BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran Bahasa Indonesia a. Keterampilan Berbahasa Keterampilan bahasa atau berbahasa adalah terjemaham dari Language Skills, yakni bahasa sesungguhnya adalah sarana atau alat untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari (Iskandarwassid, 2009:226). Keterampilan berbahasa (language arts, language skills) dalam kurikulum di sekolah mencakup empat segi (Iskandarwassid, 2009:227), yaitu: 1) keterampilan menyimak/mendengarkan (listeningskills); 2) keterampilan berbicara (speaking skills); 3) keterampilan membaca (reading skills); 4) keterampilan menulis (writing skills). Setiap keterampilan tersebut memiliki keterkaitan dengan proses berfikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas jalan pikirannya. Antara menyimak dan membaca erat kaitannya karena kedua keterampilan tersebut merupakan alat untuk menerima komunikasi. Berbicara dan menulis erat kaitannya karena keduanya merupakan cara untuk mengekspresikan makna atau arti. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa empat keterampilan berbahasa seorang individu akan selalu berkaitan satu sama lain di dalam penggunaannya. Jadi dari pengembangan empat keterampilan berbahasa yang saling memiliki keterkaitan erat dalam penerapannya diharapkan dapat menjadi sarana komunikasi yang mendukung kegiatan belajar mengajar sehingga tercapai tujuan pembelajaran. 1) Membaca Dalam kehidupan sehari-hari peranan membaca tidak dapat dipungkiri. Membaca adalah sebuah kegiatan fisik dan mental. Aktivitas fisik berupa mengamati dan melafalkan tulisan. Sedangkan aktivitas mental berupa memahami isi bacaan.

2 Melalui membaca informasi dan pengetahuan yang berguna bagi kehidupan dapat diperoleh. Menurut Tarigan (dalam Mohammad Sumarni, 2011:116) mengatakan membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media katakata/bahasa tulis. Morow (dalam, Mohammad Sumarni, 2011:116) mengemukakan membaca adalah suatu kegiatan mengartikan teks dan memahami makna yang hendak disampaikan dalam bacaan. Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa membaca adalah proses pengolahan bacaan secara kritis-kreatif yang dilakukan pembaca untuk memperoleh pemahaman, yang diikuti oleh penilaian keadaan, nilai dan dampak bacaan itu. Proses membaca terdiri dari beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut antara lain: 1) aspek sensori, yaitu kemampuan untuk memahami simbol-simbol tertulis; 2) aspek perseptual, yaitu keampuan untuk menginterpretasikan apa yang dilihat sebagai simbol; 3) aspek sekuensial, yaitu kemampuan mengikuti pola-pola urutan, logika, dan gramatikal teks; 4) aspek berfikir, yaitu kemampuan mengevaluasi materi yang dipelajari; 5) aspek afektif, yaitu aspek yang berkenaan dengan minat pembaca yang berpengaruh terhadap kegiatan membaca; 6) aspek asosiasi, yakni aspek kemampuan mengenal hubungan antara symbol dan bunyi, dan antara kata-kata yang diprentasikan; 7) aspek pengalaman, yaitu aspek kemampuan menghubungkan katakata dengan pengalaman yang telah dimiliki untuk memberikan makna itu; 8) aspek belajar, yaitu aspek kemampuan untuk mengingat apa yang telah dipelajari dan menghubungkannya dengan gagasan dan fakta yang dipelajari. Jadi interaksi yang harmonis antara delapan aspek tersebut akan menghasilkan pemahaman membaca yang baik (Nyoto Harjono dan Pirenomulyo, 2010:36). Keterampilan membaca pada umumnya diperoleh dengan cara mempelajarinya di sekolah. Keterampilan berbahasa ini merupakan suatu keterampilan yang sangat unik serta berperan penting bagi perkembangan pengetahuan, dan sebagai alat komunikasi bagi kehidupan manusia. Dikatakan unik karena tidak semua manusia, walaupun telah memiliki keterampilan membaca, mampu mengembangkannya menjadikannya budaya bagi dirinya sendiri. Dikatakan

3 penting bagi perkembangan pengetahuan karena persentase transfer ilmu pengetahuan terbanyak dilakukan melalui membaca (Iskandarwassid, 2009:245). 2) Pembelajaran Membaca di Sekolah Dasar Pembelajaran membaca bahasa Indonesia di SD bertujuan meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi secara efektif, baik lisan maupun tertulis. Keterampilan membaca sebagai salah satu keterampilan berbahasa tulis yang bersifat reseptif/menerima perlu dimiliki siswa SD agar mampu berkomunikasi secara tertulis. Dengan dasar kemampuan membaca, siswa dapat menyerap berbagai informasi atau pengetahuan yang sebagian besar disampaikan melalui tulisan. Pembelajaran membaca di SD terdiri atas dua bagian, yakni: (1) membaca permulaan di kelas 1, 2 dan 3. Melalui membaca permulaan ini, diharapkan siswa mampu mengenali huruf, suku kata, kata, kalimat,dan mampu membaca dalam berbagai konteks; (2) membaca lanjut mulai dari kelas 4 dan seterusnya (Mohammad Sumarni, 2011:114). Prinsip dari model pembelajaran keterampilan membaca adalah: (1) reading for pleasure, maksudnya adalah membaca untuk memperoleh kesenangan; (2) reading for information, yaitu membaca untuk memperoleh informasi. Dari kedua hal tersebut, membaca dapat dirumuskan menjadi memahami isi dari apa yang teritulis, dan mengeja atau melafalkan apa yang tertulis (Iskandarwassid, 2009:289). Selanjutnya, untuk mendorong siswa agar dapat memahami berbagai bacaan, guru seharusnya menggabungkan kegiatan prabaca, saat baca, dan pascabaca. Kegiatan prabaca adalah kegiatan pengajaran yang dilaksanakan sebelum siswa melakukan kegiatan membaca. Pada kegiatan saat baca, digunakan beberapa strategi dan kegiatan bisa digunakan untuk meningkatkan pemahaman siswa. Kemudian kegiatan pascabaca digunakan untuk membantu siswa memadukan informasi baru yang dibacanya ke dalam skemata yang telah dimilikinya sehingga diperoleh tingkat pemahaman yang lebih tinggi (Nyoto Harjono dan Pirenomulyo, 2010:39). Jadi, sesuai dengan pengertian bahwa membaca merupakan suatu proses, seorang guru hendaknya mengajarkan pembelajaran membaca juga melalui proses yang sistematis. Proses membaca dimulai dari kegiatan sebelum membaca berupa

