waluyo

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 12 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU,

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR : 12 TAHUN 2011 T E N T A N G PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH,

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

BUPATI SUMBAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK HIBURAN

BUPATI TELUK WONDAMA

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR dan BUPATI LUWU TIMUR MEMUTUSKAN :

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 18 TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN

PEMERINTAH KABUPATEN TELUK BINTUNI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Djajadiningrat (1999) dalam Sari pengertian pajak adalah : Menurut Soemitro (1988) pengertian pajak adalah :

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

Kunjungan Kerja DPRD Kabupaten Magetan. Ruang Rapat Gabungan Komisi. Tohari Aziz, S. H. (Wakil Ketua DPRD Kota Balikpapan)

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. pajak yang digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna untuk kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak berlakunya otonomi daerah, maka setiap daerah diberikan. Sumber daya ekonomi teermasuk sumber pendapatan daerah.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,

BUPATI KEPULAUAN ARU PROVINSI MALUKU RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ARU NOMOR TAHUN TENTANG PAJAK HIBURAN

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 17 TAHUN 2012 SERI B.9 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2011 NOMOR 27 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2011 NOMOR : 6 SERI : A PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

Kontribusi Pajak Hiburan Terhadap Penerimaan Pendapatan Daerah Untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) Kota Malang (Periode 2010-2014) Disusun Oleh: Januardi 2011110028 Dosen Pembimbing: 1). Yayuk Sulistyowati, SE. M.SA 2). Agoestinus S.Soebagio.SE.,M,App.Fin.Ak ABSTRAK Pajak hiburan berperan penting terhadap perkembangan dan kemajuan Kota Malang. Untuk menghasilkan peningkatan pendapatan asli daerah yang maksimal, maka perlu adanya kerja sama dari wajib pajak agar bisa mengsukseskan pajak Indonesia. Tujuan penelitian ini untuk untuk mengetahui pegaruh kontribusi pajak hiburan terhadap pendapatan asli daerah kota Malang dan untuk mengetahui perkembangan pajak hiburan di kota malang kurun waktu 2010-2014. Penelitian ini mengunakan metode kuantitatif adapun Jenis data yang digunakan yakni data sekunder karena data yang digunakan diperoleh dari Kantor Dinas Pendapatan Kota Malang. laporan keuangan yang diolah dari tahun 2010 sampai tahun 2014. Metode analisa data yang di gunakan metode deskripsi data. Hasil penelitian diketahui bahwa kontribusi jumlah pajak hiburan terhadap peningkatan jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Malang dari tahun 2010 sampai 2014 mengalami kenaikan hal tersebut diketahui bahwa pajak hiburan memiliki kontribusi terhadap PAD tahun 2010 sebesar 1,95%, tahun 2011 sebesar 1,41%, tahun 2012 sebesar 1,56%, tahun 2013 sebesar 1,71% dan tahun 2014 sebesar 1,84%. Sedangkan perkembangan pajak hiburan di Kota Malang pada tahun 2010 sampai 2014 semakin meningkat, hal ini diketahui bahwa peningkatan dari tahun 2010-2011 sebesar 10,93%, pada tahun 2012 sebesar 26,79%, tahun 2013 sebesar 23,25% dan peningkatan pada tahun 2014 sebesar 20,57%. Dalam pengelolaan hasil pajak hiburan maka pemerintah daerah Kota Malang harus transparansi dan akuntabilitas anggaran untuk mewujudkan pemerintahan yang baik, bersih dan transparansi anggaran Kata kunci: Pajak Hiburan, Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) dan Kota Malang.

