Menuju Kloning Terapeutik Dengan Teknik SCNT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III KLONING PADA MANUSIA

Dr. Refli., MSc Jurusan Biologi FST UNDANA ALASAN MELAKUKAN

URAIAN MATERI 1. Kultur sel tunggal Sejalan dengan kemajuan teknologi DNA, ilmuwan telah mengembangkan dan menyempurnakan metode untuk melakukan

Konsep dasar proses kloning manusia ini dapat dilihat pada Gambar 1. Seorang wanita mendonorkan sel telurnya untuk digunakan dalam proses kloning.

SIFAT-SIFAT STEM SEL JENIS STEM CELL Berdasarkan Potensi atau Kemampuan Berdiferensiasi Berdasarkan Sumbernya adult stem cell

Pendidikan Agama Katolik

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG KLONING SEL SOMATIK SUAMI MANDUL

STEM CELL SEL PUNCA FIKES UMM

Kloning Manusia. Teresa L. Wargasetia. Bagian Biologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung

Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA. Transfer Inti Sel Somatis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.2Tujuan Mahasiswa dapat mengetahui fungsi stem cell Mahasiswa dapat mengetahui kegunaan stem cell pada tubuh manusia

Bioteknologi adalah teknik-teknik yang menggunakan organisme hidup atau substansi dari organisme-organisme tersebut untuk membuat atau mengubah

KLONING HEWAN. Eka Pratiwi Tenriawaru. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

KLONING MANUSIA DAN TINJAUAN FILSAFAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Semarang, undip.ac.id Pengetahuan tentang sel punca sudah lama dikenal di

KLONING. dari kata clone yang diturunkan dari bahasa Yunani klon, artinya potongan yang digunakan untuk memperbanyak tanaman.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dasar-dasar Stem Cell dan Potensi Aplikasinya dalam Ilmu Kedokteran


BAB I. PENDAHULUAN. ahli medis, bahkan orang awam diseluruh penjuru dunia. Sesuai dengan kata yang

BASIC STEM CELL. Pembimbing : Dr. Safrizal Rahman, M.Kes, sp.ot,

PRODUKSI DAN KULTUR IN VITRO EMBRIO KLONING DAN EMBRIO PARTENOGENETIK MENCIT. Abstract

I. PENDAHULUAN. memproduksi dan meningkatkan produktivitas peternakan. Terkandung di

LEMBAR KERJA KEGIATAN 8.3

Stem Cell Therapy. Apa itu Stem Cell?

TINJAUAN PUSTAKA Fertilisasi

BAB III KLONING DAN INFERTILISASI

Pembentukan bangsa baru (ternak ruminansia dan non-ruminansia) 13. APLIKASI BIOTEKNOLOGI DALAM PEMULIAAN TERNAK

BAB II TEHNIK KLONING

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

BAB III KLONING PADA MANUSIA

TERAPI GEN. oleh dr.zulkarnain Edward MS PhD

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

REKAYASA GENETIK DAN PERKEMBANGAN BIOTEKNOLOGI DI BIDANG PETERNAKAN

BAB 2 SEL PUNCA. Biologi sel punca merupakan bidang baru yang maju dan sangat pesat

BIOTEKNOLOGI KEDOKTERAN. Oleh : Titta Novianti

DR.ETI YERIZEL,MS FK-UNIBA

Perkembangan Praimplantasi Embrio Mencit dengan Materi Genetik yang Berasal dari Parental, Maternal, dan Inti Sel Somatik

KLONING MUHAMMAD RUSDA. Bagian Obstetri Dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN

BAB I. PENDAHULUAN A.

PENDAHULUAN Latar Belakang

Febriani Rinta (I ) Surrogate mother (Ibu titipan)

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Penelitian Metode Penelitian Superovulasi Koleksi Sel Telur

Bioteknologi, Peran dan Aplikasinya


PRODUKSI EMBRIO KLONING MENCIT DENGAN PENAMBAHAN SCRIPTAID PADA APLIKASI TRANSFER INTI SEL SOMATIS. Abstract

Anatomi/organ reproduksi wanita

PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN KLONING 3 DIMENSI SEBAGAI NILAI UTS MATA KULIAH MEDIA PEMBELAJARAN BIOLOGI. Oleh: Desti Indriyanti