4 kegiatan untuk memberi motivasi saat membaca, kemudian kegiatan saat baca, dan kegiatan pascabaca berupa tugas lanjut dari kegiatan saat baca. Keberhasilan membaca tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca. Faktor-faktor yang mempengaruhi membaca ialah faktor fisiologis, intelektual, lingkungan, dan psikologis (Iskandarwassid, 2009:111, ). Penjelasan mengenai keempat faktor tersebut ialah sebagai berikut. Faktor fisiologis, mencakup kesehatan fisik pembaca misalnya gangguan pada alat penglihatan. Faktor intelektual, merupakan kemampuan intelegensi pembaca untuk memahami bacaan. Namun, hal ini tidak sepenuhnya berpengaruh. Keterampilan guru dalam mendesain pembelajaran lebih berpengaruh. Faktor lingkungan, mencakup latar belakang dan pengalaman siswa di rumah serta sosial ekonomi keluarga siswa. Faktor psikologis, mencakup motivasi, minat, serta kematangan sosial, emosi, dan penyesuaian diri pembaca. Dengan memahami faktor-faktor tersebut, diharapkan guru dapat memilih strategi yang tepat serta disesuaikan dengan kondisi yang ada. b. Tujuan dan Membaca Pemahaman 1) Tujuan Membaca Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Beberapa tujuan pembelajaran membaca, diantaranya: (1) membaca untuk menemukan ide pokok dan ide penunjang; (2) membaca untuk menafsirkan isi bacaan; (3) membaca untuk membuat intisari bacaan; (4) membaca untuk mengenali lambing-lambang (simbol-simbol bahasa); (5) membaca untuk menceritakan kembali berbagai jenis isi bacaan (Iskandarwassid, 2009:290). Tujuan dari kegiatan membaca adalah untuk memahami bacaan yang dibacanya. Degan demikian pemahaman merupakan faktor yang penting dalam membaca. Pemahaman terhadap bacaan dipandang sebagai suatu proses yang bergulir, terus-menerus, dan berkelanjutan. Menurut Syafi ie (dalam Nyoto Harjono dan Pirenomulyo, 2010:37) tujuan pembelajaran membaca pada siswa yaitu: (1)

5 memperoleh informasi dan tanggapan yang tepat atas berbagai hal; (2) mencari sumber, menyimpulkan, menyaring, dan menyerap informasi dari bacaan; serta (3) mampu mendalami, menghayati, menikmati, dan menarik manfaat dari bacaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan dari kegiatan membaca adalah menggali informasi melalui pemahaman dari suatu teks bacaaan guna memperoleh pengetahuan baru setelah kegiatan pascabaca. 2) Membaca Pemahaman Aspek-aspek keterampilan membaca pemahaman menurut Burns dan Roe (dalam Nyoto Harjono dan Pirenomulyo, 2010:37) ada empat tingkatan atau kategori pemahaman membaca yaitu: (1) pemahaman literal, yaitu kemampuan memahami informasi yang dinyatakan secara eksplisit dalam teks; (2) pemahaman inferensial, yakni kemapuan memahami informasi yang dinyatakan secara tidak langsung dalam teks; (3) pemahaman kritis, yaitu kemampuan mengevaluasi materi teks; (4) pemahaman kreatif, yaitu kemampuan untuk mengungkapkan respon emosional dan estetis terhadap teks yang sesuai dengan standar pribadi dan standar professional. Beberapa ahli memiliki pendapat mengenai definisi/pengertian membaca pemahaman. Effendy dkk (dalam Nasih 1995:18) mengungkapkan bahwa membaca pemahaman atau disebut membaca dalam hati merupakan salah satu proses mengolah informasi masukan dari tuturan tertulis dan menghubungkan informasi tersebut dengan pengetahuan yang hendak dimiliki pembaca. Dengan kata lain membaca pemahaman adalah suatu jenis kegiatan membaca yang tujuan utamanya agar pembaca dapat menangkap sejumlah informasi yang dipaparkan penulis lewat karya tulisnya. Menurut Bintari (2000:12) membaca pemahaman merupakan keterampilan yang bertujuan untuk memperoleh pemahaman utuh terhadap isi bacaan. Tingkat pemahaman pada pengetahuan awal atau keakraban dengan subyeknya dan kemampuan bersifat subjektif. Kualitas tingkat pemahaman pembaca akan bervariasi tergantung pada apa yang dibaca oleh pembaca dan maksud pembaca membacanya (Redway, 1992:12). (Agus Faizi 2012:3) Jadi, dalam membaca pemahaman, pembaca akan menggabungkan pengetahuan awal pembaca sebelum membaca, pengetahuan mengenai struktur bacaan, kegiatan dalam rangka menemukan makna yang terdapat dalam bacaan. Untuk memahami sebuah bacaan setiap orang mempunyai asumsi dan tujuan membaca yang berbeda-beda. Oleh karena itu, dalam kegiatan membaca di kelas, guru seharusnya menyusun tujuan membaca dengan menyediakan tujuan khusus yang sesuai, atau dengan membantu mereka menyusun tujuan membaca siswa

