Sebagai upaya untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mengedepankan dethronement of GNP, pengentasan garis kemiskinan,

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat dikemukakan terkait hasil penelitian, yaitu.

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

gula (31) dan industri rokok (34) memiliki tren pangsa output maupun tren permintaan antara yang negatif.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

I. PENDAHULUAN. utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan. dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi

BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO)

Produk Domestik Bruto (PDB)

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai

KETERKAITAN ANTARSEKTOR PADA PEREKONOMIAN JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dengan cepat. Pariwisata merupakan industri baru yang mampu

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi ialah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KESIMPULAN DAN SARAN

III. METODE PENELITIAN

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan dan tingkat pendidikan) maupun dalam modal fisik, seperti

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 menyatakan bahwa hutan adalah

DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011

BERITA RESMI STATISTIK

Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

Lampiran 1. Kode Sektor Sektor Eknonomi

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

BAB 4 ANALISA. Pada bab ini akan dilakukan analisa berdasarkan hasil dari pengolahan data pada bab sebelumnya.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Arsyad (1999), inti permasalahan yang biasanya terjadi dalam

V. STRUKTUR PEREKONOMIAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN PENGELUARAN RUMAHTANGGA

BERITA RESMI STATISTIK

Keterangan * 2011 ** 2012 ***

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BAB IV ANALISIS SUB SEKTOR POTENSIAL DALAM MENDUKUNG FUNGSI KOTA CILEGON

APLIKASI INPUT OUTPUT

III. METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012

PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

menciptakan stabilitas ekonomi (economic stability) melalui retribusi

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

III. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Distribusi Input dan Output Produksi

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

BAB V GAMBARAN INFRASTRUKTUR JALAN, STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN KETENAGAKERJAAN DI JAWA BARAT

GROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.

BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

Transkripsi:

120 No. 1 2 3 4 Tabel 3.5 Kegiatan Pembangunan Infrastruktur dalam MP3EI di Kota Balikpapan Proyek MP3EI Pembangunan jembatan Pulau Balang bentang panjang 1.314 meter. Pengembangan pelabuhan Internasional Balikpapan, yaitu Terminal Peti Kemas Kariangau. Pembangunan Jembatan Pulau Balang bentang pendek 470 meter. Pembangunan Waduk Wain untuk kebutuhan air baku. Nilai Investasi (Milliar Rp) Periode Mulai Periode Selesai 3.600 2013 2015 713 2008 2012 488 2008 2011 290 2015-5 Bandara Balikpapan. 1.600 2011 2014 6 Pembangunan pembangkit listrik Kaltim oleh PLN. 7.270 2011 2015 7 Pembangunan fasilitas transmisi kelistrikan di Kaltim oleh PLN. Sumber: RPJMD Kota Balikpapan, 2011 1.035,16 2011 2015 Sebagai upaya untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di Kota Balikpapan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam strategi pengembangan sektoral, di antaranya adalah: 1. untuk sumber daya alam yang terbarukan, laju pemanenan harus sama dengan laju regenerasi (produksi lestari); 2. untuk masalah lingkungan, laju pembuangan (limbah) harus setara dengan kapasitas asimilasi lingkungan; dan 3. sumber energi yang tidak terbarukan harus dieksploitasi secara quasisustainable, yakni mengurangi laju deplesi dengan cara menciptakan energi substitusi.

121 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Peran sektoral dalam struktur perekonomian Kota Balikpapan tahun 2000 dan 2008 menunjukkan bahwa. a. Struktur permintaan dan penawaran menunjukkan terjadinya peningkatan kemampuan produk domestik dalam memenuhi permintaan sebesar 11,47 persen. Sektor dengan peningkatan ketergantungan impor tertinggi adalah sektor 6 (Pertambangan Migas), sedangkan sektor dengan penurunan ketergantungan impor tertinggi adalah sektor 8 (Industri Pengilangan Minyak Bumi). b. Struktur output menunjukkan terjadi peningkatan output mencapai 2,42 kali dari tahun 2000 ke tahun 2008 (Rp39,04 Triliun tahun 2008). Terdapat tiga sektor utama yang senantiasa berkontribusi terbesar dalam pembentukan output pada tahun 2000 dan 2008, yaitu sektor 8 (Industri Pengilangan Minyak Bumi); Sektor 19 (Perdagangan) dan sektor 18 (Bangunan). c. Struktur nilai tambah bruto menunjukkan surplus usaha senantiasa berperan terbesar dalam membentuk nilai tambah bruto. Sektor 8 (Industri Pengilangan Minyak Bumi) senantiasa menjadi penyumbang nilai tambah tertinggi, yaitu 47,98 persen tahun 2000 dan meningkat menjadi 60,73 persen tahun 2008. 121

