Albert Wenanta 1, Piter Lepong 2. Prosiding Seminar Sains dan Teknologi FMIPA Unmul Periode Maret 2016, Samarinda, Indonesia ISBN:

dokumen-dokumen yang mirip
Deliniasi Prospek Bijih Besi Dengan Mengunakan Metode Geomagnetik (Lokasi Penelitian Pelaihari, Kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan)

V. INTERPRETASI DAN ANALISIS

IV. METODOLOGI PENELITIAN

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran.. 66 DAFTAR PUSTAKA Lampiran-lampiran... 69

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Triantara Nugraha, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

V. HASIL DAN INTERPRETASI. panas bumi daerah penelitian, kemudian data yang diperoleh diolah dengan

PENYELIDIKAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DAN GEOLISTRIK

PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 3 (2014), Hal ISSN :

IDENTIFIKASI SEBARAN BIJI BESI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DAERAH GUNUNG MELATI KABUPATEN TANAH LAUT

BAB IV AKUISISI DAN PENGOLAHAN DATA LAPANGAN

Kontinuasi ke Atas Anomali Bawah Permukaan Memanfaatkan Data Magnetik di DAS Bedadung Wilayah Kota Jember

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Identifikasi Keberadaan Heat Source Menggunakan Metode Geomagnetik Pada Daerah Tlogowatu, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah

BAB III METODE PENELITIAN

TUTORIAL SINGKAT PENGOLAHAN DATA MAGNETIK

BAB III METODE PENELITIAN

Pengaruh Pola Kontur Hasil Kontinuasi Atas Pada Data Geomagnetik Intepretasi Reduksi Kutub

PENYELIDIKAN GEOMAGNETIK MENGGUNAKAN TRANSFORMASI PSEUDOGRAVITY PADA ANOMALI MAGNETIK DI KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBER SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

EKSPLORASI BIJIH BESI DENGAN METODE DIPOLE-DIPOLE DAN GEOMAGNET DI WILAYAH GANTUNG, KABUPATEN BLITUNG TIMUR, PROVINSI BLITUNG

Teori Dasar GAYA MAGNETIK. Jika dua buah benda atau kutub magnetik terpisah pada jarak r dan muatannya masing-masing m 1. dan m 2

PENYELIDIKAN MAGNET DAERAH PANAS BUMI AKESAHU PULAU TIDORE, PROVINSI MALUKU UTARA. Oleh Liliek Rihardiana Rosli

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GAYABERAT DI DAERAH KOTO TANGAH, KOTA PADANG, SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN I.1.

PEMODELAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH SUMBER AIR PANAS SONGGORITI KOTA BATU BERDASARKAN DATA GEOMAGNETIK

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data dipusatkan di kawasan Gunung Peben Pulau Belitung. Untuk

PENDUGAAN POSISI DAPUR MAGMA GUNUNGAPI INELIKA, FLORES, NUSA TENGGARA TIMUR BERDASARKAN SURVEI MAGNETIK

PENGARUH POLA KONTUR HASIL KONTINUASI ATAS PADA DATA GEOMAGNETIK INTEPRETASI REDUKSI KUTUB

Studi Litologi Batu Gamping Dari Data Ground Penetrating Radar (GPR) Di Tepi Pantai Temaju, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat

BAB V PEMBAHASAN DAN INTERPRETASI

2 1 2 D. Berdasarkan penelitian di daerah

IDENTIFIKASI JALUR SESAR MINOR GRINDULU BERDASARKAN DATA ANOMALI MEDAN MAGNET

POSITRON, Vol. IV, No. 1 (2014), Hal ISSN :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menghasilkan variasi medan magnet bumi yang berhubungan dengan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

IDENTIFIKASI POLA SEBARAN INTRUSI BATUAN BAWAH PERMUKAAN MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI SUNGAI JENELATA KABUPATEN GOWA

Kata kunci : Metode geomagnet, Mineral Sulfida, Foward Modeling, Disseminated.