6 sendiri. Selain menentukan tujuan membaca, agar siswa dapat memenuhi kompetensi membaca pemahaman dengan baik, guru juga harus menerapkan dan membelajarkan metode membaca yang tepat serta memahami hal-hal yang mempengaruhi pemahaman membaca. Prinsip-prinsip membaca yang mempengaruhi pemahaman membaca menurut McLaughlin (dalam Kuswari Usep, 2010:4) ialah: (1) pemahaman merupakan proses konstruktivis sosial; (2) keseimbangan kemahiraksaraan adalah kerangka kerja kurikulum yang membantu perkembangan pemahaman; (3) guru membaca yang profesional mempengaruhi belajar siswa; (4) pembaca yang baik memegang peranan yang strategis dan berperan aktif dalam proses membaca; (5) membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna; (6) siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks pada berbagai tingkat kelas; (7) perkembangan kosakata dan pembelajaran mempengaruhi pemahaman membaca; (8) pengikutsertaan adalah suatu faktor kunci pada proses pemahaman; (9) strategi dan keterampilan membaca bisa diajarkan; (10) asesmen yang dinamis menginformasikan pembelajaran membaca pemahaman. Jadi, membaca pemahaman merupakan kegiatan membaca dalam rangka memahami seluruh unsur yang terdapat dalam bacaan baik dari segi struktur maupun isi. Tinggi rendahnya pemahaman seseorang akan bacaan dapat dilihat dari kemampuan pembaca dalam menangkap ide pokok bacaan. Pengetahuan awal pembaca akan membantu pembaca dalam memahami isi bacaan. Selanjutnya, penentuan tujuan membaca dan strategi yang digunakan dalam membaca sangat mempengaruhi pemahaman yang didapat Hasil Belajar Menurut Anni (2007: 5) hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Dalam pembelajaran, perubahan perilaku yang harus dicapai oleh pembelajar setelah melaksanakan aktivitas belajar dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Menurut Winkel menyatakan hasil belajar adalah setiap macam kegiatan belajar menghasilkan perubahan yang khas yaitu, belajar. Hasil belajar tampak dalam suatu

7 prestasi yang diberikan siswa, misalnya menyebutkan huruf dalam abjad secara berurutan (Maisaroh dan Rostrieningsih, 2010:161) Bloom (dalam Sumarni 2007: 30) menyebutkan bahwa ada tiga ranah dalam tujuan pembelajaran yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar merupakan keluaran dari suatu masukan. Masukan dari sistem tersebut merupakan bermacammacam informasi, sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja. Perbuatan merupakan petunjuk bahwa proses belajar telah terjadi dan hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu pengetahuan dan keterampilan. Pendapat yang mendukung tentang hasil belajar juga dikemukakan oleh Bloom (dalam Suprijono 2011:5) hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Berkenaan dengan hasil belajar kognitif merupakan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. Senada dengan itu, Dimyati dan Mudjiono (dalam Lina, 2009:5) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu dari sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Dari sisi guru adalah bagaimana guru bisa menyampaikan pembelajaran dengan baik dan siswa bisa menerimanya. Pendapat dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai peserta didik melalui usaha dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti yang mana informasi yang didapat dinyatakan dalam bentuk penguasaan dan pengetahuan yang terdapat dalam aspek kehidupan. Hasil belajar juga bisa diperoleh ketika tes evaluasi diberikan dan kemudian dapat diketahui dari skor perolehan siswa yang berupa aspek kognitif dengan menggunakan alat penilaian yaitu tes evaluasi dengan hasil yang dinyatakan dalam bentuk skor, aspek afektif yang menunjukkan sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran berupa tanya jawab, diskusi, presentasi dan aspek psikomotorik yang menunjukkan siswa dalam menyimak kompetensi yang diberikan guru dalam kegiatan pembelajaran berlangsung. Hasil belajar siswa dapat diketahui, apabila ada pengukuran. Pengukuran adalah kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberi angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda (Wardani Naniek Sulistya, dkk 2012: 47) Penetapan angka dapat dilakukan apabila ada alat ukur (instrumen) yang terstandar. Bentuk-bentuk instrumen

8 seperti tes tertulis (uraian/objektif), tes lisan, tes perbuatan, wawancara, pengamatan (observasi), skala bertingkat, kuesioner, daftar cocok, dan riwayat hidup. Penggunaan instrumen terkait dengan teknik pengukuran yang dilakukannya Model Kooperatif Tipe KWL Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan (Hamdani, 2011:30). Menurut Djamarah S.B. (2010:356), pembelajaran koopertatif adalah sistem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur. Menurut Johnson Tjofinson (dalam Djamarah S.B., 2010:356) yang termasuk dalam struktur ini, ada lima unsur pokok yaitu: (1) saling ketergantungan positif; (2) tanggung jawab individual; (3) interaksi personal; (4) keahlian bekerja sama; dan (5) proses kelompok. Menurut Jacob (dalam Djamarah S.B., 2010:357), bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu metode instruksional di mana siswa dalam kelompok kecil bekerja sama dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas akademik. Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa strategi pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang di dalamnya mengkondisikan para siswa untuk bekerja bersama-sama di dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lain dalam belajar. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif menurut Hamdani (2011:31) a. Setiap anggota memiliki peran. b. Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa. c. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas cara belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya. d. Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok. e. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan. Sedangkan menurut Johnson dan Johnson serta Hilke (dalam Djamarah S.B., 2010:359), cirri-ciri pembelajaran kooperatif adalah: a. Terdapat saling ketergantungan yang positif di antara anggota kelompok. b. Dapat dipertanggungjawabkan secara individu. c. Heterogen. d. Berbagi kepemimpinan.