BAB I PENDAHULUAN. 1 Human Stem cell memiliki kemampuan yang unik yaitu self renewal berpoliferasi dengan tetap menjadi

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG SURROGATE MOTHER. A. Teknologi Reproduksi Buatan pada Manusia

PRODUKSI EMBRIO KLONING MENCIT DENGAN PENGEMBANGAN TEKNIK TRANSFER INTI SEL SOMATIS HARRY MURTI

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

BAB I PENDAHULUAN. proses di berbagai Negara. Saat ini penggunaan terapi stem cell menjadi

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III FERTILISASI IN VITRO. yang telah berkembang di dunia kedokteran. Kata inseminasi

Standardisasi Kurikulum PERFITRI. Training and Education

HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH

BULETIN. Masa Depan Riset Kesehatan: Ada dalam Kultur Kami. vol november 2017 vol. 3 ①. 21 november 2017

Paramita Cahyaningrum Kuswandi* FMIPA UNY 2012

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 2

Dalam Konteks Pendalaman Materi Ajar di Sekolah. Adi Rahmat Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI

I. PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

DIFERENSIASI EMBRYONIC STEM CELLS MENCIT MENJADI NEURON MENGGUNAKAN CONDITIONED MEDIUM RIRIS LINDIAWATI PUSPITASARI

MAKALAH EFISIENSI REPRODUKSI PADA TERNAK BETINA (SAPI) DISUSUN OLEH DILLA YUSPITA LAODE KIKI MURDIASYAH MAUREN WIRA NUGRAHA

Sel Punca sebagai Transformasi Alternatif Terapi

KLONING UNTUK MENGHASILKAN HEWAN DENGAN GENOTIP YANG DIINGINKAN

PENGUATAN PENELITIAN DAN PERCEPATAN INOVASI DALAM RANGKA MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN DAN MENINGKATKAN DAYA SAING DI BIDANG KESEHATAN DAN OBAT

GENITALIA EKSTERNA GENITALIA INTERNA

leukemia Kanker darah

Topik VI. METODE BIOTEKNOLOGI TANAMAN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. dikarenakan luka bakar menyebabkan cedera kronis yang bersifat nonhealing,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Sistem Reproduksi Sapi Betina Superovulasi

PENDAHULUAN. pemotongan hewan (TPH) adalah domba betina umur produktif, sedangkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. misalnya sel otot, sel darah, sel otak atau sel jantung. Stem cell berfungsi sebagai

bemffums.blogspot.com

PERTEMUAN XII: STRUKTUR DAN FUNGSI HAYATI HEWAN. Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011

PENGARUH CONDITIONED MEDIUM RAT EMBRYONIC FIBROBLAST


Vol 31, No 3 Juli 2007 Subpasase dan starvasi serum fibroblas pada sel 155 B. SISWANTO

PRODUKSI EMBRIO IN VITRO DARI OOSIT HASIL AUTOTRANSPLANTASI HETEROTOPIK OVARIUM MENCIT NURBARIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen. Pembibitan sapi perah dimaksudkan untuk meningkatkan populasi

Perkembangan Penggunaan Sel Punca

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP STATUS NASAB ANAK HASIL KLONING. A. Analisis Hukum Islam Terhadap Proses Kloning pada Manusia

PEMANFAATAN TEKNOLOGI KULTUR OVARI SEBAGAI SUMBER OOSIT UNTUK PRODUKSI HEWAN DAN BANTUAN KLINIK BAGI WANITA YANG GAGAL FUNGSI OVARI

FERTILISASI DAN PERKEMBANGAN OOSIT SAPI HASIL IVF DENGAN SPERMA HASIL PEMISAHAN

STEM CELL AULIA ISMAYA FITRIANI I

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA HEWAN

F I S I O L O G I Reproduksi dan Laktasi. 10 & 17 Februari 2014 Drh. Fika Yuliza Purba, M.Sc.

Panduan Konseling Pasien tentang Genetika Reproduksi. Konten pendidikan disediakan oleh

REPRODUKSI REPRODUKSI SEKSUAL REPRODUKSI ASEKSUAL

PERKEMBANGAN PRAIMPLANTASI EMBRIO PARTENOGENETIK MENCIT (MUS MUSCULUS ALBINUS) DENGAN PERLAKUAN TRICHOSTATIN A DAN SCRIPTAID PADA MEDIUM AKTIVASI

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio.