BAB I PENDAHULUAN. Gayaberat merupakan salah satu metode dalam geofisika. Nilai Gayaberat di

Identifikasi Struktur Lapisan Bawah Permukaan Daerah Manifestasi Emas Dengan Menggunakan Metode Magnetik Di Papandayan Garut Jawa Barat

Secara umum teknik pengukuran magnetik ini pada setiap stasiun dapat dijelaskan sebagai berikut :

Kata kunci: anomali magnet, filter, sesar, intrusi

ANALISIS KEBERADAAN BIJIH BESI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK 2D DI LOKASI X KABUPATEN LAMANDAU KALIMANTAN TENGAH

Jurnal Einstein 3 (2) (2015): Jurnal Einstein. Available online

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH

ESTIMASI ZONA BIJIH BESI DI DAERAH LAMPUNG MENGGUNAKAN PEMODELAN MAGNETIK

STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH

APLIKASI METODE GEOMAGNETIK UNTUK MEMETAKAN SITUS ARKEOLOGI CANDI BADUT MALANG JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Sepertiga wilayah Indonesia berada di atas permukaan laut yakni belasan

Pemodelan Gravity Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Provinsi D.I. Yogyakarta. Dian Novita Sari, M.Sc. Abstrak

Kelompok 3 : Ahmad Imam Darmanata Pamungkas Firmansyah Saleh Ryan Isra Yuriski Tomy Dwi Hartanto

Program Studi Geofisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin SARI BACAAN

Survei Polarisasi Terimbas (IP) Dan Geomagnet Daerah Parit Tebu Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka-Belitung

Physics Communication

STUDI ANOMALI BAWAH PERMUKAAN DAERAH SEKITAR MANIFESTASI AIR PANAS, DESA WAGIR LOR, KEC. NGEBEL, KAB. PONOROGO DENGAN MENGGUNAKAN METODE MAGNETIK

APLIKASI METODE GEOFISIKA UNTUK GEOTEKNIK. Oleh: Icksan Lingga Pradana Irfan Fernando Afdhal Joni Sulnardi

Karakterisasi Panasbumi di Sumber Air Panas dengan Menggunakan Metode Geomagnet (Studi Kasus: Sumber Air Panas Panggo Kabupaten Sinjai)

Kata kunci: Metode geomagnetik, bendungan Karangkates (Lahor-Sutami), jenis batuan

ALHAZEN Journal of Physics ISSN Volume 2, Nomor 1, Issue 1, Juli 2015

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 5, No. 4, Oktober 2016, Hal

MAKALAH GRAVITASI DAN GEOMAGNET INTERPRETASI ANOMALI MEDAN GRAVITASI OLEH PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN MIPA FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

3. HASIL PENYELIDIKAN

Jalan Barong Tongkok No. 4 Kampus Gunung Kelua Samarinda, Kalimantan Timur *Corresponding Author :

Tahanan Jenis (Ohm meter)

2014 INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT

INTERPRETASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DI MUARA SUNGAI PROGO MENGGUNAKAN METODE MAGNETIK

Yesika Wahyu Indrianti 1, Adi Susilo 1, Hikhmadhan Gultaf 2.

KELURUSAN ANOMALI MAGNET BENDA X DI DAERAH Y DARI HASIL REDUKSI KE KUTUB

Identifikasi Sesar di Perairan Misool, Papua Barat dengan Menggunakan Metode Magnetik Nur Novita Sari a, Okto Ivansyah b, Joko Sampurno a*

Kata Kunci : Metode Geomagnet, suseptibilitas magnetik, perbandingan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Interpretasi Kualitatif Anomali Magnetik di Daerah Semburan Gas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENDUGAAN MODEL ANOMALI MAGNETIK BAWAH PERMUKAAN DESA DARMAKRADENAN, KECAMATAN AJIBARANG, KABUPATEN BANYUMAS

EKSPLORASI GEOMAGNETIK UNTUK PENENTUAN KEBERADAAN PIPA AIR DI BAWAH PERMUKAAN BUMI

STUDI ZONA MINERALISASI EMAS MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DESA SILIWANGA KECAMATAN LORE PEORE KABUPATEN POSO

TESIS PEMODELAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH YAPEN DAN MAMBERAMO, PAPUA BERDASARKAN ANOMALI GRAVITASI

Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Vetran Republik Indonesia

PENYELIDIKAN GEOFISIKA DI DAERAH GUNUNG RAWAN, KECAMATAN SEKAYAM, KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Pemodelan Sintetik Gaya Berat Mikro Selang Waktu Lubang Bor. Menggunakan BHGM AP2009 Sebagai Studi Kelayakan Untuk Keperluan

