POKOK BAHASAN XIV. POLIEMBRIONI, APOMIKSIS DAN EMBRIOLOGI EKSPERIMENTAL

dokumen-dokumen yang mirip
PROSES PEMBENTUKAN BIJI PADA ANGIOSPERMAE

SET 5 REPRODUKSI SEL 2 (GAMETOGENESIS) Gametogenesis adalah pembentukan gamet pada tubuh makhluk hidup. a. GametOGenesis pada manusia dan hewan

DUNIA TUMBUHAN. Plant 1. 1/24

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 1. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGANLatihan Soal 1.6. Gamet haploid. Gamet diploid. Spora. Hifa

MISKONSEPSI PADA BUKU PELAJARAN BIOLOGI KELAS 3 SLTP POKOK BAHASAN PERKEMBANGBIAKAN TUMBUHAN

TUGAS INDIVIDU BOTANI ANGIOSPERMAE dan GYMNOSPERMAE. Oleh : Gabryna Auliya Nugroho

TINJAUAN MATA KULIAH...

Ciri-ciri Spermatohyta

Reproduksi Seksual Gymnospermae

POKOK BAHASAN XII. POLLINASI, PEMBUAHAN DAN PERKEMBANGAN ENDOSPERM

REPRODUKSI SEL REPRODUKSI SEL AMITOSIS. Profase I. Pembelahan I. Metafase I. Anafase I MEIOSIS. Telofase I. Interfase. Profase II.

12/9/14. Gametofit à membentuk gamet melalui mitosis à fase seksual Sporofit à membentuk spora melalui meiosis à fase aseksual. Reproduksi seksual

BAB I PENDAHULUAN. dan usaha komersil pada mulanya hanya dikenal di negara-negara maju, namun

BAB VIII PEMBIAKAN TANAMAN

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Bunga Kedelai Induksi Androgenesis

PELATIHAN KULTUR JARINGAN ANGGREK TAHUN 2013 MATERI 4 BAHAN TANAM (EKSPLAN) DALAM METODE KULTUR JARINGAN. Oleh: Paramita Cahyaningrum Kuswandi, M.Sc.

PENGARUH UMUR FISIOLOGIS KECAMBAH BENIH SUMBER EKSPLAN

KULIAH DASAR BIOTEKNOLOGI

TUMBUHAN PINUS. Klasifikasi tumbuhan pinus menurut Tjitrosoepomo (1996) sebagai berikut :

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Pertemuan ke 2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Kultur Jaringan Tanaman Eksplan

Dasar Selular Reproduksi dan Pewarisan Sifat

POKOK BAHASAN V. GYMNOSPERMAE STRUKTUR OVULUM DAN PERKEMBANGAN GEMETOFIT BETINA

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 1. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGANLatihan Soal 1.3. igotik. Embrionik. Pasca lahir

REPRODUKSI REPRODUKSI SEKSUAL REPRODUKSI ASEKSUAL

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN BIOLOGI BAB X REPRODUKSI PADA TUMBUHAN

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan

Gymnospermae, tentang keragaman struktur tumbuhan serta kaitanya dengan kondisi lingkungan.

vii Tinjauan Mata Kuliah

PEMBELAHAN SEL. Tujuan Pembelajaran. Kata Kunci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 5. Kelangsungan hidup makhluk hidup melalui adaptasi, seleksi alam, dan perkembangbiakanlatihan Soal 5.3.

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hipogea L.) merupakan salah satu komoditas pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan kacang tanah dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 1. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGANLATIHAN SOAL. Pernyataan yang merupakan ciri dari pertumbuhan ditunjukkan oleh nomor...

KULTUR JARINGAN TANAMAN

BAB VIII DUNIA TUMBUHAN

BAB I PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja

: kemampuan organisme untuk menghasilkan kembali individu baru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi Tanaman Anggrek Vanda tricolor Lindl. var. suavis

4.5 KONSEP PEMBIAKAN PADA TUMBUHAN

EMBRIOGENESIS IN VIVO PADA BIJI MELINJO (Gnetum gnemon L.) DAN PENGARUH ASAM ABSISAT TERHADAP PERKEMBANGAN IN VITRO BAKAL EMBRIO

Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk Hidup

BAHAN AJAR DASAR-DASAR GENETIKA

Kombinasi Embriogenesis Langsung dan Tak Langsung pada Perbanyakan Kopi Robusta. Reny Fauziah Oetami 1)

BAB II. PEMBENTUKAN DAN PERKEMBANGAN BENIH SECARA GENERATIF

PERBANYAKAN TANAMAN. Oleh: Rommy A Laksono. Program Studi Agroteknologi UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan di Indonesia merupakan sumber plasma nutfah yang sangat potensial

MODUL PRAKTIKUM GENETIKA TANAMAN 1. MATERI GENETIK, DISTRIBUSI GEN DAN PEMBELAHAN SEL

Teknik Kultur In Vitro Tanaman. Bab I : Pendahuluan 9/16/2012

POKOK BAHASAN XIII. EMBRIOGENESIS DAN STRUKTUR BIJI

REPRODUKSI DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN

Lecture 4 Tatap Muka 5

FISIOLOGI TUMBUHAN 5 Reproduksi Tumbuhan. Delayota Science Club April 2011

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija yang

2.1. Pengertian Lumut (Bryophyta)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Struktur Bunga, Alat Reproduksi, serta Proses Reproduksi Jantan dan Betina pada Tumbuhan Angiospermae

I. PENDAHULUAN. Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis (L.) Blume) merupakan jenis. pesona, bahkan menjadi penyumbang devisa bagi negara.

POKOK BAHASAN II. BRYOPHYTA Pembuahan, Embriogenesis dan Sporogenesis

ANDROESIUM A. Landasan Teori ANTERA

BIOTEKNOLOGI TERMINOLOGI DAN MACAM KULTUR JARINGAN

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA

Lumut/Bryophyta. Alat perkembangbiakan lumut hati

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 2,4-D terhadap induksi pembelahan sporofitik mikrospora anggrek bulan

BAB I PENDAHULUAN. terutama di negara-negara berkembang dan yang sedang berkembang baik di

BIOLOGI BAB VI REPRODUKSI PADA TUMBUHAN

vii Tinjauan Mata Kuliah

II. Bagaimana sifat diwariskan

KELOMPOK III PHIKA AINNADYA HASAN ST. HATIJAH IRMAYANTI TENRI SANA WAHID YUSDAR M H H

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq.)

Produksi Benih Tanaman Pakan

TINJAUAN PUSTAKA Botani, Penyebaran dan Manfaat Tanaman Jarak Pagar ( Jatropha curcas L.) Kultur Jaringan Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Melon (Cucumis melo L.)

REGENERASI EKSPLAN MELALUI ORGANOGENESIS DAN EMBRIOGENESIS SOMATIK

PTERIDOPHYTA (Tumbuhan Paku)

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Botani Melon

Analisis Artikel Tumbuhan Lumut

TINJAUAN PUSTAKA. Botani

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kondisi Umum Percobaan

13/10/2012 PENDAHULUAN. REVIEW KULTUR JARINGAN CENDANA (Santalum album L.)

BAB 1 TIPE KULTUR JARINGAN TANAMAN

BAB IX REPRODUKSI A. STANDAR KOMPETENSI


BENIH POLIEMBRIO PADA TANAMAN KOKOSAN DAN JERUK. Renan Subantoro, Rossi Prabowo Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Wahid Hasyim

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Brokoli (Brassica oleracea L. var. italica Plenck) Struktur morfologi brokoli berupa akar, tangkai, daun dan bunga (Gambar

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan

BAB 1. PENDAHULUAN. a. Diaspora Spora yang berfungsi sebagai agen penyebaran seperti pada fungi, lumut dan paku-pakuan.

LEMBAR SOAL TRY OUT UAN SMP TAHUN 2007/2008

LEMBAR KEGIATAN SISWA SEMUA TENTANG TUMBUHAN. KD 3.4 Memahami reproduksi pada tumbuhan dan hewan,sifat keturunan, serta kelangsungan makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan ada 2; Faktor Eksternal dan Faktor internal.

A. Deskripsi Mata Kuliah BI 517 Perkembangan Hewan dan Tumbuhan: S-1, 3 SKS, Semester 5

Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan

1. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan

Pada keadaan demikian, kromosom lebih mudah menyerap zat warna, misalnya sudan III, hematoksilin, methylen blue, dan kalium iodida.

