Apa Implikasi dari Inti Psikologi Kognitif Terhadap Pembelajaran Matematika?

dokumen-dokumen yang mirip
Pentingnya Pengetahuan Prasyarat dalam Memecahkan Masalah

BILAMANA PROSES PEMBELAJARAN MENJADI BERMAKNA BAGI SISWA? SUATU TEORI BELAJAR DARI DAVID P. AUSUBEL. Fadjar Shadiq (WI PPPPTK Matematika)

BELAJAR BERMAKNA DAVID P. AUSUBEL DI SD/MI. Nur Rahmah (Dosen Pendidikan Matematika IAIN Palopo)

IMPLIKASI KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR Fadjar Shadiq

Bagaimana Cara Guru Matematika Memfasilitasi Siswanya agar dapat Membangun Sendiri Pengetahuan Mereka?

DOBEL STELD MEMPERMUDAH OPERASI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN

HIRARKI BELAJAR: SUATU TEORI DARI GAGNE

Peta Kompetensi Guru Matematika SMK Non Teknik. Jenjang Dasar

PSIKOLOGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Sri Purnama Surya, S.Pd, M.Si. Anang Heni Tarmoko. Dra. Sri Wardhani. Penilai: Editor:

BAB I PENDAHULUAN. Mengajarkan matematika bukanlah sekedar guru menyiapkan dan

APLIKASI TEORI BELAJAR. Oleh: Fadjar Belajar, M.App.Sc

BAB I PENDAHULUAN. serta perubahan aspek-aspek yang lain yang ada pada individu yang belajar.

HALAMAN SAMPUL DAFTAR ISI PENDAHULUAN

PENILAIAN UNTUK PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN

Sri Purnama Surya, S.Pd, M.Si. Anang Heni Tarmoko. Dra. Sri Wardhani. Penilai: Editor:

EMPAT OBJEK LANGSUNG MATEMATIKA MENURUT GAGNE Fadjar Shadiq

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENERAPAN TEORI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD

Bagaimana Cara Guru SD Memfasilitasi Siswanya Agar Dapat Menjadi Siswa yang Mandiri Mempelajari Matematika?

BAGIAN I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tugas seorang guru adalah membantu siswanya mendapatkan informasi, ide-ide, keterampilan-keterampilan,

Peran Penting Guru Matematika dalam Mencerdaskan Siswanya

Deni Hamdani, Subanji, dan Santi Irawati Universitas Negeri Malang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Pandangan tentang Pembelajaran

TEORI BELAJAR KOGNITIF

Bagaimana Cara Guru Memanfaatkan Faktor Sikap dalam Pembelajaran Matematika? Fadjar Shadiq &

Meilantifa, Strategi Kognitif Pada Pembelajaran Persamaan Linier Satu. Strategi Konflik Kognitif Pada Pembelajaran Persamaan Linier Satu Variabel

Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MEMBANGUN KONSERVASI MATERI PELAJARAN Dudung Priatna*)

MENGAPA TIDAK MENGGUNAKAN PENBELAJARAN REALISTIK PADA PENBELAJARAN PENJUMLAHAN DUA BILANGAN BULAT?

Peta Kompetensi Strategi Pembelajaran MatematikA/PEMA4301/4sks

PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR)

IMPLEMENTASI SCAFFOLDING UNTUK MENGATASI KESALAHAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH LINGKARAN

MAKALAH PERENCANAAN DAN STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA TEORI-TEORI BELAJAR

Apa dan Mengapa Guru Matematika Harus Menggunakan Teknik Bertanya?

HOW STUDENTS LEARN + COGNITIVE LEARNING THEORY Modul Keterampilan Pembelajaran dan Berfikir Kritis

BAB I PENDAHULUAN. Adapun yang menjadi penyebab yaitu pembelajaran terpusat kepada guru dan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Tahap Sensori Motor (0 2 tahun) 2. Tahap Pra-operasional (2 7 tahun)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PEMBELAJARAN MATEMATIKA YANG BERMAKNA

TEORI BELAJAR PIAGET

PROSIDING ISSN: PM-23 PROSES KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN BERMAKNA

BAB I PENDAHULUAN. penunjang keberhasilan siswa dalam belajar, baik itu kemampuan dalam. konsep yang telah diberikan oleh guru dalam kelas.

Model-Model Pembelajaran Matematika

MERANCANG PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASAR KONSEP KONFLIK KOGNITIF PIAGET

PEMBELAJARAN & PENGAJARAN

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat

Pertemuan Ke-4. Oleh: M. Jainuri, S.Pd., M.Pd. Pendidikan Matematika. STKIP YPM Bangko. Teori Belajar Kognitif_M. Jainuri, S.Pd., M.