PENDAHULUAN Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengatur dan mengelola daerah masing-masing. Sebagai administrator penuh, masing-masing daerah harus bertindak efektif dan efisien agar pengelolaan daerahnya lebih terfokus dan mencapai sasaran yang telah ditentukan. Kesalahan persepsi yang menjadikan sumber daya alam sebagai sandaran utama sumber pendapatan daerah harus segera diubah karena suatu saat kekayaan alam akan habis. Pemerintah daerah harus mulai mencari sumber lain yang ada di wilayahnya untuk diandalkan sebagai tulang punggung Pendapatan Asli daerah (PAD). Dalam rangka menjalankan fungsi dan kewenangan pemerintah daerah dalam bentuk pelaksanaan kewenangan fiskal, setiap daerah harus dapat mengenali potensi dan mengidentifikasi sumber-sumber daya yang dimilikinya. Pemerintah daerah diharapkan lebih mampu menggali sumber-sumber keuangan, khususnya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintahan dan pembangunan di daerahnya melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD). Tuntutan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) semakin besar seiring dengan semakin banyaknya kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan kepada daerah disertai pengalihan personil, peralatan, pembiayaan dan dokumentasi (P3D) ke daerah. Menurut Mardiasmo (2011), penerimaan negara dari pajak merupakan salah satu bentuk partisipasi masyarakat dalam mewujudkan pembangunan. Adapun selain untuk membiayai infrastruktur dan fasilitas umum, dana pajak juga dapat dialokasikan untuk membiayai dana sosial dalam menyelesaikan masalah kemiskinan dan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia di segala bidang. Menurut Sambodo (2010), jika dibandingkan dengan sektor bisnis, sumber pendapatan pemerintah daerah relatif terprediksi dan lebih stabil, sebab pendapatan tersebut diatur oleh peraturan perundang-undangan daerah yang bersifat mengikat dan dapat dipaksakan. Sedangkan pada sektor bisnis sangat dipengaruhi oleh pasar yang penuh ketidakpastian dan turbulensi, sehingga pendapatan pada sektor bisnis bersifat fluktuatif. Untuk meningkatkan akuntabilitas dan keleluasaan dalam pembelanjaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), sumber-sumber penerimaan daerah yang potensial harus digali secara maksimal di dalam koridor peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk diantaranya adalah pajak daerah dan retribusi daerah yang sudah sejak lama menjadi salah satu unsur Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang utama. Pajak daerah adalah iuran wajib yang dibayarkan oleh orang pribadi atau suatu badan ke pemerintah daerah tanpa imbalan langsung yang nantinya iuran tersebut digunakan untuk membiayai pelaksanaan pemerintah daerah, sebagaimana yang diutarakan Kesit Bambang Soemitro (2011), pajak daerah adalah pungutan wajib atas orang pribadi atau badan yang dilakukan oleh pemerintah daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Pemungutan pajak merupakan alternatif yang paling potensial dalam

meningkatkan pendapatan negara. Hal ini dikarenakan pajak memiliki jumlah yang relatif stabil. Selain itu pajak daerah merupakan cerminan partisipasi aktif masyarakat dalam membiayai pelaksanaan pemerintahan daearh (Waluyo, 2009). Jenis pemungutan pajak di Indonesia terdiri dari pajak negara (pajak pusat), pajak daerah, retribusi daerah, bea dan cukai, dan penerimaan negara bukan pajak. Salah satu usaha untuk meningkatkan kemampuan dalam bidang pendanaan pelaksanaan pemerintah daerah untuk pembangunan adalah meningkatkan dan menggali setiap potensi yang ada di masing-masing daerah melalui pajak daerah. Usaha tersebut telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota Malang dengan senantiasa berusaha meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui pajak daerah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri dari jenis-jenis penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang disahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah (PAD) yang sah. Tanpa disadari, Kota Malang yang juga dikenal sebagai kota pelajar ini yang sibuk dengan segala kemajemukan penduduknya, telah menjadikan hiburan sebagai suatu kebutuhan penting untuk kehidupan masyarakat. Kini seiring dengan berjalannya waktu, berbagai macam tempat hiburan bisa ditemukan di Malang, mulai dari tempat hiburan kelas bawah, menengah, sampai kelas atas. Hal ini ditandai dengan menjamurnya tempat karaoke, klub malam, pertunjukan film, pertunjukan musik, dan tempat hiburan lain seperti tempat wisata, taman rekreasi, taman hiburan keluarga, pasar malam, tempat/kolam pemancingan, dan lainnya. Jumlah tempat hiburan ini meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk yang mendiami Kota Malang. Seperti yang kita tahu sekarang seiring dengan berjalannya waktu makin banyak tempat hiburan dan tempat wisata yang didirikan di Kota Malang, juga perkembangan jumlah wajib pajak hiburan yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Pemilihan judul dan objek penelitian ini dilandasi pemikiran bahwa mengingat tingginya dan terus meningkatnya wajib pajak hiburan di Kota Malang maka secara otomatis penerimaan pajak hiburannya juga akan ikut bertambah, sehingga nantinya akan mempengaruhi kontribusi dari sektor pajak hiburan pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Malang. Tujuan penelitian ini untuk untuk mengetahui pegaruh kontribusi pajak hiburan terhadap pendapatan asli daerah kota Malang dan untuk mengetahui perkembangan pajak hiburan di kota malang kurun waktu 2010-2014. METODE PENELITIAN Penelitian ini mengunakan metode kuantitatif adapun Jenis data yang digunakan yakni data sekunder karena data yang digunakan diperoleh dari Kantor Dinas Pendapatan Kota Malang. laporan keuangan yang diolah dari tahun 2010 sampai tahun 2014. Metode analisa data yang di gunakan metode deskripsi data. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kontribusi Pajak Hiburan terhadap PAD Berdasarkan data yang didapatkan dari Dinas Pendapatan Daerah Kota Malang didapatkan jumlah pajak hiburan dan jumlah PAD dari tahun