9 e. Berbagi tanggung jawab. f. Menekankan pada tugas dan kebersamaan g. Membentuk keterampilan sosial h. Peran guru mengamati proses belajar siswa i. Efektivitas belajar tergantung pada kelompok. Model Cooperative Learning diterapkan melalui kelompok kecil pada semua mata pelajaran dan tingkat umur disesuaikan dengan kondisi dan situasi pembelajaran. Keanggotaan kelompok terdiri dari siswa yang berbeda (heterogen) baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin dan etnis, latar belakang sosial dan ekonomi. Dalam hal kemampuan akademis, kelompok pembelajaran Cooperative Learning biasanya terdiri dari satu orang berkemampuan tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang dan satu yang lainnya dari kelompok kemampuan akademis kurang. Cooperative Learning bertujuan untuk mengkomunikasikan siswa belajar, menghindari sikap persaingan dan rasa individualitas siswa, khususnya bagi siswa yang berprestasi rendah dan tinggi. Model KWL memberikan kepada siswa tujuan membaca dan memberikan suatu peran aktif siswa sebelum, saat, dan sesudah membaca. Model pembelajaran ini membantu siswa memikirkan informasi baru yang diterimanya. Model KWL ini juga dapat memperkuat kemampuan siswa mengembangkan pertanyaan tentang berbagai topik. Siswa juga bisa menilai hasil belajar mereka sendiri (Rahim, 2008: 41). Model KWL dikembangkan oleh Ogle (1986) untuk membantu guru menghidupkan latar belakang pengetahuan dan minat siswa pada suatu topik. Model KWL melibatkan tiga langkah dasar yang menuntun langkah siswa dalam memberikan suatu jalan tentang apa yang telah mereka ketahui, menentukan apa yang ingin mereka ketahui, dan mengingat kembali apa yang mereka pelajari dari membaca. Langkah-langkah dalam model KWL menurut Rahim (2008: 41) adalah sebagai berikut. 1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan model pembelajaran KWL yang akan dipakai pada proses pembelajaran. 2. Siswa membentuk kelompok secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dan lain-lain). Pembentukan kelompok sesuai dengan skor awal

10 (hasil ulangan harian sebelun tindakan penelitian), kemudian di ranking tanpa sepengetahuan siswa. 3. Guru menyampaikan materi yang akan disampaikan. 4. Guru membagikan lembar bacaan yang disalin dari majalah anak-anak. 5. Guru memberikan tugas membaca pemahaman dengan model KWL, dengan mengisi pada kolom K (know), W (want to learn), dan L (what i have learned) dengan dipandu oleh guru. a. know Apa yang saya ketahui (K), merupakan kegiatan sumbang saran pengetahuan dan pengalaman sebelumnya tentang topik lalu membangkitkan kategori informasi yang dialami dalam membaca ketika sumbang saran terjadi di dalam kelas. Guru memulainya dengan mengajukan pertanyaan awal mengenai sebuah topik. Setelah itu guru menuliskan tanggapan siswa di papan tulis, kemudian berlanjut dengan pertanyaan lain. Ketika siswa mengungkapkan gagasan mereka dalam diskusi kelas, mereka mencatat informasi yang telah mereka ketahui tentang topik yang sedang dibicarakan. Setelah sumbang saran, guru bertanya kepada siswa tentang jenis informasi yang sedang disajikan. Guru memberikan beberapa contoh kategori informasi yang dikumpulkan saat sumbang saran. Lalu guru meminta siswa untuk menuliskan kemungkinan kategori lain yang kemudian dicatat siswa. Setelah itu siswa memaparkan kategori informasi tersebut. b. want to learn Apa yang ingin saya pelajari (W), merupakan langkah dimana guru menuntun siswa untuk menyusun tujuan khusus dari kegiatan membaca. Dari minat, rasa ingin tahu, dan ketidakjelasan yang ditimbulkan selama langkah pertama, guru menyusun kembali pertanyaan-pertanyaan yang diajukan siswa. Pertanyaan yang sudah dituliskan kembali oleh guru di papan tulis diharapkan dapat memancing pemikiran siswa untuk menuliskan pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri atau memilih pertanyaan yang sudah ditulis guru di papan tulis untuk dijadikan tujuan dari membaca.

11 c. what i have learned Apa yang telah saya pelajari (L) terjadi setelah kegiatan membaca. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut untuk menentukan, memperluas, dan menemukan seperangkat tujuan membaca. Setelah itu siswa mencatat informasi yang telah mereka pelajari dan mengidenfikasi pertanyaan yang belum terjawab. 6. Guru memberi tugas kepada setiap kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Setiap anggota mendapat bagian tugas sendiri-sendiri dari guru. Anggota yang paham menjelaskan kepada anggota lainnya yang belum paham, sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti. 7. Guru memberikan evaluasi. 8. Penutup, guru bersama siswa membahas materi dengan model KWL. Uraian di atas merupakan gambaran singkat kegiatan membaca menggunakan model KWL. Model KWL diawali dengan membangun gambaran umum tentang topik yang dipelajari, menumbuhkan pertanyaan dari topik tersebut dan dilanjutkan dengan membaca untuk membuat pertanyaan seta mncari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Menurut Rahim (2008:41), keunggulan dari pemilihan model KWL ialah siswa dapat menentukan tujuan membaca dan memberikan suatu peran aktif sebelum, saat, dan sesudah membaca. Model KWL dapat membantu mereka memikirkan informasi baru yang diterimanya. Model KWL juga bisa memperkuat kemampuan siswa mengembangkan pertanyaan tentang berbagai topik. Siswa juga bisa menilai hasil belajar mereka sendiri. Jadi, melalui penerapan model KWL diharapkan siswa dapat memahami isi dari suatu bacaan tanpa terlepas dari peran aktif mereka dalam mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang mereka peroleh sebelumnya. Seperti diketahui bahwa tidak ada satu model pembelajaran pun yang paling baik di antara model pembelajaran yang lain. Demikin halnya dengan model pembelajaran kooperatif. Ada sejumlah keunggulan dan kelemahan yang dimilikinya antara lain menurut Djamarah S.B. (2010:366): Belajar kooperatif mempunyai beberapa kelebihan, antara lain: 1. Meningkatkan perestasi siswa. 2. Memperdalam pemahaman siswa. 3. Menyenangkan siswa.