Pemanfaatan Stem Sel di Bidang Kedokteran dan Kesehatan

DAFTAR ISI 1 GENETIKA DASAR 1

REPRODUKSI SEL REPRODUKSI SEL AMITOSIS. Profase I. Pembelahan I. Metafase I. Anafase I MEIOSIS. Telofase I. Interfase. Profase II.


I. PENDAHULUAN. putih (leukosit). Eritrosit berperan dalam transpor oksigen dan. Sebagian dari sel-sel leukosit bersifat fagositik, yaitu memakan dan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Infertilitas adalah suatu keadaan dimana pasangan. suami-istri yang telah menikah selama satu tahun atau

Transkripsi:

Hasil Penelitian Menuju Kloning Terapeutik Dengan Teknik SCNT Nfmjob!Tfujbxbo-!!Dbspmjof!Ubo!Tbsekpop-!!Gfssz!Tboesb Tufn!Dfmm!Ejwjtjpo-!!Tufn!Dfmm!boe!Dbodfs!Jotujuvuf-!!Lbmcf!Qibsnbdfvujdbm!Dpnqboz!Kblbsub-!!Joepoftjb BCTUSBL Penggunaan teknik Somatic Cell Nuclear Transfer (SCNT), baik dalam penelitian kloning reproduktif maupun kloning terapeutik telah dilakukan oleh para ilmuwan di berbagai negara. Teknologi SCNT meliputi suatu teknologi rekayasa terhadap sel telur, dengan cara mentransfer inti dari sel donor ke sel telur yang telah dikeluarkan intinya (enucleated oocyte). Kedua jenis kloning memiliki kegunaannya masing-masing. Kloning reproduktif berperan penting dalam pelestarian hewan-hewan langka yang hampir punah. Sedangkan, kloning terapeutik bertujuan untuk menghindari adanya reaksi penolakan terhadap sistem imun pasien dalam terapi sel punca (stem cell). Keberhasilan suatu penelitian yang menghasilkan sel punca embrionik monyet dengan teknik SCNT akhir-akhir ini membawa dunia semakin dekat dengan produksi sel punca embrionik manusia dari sel somatik dewasa sehingga risiko penolakan terhadap sistem imun akan semakin berkurang. Tentu saja hal ini hanya dapat berkembang apabila permasalahan etika penggunaan sel telur donor dapat teratasi. QFOEBIVMVBO Apabila anda mendengar kata kloning, mungkin yang terlintas di dalam pikiran anda adalah domba Dolly, domba yang berhasil diklon oleh Ian Wilmut pada tahun 1996. Pada umumnya, topik pembicaraan tentang kloning cenderung hanya membicarakan mengenai salah satu jenis kloning, yaitu kloning reproduktif. Domba Dolly merupakan salah satu contoh dari kloning reproduktif. Sebenarnya terdapat dua jenis kloning, yaitu kloning reproduktif dan kloning terapeutik. Kedua jenis kloning ini merupakan penerapan dari aplikasi teknologi Somatic Cell Nuclear Transfer atau SCNT. Saat ini, berbagai penelitian yang bertemakan kloning terus berjalan di tengah maraknya isu etika mengenai hal ini. Uflojl!TDOU Teknik SCNT berbeda dengan fertilisasi yang terjadi secara alami (Gambar 1). Pada fertilisasi alami, setelah Gambar 1. Perbedaan antara fertilisasi alami dan SCNT. mengalami pembelahan meiosis, sel telur dan sel sperma memiliki materi genetik haploid (n). Terjadinya pembuahan sel telur oleh sel sperma atau fertilisasi akan menghasilkan embrio satu sel yang memiliki materi genetik 2n. Kemudian, embrio ini akan terus berkembang ke tahapan perkembangan selanjutnya menjadi 2 sel, 4 sel, 8 sel, 16 sel, dan seterusnya. Berbeda dengan fertilisasi alami, teknik SCNT merupakan suatu teknik rekayasa sel telur dengan cara mentransfer inti dari sel donor ke dalam sel telur yang telah dikeluarkan intinya (enucleated oocyte). Enucleated oocyte tidak memiliki materi genetik. Oleh karena itu, untuk mendapatkan embrio konstruksi yang diploid, sel telur harus direkonstruksi dengan cara mentransfer sel somatik (2n) ke dalam enucleated oocyte 1. Proses enukleasi sel telur dapat dilakukan secara mekanik menggunakan teknik mikromanipulasi. Sedangkan, proses introduksi sel donor dapat dilakukan dengan teknik mikroinjeksi. Keberadaan cytochalasin B (CB) pada medium kultur bertujuan untuk menghambat sitokinesis atau pembelahan sel sehingga dapat dihasilkan klon embrio diploid 2. Aplikasi dari teknologi SCNT adalah pada penelitian kloning reproduktif dan juga kloning terapeutik. Perbedaan tahapan antara fertilisasi alami, kloning reproduktif, dan kloning terapeutik dapat dilihat pada gambar 2. Pada perkembangan secara normal (A), zigot diploid terbentuk setelah 72 cdk 161/vol.35 no.2 Mar-Apr 2008