PEMBELAJARAN GEOMETRI BIDANG DATAR DI SEKOLAH DASAR BERORIENTASI TEORI BELAJAR PIAGET

(Staf Pengajar FISE Universitas Negeri Yogyakarta)

PEMBELAJARAN MENULIS. oleh Isah Cahyani Diadaptasi dari berbagai sumber dan hasil diskusi

Tiga Hal yang Sering Ditanyakan Guru. Fadjar Shadiq, M.App.Sc & fadjarp3g.wordpress.com) Widyaiswara PPPPTK Matematika

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia sedang mendapat perhatian dari pemerintah. Berbagai

P 21 THE CHALLENGE OF MATHEMATICS TEACHERS IN DEALING WITH VARIOUS CURRICULUM CHANGES (A THEORETICAL REVIEW)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi kehidupan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik Pembelajaran Matematika SD. Pembelajaran matematika pada tingkat SD berbeda dengan pembelajaran

PENDIDIKAN MATEMATIKA SD 2 ( KPD 325 / 4 sks ) Oleh: M. Coesamin FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

ARTIKEL PENELITIAN KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MICRULED BERBANTUAN E-LEARNING PADA MATA KULIAH MATEMATIKA SMP.

TEORI BELAJAR BERMAKNA BROWNELL

Starlet Gerdi Julian / / juliancreative.blogs.uny.ac.id

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Konstruktivisme a. Sejarah Konstruktivisme Menurut Von Glaserfield (1988), pengertian konstruktif kognitif

PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA BERDASARKAN PERBEDAAN GAYA BELAJAR

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Metode Pembelajaran. - Ceramah - Diskusi - Presentasi Tugas. - Diskusi. - Presentasi Tugas.

TINJAUAN MATA KULIAH...

Bagaimana Mengajar Pembuktian?

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dwi Widi Andriyana,2013

Pendekatan Pembelajaran Matematika

Pembelajaran Matematika dengan Problem Posing

BAB I PENDAHULUAN. dalam upaya penguasaan IPTEK. Akan tetapi, masih banyak siswa yang

PENTINGYA STRATEGI PEMODELAN PADA PROSES PEMECAHAN MASALAH

BELAJAR BERMAKNA AUSUBEL

TEORI BELAJAR BRUNER DAN AUSUBEL. Kelompok 2 : Ika Damayanti Minhatul Maula Fadhila dyah Ekawati

fr; t-{ t.{ t-t{ F-{ rr.{ A-y (n - \ 'v6 6 h f-l .1-T ,J) "-' -'I' ,JI 4 t'*-} LV .</ '--} J * il' Gq .</ -,.v * -+' Q" )4 - f "'*r 2-J s !:C . &1-.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

E.E.L. THORNDIKE Belajar merupakan peristiwa asosiasi antara stimulus (S) dengan respon (R) Supaya tercapai hubungan antara S dengan R, dibutuhkan kem

PEMAHAMAN INSTRUMENTAL DAN RELASIONAL MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH TURUNAN

Keefektifan CTL Berbantuan Macromedia Flash Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis pada Materi Segiempat

TEORI BELAJAR. Oleh : Dedy Iswanto, S.Pd.

Suprih Ediyanto SMP Negeri 30 Purworejo. Abstrak

Untuk Apa Belajar Matematika? Fadjar Shadiq, M.App.Sc Widyaiswara PPPPTK Matematika &

II. TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu. Pengetahuan itu bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan, melainkan

Proses Konstruksi Pengetahuan Siswa Bertipe Belajar Visual pada Pelajaran Biologi

Analisis Kesalahan Siswa Dilihat dari Skema Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika AYU ISMI HANIFAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENURUT PANDANGAN KONSTRUKTIVISME Oleh: Mujiono*

LEMMA VOL I NO. 2, MEI 2015

Abdul Rofik SMA Negeri 1 Kota Cirebon ABSTRAK

Inisiasi 1 TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN SERTA PKn SEBAGAI PENDIDIKAN NILAI, MORAL, DAN NORMA

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN PENDEKATAN OPEN ENDED DALAM PEMECAHAN MASALAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran. Efektivitas itu sendiri menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan.