122 d. Struktur permintaan akhir menunjukkan ekspor sebagai penyusun terbesar dari tahun 2000 (77,17 persen) ke tahun 2008 (73,73 persen) dengan tren menurun. Tingginya ekspor diimbangi dengan tingginya impor di Kota Balikpapan, sehingga penghasilan efektif dari ekspor menjadi kecil. Ekspor terbesar tahun 2000 dan 2008 dari sektor 8 (Industri Pengilangan Minyak Bumi). e. Angka pengganda (multiplier). i. Sektor dengan output multiplier tertinggi tahun 2000 adalah sektor 9 (Industri Makanan dan Minuman) = 2,13 dan tahun 2008 adalah sektor 10 (Industri tekstil, Pakaian Jadi dan Kulit) = 2,27. Peningkatan output multiplier tertinggi terjadi pada sektor 16 (Listrik) mencapai 0,49. ii. Sektor dengan income multiplier tertinggi tahun 2000 adalah sektor 27 (Pemerintahan Umum) = 0,89 demikian pula pada tahun 2008 (0,76). Peningkatan income multiplier tertinggi terjadi pada sektor 28 (Jasa Sosial dan Kemasyarakatan) mencapai 0,12. iii. Sektor dengan employment multiplier tertinggi tahun 2000 adalah sektor 9 (Jasa-jasa) = 0,09 dan tahun 2008 adalah sektor 2 (Pertambangan dan penggalian) = 1,66. Terjadi peningkatan employment multiplier diseluruh sektor dengan peningkatan tertinggi pada sektor 2. Tingginya nilai employment multiplier sektor 2 (Pertambangan dan Penggalian) merupakan spillover effect beroperasinya pertambangan di Provinsi Kalimantan Timur. iv. Sektor dengan indeks pengganda ekspor tertinggi tahun 2000 dan 2008 sektor 8 (Industri Pengilangan Minyak Bumi) dengan tren meningkat.

123 f. Berdasarkan keterkaitan antarsektor, sektor kunci Kota Balikpapan didominasi oleh sektor pengolahan (manufacturing). Sektor 21 (Angkutan) dan 14 (Industri Logam, Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan) senantiasa menjadi sektor kunci tahun 2000 dan 2008 dengan peningkatan peran dalam perekonomian Kota Balikpapan yang ditunjukkan peningkatan nilai backward dan forward linkage. Berdasarkan beberapa penemuan di atas dapat diketahui bahwa struktur perekonomian Kota Balikpapan banyak digerakkan oleh sektor manufacturing. Hal ini dapat dilihat dari dominasi sektor industri yang berperan sebagai sektor kunci, tingginya pangsa output, kontribusi terhadap nilai tambah, ouput multiplier dan indeks pengganda ekspor. Kenyataan ini menunjukkan bahwa sektor industri merupakan sektor yang berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi di Kota Balikpapan (karakter perekonomian perkotaan). Hal tersebut sesuai dengan Kaldor s growth law yang menyatakan bahwa manufacturing as the engine of growth. 2. Struktur ekonomi Kota Balikpapan menunjukkan terjadinya perubahan berdasarkan visualisasi economic landscape pada tahun 2000 dan 2008. Economic landscape menunjukkan pergeseran MPM total tertinggi pada tahun 2000 adalah sektor 19 (Perdagangan) turun menjadi urutan ke enam pada tahun 2008. MPM total sektor 21 (Angkutan) naik menjadi urutan pertama pada tahun 2008. MPM total Sektor 8 (Industri Pengilangan Minyak Bumi) dari urutan ke empat menjadi urutan ke dua pada tahun 2008. Struktur perekonomian Kota Balikpapan tahun 2008 tidak terlepas dari struktur ekonomi awal (economic base) Kota Balikpapan pada tahun 2000, meskipun