terjadi fertilisasi. Kemudian, zigot akan membelah sampai terbentuk blastosit yang akan menempel pada dinding uterus sampai akhirnya berakhir pada proses melahirkan. Pada kloning reproduktif (B), sel donor yang berupa sel somatik (2n) diintroduksikan ke enucleated oocyte. Keberhasilan proses aktivasi embrio konstruksi secara kimiawi atau mekanik mengakibatkan terjadinya proses pembelahan sampai ke tahap blastosit. Kemudian, embrio dititipkan ke surrogate mother untuk dilahirkan secara normal. Sedangkan, pada kloning terapeutik (C), setelah embrio mencapai tahapan blastosit, embrio dikultur secara in vitro untuk didiferensiasikan menjadi berbagai jenis sel untuk kegunaan terapeutik. Lmpojoh!sfqspevlujg Kloning reproduktif mengandung arti suatu teknologi yang digunakan untuk menghasilkan individu (hewan) baru. Genetika hewan klon tidak seluruhnya memiliki kesamaan dengan sang induk 1. Dengan menggunakan teknik SCNT, persamaan genetika hewan klon dengan induknya hanya terletak pada inti DNA donor yang berada di kromosom. Hewan klon juga memiliki material genetik lainnya yang berasal dari DNA mitokondria di sitoplasma 1. Teknologi kloning reproduktif dapat digunakan untuk mencegah terjadinya kepunahan hewan-hewan langka ataupun hewan-hewan sulit dikembangbiakkan. Namun, laju keberhasilan teknologi ini sangatlah rendah. Domba Dolly merupakan satu-satunya klon yang berhasil lahir setelah dilakukan 276 kali percobaan (3) 4,5. Semasa hidupnya, Dolly mengalami kanker paru-paru dan artritis, dan kemudian meninggal pada usia 6 tahun. Padahal, usia rata-rata domba pada umumnya mencapai 11-12 tahun 6. Gambar 3. Domba Dolly, hewan mamalia pertama yang berhasil diklon oleh Ian Wilmut pada tahun 1996. Dolly meninggal dengan cara disuntik mati (lethal injection) pada tanggal 14 februari 2003. Sebelum kematiannya, Dolly menderita akibat kanker paru-paru dan artritis yang dialaminya 6 Sampai saat ini, hewan klon yang berhasil diproduksi jumlahnya cukup banyak, di antaranya adalah domba, sapi, kambing, kelinci, kucing, dan mencit 1,7. Sementara itu, tingkat keberhasilan kloning masih rendah pada hewan anjing, ayam, kuda, dan primata 1,7. mbar 2. Perbedaan antara fertilisasi alami, kloning reproduktif, dan kloning terapeutik 3. Masalah yang kerap kali timbul dalam kloning reproduktif adalah biaya dan efisiensinya. Penelitian dalam kloning reproduktif membutuhkan biaya yang sangat tinggi dan tingkat kegagalannya tinggi. Di samping tingkat keberhasilan yang rendah, hewan klon cenderung mengalami masalah defisiensi sistem imun serta sangat rentan terhadap infeksi, pertumbuhan tumor, dan kelainan-kelainan lainnya. Penyebab timbulnya berbagai masalah di atas adalah adanya kesalahan saat pemrograman material genetik (reprogramming) dari sel donor 8. Kesalahan pengkopian DNA dari sel donor atau yang lebih dikenal dengan sebutan genomic imprinting akan mengakibatkan terjadinya perkembangan embrio yang abnormal. Berbagai contoh abnormalitas yang terjadi pada klon mencit adalah obesitas 9, pembesaran plasenta (placentomegally) 10, kematian pada usia dini 11. Parameter yang dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan dalam SCNT adalah kemampuan sitoplasma pada sel telur untuk mereprogram inti dari sel donor dan juga kemampuan sitoplasma untuk mencegah terjadinya perubahan-perubahan secara epigenetik selama dalam perkembangannya 12. Dari semua penelitian yang telah dipublikasikan, tercatat hanya sebagian kecil saja dari embrio hasil rekonstruksi (menggunakan sel somatik dewasa atau fetal) yang berkembang menjadi individu muda yang sehat, dan umumnya laju keberhasilannya kurang dari 4% 12. Lmpojoh!ufsbqfvujl!ebo!tfm!qvodb Kloning terapeutik dengan menggunakan teknologi cdk 161/vol.35 no.2 Mar-Apr 2008 73