PENENTUAN BATAS KONTAK BATUAN GUNUNG PENDUL DAN GUNUNG SEMANGU, BAYAT, KLATEN MENGGUNAKAN METODA MAGNETIK

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA ANOMALI BOUGUER

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Metode Gayaberat

Pengantar Praktikum Metode Gravitasi dan Magnetik

PENGARUH WAKTU LOOPING TERHADAP NILAI KOREKSI HARIAN DAN ANOMALI MAGNETIK TOTAL PADA PENGOLAHAN DATA GEOMAGNET STUDI KASUS : DAERAH KARANG SAMBUNG

INTERPRETASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GEOMAGNETIK PADA DAERAH MATA AIR PANAS JATIKURUNG KABUPATEN SEMARANG

BAB III METODE PENELITIAN

183 PENDUGAAN BIJIH BESI DENGAN GEOLISTRIK RESISTIVITY-2D DAN GEOMAGNET DI DAERAH SEBAYUR, DESA MAROKTUAH, KEC

Identifikasi Benda-Benda Megalit Dengan Menggunakan Metode Geomagnet di Situs Pokekea Kecamatan Lore Tengah Kabupaten Poso

APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI POLE-POLE UNTUK MENENTUKAN SEBARAN DAN KEDALAMAN BATUAN SEDIMEN DI DESA WONOSARI KECAMATAN NGALIYAN SEMARANG

Cross Diagonal Survey Geolistrik Tahanan Jenis 3D untuk Menentukan Pola Penyebaran Batuan Basal di Daerah Pakuan Aji Lampung Timur

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kegiatan eksplorasi perminyakan, batuan karbonat memiliki

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE UNTUK IDENTIVIKASI POTENSI SEBARAN GALENA (PBS) DAERAH-X, KABUPATEN WONOGIRI

INTERPRETASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN MENGGUNAKAN METODE MAGNETIK (DAERAH SEKITAR SUNGAI OYO YOGYAKARTA)

Jurnal Einstein 3 (1) (2015): 1-8. Jurnal Einstein. Available online

Pengolahan awal metode magnetik

BAB IV STUDI KHUSUS GEOKIMIA TANAH DAERAH KAWAH TIMBANG DAN SEKITARNYA

Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 2, Nomor 2, Juni 2010, Halaman ISSN:

Aplikasi Transformasi Hartley pada Analisa Kontinuasi Data Gravitasi dan Geomagnet

Transkripsi:

Pemrosesan Anomali Magnetik Menggunakan Filter Upward Continuation Dan First Vertical Derivative (Lokasi Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan) Albert Wenanta 1, Piter Lepong 1 Laboratorium Geofisika, Program Studi Fisika, FMIPA, Universitas Mulawarman Program Studi Fisika, FMIPA, Universitas Mulawarman *Corresponding Author: albertwenanta@gmail.com 1, pit.lepong@gmail.com Abstrak Medan anomali magnetik adalah gabungan dari beberapa anomali magnetik. Untuk mendapatkan anomali magnetik yang diinginkan, digunakan filter upward continuation dan first vertical derivative. Filter upward continuation dan first vertical derivative, masing-masing dilakukan untuk memproses anomali magnetik yang belum diproses (original grid) dan anomali magnetik hasil reduce to pole di daerah Pelaihari. Filter upward continuation digunakan untuk memperjelas benda penyebab yang lebih dalam sedangkan first vertical derivative digunakan untuk meningkatkan gambaran benda magnetik yang dangkal. Pola kontur anomali magnetik hasil filter first vertical derivative of reduce to pole dan upward continuation 40 m of reduce to pole lebih menekankan penyebab anomali magnetik dari benda itu sendiri. Pola anomali magnetik di daerah Pelaihari dengan pendekatan filter upward continuation ketinggian 40 meter dari data anomali magnetik hasil reduce to pole menunjukkan anomali yang berasal dari benda itu sendiri di bawah permukaan. Nilai medan anomali magnetik yang dihasilkan paling tinggi. Pola anomali magnetik tergabung membentuk suatu pola anomali magnetik yang besar dan diduga merupakan batuanbatuan bawah permukaan yang tergabung akibat pengaruh suhu dan tekanan. Dengan pendekatan filter first vertical derivative dari hasil reduce to pole menunjukkan anomali dari benda itu sendiri di permukaan. Nilai medan anomali magnetik yang dihasilkan tidak signifikan. Pola anomali magnetik tersebar secara terpisah (tidak tergabung membentuk suatu pola yang besar). Pola anomali magnetik yang kecil ini diduga merupakan batuan kecil yang tersebar di permukaan. Kata Kunci: anomali magnetik, upward continuation, first vertical derivative, reduce to pole, kontur. Pendahuluan Magnetit membentuk unsur utama dan unsur minor dari banyak jenis batu yang berbeda dan ketika terjadi dalam konsentrasi besar membentuk lapisan-lapisan bijih besi magnetik yang besar. Banyak formasi geologi berdasarkan kandungan mineral magnetik, akan berperilaku seperti magnet yang terkubur secara besar dan kemudian akan dihubungkan dengan sebuah medan magnetik. Medan magnetik yang sangat lokal ini (medan anomali mangnetik) akan tertindih pada medan magnetik bumi sehingga medan magnetik total yang diamati adalah resultan, yaitu jumlah vektor dari medan total bumi dan medan anomali dari benda. Medan anomali magnetik tersebut merupakan gabungan dari beberapa anomali magnetik. Anomali magnetik ini dapat berasal dari bawah permukaan/regional (dalam) dan permukaan (dangkal). Untuk mendapatkan anomali magnetik yang diinginkan, digunakan filter upward continuation dan first vertical derivative. Filter upward continuation digunakan untuk mengurangi frekuensi tinggi di dekat permukaan dalam data magnetik untuk menambahkan identifikasi pada benda penyebab yang lebih dalam sedangkan first vertical derivative digunakan untuk mengurangi frekuensi rendah untuk meningkatkan gambaran benda magnetik yang dangkal. (Roux, A.T. 1980). Dalam studi kasus ini, filter upward continuation dan first vertical derivative digunakan untuk memproses data anomali magnetik daerah Pelaihari dengan tujuan memperjelas anomali di daerah tersebut. Metode Penelitian Upward Continuation Filter upward continuation mengubah data dengan mengganti titik pengamatan naik secara vertikal (seakan-akan medannya diukur pada ketinggian yang lebih tinggi). Filter upward continuation digunakan untuk mengurangi frekuensi tinggi di dekat permukaan dalam data magnetik untuk menambahkan identifikasi pada benda penyebab yang lebih dalam. Persamaan upward continuation dinyatakan sebagai: Sumber: (Mikhail Tchernychev. 007). 430

s( F( s( f ( f (. (1) 1 s( Mulai Dengan f ( adalah spektrum medan yang akan diubah. F ( adalah spektrum medan yang telah diubah (upward continued). s ( adalah spektrum transformasi, dan adalah parameter regularisasi. upward continuation Peta anomali first vertical derivative Vertical Derivative/Vertical Gradient Vertical derivative dari magnetik menunjukkan tingkat perubahan dari medan magnetik terhadap ketinggian. Vertical derivative meningkatkan gambaran benda magnetik yang dangkal. Vertical derivative pada medan magnetik dapat dihitung dengan mengalikan spektrum amplitudo pada medan dengan sebuah faktor: Sumber: (P.R Milligan & P.J. Gunn, 1997). 1 n u n v, () dengan n adalah tingkat dari vertical derivative. Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan adalah seperangkat komputer untuk memproses data anomali magnetik daerah Pelaihari. Bahan yang diperlukan berupa data anomali magnetik daerah Pelaihari yang terdiri dari peta anomali magnetik yang belum diproses (original grid) dan peta anomali magnetik hasil reduce to pole, informasi yang didapat dalam pengukuran di daerah tersebut, seperti singkapan batuan. Prosedur Penelitian Dalam studi kasus ini, digunakan filter upward continuation dan first vertical derivative, masing-masing dilakukan untuk memproses anomali magnetik yang belum diproses (original grid) dan anomali magnetik hasil reduce to pole. Kemudian dilakukan analisa terhadap pola magnetik yang dihasilkan dari filter tersebut untuk dilakukan interpretasi. Diagram alir penelitiannya adalah sebagai berikut: Anomali regional/dalam Analisa: Perbandingkan pola kontur anomali Kesimpulan Selesai \ Anomali dangkal Gambar 1. Diagram Alir Penelitian. Upward continuation of reduce to pole Filter upward continuation of reduce to pole digunakan untuk memperjelas benda penyebab yang lebih dalam dan asimetri dari magnetisasi tidak vertikal dan medan regional akan dihilangkan sehingga lebih memperjelas penyebab anomali yang berasal dari benda itu sendiri. First vertical derivative of reduce to pole First vertical derivative of reduce to pole dari magnetik digunakan untuk meningkatkan gambaran anomali dangkal yang berada di permukaan dan asimetri dari magnetisasi tidak vertikal dan medan regional akan dihilangkan sehingga lebih memperjelas penyebab anomali yang berasal dari benda itu sendiri. Interpretasi Interpretasi dilakukan dengan melihat kecenderungan, pola pada peta kontur anomali magnetik yang dihasilkan dari proses filter upward continuation dan first vertical derivative. Kemudian dikaitkan pada informasi yang didapat dari pengukuran magnetik di daerah Pelaihari. 431