12 4. Mengembangkan sikap kepemimpinan. 5. Mengembangkan sikap positif siswa. 6. Mengembangkan sikap menghargai diri sendiri. 7. Membuat belajan secara inklusif. 8. Mengembangkan rasa saling memiliki. 9. Mengembangkan keterampilan untuk masa depan. Selain mempunyai kelebihan, belajar kooperatif juga mempunyai beberapa kelemahan. Beberapa kelemahan belajar kooperatif adalah: 1. Membutuhkan waktu yang lama bagi siswa, sehingga sulit mencapai target kurikulum. 2. Membutuhkan waktu yamg lama untuk guru sehingga kebanyakan guru tidak mau menggunakan strategi kooperatif. 3. Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan atau menggunakan strategi belajar kooperatif. 4. Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama. 2.2 Hasil Penilitian yang Relevan Hasil penelitian yang relevan adalah hasil dari tindakan penelitian yang pernah dilaksanakan dengan memakai model pembelajaran yang sama. Hasil penelitian yang pernah dilaksanakan dijadikan sebagai perbandingan, kemudian dijadikan bahan analisa untuk mengetahui kelebihan atau kekurangan dalam penelitian yang pernah dilaksanakan dan dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Pada tahun 2013 Musnar mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul Peningkatan Kemampuan Membaca Intensif dengan Menggunakan Strategi Know Want To Know Learned (KWL) pada Siswa Kelas IV SD Negeri 15 Ulu Gadut Kecamatan Pauh Kota Padang. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuan siswa dalam pembelajaran dengan strategi KWL. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan hasil belajar yang didapat siswa, yaitu nilai pada siklus I berdasarkan dari penilaian hasil dengan ratarata adalah 71,3 dan pada siklus II mengalami peningkatan yaitu 78,3. Penelitian ini berhasil dikarenakan meningkatnya nilai rata-rata.

13 Saudara Kelbulan pada tahun 2011 mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul Peningkatan Kemampuan Membaca Intensif dengan Menggunakan Strategi Know Want To Know Learned (KWL) pada Siswa Kelas IV SD Negeri Kauman 2 Kecamatan Klojen Kota Malang. Hasil penelitian tindakan yang dilaksanakan saudara Kelbulan menunjukkan bahwa pelaksanaan tindakan siklus I rata-rata proses belajar siswa secara klasikal adalah 61,76% dikategorikan cukup baik dan pada siklus II meningkat dari 61,76% naik menjadi 80,58% sehingga hasilnya dikategorikan baik sekali. Dari peningkatan kemampuan siswa dalam membaca pada siswa kelas IV SDN Kauman 2 Kecamatan Klojen juga mengalami peningkatan. Pada pelaksanaan siklus I rata-rata kelas 62,53 dan siklus II meningkat menjadi 77,93. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi Know Want to Know Learned dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca pada siswa kelas IV SDN Kauman 2 Kecamatan Klojen Kota Malang. Pada tahun 2011 Yulianti mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul Penerapan Strategi Know Want To Know Learned (KWL) untuk meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman pada Siswa Kelas VI SD Negeri 40 Pematang Pudu. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuan siswa dalam pembelajaran dengan strategi KWL. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan hasil belajar yang didapat siswa, yaitu nilai pada siklus I berdasarkan dari penilaian hasil dengan rata-rata adalah 77,4 dan pada siklus II mengalami peningkatan yaitu 85,0. Cahyaningtyas (2011) melakukan penelitian dengan judul: Penerapan Strategi KWL (Know, Want, and Learn) Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Pada Siswa Kelas III SDN Banjarsengon 02 Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2011/2012. Hasil belajar siswa setelah diterapkan strategi KWL mengalami peningkatan. Siswa dapat membuat dan menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan teks bacaan yang mereka baca serta dapat membuat kesimpulan/ringkasan yang singkat, jelas dan sesuai dengan isi teks bacaan yang dibaca. Peningkatan kemampuan membaca siswa juga dapat dilihat dari perbandingan nilai pada tahap prasiklus, siklus I, dan siklus II dengan KKM yang telah ditetapkan di SDN Banjarsengon 02 adalah nilai 60. Pada tahap prasiklus nilai rata-rata siswa 51,9 pada siklus I setelah diterapkan strategi KWL terjadi

14 peningkatan hasil belajar, nilai rata-rata siswa 67,5 dan pada siklus II nilai rata-rata siswa 84,3. Dari beberapa hasil penelitian tindakan kelas dengan model KWL di atas menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran KWL dapat meningkatkan hasil belajar. Akan tetapi model pembelajaran KWL perlu dibuktikan untuk dilaksanakan penelitian tindakan pada siswa kelas V SD N Ketip Pati. 2.3 Kerangka Berpikir Model pembelajaran konvensional masih mendominasi bagaimana cara seorang guru dalam menyampaikan suatu materi pelajaran terhadap anak didiknya. Sehingga lama kelamaan dapat membuat siswa merasa bosan dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Siswa tidak kreatif dan aktif sehingga membuat suasana kelas menjadi monoton dan transfer ilmu yang terjadi hanya satu arah, yaitu dari guru kepada siswa. Sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar. Hal tersebut juga seringkali terjadi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Upaya untuk mengatasi masalah di atas adalah dengan menerapkan suatu metode pembelajaran yang dianggap dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar sehingga juga dapat berdampak positif terhadap hasil belajar mereka. Model KWL merupakan salah satu model pembelajaran yang termasuk ke dalam kategori model pembelajaran aktif yang bertujuan untuk menarik perhatian siswa terhadap materi pelajaran yang sedang diajarkan. Penerapan model pembelajaran KWL dalam proses belajar diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa seperti terlihat pada bagan kerangka berpikir pada gambar di bawah.