2010, 2011, 2012, 2013 dan tahun 2014. Adapun data diketahui sebagai berikut: Tabel 1: Kontribusi Pajak Hiburan terhadap PAD Tahun Kontribusi Pajak Hiburan terhadap PAD 2010 1,95% 2011 1,41% 2012 1,56% 2013 1,71% 2014 1,84% Sumber : Diolah, 2015 Berdasarkan data, diketahui bahwa kontribusi pajak hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Malang dinyatakan pada tahun 2010 memiliki kontribusi paling dominan yaitu sebesar 1,95% dan kontribusi pajak hiburan paling rendah pada tahun 2011 sebanyak 1,41%. 2. Jumlah Pajak Hiburan Berdasarkan data yang didapatkan dari Dinas Pendapatan Daerah Kota Malang didapatkan jumlah pajak hiburan dari tahun 2010, 2011, 2012, 2013 dan tahun 2014. Adapun data diketahui sebagai berikut: Tabel 2: Jumlah Pajak Hiburan Tahun Pajak Hiburan Persen 2010 Rp 2.043.895.012,05 0,00% 2011 Rp 2.294.582.425,80 10,93% 2012 Rp 3.134.172.824,60 26,79% 2013 Rp 4.083.522.176,70 23,25% 2014 Rp 5.140.722.135,41 20,57% Sumber : Diolah, 2015 Berdasarkan data, diketahui bahwa jumlah pajak hiburan pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Malang dinyatakan mengalami peningkatan dari tahun 2010 sampai tahun 2014 dimana jumlah peningkatan lebih dominan pada tahun 2013 sebesar 23,25% dan kontribusi pajak hiburan paling rendah pada tahun 2011 sebanyak 10,93%. Dari data dapat disimpulkan bahwa pendapatan pajak hiburan Kota Malang semakin tahun semakin meningkat dikarenakan Kota Malang sebagai Kota Wisata sehingga mampu meningkatkan jumlah Pajak pajak hiburan. 3. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Besarnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang digunakan dalam penelitian ini dari tahun 2010, 2011, 2012, 2013 dan tahun 2014. Adapun data diketahui sebagai berikut: Tabel 3: Jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Malang Tahun PAD Persen 2010 Rp 104.802.485.741,16 0,00% 2011 Rp 162.332.588.459,55 35,44% 2012 Rp 200.671.267.208,87 19,11% 2013 Rp 238.499.748.161,57 15,86% 2014 Rp 278.885.189.548,87 14,48% Sumber: Diolah, 2015 Dari tabel 3, diketahui bahwa Pendapatan Asli Daerah kota Malang pada dinas Pendapatan kota Malang mengalami peningkatan, untuk peningkatan jumlah PAD Kota Malang Paling dominan pada tahun 2011 sebesar 35,44% dan jumlah PAD Kota Malang paling rendah pada tahun 2014 sebanyak 14,48%. Dari data diketahui bahwa tingkat kelajuan jumlah penerimaan PAD Kota Malang semakin tahun semakin lemah hal tersebut dikarenakan adanya kekuranga dari item kontribusi PAD lain yang tidak meningkat seperti pajak Reklame dan Pajak penerangan jalan.

