BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
MENGANALISIS ASPEK-ASPEK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN MEMBACA. Sumarni. Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal,

Penggunaan Metode Demonstrasi Pada Pembelajaran Membaca Teks Percakapan Siswa Kelas V SDN Gindopo

BAB II LANDASAN TEORI. dengan menggerakkan sejumlah besar tindakan yang terpisah pisah.aktivitas yang

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu bentuk keterampilan berbahasa, yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Risca Olistiani, 2013

BAB II KAJIAN TEORITIS Kedudukan Pembelajaran Menyimpulkan Isi Bacaan dalam KTSP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi keterampilan berbahasa yang meliputi menyimak, berbicara, membaca dan

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sebagai alat komunikasi yang paling utama. Bahasa dibagi

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memerlukan guru dan siswa,

MEMAHAMI HAKEKAT DAN ASPEK-ASPEK DALAM READING (MEMBACA)

BAB I PENDAHULUAN. dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia

2015 PENERAPAN METODE BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

2015 FAKTOR-FAKTOR PREDIKTOR YANG MEMPENGARUHI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA YANG MENGALAMI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN

BAB I PENDAHULUAN. diberikan di Sekolah Dasar (SD). Mata pelajaran Bahasa Indonesia juga

BAB I PENDAHULUAN. grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.

2014 PENGARUH METODE FIELD TRIP TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI PADA PESERTA DIDIK TUNARUNGU

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis

Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas IV SDN Mantangisi Dalam Membaca Intensif Melalui Metode Pemberian Tugas

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dengan baik secara lisan maupun tulisan. Pembelajaran bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yang

KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0486/UI/1992 tentang Taman Kanak-

2015 PENERAPAN METODE PQ4R (PREVIEW QUESTION READ REFLECT RECITE REVIEW) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA MEMINDAI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang diterapkan oleh pemerintah

GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. sarana untuk berkomunikasi. Setiap anggota masyarakat dan komunitas tertentu

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini adalah anak yang berumur nol tahun atau sejak lahir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Dalam hal ini membaca merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bahan ajar, media yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekolah dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. pemberian makna terhadap tulisan, sesuai dengan maksud penulis. Membaca

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. Keterampilan ialah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan penting dalam

HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA PADA SISWA KELAS XI IPA SMA GUNUNG SARI MAKASSAR JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil dalam berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Berdasarkan aktivitas

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sarana yang digunakan untuk berkomunikasi dengan

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN TEORI. Hakikat pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR BAHASA INDONESIA DENGAN PENERAPAN METODE KLOS SISWA KELAS VII-3 SMP NEGERI 29 MEDAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memprihatinkan. Kurikulum terus berganti dari kurikulum 1975 hingga kurikulum

NIM. K BAB 1 PENDAHULUAN

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan perasaan, dan memungkinkan individu menciptakan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan siswa dalam membaca, merupakan salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan struktur kebahasaannya dengan baik (penggunaan kosa kata, tatabahasa,

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat dan terencana dengan strategi pembelajaran yang efektif.

BAB 1 PENDAHULUAN. Riama N Sihombing, 2013

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERSUASI MENGGUNAKAN MEDIA POSTER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu alat komunikasi dan sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tia Setiawati, 2013

I. PENDAHULUAN. komunikasi, baik komunikasi secara lisan, maupun komunikasi secara tertulis.

BAB I PENDAHULUAN. SMP N 2 Banyudono terletak di Jalan Jembungan, Banyudono, Boyolali.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. didik disekolah melalui proses pembelajaran. Namun, mengupayakan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Inggris merupakan bahasa yang digunakan sehari-hari di negara

KEMAMPUAN MENULIS TEKS PROSEDUR SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 11 KOTA JAMBI. Nia Budianti, Herman Budiyono, Imam Suwardi FKIP Universitas Jambi ABSTRAK

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya) November 2013

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam hal berpikir kritis peserta didik dimulai dari jenjang Sekolah Dasar sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran Bahasa Indonesia. Menurut pendapat Pelly (Haryadi dan Zamzani,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir.

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan serta dapat diturunkan kepada generasi-generasi mendatang. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

BAB II KAJIAN TEORI. pengupayaan ini akan mengakibatkan peserta diidk dapat mempelajari sesuatu

Pengaruh Metode KWL (Know, Want to Know, Learned)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menjamin

Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 tentang

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh pembaca dan hendak disampaikan melalui media kata-kata/bahasa tulis.