Hasil dan Pembahasan Peta anomali magnetik yang belum diproses (original grid) dan reduce to pole yang telah diolah menggunakan filter upward continuation dan first vertical derivative, menghasilkan peta kontur anomali magnetik dengan nilai medan anomali magnetik bersatuan nanotesla berdasarkan skala warna pada bar di kanan, koordinat lintang (garis horisontal), bujur (garis vertikal) sebagai berikut: yang besar ini diduga merupakan batuanbatuan bawah permukaan yang tergabung akibat pengaruh suhu dan tekanan. Gambar 3. First Vertical Derivative. Gambar. Upward Continuation 40 m. Dengan dilakukan proses filter upward continuation 40 meter, maka akan didapatkan anomali regional yang berada di bawah permukaan. Filter upward continuation dilakukan dengan ketinggian 40 meter karena untuk ketinggian di atas 40 meter akan menyebabkan hilangnya konturkontur tertentu yang dapat memberikan informasi dalam interpretasi. Nilai medan magnetik yang tinggi (merah) bernilai 900 sampai 930. Nilai medan magnetik yang rendah (hitam) bernilai -900 sampai -1100. Pola anomali magnetik cenderung tergabung membentuk suatu pola anomali magnetik yang besar. Pola anomali magnetik Dengan dilakukan proses filter first vertical derivative, maka akan didapatkan anomali dangkal yang berada di permukaan. Nilai medan magnetik yang tinggi (merah) bernilai 50 sampai 300. Nilai medan magnetik yang rendah (hitam) bernilai -400 sampai -470. Nilai medan anomali magnetik yang dihasilkan oleh filter first vertical derivative tidak signifikan atau kecil karena pada umumnya daerah permukaan nilai medan anomali magnetiknya rendah. Pola anomali magnetik tersebar secara terpisah (tidak tergabung membentuk suatu pola yang besar seperti yang dihasilkan oleh filter upward continuation 40 m). Pola anomali magnetik yang kecil ini diduga merupakan batuan kecil yang tersebar di permukaan. 43

Gambar 4. Upward continuation 40 m of reduce to pole. Dengan dilakukan proses filter upward continuation 40 meter dari hasil reduce to pole, akan didapatkan anomali dari benda itu sendiri yang berada di bawah permukaan. Nilai medan magnetik yang tinggi (merah) bernilai 400 sampai 800. Nilai medan magnetik yang rendah (hitam) bernilai -100 sampai -1500. Nilai medan anomali magnetik yang dihasilkan oleh filter upward continuation 40 m of reduce to pole paling tinggi dibanding hasil filter lainnya karena pada daerah bawah permukaan nilai medan anomali magnetiknya tinggi akibat pengaruh suhu dan tekanan sementara reduce to pole melakukan magnetisasi tepat di atas benda dan efek medan dari anomali lain dihilangkan menciptakan nilai medan anomali magnetik yang sangat tinggi. Seperti pola anomali magnetik yang dihasilkan sebelumnya oleh filter upward continuation 40 m, pola anomali magnetik tergabung membentuk suatu pola anomali magnetik yang besar. Pola anomali magnetik yang besar ini diduga merupakan batuan-batuan bawah permukaan yang tergabung akibat pengaruh suhu dan tekanan. Gambar 5. First vertical derivative of reduce to pole. Dengan dilakukan proses filter first vertical derivative dari hasil reduce to pole, akan didapatkan anomali dari benda itu sendiri yang berada di permukaan. Nilai medan magnetik yang tinggi (merah) bernilai 550 sampai 650. Nilai medan magnetik yang rendah (hitam) bernilai -500 sampai -600. Seperti pola anomali magnetik yang dihasilkan oleh filter first vertical derivative, pola anomali magnetik tersebar secara terpisah (tidak tergabung membentuk suatu pola yang besar seperti yang dihasilkan oleh filter upward continuation 40 m of reduce to pole). Pola anomali magnetik yang kecil ini diduga merupakan batuan kecil yang tersebar di permukaan. Pola kontur anomali magnetik hasil proses filter first vertical derivative of reduce to pole dan upward continuation 40 m of reduce to pole lebih menekankan penyebab anomali magnetik dari benda itu sendiri. Perbandingan terhadap pola kontur anomali magnetik yang dihasilkan adalah sebagai berikut: 433