124 terjadi peningkatan peran beberapa sektor lainnya (misalanya, sektor 21, 13, 23, 26, 16). Economic landscape Kota Balikpapan masih memperlihatkan tingginya peran sektor migas khususnya industri pengilangan minyak bumi dalam menarik sektor hulu dan hilirnya. Peran sektor 8 (Industri Pengilangan Minyak Bumi) dalam menarik sektor hulu dan hilir diperkuat dengan beroperasinya pertambangan di sekitar Kota Balikpapan (khususnya Provinsi Kaltim) dan penetapan Kota Balikpapan sebagai pusat Daerah Operasi Hulu (DOH) Kalimantan dengan Wilayah Daerah Niaga (WDN III) terluas. Keterkaitan antara sektor industri, infrastruktur (angkutan dan listrik), jasa perusahaan dan sektor perbankan merupakan kolaborasi yang semakin kuat dalam penciptaan output Kota Balikpapan. Indikator perubahan struktur ekonomi menunjukkan semakin besarnya peran sektor sekunder dan tersier yang diikuti oleh penurunan peran sektor primer dalam pembentukan output, nilai tambah, permintaan, penyerapan tenaga kerja dan sektor kunci. Pergeseran sektor kunci terjadi dengan naiknya sektor 9, 13 dan 26 sebagai sektor kunci tahun 2008, sedangkan sektor 14 dan 21 tetap sebagai sektor kunci tahun 2000 dan 2008. 3. Dampak ekstraksi sektor 8 (Industri Pengilangan Minyak Bumi) terhadap perekonomian Kota Balikpapan melalui analisis HEM berpengaruh pada seluruh sektor dengan tingkat yang beragam. Ekstraksi sektor 8 menyebabkan hilangnya total output mencapai 51,63 persen atau senilai Rp20,16 Triliun. Terdapat 13 sektor yang akan mengalami penurunan output lebih besar dari 10 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sektor 8 merupakan sektor strategis. Upaya untuk mempertahankan keberadaan sektor 8 (Industri Pengilangan

125 Minyak Bumi) perlu dilakukan dengan mencari sumber bahan baku alternatif maupun menciptakan sumber energi terbarukan yang diharapkan mampu menggantikan peran sektor 8 (Industri Pengilangan Minyak Bumi) dalam mendukung bergeraknya perekonomian Kota Balikpapan secara berkelanjutan. 4. Prioritas sektor unggul Kota Balikpapan melalui analisis MFEP, menunjukkan bahwa sektor unggul sebagai upaya mewujudkan pembangunan ekonomi berkelanjutan berasal dari sektor tersier (jasa) dan sekunder (industri). Sektor tersier termasuk di dalamnya jasa angkutan, hotel dan restoran, jasa perusahaan, bank, lembaga keuangan bukan bank, perdagangan, jasa hiburan dan rekreasi. Sektor sekunder termasuk di dalamnya industri pengilangan minyak bumi, industri barang galian bukan logam, industri tekstil, pakaian jadi dan kulit, serta industri makanan dan minuman. Berkembangnya sektorsektor juga memerlukan dukungan infrastruktur yang baik seperti transportasi, air bersih, listrik dan komunikasi. Kota Balikpapan memiliki peluang besar untuk mengembangkan sektor jasa, industri dan infrastruktur dengan beragam keunggulan yang dimiliki, diantara adalah penetapan Kota Balikpapan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Kawasan Strategis Nasional (KSN), lokasi pelabuhan laut internasional, simpul transportasi udara nasional, Pusat Pelayanan Orde I Provinsi Kaltim, pendukung MP3EI, kawasan lindung nasional, kota potensial tujuan MICE dan Penataan ruang wilayah Kota Balikpapan diarahkan menjadi kota jasa yang dinamis, selaras dan hijau untuk mendukung fungsinya sebagai Pusat Pertumbuhan Nasional.

126 4.2 Saran 1. Upaya mewujudkan pembangunan ekonomi berkelanjutan di Kota Balikpapan dapat dilakukan dengan: a. mengembangkan sektor unggul, yaitu sektor jasa (angkutan, hotel dan restoran, jasa perusahaan, bank, lembaga keuangan bukan bank, perdagangan, jasa hiburan dan rekreasi) dan industri (industri barang galian bukan logam, industri tekstil, pakaian jadi dan kulit, serta industri makanan dan minuman). Perencanaan pembangunan berkelanjutan merupakan konsep yang menawarkan pembangunan tidak hanya berfokus pada pertumbuhan output, tetapi juga memperhatikan upaya mengurangi kemiskinan, pengangguran serta pembangunan yang bersinergi dengan lingkungan. Salah satu konsep operasional yang bisa diterapkan adalah Blue Economy. Konsep ini menawarkan investasi yang lebih rendah, lebih inovatif, menghasilkan arus kas, menciptakan lapangan kerja, membangun modal sosial, dan merangsang kewirausahaan. b. Peningkatan kuantitas dan kualitas infrastruktur (khususnya transportasi, listrik, air bersih, dan komunikasi) perlu dilakukan untuk memfasilitasi perkembangan sektor-sektor lain, sehingga pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dapat segera tercapai. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai keterkaitan ekonomi antara Kota Balikpapan dengan kawasan sekitarnya (khususnya wilayah Provinsi Kaltim), sehingga dapat disusun strategi pembangunan yang lebih komprehensif sebagai upaya mensinergiskan program pembangunan antar daerah.