BAB I PENDAHULUAN. baru tersebut, maka badan bahasa bertindak menjadi agen perubahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib

BAB I PENDAHULUAN. alamiah untuk beradaptasi dengan lingkungannya, sebagai alat. bersosialisasi, bahasa juga merupakan suatu cara merespon orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik dan. Salah satu usaha untuk meningkatkan kemampuan

I. PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai oleh seorang melalui proses

I. PENDAHULUAN. di sekolah. Dalam KTSP Bahasa Inggris 2006 dijelaskan bahwa dalam belajar

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam

BAB I PENDAHULUAN. sosial, dan emosional peserta didik dan menerapkan fungsi penunjang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kegiatan berbahasa merupakan bagian dari kehidupan manusia. Ketika manusia melakukan kegiatan berbahasa, maka mereka harus memiliki keterampilan berbahasa.tampubolon (1987, hlm. 4) membagi keterampilan berbahasa menjadi empat bagian sebagaimana dikemukakannya bahwa:... dalam pendidikan bahasa ada empat kemampuan bahasa pokok yang harus dibina dan dikembangkan, yaitu menyimak (mendengarkan), berbicara, membaca dan menulis. Dua kemampuan pertama dan berada dalam komunikasi lisan dan dua yang belakangan terdapat dalam komunikasi tulisan. Urutan demikian didasarkan pada perolehan dan perkembangan bahasa. Anak-anak secara alamiah mula-mula menyimak bahasa (ujaran-ujaran) di sekitarnya, dan dengan potensi kebahasaan yang ada padanya dia memperoleh kaidah-kaidah bahasa yang bersangkutan. Kemudian dia memperoleh dan mengembangkan kemampuan berbicara. Setelah memiliki kedua kemampuan itu, dia dapat pula belajar membaca (secara formal di rumah atau di sekolah), dan kemudian belajar menulis. Dalam pendidikan bahasa, terutama dalam pendidikan formal, tekanan atau pengutamaan dapat diberikan pada kemampuan tertentu, misalnya pada membaca tau berbicara. Salah satu bagian keterampilan berbahasa adalah keterampilan membaca. Keterampilan membaca merupakan salah satu bagian dari pembelajaran dalam mata pelajaran bahasa Indonesia yang meliputi menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Membaca untuk keperluan pembelajaran berarti membaca untuk mempelajari dan memperoleh informasi yang terdapat dalam bacaan, bukan hanya membunyikan lambang-lambang bunyi saja. Pembelajaran membaca memiliki kedudukan sangat penting dalam proses belajar mengajar di sekolah karena sebagian besar perolehan ilmu dilakukan siswa melalui aktivitas membaca. Nurgiyantoro (2001, hlm. 247) mengemukakan bahwa:

2 Keberhasilan studi seseorang akan sangat ditentukan oleh kemampuan dan kemauan dalam membacanya. Bahkan, setelah siswa menyelesaikan studinya kemampuan dan kemauan membacanya akan sangat mempengaruhi keluasan pandangan tentang berbagai masalah. Kemampuan membaca meliputi kemampuan membaca permulaan dan kemampuan membaca pemahaman sebagaimana dikemukakan oleh Broughton (dalam Tarigan, 2008, hlm. 12) bahwa: Terdapat dua aspek penting dalam membaca: 1) Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang dapat dianggap berada pada urutan lebih rendah (lower order). Aspek ini mencakup: a) pengenalan bentuk huruf; b) pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata frase, pola klausa, kalimat, dan lain-lain; c) pengenalan hubungan (korespondensi pola ejaan dan bunyi; d) kecepatan membaca ke taraf lambat. 2) Keterampilan yang bersifat pemahaman(comprehension skills) yang anggap berada pada urutan lebih tinggi (higher order). Aspek ini mencakup: a) memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal); b) memahami signifikansi atau makna (maksud dan tujuan pengarang, relevansi/keadaan kebudayaan, dan reaksi pembaca); c) evaluasi atau penilaian (isi, bentuk); d) kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan. Pembelajaran bahasa Indonesia berdasarkan KTSP (2006) kelas VII SMPLB Bagian Tunarungu (B) terdapat Standar Kompetensi: (6) Memahami wacana tulis melalui kegiatan membaca intensif dan membaca memindai. Kompetensi Dasar: (6.1) Mengungkapkan hal-hal yang dapat meneladani dari buku biografi yang dibaca dengan membaca intensif dan membaca memindai. Sebagaimana dikemukakan oleh Tarigan (2008, hlm. 14) bahwa membaca intensif terdiri dari dua bagian, yaitu membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa. Membaca telaah isi terdiri dari membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, dan membaca ide-ide. Oleh karena, membaca pemahaman di