PEMBAHASAN Berdasarkan data diketahui bahwa kontribusi jumlah pajak hiburan memiliki pengaruh bagi peningkatan jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Malang karena jumlah penerimaan pajak hiburan dari tahun 2010 sampai 2014 mengalami kenaikan sehingga jumlah Pendapatan PAD di Kantor Dinas Pendapatan Daerah kota Malang dari tahun 2010 sampai 2014 juga mengalami kenaikan. Kontribusi pajak hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Malang dinyatakan pada tahun 2010 memiliki kontribusi paling dominan yaitu sebesar 1,95% dan kontribusi pajak hiburan paling rendah pada tahun 2011 sebanyak 1,41%. Sedangkan jumlah pendapatan pajak hiburan lebih dominan pada tahun 2013 sebesar 23,25% dan kontribusi pajak hiburan paling rendah pada tahun 2011 sebanyak 10,93%. Untuk jumlah PAD Kota Malang Paling dominan pada tahun 2011 sebesar 35,44% dan jumlah PAD Kota Malang paling rendah pada tahun 2014 sebanyak 14,48%. Mengingat jumlah pajak hiburan memiliki pengaruh kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) maka untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), pemerintah Kota Malang perlu mengembangkan potensi Kota Malang sebagai kota wisata sehingga mampu menyumbang kontribusi lebih untuk PAD. Dalam hal ini diharapkan pemerintah Kota Malang berusaha menjaga dan memperbaiki tempat-tempat wisata yang ada di Kota Malang dengan menyediakan inspratuktur tempat hiburan terutama lokasi wisata yang layak bagi masyarakat. Kontribusi jumlah pajak hiburan terhadap peningkatan jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Malang dari tahun 2010 sampai 2014 mengalami kenaikan hal tersebut diketahui bahwa pajak hiburan memiliki kontribusi terhadap PAD tahun 2010 sebesar 1,95%, tahun 2011 sebesar 1,41%, tahun 2012 sebesar 1,56%, tahun 2013 sebesar 1,71% dan tahun 2014 sebesar 1,84%. Dari data hasil penelitian, maka diketahui bahwa semakin besar pendapatan pajak hiburan yang diperoleh maka akan semakin besar pula dana yang harus di salurkan lewat belanja langsung untuk melakukan aktivitas pemerintah dan program-program pembangunan daerah. Diketahui bahwa pajak hiburan berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) sehingga dapat dipahami bahwa apabila pajak hiburan meningkat maka pemenuhan kebutuhan Kota Malang semakin meningkat sehingga pendapatan asli daerah akan menurun. Pajak hiburan adalah pajak yang dikenakan atas semua hiburan dengan memungut bayaran, yang diselenggarakan pada suatu daerah. Berdasarkan pengertian hiburan tersebut berarti pajak hiburan hanya dikenakan pada segala jenis penyelenggaraan hiburan yang dikenakan biaya untuk dapat menikmatinya (Soemitro, 2011). Berdasarkan Peraturan Daerah No. 16 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah, subjek pajak hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menikmati hiburan, sedangkan objek pajak hiburan adalah jasa penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran. Dasar pengenaan pajak hiburan adalah jumlah uang yang diterima atau yang seharusnya diterima oleh penyelenggara hiburan. Perkembangan pajak hiburan di Kota Malang pada tahun 2010 sampai 2014 semakin meningkat, hal ini diketahui bahwa peningkatan dari tahun 2010-2011 sebesar 10,93%, pada tahun

2012 sebesar 26,79%, tahun 2013 sebesar 23,25% dan peningkatan pada tahun 2014 sebesar 20,57%. Dalam PERDA Kota Malang No. 16 Tahun 2010 Pasal 22 menjelaskan bahwa objek Pajak Hiburan adalah jasa penyelenggaraan Hiburan dengan dipungut bayaran dan hiburan tersebut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu: tontonan film; pagelaran kesenian, musik, tari, dan/atau busana; kontes kecantikan, binaraga, dan sejenisnya; pameran; diskotik, karaoke, klab malam, dan sejenisnya; sirkus, akrobat, dan sulap; permainan bilyar, golf, dan boling; pacuan kuda, kendaraan bermotor, dan permainan ketangkasan; panti pijat, refleksi, mandi uap/spa, dan pusat kebugaran (fitness center); dan pertandingan olahraga. Pembayaran pajak wajib pajak harus melakukan dengan efektif dan efisien, untuk itu dapat dilakukan dengan beberapa upaya yaitu: pembayaran pajak harap tepat waktu sehingga tidak terjadi penagihan langsung oleh pihak pemerintah terhadap masyarakat yang bersangkutan dan menjalani kerja sama yang baik terhadap petugas perpajakan sehingga terjalin hubungan yang baik antara petugas pajak dan wajib pajak. Adapun yang harus di tanam pihak pemerintah dalam mengelola hasil pajak yaitu, harus transparansi dan akuntabilitas anggaran untuk mewujudkan pemerintahan yang baik, bersih dan transparansi anggaran, harus disiplin anggaran agar anggaran yang disusun perlu diklarifikasikan dengan jelas agar tidak terjadi tumpang tindih yang dapat menimbulkan pemborosan dan kebocoran dana. Oleh karena itu penyusunan anggaran harus bersifat efisien, tepat guna, tepat waktu dan dapat dipertanggungjawabkan, harus menerapkan keadilan anggaran terhadap pembiayaan pemerintah daerah yang dilakukan melalui mekanisme pajak dan retribusi daerah yang dikenakan kepada masyarakat sehingga penggunaan harus dialokasikan secara adil dan proposional agar dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat, efisiensi dan efektifitas anggaran dimana dana yang dihimpun dan digunakan untuk pembangunan harus dapat dirasakan manfaatnya oleh sebagian besar masyarakat. Oleh karena itu, perencanaan perlu ditetapkan secara jelas tujuan, sasaran, hasil dan manfaat yang diperoleh masyarakat dengan melakukan efisiensi dan efektifitas dan dalam pajak mengutamakan upaya pencapaian hasil kinerja dari perencanaan alokasi biaya atau input yang telah ditetapkan. Hasil kerjanya harus sepadan atau lebih besar dari biaya atau input yang telah ditetapkan, selain itu harus mampu menumbuhkan profesionalisme kerja setiap pemerintah yang mengelola hasil dari dana alokasi daerah yang terkait. Pemerintah harus merincikan manfaat evaluasi kinerja pemerintah yang serta memberi informasi mengenai tujuan, sasaran, hasil dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari pembayaran pajak daerah dan retribusi daerah. Pendapatan asli daerah diperoleh dari sumber-sumber pendapatan daerah dan dikelola sendiri oleh pemerintah daerah. Pendapatan asli daerah merupakan salah satu komponen sumber penerimaan keuangan negara disamping penerimaan lainnya berupa dana perimbangan, pinjaman daerah dan penerimaan sah yang lain dan juga sisa anggaran tahun sebelumnya dapat ditambahkan sebagai sumber pendanaan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Dalam PERDA No. 16 Tahun 2010 Pasal 24 bahwa dasar pengenaan Pajak Hiburan adalah jumlah uang yang