15 Model Pembelajaran Konvensional dan Aspek Penilaian hanya Kognitif Hasil belajar siswa tidak semuanya memenuhi KKM Model pembelajaran KWL Penilaian Proses Membentuk kelompok anggota 5 orang Penilaian Kerjasama Membaca bacaan dalam hati dengan tenang Penilaian Membaca Setiap anggota mendapat tugas dari guru Anggota satu menjelaskan ke anggota lainnya Penilaian Penjelasan Mengerjakan evaluasi Skor Tes (Penilaian hasil) Skor Non Tes Prestasi belajar KKM Siswa dengan skor tertinggi mendapat penghargaan Gambar 2.1 Peningkatan Hasil Belajar Membaca Pemahaman Melalui Model KWL Penerapan model KWL juga dipengaruhi oleh keadaan input sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung, misalnya input berupa kondisi guru dan siswa, iklim kelas dan prasarana yang digunakan di dalam proses belajar mengajar. Semakin baik input yang ada maka tentu saja akan menunjang proses belajar mengajar yang mengarah kepada keberhasilan dari kegiatan belajar mengajar yang dilakukan.

16 2.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, maka hipotesis dirumuskan sebagai berikut. a. Bagaimanakah penerapan model KWL dalam meningkatkan proses belajar siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman pada kelas V SD N Ketip? b. Apakah penerapan model KWL dapat meningkatkan hasil belajar membaca pemahaman siswa kelas V SD N Ketip? Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka alternatif tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe KWL. Pembelajaran melalui model KWL diduga dapat meningkatkan hasil belajar keterampilan membaca pemahaman pada siswa kelas V SD N Ketip.

Oleh Septia Sugiarsih

Oleh Septia Sugiarsih Oleh Septia Sugiarsih Merupakan proses memperoleh makna dari barang cetak ( Spodek dan Saracho, 1994). 2 cara : Langsung Menguhubungkan ciri penanda visual dari tulisan dengan maknanya Tidak langsung Mengidentifikasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini dibahas teori-teori yang relevan dengan penelitian ini agar dapat memberi gambaran umum tentang latar peneliti dan sebagai bahan rujukan pembahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia memiliki satuan pendidikan berupa kurikulum. Armstrong, dkk (2009, hlm. 172) menyatakan bahwa kurikulum adalah perencanaan yang lengkap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bersifat sangat penting demi terwujudnya kehidupan pribadi yang mandiri dengan taraf hidup yang lebih baik. Sebagaimana pengertiannya menurut Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai kedudukan yang sangat penting. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) bertujuan agar pelajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangatlah berperan penting dalam kehidupan sehari-hari terlebih bagi dunia pendidikan. Bahasa merupakan sebuah jembatan bagi pemerolehan ilmu-ilmu pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki hubungan yang sangat erat dalam kehidupan bermasyarakat karena bahasa merupakan alat komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Sudjana (2011: 22), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Pengalaman belajar

Lebih terperinci

Abstrak Kata Kunci 1. Pendahuluan

Abstrak Kata Kunci 1. Pendahuluan Abstrak Ada nilai tambah yang didapat seseorang dalam melakukan kegiatan membaca. Satu diantaranya, orang menjadi luas cakrawala kehidupannya, terbebas dari penjara dunia yang sempit dan terbatas, baik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tuntas 8 40% 2 <75 Tidak Tuntas 12 60% Jumlah %

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tuntas 8 40% 2 <75 Tidak Tuntas 12 60% Jumlah % BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data Prasiklus/Kondisi Awal Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia yang berlangsung di kelas V SDN Ketip

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab II kajian pustaka berisi tentang kajian teoriyang menjelaskan tentang pembelajaran,pengertian dari IPA sebagai ilmu pengetahuan yang berisi tentang alam semesta. Hasil belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Dengan pendidikan diharapkan mampu melahirkan suatu generasi masa depan yang berkualitas

Lebih terperinci

Nurdia Artu. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

Nurdia Artu. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas IV SDN Pembina Liang Melalui Penerapan Strategi Survey Questions Reading Recite Review (SQ3R) Nurdia Artu Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Landasan teoretis yang dipakai dalam penelitian ini meliputi, (1). Bahasa Indonesia, (2). Metode Talking Stick, (3). Hasil belajar. 2.1.1. Bahasa Indonesia Pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu alat komunikasi untuk saling berinteraksi dalam kehidupan manusia baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Indonesia merupakan salah satu

Lebih terperinci

Tampubolon menyebutnya sebagai Kemampuan Efektif Membaca. Walaupun keduanya

Tampubolon menyebutnya sebagai Kemampuan Efektif Membaca. Walaupun keduanya Kemampuan Efektif Membaca 1. Definisi KEM Penggunaan KEM di kalangan para ahli bahasa memiliki istilah berbeda-beda. Ahmadslamet menyebutkan KEM sebagai Kecepatan Efektif Membaca, sedangkan Tampubolon