SCNT merupakan bagian dari terapi sel punca yang bertujuan untuk menghindari adanya reaksi penolakan terhadap sistem imun pasien pada saat dilakukan terapi. Dalam beberapa dekade terakhir, minat terhadap penelitian sel punca terus meningkat tajam. Sel punca memiliki potensi yang sangat menjanjikan untuk terapi berbagai penyakit sehingga menimbulkan harapan baru untuk mengobatinya. Sampai saat ini, ada 3 golongan penyakit yang dapat diatasi dengan penggunaan sel punca 13, di antaranya adalah: 1. Penyakit autoimun, contoh penyakit lupus. 2. Penyakit degeneratif, contoh stroke, Parkinson, Alzhimer. 3. Penyakit kanker, contoh leukemia. Sel punca embrionik sangat plastis dan mudah dikembangkan menjadi berbagai macam jaringan sel, seperti neuron, kardiomiosit, osteoblast, fibroblast, dan sebagainya. Oleh karena itu, sel punca embrionik dapat digunakan untuk transplantasi jaringan yang rusak 14. Selain itu, sel punca embrionik memiliki tingkat imunogenisitas yang rendah selama belum mengalami diferensiasi 15. Salah satu cara untuk menghindari terjadinya graft versus host disease (GVHD) adalah dengan menggunakan sel punca embrionik dengan sel somatik yang bersumber dari pasien itu sendiri sehingga tidak akan ada penolakan lagi terhadap sistem imunnya 15. Dengan menggunakan teknologi SCNT, sel punca embrionik yang dihasilkan akan identik dengan induknya Gambar 4. Kloning terapeutik pada manusia 16. Gambar 5. Proses produksi sel punca embrionik 17. (dalam hal ini adalah pasien itu sendiri). Hal itu mengakibatkan tidak akan adanya reaksi penolakan terhadap sistem imun pasien apabila dilakukan transplantasi. Secara teoritis, teknik SCNT memiliki potensi besar dalam dunia kesehatan karena dapat dipergunakan untuk transplantasi berbagai organ dan jaringan pada manusia. Secara singkat tahapan untuk melakukan kloning terapeutik pada manusia (Gambar 4) adalah mengambil biopsi sel somatik dari tubuh pasien dan inti dari sel somatik tersebut ditransfer ke dalam sel telur donor yang telah dikeluarkan intinya (unfertilized enucleated oocyte) 16. Sel telur hasil manipulasi dikultur sampai ke tahapan tertentu dan setelah mengalami berbagai proses akan didapatkan sel punca embrionik. Sel punca embrionik ini diarahkan perkembangannya menjadi suatu jaringan atau organ tertentu yang akan dapat digunakan untuk transplantasi jaringan atau organ dan tidak akan mengalami rejeksi sistem imun pada pasien itu sendiri (immunologically compatible transplant) 16. Proses produksi sel punca embrionik melalui teknik SCNT dapat dijelaskan secara rinci pada gambar 5 17. Dengan menggunakan bantuan mikroskop, pergerakan sel telur ditahan dengan holding pipette. Kemudian, DNA dari sel somatik pasien (yang berada di dalam injection pipette) diintroduksikan ke dalam sel telur enucleated. Sel telur hasil manipulasi dikultur secara in vitro menjadi blastosit selama 5-6 hari. Lalu, 74 cdk 161/vol.35 no.2 Mar-Apr 2008