Upward of RTP 1 st VD of RTP Gambar 6. Perbangingan pola kontur anomali magnetik. Ada kesesuaian pola kontur anomali magnetik di bawah permukaan yang dihasilkan dari hasil proses filter upward continuation 40 m of reduce to pole dengan pola kontur anomali magnetik di permukaan dari hasil proses filter first vertical derivative of reduce to pole. Kesesuaian pola kontur anomali magnetik tersebut berada pada koordinat lintang 53300 hingga 53390 dan koordinat bujur 957601 hingga 957855 (daerah dalam persegi kuning pada gambar 6). Berdasarkan informasi yang didapat dari pengukuran magnetik daerah Pelaihari, daerah permukaan pada koordinat tersebut umumnya merupakan gunung dan terdapat bongkahan dengan sisipan bijih besi. Karena kesesuaian pola kontur anomali magnetik tersebut, maka diduga ada keterusan pola anomali magnetik yang sama dari permukaan ke bawah permukaan. Tidak ada kesesuaian pola kontur anomali magnetik antara pola kontur anomali magnetik dari hasil proses filter upward continuation 40 m of reduce to pole dengan pola kontur anomali magnetik di permukaan dari hasil proses filter first vertical derivative of reduce to pole. Perbedaan pola kontur anomali magnetik tersebut berada pada koordinat lintang 53415 hingga 53476 dan koordinat bujur 95780 hingga 957953 (daerah dalam persegi merah pada gambar 6). Berdasarkan informasi yang didapat dari pengukuran magnetik daerah Pelaihari, daerah permukaan pada koordinat tersebut umumnya merupakan gunung dan terdapat semak belukar. Karena ketidaksesuaian tersebut maka diduga tidak ada keterusan pola anomali magnetik yang sama dari permukaan ke bawah permukaan. Kesimpulan Pola anomali magnetik di daerah Pelaihari dengan pendekatan filter upward continuation ketinggian 40 meter dari data anomali magnetik hasil reduce to pole menunjukkan anomali yang berasal dari benda itu sendiri di bawah permukaan. Nilai medan anomali magnetik yang dihasilkan paling tinggi. Pola anomali magnetik tergabung membentuk suatu pola anomali magnetik yang besar dan diduga merupakan batuan-batuan bawah permukaan yang tergabung akibat pengaruh suhu dan tekanan. Dengan pendekatan filter first vertical derivative dari hasil reduce to pole menunjukkan anomali dari benda itu sendiri di permukaan. Nilai medan anomali magnetik yang dihasilkan tidak signifikan. Pola anomali magnetik tersebar secara terpisah (tidak tergabung membentuk suatu pola yang besar). Pola anomali magnetik yang kecil ini diduga merupakan batuan kecil yang tersebar di permukaan. Saran yang ingin diberikan, untuk penelitian yang lebih lanjut dapat dilakukan dengan menghitung kedalaman anomali magnetik. Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada Laboratorium Geofisika FMIPA Universitas Mulawarman Samarinda atas fasilitas yang diberikan untuk melakukan penelitian ilmiah. Daftar Pustaka [1] Mikhail Tchernychev. 007. MAGPICK - magnetic map & profile processing. Magpick manual. [] P.R Milligan & P.J. Gunn. 1997. Enhancement and presentation of airborne geophysical data. AGSO Journal of Australian Geology & Geophysics, 17(), 63-75. [3] Roux, A.T. 1980. The Magnetic Method. South African Geophysical Union. 434