Transkripsi:

POKOK BAHASAN XIV. POLIEMBRIONI, APOMIKSIS DAN EMBRIOLOGI EKSPERIMENTAL Poliembrioni Poliembrioni adalah terdapatnya lebih dari satu embrio dalam satu biji. Orang yang melaporkan pertama kali, terjadinya poliembrioni adalah Antoni van Leeuwenhoek pada tahun 1719, pada biji jeruk. Poliembrioni pada Angiospermae kemungkinan terjadi karena: 1. pembelah embrio yang sudah ada (cleavage pro-embryo) 2. embrio berasal dari sel-sel dalam kandung lembaga salain sel telur yang dibuahi. 3. terbentuknya kandung lembaga yang banyak, dalam satu ovulum. 4. aktivitas sel-sel sporofilik (sel-sel sama) pada ovium. 1. Cleavage poolyembryony pada Angiospermae dijumpai pada anggrek, seperti Eulophia epidendraea proses terjadinya Cleavage: 1. zigot membelah tidak teratur menghasilkan masa sel. Masing-masing tumbuh menuju khalaza menghasilkan banyak embrio ( Gambar A). 2. pro-embrio membentuk tonjolan (tunas) kecil, masing-masing tunas tumbuh dan berkembang menjadi embrio (Gambar B). 3. embrio. yang berbentuk benang, kemudian bercabang-cabang, dan masingmasing cabang tersebut tumbuh menjadi embrio (Gambar C). 2. embrio berasal dari sel-sel dalam kandung lembaga selain sel telur yang dibuahi Pada Ulmus glabra selain embrio zigotik (hasil pembuahan sel telur dan sperma), embno juga berasal dan sel antipoda. Klasifikasi poliembrioni Ada 2 : 1. Spontan 2. Induksi Ernst (1901;1910) membedakan poliembrioni spontan menjadi 1. Poliembrioni sejati Dua atau lebih embrio terdapat dalam kantong lembaga. Embrio berasal dari zigot/embrio yang sudah ada (Eulophia, Vanda), dan sinergid (Sagittaria) dari sel antipoda (Ulmus) atau dan nuselus/integumen (Citrus, Spiranthes). 2. Poliembrioni palsu

Embrio terdapat dalam kantong embrio satu ovulum yang sama (Fragaria) atau pada plasenta (Loranthaceae). Yakolev (1967) membagi poliembrioni berdasar pada sifat genetik. Ada 2 tipe poliembrioni spontan yaitu: 1. Gametogitik Embrio berasal dari sel gamet dan kandung lembaga setelah atau tanpa pembuahan. 2. Sporofitik Embrio berasal dari zigot, pro-embrio atau sel sporofitik inisial ovulurn (nuselus atau integumen). Gambar 44. Poliembrioni belahan path Ervthronium americanum A. embrio zigotik membentuk masa embrionik B-C. perkembangan masa embriomk yang berasal dari embrio zigotik Apomiksis Apomiksis adalah reproduksi aseksual yaitu proses reproduksi tanpaa terjadinya fusi gamet betina dan gamet jantan. Pada reproduksi aseksual terdapat adanya 2 proses yang selalu berkesinambungan (tak terputuskan), yaitu: 1. meiosis : suatu proses pernbelahan sel-sel sporofitik yang diploid menjadi sel-sel gametik yang haploid. Misalnya : pada mikrosporogenesis (terjadinya mikrospora). Mikrospora akan menghasilkan gamet jantan (n). Megasporogenesis (terjadinya megaspora) megaspore yang berfungsi akan menghasilkan kantong embrio dengan bagian-bagiannya, yaitu sel telur, sinergid dan antipoda (semuanya haploid (n). 2. pembuahan adalah fusi dari sel-sel gametik (sperma dan sel telur) menghasilkan zigot (2n). Zigot merupakan generasi awal fase sporofitik yang diploid. Menurut Maheswari (1950) apomiksis pada tumbuhan Angiospermae dibedakan menjadi yaitu:

1. apomiksis yang tidak berulang Pada tipe ini sel induk megaspora mengalami pembelahan meiosis secara normal, terbentuk kantong embrio yang haploid. Embrio mungkin berasal dari sel telur yang tidak dibuahi (parthenogenesis haploid) atau berasal dari sel lain pada gametofit 2. apomiksis berulang Kantong embrio berasal dari arkesporium (apospori generatif) atau bagian lain dan nuselus (apospori somatik). Semua inti sel yang menyusun kantong embnio bersifat diploid. Embnio berasal dan sel telur yang tidak dibuahi (parthenogenesis diploid) atau dan sel lain pada gametofit (apogami diploid). Menurut Bhojwani & Bhatnagar (1999) apomiksis dibedakan menjadi 2 yaitu: 1. reproduksi vegetatif, yaitu tanaman diperbanyak melalui bagian tubuhnya (seperti akar, daun atau batang) selain menggunakan biji. 2. agamospermi Ada 2 tipe agamospermi, yaitu: 1. embrio berkembang dari suatu sel gametofit betina yang tidak mengalami meiosis, atau 2. berasal langsung dari sel-sel somatik yang menyusun ovulum (bakal biji), seperti nuselus dan integumen. i Embrio yang berasal dari sel somatik (2 n) disebut embrio adventif. Pada agamospermi dimana kantong embrio berasal dari sel induk megaspora yang tidak mengalami meiosis disebut diplospori, dan yang berasal dari sel soma (nuselus) disebut apospori. Jadi apomiksis berulang adalah agamospermi. Skema agamospermi dan proses reproduksi seksual dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 45. Embrionik adventif pada Mangifera indica A. Sel-sel nuselus diluar kandung lembaga mempunyai ukuran yang besar dengan inti yang jelas, merupakan inisial embrio adventif B. sel-sel embriogenik telah membelah-belah menjadi embrio adventif (stadium bulat) Gambar 46. Skema pola perkembangan bermacam-macam tipe agamospermi, dibandingkan dengan pola seksual (normal) Embriologi Eksperimental dan Aplikasi Embriologi Embriologi semula dipelajari secara deskriptiv, dimana perkembangan secara detail dari berbagai struktur yang berhubungan dengan pembuahan dan perkembangan embnio dipelajani secara mikroskopik. Sejak akhir abad ke-19 diketahui bahwa data embriologi dapat diaplikasikan untuk mempelajani taksonomi, dan diberi nama embriologi perbandingan (Comparative Embryology). Kemudian sejak tahun 1960 embriologi menjadi experimental science.

Ada 2 tujuan dalam embriologi eksperimental yaitu : 1) mengetahui faktor yang mengontrol berbagai proses embriologik; 2) memanipulasi proses embriologik dengan mengubah kondisi lingkungan diseluruh tanaman atau sebagian tanaman itu dighunakan untuk percobaan. Embriologi eksperimental mempunyai hubungan dengan disiplin ilmu lain dalam botani seperti genetika, fisiologi, morfogenesis, biokimia dan lain-lain serta dengan ilmu terapan yaitu plant briding. Ada beberapa aspek dalam embniologi eksperimental antara lain: 1) untuk menghasilkan tanaman haploid; 2) mengontrol pembuahan; 3) perkecambahan pollen dan pertumbuhan buluh pollen; 4) nutrisi embnio; 5) induksi poliembnioni; 6) partenokarpi; 7) menghasilkan tanaman haploid; 8) tranformasi genetik. Penelitian-penelitian tersebut dilakukan dengan kondisi aseptis, dengan menggunakan teknik in vitro atau yang lebih popular dikenal dengan istilah Plant Tissue Culture, yaitu suatu teknik dengan mengisolasi sel, jaringan ongan atau bagian organ, embnio atau segmen/potongan dan embrio yang ditanam pada medium makanan buatan pada tempat dan gelas atau plastik. Ada 3 hal penting yang harus diperhatikan dalam teknik ini yaitu: a. medium makanan yang digunakan; b. pemeliharan kultur pada kondisi aseptic; c. erasi untuk kultur Mengenai medium makanan untuk kultur banyak formulasi yang digunakan dan dikembangkan oleh para peneliti dan tahun ke tahun, disesuaikan dengan tujuan penelitian masing-masing serta bahan eksplain yang digunakan dalam penelitian tersebut. Komposisi medium yang dipakai oleh beberapa peneliti terdahulu dan sekarang masih banyak digunakan seperti pada table berikut:

Tabel 1 : Komposisi mediumm makanan yang digunakan untuk kultur in vitro menurut beberapa peneliti terdahulu.