inner cell mass diisolasi dan dikultur di cawan petri sehingga akan berkembang menjadi sel punca embrionik yang memiliki profil imunologi yang sama dengan pasien. Lmpojoh!ufsbqfvujl!qbeb!!nbovtjb Pada tahun 2005, Perry me-review hasil penelitian Hwang dkk yang telah berhasil menghasilkan sel punca embrionik dengan menggunakan teknik SCNT 18. Pada penelitian tersebut dilaporkan bahwa Hwang dkk mentransfer inti sel somatik dari 11 donor (8 pria dan 3 wanita) yang berusia 2-56 tahun, ke dalam sel telur yang telah dibuang materi genetiknya. Donor yang dipilih memiliki kondisi-kondisi yang berpotensi dilakukannya terapi sel punca, di antaranya adalah congenital hypogammaglobulinemia, spinal cord injury, dan juvenile diabetes. Produksi sel punca embrionik hanya berhasil dicapai dengan menggunakan sel somatik yang be-rasal dari 9 donor. Akan tetapi, ketika dilakukan analisis independen terhadap data tersebut, telah diketahui bahwa ternyata sel punca embrionik yang dihasilkan bukan merupakan sebuah hasil kloning sel punca embrionik manusia melainkan dihasilkan akibat terjadinya partenogenesis 19. Sejak saat itu, belum ada lagi peneliti yang melaporkan keberhasilan produksi sel punca embrionik manusia. adalah bahwa wanita tidak seharusnya mengalami siklus ovulasi tambahan untuk mendapatkan embrio, juga diharuskan adanya batasan yang jelas antara wanita yang mengikuti program IVF dan wanita yang memang secara sukarela menyumbangkan sel telurnya untuk kepentingan penelitian SCNT 21. Pada umumnya, sel telur yang diisolasi diperoleh melalui proses stimulasi pertumbuhan folikel-folikel dalam ovarium. Proses ini meliputi proses injeksi hormon penstimulasi secara subkutan setiap hari selama 7-10 hari 21. Penentuan lokasi sel telur yang akan dikumpulkan diperoleh dengan panduan alat USG transvaginal dan sel telur akan diisolasi melalui proses aspirasi sel telur dengan menggunakan jarum (Gambar 6). Nfmbohlbi!nfovkv!lmpojoh!ufsbqfvujl Pada tahun 2007, Reuters melaporkan bahwa Alan Trouson dari Stem Cell Research Monash University berhasil memproduksi 2 grup sel punca embrionik dari embrio monyet. Sementara itu, Shoukhrat Mitalipov dari Oregon National Primate Research Centre di U.S juga berhasil memproduksi sel punca embrionik yang dilaku- Fujlb!ebmbn!lmpojoh Dalam penelitian sel punca, perlu diperhatikan juga masalah etika yang timbul dan juga keterkaitannya dengan hukum yang berlaku di negara bersangkutan. Menurut sumbernya, sel punca dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu adult stem cells, sel punca yang berasal dari aborted fetus, dan sel punca dari preimplanted embryo. Pada proses assisted reproduction dengan cara in vitro fertilization (IVF), embrio dihasilkan dengan cara pembuahan yang dilakukan di dalam laboratorium (in vitro). Kemudian, 1-2 embrio yang dihasilkan akan ditransfer ke dalam uterus. Namun, seringkali embrio yang telah dihasilkan tidak ditransfer ke dalam uterus sehingga seseorang yang memiliki kelebihan embrio tersebut dihadapkan pada 3 pilihan, yaitu menyumbangkan embrio ke pasangan infertil, menyumbangkannya untuk kegiatan penelitian, atau mendestruksi embrio itu sendiri 20. Berbagai batasan-batasan dalam penggunaan embrio untuk kegiatan penelitian Gambar 6. Proses pengambilan sel telur donor dengan menggunakan panduan USG dan jarum aspirasi secaratransvaginal 21. cdk 161/vol.35 no.2 Mar-Apr 2008 75