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE INVESTIGASI KELOMPOK SISWA KELAS IV SDN WAKAH 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE INVESTIGASI KELOMPOK SISWA KELAS IV SDN WAKAH 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE INVESTIGASI KELOMPOK SISWA KELAS IV SDN WAKAH 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI SUMARYADI Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik serta merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ida Rahmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ida Rahmawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua jenis kegiatan yang kita lakukan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun di dalam masyarakat, tidak terlepas dari bahasa. Manusia menyadari pentingnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan, kemauan, minat, sikap, kemampuan untuk berpikir logis, praktis,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lancar. Keterampilan membaca memiliki peranan yang sangat penting. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. lancar. Keterampilan membaca memiliki peranan yang sangat penting. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD hendaknya berjalan seefektif mungkin karena Bahasa Indonesia termasuk pembelajaran yang utama. Salah satu faktor keberhasilan suatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang sangat penting dan sangat berperan dalam perkembangan dunia. Menurut Kurikulum 2004,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CRH Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu antara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada strategi pembelajaran yang digunakan sehingga siswa dituntut bekerjasama dalam kelompok-kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan serangkaian kegiatan atau proses belajar mengajar yang diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di masyarakat, pengaruh informasi

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Yunius, Siti Nuryanti, dan Yusuf Kendek Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa Inggris adalah bahasa internasional, sehingga sangat penting untuk dipelajari di masa sekarang ini yang merupakan era globalisasi. Menguasai bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat komunikasi bangsa. Dalam aktifitas berkomunikasi kita menggunakan kemampuan berbahasa yang telah kita miliki untuk mendapatkan informasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh ucapan (vokal)

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh ucapan (vokal) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh ucapan (vokal) namun juga menggunakan, isyarat atau bahasa gambar. Peradapan manusia kuno sebelum mengenal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi 7 BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi dalam mengaitkan simbol-simbol dan mengaplikasikan konsep matematika

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia, sebagai salah satu identitas atau pembeda dari bangsa lain, selain sebagai bahasa persatuan juga berkedudukan sebagai bahasa negara dan sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Kajian Tentang Model Pembelajaran Cooperative Learning a. Pengertian Model Pembelajaran Menurut Agus Suprijono (2009: 46) mengatakan bahwa model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Pendidikan atau pengajaran di sekolah dikatakan berhasil apabila perubahan-perubahan yang tampak pada siswa harus merupakan akibat dari proses

Lebih terperinci

balik antara guru dan siswa dalam suatu situasi pendidikan. Oleh karena itu, guru dalam menyampaikan pembelajaran dituntut untuk mampu menciptakan

balik antara guru dan siswa dalam suatu situasi pendidikan. Oleh karena itu, guru dalam menyampaikan pembelajaran dituntut untuk mampu menciptakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran pada hakekatnya adalah interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam suatu situasi pendidikan. Oleh karena itu, guru dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Ketrampilan berbahasa (atau language atrs, language skills) dalam

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Ketrampilan berbahasa (atau language atrs, language skills) dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah salah satu alat untuk berkomunikasi dan salah satu alat untuk melahirkan suatu keinginan atau pendapat. Bahasa sebagai alat komunikasi bisa berbentuk:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia hendaknya mengarah pada tujuan pengetahuan bahasa sampai penggunaannya, oleh karena itu harus benar-benar dipahami siswa. Penggunaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen dari ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

PEMBELAJARAN KOOPERATIF 1 PEMBELAJARAN KOOPERATIF Karakteristik Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar mahasiswa, membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kegiatan berbahasa merupakan bagian dari kehidupan manusia. Ketika manusia melakukan kegiatan berbahasa, maka mereka harus memiliki keterampilan berbahasa.tampubolon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran sangatlah penting dalam proses pendidikan. Pembelajaran saat ini menekankan pada penanaman pendidikan karakter peserta didik. Pembelajaran berlangsung

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 1 GIMPUBIA. Oleh.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 1 GIMPUBIA. Oleh. 1 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 1 GIMPUBIA Oleh Bustaman Asis Abstrak Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara guru dengan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa Indonesia. Disana dipaparkan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan yang relatif permanen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan kegiatan kebahasaan yang memegang peranan penting dalam dinamika peradaban manusia. Dengan menulis orang dapat melakukan komunikasi, mengemukakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman.

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Laboratorium Belajar adalah suatu proses yang kompleks terjadi pada setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar berlangsung karena adanya interaksi karena

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS Kedudukan Pembelajaran Menyimpulkan Isi Bacaan dalam KTSP

BAB II KAJIAN TEORITIS Kedudukan Pembelajaran Menyimpulkan Isi Bacaan dalam KTSP BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Kedudukan Pembelajaran Menyimpulkan Isi Bacaan dalam KTSP 2.1.1 Standar Kompetensi Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi keterampilan berbahasa yang meliputi menyimak, berbicara, membaca dan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi keterampilan berbahasa yang meliputi menyimak, berbicara, membaca dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar secara umum dikembangkan menjadi keterampilan berbahasa yang meliputi menyimak, berbicara, membaca dan menulis (Muslich,2009:115).

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif. 6 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia lainnya. Interaksi terasa semakin penting pada saat manusia membutuhkan eksistensinya diakui,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar meruapakan suatu perubahan di dalam diri seseorang dari tudak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar meruapakan suatu perubahan di dalam diri seseorang dari tudak BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 2.1 Pengertian Belajar dan Hasil Belajar Belajar meruapakan suatu perubahan di dalam diri seseorang dari tudak tahu menjadi tahu, seperti yang diungkapkan oleh Slameto

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memeperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia menempatkan bahasa Indonesia sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia menempatkan bahasa Indonesia sebagai salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia menempatkan bahasa Indonesia sebagai salah satu bidang studi yang diajarkan di sekolah. Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dapat ditempuh melalui tiga jalur, yaitu pendidikan formal, pendidikan non formal, dan pendidikan informal. Salah satu satuan pendidikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Model pembelajaran kooperatif tipe GI merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan yang diharapkan karena itu pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar Aunurrahman ( 2012 : 35 ) belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MASRI MANSYUR Guru SMP Negeri YASFII Dumai masrimansyur449@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai sikap.