diterima atau yang seharusnya diterima oleh penyelenggara Hiburan dan jumlah uang yang seharusnya diterima sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk potongan harga dan tiket cuma-cuma yang diberikan kepada penerima jasa Hiburan. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Kontribusi jumlah pajak hiburan terhadap peningkatan jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Malang dari tahun 2010 sampai 2014 mengalami kenaikan hal tersebut diketahui bahwa pajak hiburan memiliki kontribusi terhadap PAD tahun 2010 sebesar 1,95%, tahun 2011 sebesar 1,41%, tahun 2012 sebesar 1,56%, tahun 2013 sebesar 1,71% dan tahun 2014 sebesar 1,84%. Untuk meningkatkan jumlah pajak hiburan sehingga mampu memberi kontribusi yang lebih bagi PAD Kota Malang maka pemerintah Kota Malang memberikan dan memperbaiki tempat-tempat wisata yang ada di Kota Malang dengan menyediakan inspratuktur tempat hiburan terutama lokasi wisata yang layak bagi masyarakat. 2. Perkembangan pajak hiburan di Kota Malang pada tahun 2010 sampai 2014 semakin meningkat, hal ini diketahui bahwa peningkatan dari tahun 2010-2011 sebesar 10,93%, pada tahun 2012 sebesar 26,79%, tahun 2013 sebesar 23,25% dan peningkatan pada tahun 2014 sebesar 20,57%. Mengingat jumlah kontribusi pajak hiburan semakin tahun mengalami peningkatan. Dalam pengelolaan hasil pajak hiburan maka pemerintah daerah Kota Malang harus transparansi dan akuntabilitas anggaran untuk mewujudkan pemerintahan yang baik, bersih dan transparansi anggaran, harus disiplin anggaran agar anggaran yang disusun perlu diklarifikasikan dengan jelas agar tidak terjadi tumpang tindih yang dapat menimbulkan pemborosan dan kebocoran dana. Oleh karena itu penyusunan anggaran harus bersifat efisien, tepat guna, tepat waktu dan dapat dipertanggungjawabkan dan harus menerapkan keadilan anggaran. DAFTAR PUSTAKA Mardiasmo. 2011. Perpajakan. PT. Salemba Empat. Jakarta Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah Peraturan Daerah No. 16 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah Kota Malang Peraturan Daerah Kota Malang No. 16 Tahun 2010 Tentang Pajak Daerah. Salinan Nomor 2/B, 2010 Sambodo Agus. 2010. Kewajiban Perpajakan bagi Badan Usaha, BPFE, Yogyakarta. Soemitro,Rochmat. 2011. Asas dan Dasar perpajakan 1 dan 2. PT. Eresco, Bandung. Soemitro,Rochmat. 2011. Asas dan Dasar perpajakan 1 dan 2. PT. Eresco, Bandung. Waluyo. 2009. Perpajakan Indonesia.Buku 1 Edisi 10. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.