kan dengan menggunakan teknik SCNT. Beliau menggunakan sel kulit sebagai donor sel somatik yang berasal dari monyet resus jantan yang berumur 10 tahun, lalu ditransfer ke sel telur yang telah dienukleasi. Mitalipov juga telah berhasil mendiferensiasikan sel punca embrionik tersebut menjadi sel jantung dan neuron 22. Penemuan ini menunjukkan bahwa teknologi kloning terapeutik sudah sangat memungkinkan untuk dapat diaplikasikan kepada manusia. Keberhasilan Mitalipov membuat para ilmuwan semakin dekat kepada produksi sel punca embrionik manusia dengan menggunakan teknik SCNT sehingga mengurangi risiko terjadinya penolakan imun pada terapi sel punca. Para ilmuwan berharap bahwa nantinya kloning terapeutik (menggunakan sel punca embrionik manusia) akan dapat diaplikasikan ke berbagai penyakit, seperti sclerosis, cardiac illnesses, spinal damage, dan sebagainya. Ebgubs!Qvtublb 1. U.S Department of Energy Office of Science. Cloning fact sheet. Human Genome Project Information. http://www.ornl.gov/hgmis 2. Kishigami S, Wakayama S, Thuan NV dkk. Production of cloned mice by somatic cell nuclear transfer. Nat Protoc. 2006;1(1):125-38. 3. Fischbach GD, Fischbach RL. Stem cells: science, policy, ethics. J Clin Invest. 2004;114(10):1364-70 4. Campbell KHS, McWhir J, Ritchie WA, Wilmut I. Sheep cloned by nuclear transfer from a cultured cell line. Nature.1996;380:64-6. 5. Wilmut I. Dolly s false legacy. Time.1999;153(1):74, 76-77. 6. Wilmut I. Dolly ~ her life and legacy. Cloning Stem Cells. 2003;5(2):99-100 7. Mullins LJ, Wilmut I, Mullins JJ. Nuclear transfer in rodents. J Physiol. 2004; 554(1):4-12. 8. Solter D. Imprinting. Int J Dev Biol. 1998;42(7):951-4. 9. Tamashiro KLK, Wakayama T, Akutsu H dkk. Cloned mice have an obese phenotype not transmitted to their offspring. Nat Med. 2002;8:262-7. 10. Tanaka S, Oda M, Toyoshima Y dkk. Placentomegaly in cloned mouse concepti caused by expansion of the spongiotrophoblast layer. Biol Reprod. 2001;65(6):1813-21. 11. Ogonuki N, Inoue K, Yamamoto Y dkk. Early death of mice cloned from somatic cells. Nat Genet. 2002;30(3):253-4. 12. Wilmut I, Beaujean N, de Sousa PA dkk Somatic cell nuclear transfer. Nature. 2002;419:583-6. 13. Virgi S. Dasar-dasar stem cell dan potensi aplikasinya dalam ilmu kedokteran. Cermin Dunia Kedokt. 2006;153:21-25. 14. Setiawan B. Aplikasi terapeutik sel punca embrionik pada berbagai penyakit degeneratif. Cermin Dunia Kedokt.2006;153:5-8. 15. Hoffman LM, Carpenter MK. Characterization and culture of human embryonic stem cells. Nat Biotechnol. 2005;23(6):699-708 16. Lanza RP, Cibelli JB, West MD. Human therapeutic cloning. Nat Med. 1999;5(9):975-7. 17. Mollard R. Somatic Cell Nuclear Transfer (SCNT) or therapeutic cloning. ISSCR. http://www.isscr.org/public/therapeutic_cloning.pdf 18. Perry A. Progress in human somatic cell nuclear transfer. N Engl J Med. 2005; 353(1):87-8. 19. Snyder EY, Loring JF. Beyond fraud stem cell research continues. N Engl J Med. 2006;354(4):322-4. 20. Byrne JA, Gurdon JB. Commentary on human cloning. Differentiation. 2002;69(4-5):154-7. 21. Steinbrook R. Egg donation and human embryonic stem cell research. N Engl J Med. 2006;354(4):324-6. 22. Taylor R. Scientists move closer to human therapeutic cloning. Reuters. http://www.sciam.com 76 cdk 161/vol.35 no.2 Mar-Apr 2008