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai sikap. BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Pembelajaran sejarah Belajar merupakan suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan, yang menghasilkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Video Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat (mempunyai daya penglihatan), dapat melihat (Prent dkk., Kamus Latin Indonesia, 1969:926).

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai, yaitu perubahan yang menjadi semakin baik setelah melaksanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut saling melengkapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Berpikir Kritis Dalam proses mengerjakan latihan-latihan tersebutlah mulai berpikir bagaimana merumuskan masalah, merencanakan penyelesaian, mengkaji langkah-langkah penyelesaian,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Teknik Pembelajaran SQ3R Metode SQ3R adalah metode membaca untuk memahami dan menguasai isi bacaan dengan langkah-langkah: mensurvai isi (Survey: S), mengajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di semua jenis jenjang pendidikan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK SISWA KELAS V SDN BULAK 1 BENDO MAGETAN. Cerianing Putri Pratiwi 1

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK SISWA KELAS V SDN BULAK 1 BENDO MAGETAN. Cerianing Putri Pratiwi 1 PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK SISWA KELAS V SDN BULAK 1 BENDO MAGETAN Cerianing Putri Pratiwi 1 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk (1) meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Inpres Simoro Dalam Pembelajaran IPS Dengan Menggunakan Media Gambar

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Inpres Simoro Dalam Pembelajaran IPS Dengan Menggunakan Media Gambar Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Inpres Simoro Dalam Pembelajaran IPS Dengan Menggunakan Media Gambar Yohanis Frans Epyvania. S, Anthonius Palimbong, dan Charles Kapile Mahasiswa Program Guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan utama dunia pendidikan adalah untuk memajukan suatu negara dari segala bidang dan aspek, tujuan ini tidak akan tercapai tanpa adanya sumber daya manusia

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE KANCING GEMERINCING

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE KANCING GEMERINCING UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE KANCING GEMERINCING Oleh: Triani, Supriyono, Isnaeni Maryam Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia mengarahkan siswa untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satu tujuan pembangunan di bidang pendidikan. antara lain: guru, siswa, sarana prasarana, strategi pembelajaran dan

I. PENDAHULUAN. salah satu tujuan pembangunan di bidang pendidikan. antara lain: guru, siswa, sarana prasarana, strategi pembelajaran dan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, berbudi luhur, cerdas, kreatif dan bertanggung jawab merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge).

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge). Pada fungsi ini bahasa menjadi penarik yang mempercepat berkembangnya penguasaan ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segi kepribadian, pengetahuan, kemampuan maupun tanggung jawabnya. dalam yaitu dari diri manusia itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. segi kepribadian, pengetahuan, kemampuan maupun tanggung jawabnya. dalam yaitu dari diri manusia itu sendiri. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan untuk mengembangkan dan menggali potensi yang dimiliki oleh manusia untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkompeten.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Keterampilan Proses Sains Keberhasilan proses pembelajaran sangat bergantung pada peran seorang guru dalam menciptakan lingkungan belajar yang efektif. Proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN

BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN Dalam bab ini diuraikan proses pengembangan model penilaian otentik dalam pembelajaran membaca pemahaman yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ranah pendidikan merupakan bidang yang tak terpisahkan bagi masa depan suatu bangsa. Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2011: 5-6) bahwa hasil belajar itu berupa: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia. Secara luas dapat diartikan bahwa

Lebih terperinci

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS PERNYATAAN KEASLIAN TESIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : Widiharto NIM : S200070130 Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul Peningkatan Keterampilan Berbicara dengan Teknik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran

BAB II KAJIAN TEORI. membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran 12 BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoretis 1. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. maka ia akan berusaha untuk mengetahui lebih banyak tentang kesenian. Begitu juga terhadap mata pelajaran PKn.

BAB II KAJIAN TEORI. maka ia akan berusaha untuk mengetahui lebih banyak tentang kesenian. Begitu juga terhadap mata pelajaran PKn. BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Belajar PKn Kondisi belajar mengajar yang efekif adalah adanya minat perhatian siswa dalam belajar mata pelajaran PKn. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kita dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat menjamin kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. kita dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat menjamin kelangsungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi sertiap manusia, dengan pendidikan kita dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat menjamin kelangsungan hidup di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan. Adapun

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan. Adapun BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi ke dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Dalam Bab II ini akan diuraikan kajian teori yang merupakan variabel dalam penelitian yang dilakukan yaitu hasil belajar, pendekatan CTL, dan alat peraga. 2.1.1 Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pendidikan tidak lepas dari proses belajar mengajar, yang di dalamnya meliputi beberapa komponen yang saling terkait, antara lain; guru (pendidik),

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk merepresentasikan suatu hal. Sedangkan pembelajaran adalah usaha dari seorang guru

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN DAN OBJEK PEMBELAJARAN MATEMATIKA

MODEL PEMBELAJARAN DAN OBJEK PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL PEMBELAJARAN DAN OBJEK PEMBELAJARAN MATEMATIKA Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran Matematika Dosen Pengampu: Dra. MM. Endang Susetyawati, M.Pd Disusun Oleh: Nikmahtun

Lebih terperinci

Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas I MIS Sinoutu Melalui Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)

Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas I MIS Sinoutu Melalui Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) Peningkatan Membaca Permulaan Siswa Kelas I MIS Sinoutu Melalui Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) Muslimin, Muh. Tahir, dan Idris Patekkai Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis adalah kegiatan pembelajaran yang mengedepankan proses dan hasil. Menulis merupakan suatu keterampilan yang kompleks dan unik yang menuntut sejumlah

Lebih terperinci