3 ajarkan dalam membaca intensif, maka dalam penelitian ini difokuskan pada membaca pemahaman. Hasil kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya membaca pemahaman tidak selamanya berlangsung sesuai harapan. Pada kegiatan ini sering kali anak tuna rungu memperoleh nilai lebih rendah dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan guru sebagai akibat mereka memiliki keterbatasan dalam perbendaharaan kosakata, daya abstraksi, dan kesulitan mengartikan kata kiasan. Penyebabnya, bukan berarti mereka memiliki kemampuan intelegensi yang rendah, tetapi lebih disebabkan kesulitan dalam memahami bahasa sehingga kemampuan intelegensi mereka tidak berkembang dengan maksimal. Hal serupa terjadi pada DN, salah seorang dari tiga orang siswa tunarungu kelas VII di SLB PGRI Karya Winaya. Hasil pengamatan awal dapat dikatakan bahwa kemampuan membaca pemahaman DN masih sangat rendah. Hal ini dibuktikan hasil ulangan harian yang telah dilaksanakan pada mata pelajaran bahasa Indonesia sub pokok bahasan membaca pemahaman, semester dua tahun pelajaran 2013/2014, DN hanya memperoleh skor 55, sedangkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan guru untuk setiap sub pokok bahasan adalah adalah 65. Kondisi rendahnya kemampuan membaca pemahaman DN tersebut dipicu oleh beberapa faktor yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar. Diantaranya adalah keterbatasan guru dalam menggunakan teknik dan media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa tunarungu di kelas VII khususnya DN. Pada kegiatan pembelajaran membaca pemahaman, guru hanya memberikan bahan bacaan yang berasal dari buku pelajaran bahasa Indonesia sebagai buku sumber, kemudian siswa membaca bacaan tersebut dari awal sampai akhir serta menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan teks bacaan. Jika ada penjelasan, itupun hanya penjelasan singkat yang masih

4 belum dipahami siswa. Sementara, hasil pengamatan lainnya, diketahui bahwa DN sudah mampu membaca dan menulis namun seperti umumnya anak tunarungu, DN memiliki hambatan komunikasi secara verbal sehingga berdampak pada lemahnya kemampuan membaca pemahaman yang meliputi merumuskan pengertian, menarik kesimpulan, menilai, dan memberikan respon emosional terhadap bacaan. Pada kegiatan pembelajaran membaca, minat DN terhadap kegiatan membaca masih rendah. Dia mau membaca kalau ada perintah guru. Selain itu, DN tidak berani mengajukan pertanyaan, tidak berani mengungkapkan pendapat, dan sangat tergantung pada bantuan guru pada saat menjawab pertanyaan-pertanyaan atau soal-soal ujian. Berdasarkan fakta di atas, diperlukan suatu pendukung dalam kegiatan pembelajaran membaca pemahaman agar pembelajaran berlangsung dengan baik sehingga pada akhirnya siswa mampu memahami isi bacaan. Di lain pihak, guru pun berperan aktif sebagai fasilitator yang membantu siswa tunarungu belajar dengan baik. Salah satu pendukung tersebut adalah dengan menggunakan teknik pembelajaran mengetahui (know), ingin mengetahui (want), dan belajar (learned). Teknik pembelajaran ini diadaptasi dari teknik KWL (Know, Want, Learned) yang dikembangkan oleh Ogle (1986). Teknik pembelajaran mengetahui (know), ingin mengetahui (want), dan belajar (learned) memberikan kepada siswa tujuan membaca dan menjadikan siswa aktif sebelum, saat, dan sesudah membaca. Berdasar pada karakteristik siswa tunarungu di atas, dengan diterapkannya teknik pembelajaran ini dalam kegiatan membaca pemahaman, diharapkan minat siswa terhadap kegiatan membaca meningkat, siswa berani mengajukan pertanyaan, mengungkap kanpendapat, tidak ada ketergantungan pada guru pada saat menjawab pertanyaan-pertanyaan, dan siswa aktif dalam merespon pelajaran yang diberikan guru. Karena sebelum kegiatan membaca pemahaman dilaksanakan, dalam teknik pembelajaran ini siswa tunarungu

5 diberikan stimulus untuk berani mengemukakan pengetahuan apa saja yang telah diketahui siswa berkaitan dengan tema yang akan dibaca berdasarkan informasi-informasi yang telah disusun, berani mengajukan pertanyaanpertanyaan tentang pengetahuan yang ingin siswa ketahui lebih dalam dari tema yang akan dibaca. Pernyataan di atas berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Warsono dan Hariyanto (2012, hlm. 105) bahwa tujuan pokok dari teknik KWL adalah membuat siswa aktif berfikir selama membaca suatu teks bacaan. Sementara Asrori (2007, hlm. 230) mengemukakan bahwa: bahwa: Teknik KWL membantu siswa memikirkan informasi yang baru diterimanya dan melatih kemampuan siswa mengembangkan pertanyaan dari teks yang dibacanya. Senada dengan pendapat di atas, Rahim (2007, hlm. 41) mengemukakan Teknik KWL dapat membantu siswa memikirkan informasi baru yang diterimanya. Teknik ini juga bisa memperkuat kemampuan siswa mengembangkan pertanyaan tentang berbagai tema. Siswa juga bisa menilai hasil belajar mereka sendiri. Pada prakteknya, teknik pembelajaran ini mengikutsertakan siswa beserta guru untuk terlibat dalam sebuah curah pendapat (brainstorming), mengenai topik/tema yang dipelajari. Kegiatan curah pendapat (brainstorming), sangat bermanfaat untuk mengantarkan pengetahuan awal siswa kepada teks yang akan mereka baca. Selain itu, kegiatan curah pendapat (brainstorming), tersebut berguna untuk mengaktifkan struktur pengetahuan yang telah siswa miliki serta membantu mereka mengungkap informasi yang ada dalam teks bacaan. Sebab dengan cara demikian siswa diberikan kesempatan secara leluasa untuk mengemukakan sesuatu yang selama ini dirasakan samar-samar, mengemukakan apa saja yang mereka ketahui, serta mengaktifkan memori dalam pikirannya sehingga sangat membantu mereka menemukan apa yang

6 selama ini tidak mereka ketahui. Selanjutnya, pada saat membaca siswa dibiasakan untuk membaca teks dengan teliti, sehingga setelah selesai kegiatan membaca, siswa diharapkan mampu menulis apa saja pengetahuan baru yang diperolehnya. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dalam penelitian ini digunakan teknik pembelajaran mengetahui (know), ingin mengetahui (want), dan belajar (learned) untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman salah seorang siswa tunarungu di kelas VII SLB PGRI Karya Winaya. Melalui teknik pembelajaran ini diharapkan agar minat siswa terhadap kegiatan membaca meningkat, siswa berani mengajukan pertanyaan, mengungkapkan pendapat, tidak ada ketergantung pada guru pada saat menjawab pertanyaan-pertanyaan, dan siswa aktif dalam merespon pelajaran yang diberikan guru. Di lain pihak, guru pun berperan aktif sebagai fasilitator yang membantu siswa tunarungu belajar dengan baik. Berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan penelitian dengan judul: Penggunaan Teknik Pembelajaran Mengetahui (Know), Ingin Mengetahui (Want), dan Belajar (Learned) dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Anak Tunarungu Kelas VII di SLB PGRI Karya Winaya Subang. B. Identifikasi Masalah Penelitian Berdasarkan pada latar belakang penelitian, maka permasalahan dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Tidak ada keberanian siswa dalam mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan pendapat dalam kegiatan pembelajaran. 2. Adanya kertergantungan pada bantuan guru pada saat menjawab soal-soal yang berhubungan dengan teks bacaan. 3. Guru belum menggunakan teknik pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa tunarungu kelas VII SLB PGRI Karya Winaya.

7 4. Membaca pemahaman siswa tunarungu kelas VII SLB PGRI Karya Winaya masih rendah. C. Rumusan Masalah Penelitian Sugiyono (2011, hlm. 55) mengemukakan rumusan masalah adalah suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah aktivitas siswa kelas VII SLB PGRI Karya Winaya Subang dalam pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan teknik pembelajaran mengetahui (know), ingin mengetahui (want), dan belajar (learned)? 2. Bagaimanakah hasil belajar siswa kelas VII SLB PGRI Karya Winaya Subang dalam pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan teknik pembelajaran mengetahui (know), ingin mengetahui (want), dan belajar (learned)? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas dan hasil belajar siswa tuna rungu kelas VII di SLB PGRI Karya Winaya Subang, melalui penggunaan teknik pembelajaran mengetahui (know), ingin mengetahui (want), dan belajar (learned) pada pembelajaran bahasa Indonesia sub pokok bahasan membaca pemahaman. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan banyak manfaat bagi dunia pendidikan luar biasa: 1. Manfaat Teoritis

8 Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi praktisi pendidikan luar biasa dalam mendesain teknik pembelajaran membaca pemahaman bagi anak tunarungu pada mata pelajaran bahasa Indonesia. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya bagi guru, siswa dan sekolah. a. Bagi guru sekolah luar biasa (SLB), diharapkan dapat memberikan informasi tentang teknik pembelajaran yang dapat meningkatkan kemapuan membaca pemahaman siswa tunarungu. b. Bagi siswa tunarungu, diharapkan dapat meningkatkan minat siswa terhadap kegiatan membaca, meningkatkan keberanian siswa dalam mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan pendapat, mengurangi ketergantungan siswa pada guru saat menjawab pertanyaan-pertanyaan, dan meningkatkan peran aktifsiswa dalam merespon kegiatan membaca pemahaman. c. Bagi sekolah, diharapkan kontribusi hasil penelitian ini adalah bukti konkrit untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar di sekolah tersebut.