KEGIATAN BELAJAR II TEORI BELAJAR KOGNITIF DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN

BAB II KAJIAN TEORI. aplikasi dari konsep matematika. Pengenalan konsep-konsep matematika

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS DENGAN TEKNIK THIK- TALK-WRITE (TTW) Oleh: Usep Kuswari. Teknik TTW diperkenalkan oleh Huinker dan Laughin

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut teori belajar konstruktivis, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu

Transkripsi:

Apa Implikasi dari Inti Psikologi Kognitif Terhadap Pembelajaran Matematika? Fadjar Shadiq, M.App.Sc (fadjar_p3g@yahoo.com & www.fadjarp3g.wordpress.com) Sebagian dari ahli teori belajar atau ahli psikologi dikenal sebagai ahli psikologi tingkah laku (behaviorist). Contohnya adalah Burrhus F. Skinner; J.F. Guilford dan Robert M. Gagne. Sebagian lagi dikenal sebagai ahli psikologi kognitif (cognitive science). Contohnya adalah Jean Piaget; Zoltan P. Dienes; Richard R. Skemp; David P. Ausubel; Jerome Bruner; maupun Lev. S. Vygotsky. Setiap teori yang telah dikemukakan para pakar tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan sendiri-sendiri. Karena itulah, hal paling penting yang perlu diperhatikan para guru matematika adalah agar setiap guru dapat menggunakan dengan tepat keunggulan setiap teori tersebut di kelasnya masingmasing. Di samping itu, beberapa teori kelihatannya berbeda-beda, namun ada juga yang mirip. Sebelum menjawab pertanyaan tentang inti dari teori belajar koginitif yang menjadi judul artikel sekarang ini; terlebih dahulu naskah ini akan membahas beberapa teori penting dari setiap ahli teori belajar kognitif. Dimulai dari pendapat Ausubel, lalu pendapat Skemp; diikuti pendapat konstruktivisme, dan diakhiri dengan pendapat Piaget. Beberapa Teori Belajar Kognitif Ausubel mengemukakan adanya dua macam belajar, yaitu belajar hafalan (rote learning) dan belajar bermakna (meaningful learning). Berkait dengan perbedaan kedua macam belajar tersebut; Ausubel menyatakan hal berikut sebagaimana dikutip Bell (1978:13):, if the learner s intention is to memorise it verbatim, i,e., as a series of arbitrarily related word, both the learning process and the learning outcome must necessarily be rote and meaningless. Pada intinya, menurut Ausubel, jika tujuan selama belajar seorang anak adalah hanya untuk mengingat secara tepat dan eksak; yaitu hanya menganggap sebagai kata-kata yang tidak berkait satu dengan lainnya, maka baik proses maupun hasil belajarnya dinyatakan sebagai hafalan atau tidak bermakna. Sedangkan belajar bermakna yang diingini Ausubel akan terjadi ketika pengetahuan atau pengalaman baru yang didapat siswa dapat berkait dengan pengetahuan yang lama yang sudah diketahui atau dimiliki siswa. Skemp dikenal sebagai ahli teori belajar yang membedakan dua macam pemahaman; yaitu pemahaman relasional (relational understanding) dan pemahaman instrumental (instrumental understanding). Menurut Skemp (1989:): Pemahaman relasional dapat diartikan sebagai pemahaman yang memahami dua hal secara bersama-sama, yaitu apa dan mengapanya. Pemahaman instrumental sampai saat ini belum saya golongkan kepada pemahaman secara keseluruhan. Itulah yang pada masa-masa lalu dinyatakan sebagai aturan tanpa alasan. Dengan demikian jelaslah bahwa menurut Skemp, inti 1

belajar matematika adalah agar siswa memiliki pemahaman relasional di mana para siswa harus dapat melakukan sesuatu (apanya) namun ia juga harus dapat menjelaskan mengapa ia harus melakukan sesuatu seperti itu (mengapanya). Konstruktivisme menyatakan bahwa pengetahuan akan tersusun atau terbangun di dalam pikiran siswa sendiri ketika ia berupaya untuk mengorganisasikan pengalaman barunya berdasar pada kerangka kognitif yang sudah ada di dalam pikirannya, sebagaimana dinyatakan Bodner (1986:873): knowledge is constructed as the learner strives to organize his or her experience in terms of preexisting mental structures. Dengan demikian, pengetahuan tidak dapat dipindahkan dengan begitu saja dari otak seorang guru ke otak siswanya. Setiap siswa harus membangun pengetahuan itu di dalam otaknya sendiri-sendiri berdasar pengetahuan atau pengalaman lama yang sudah dimiliki atau pernah dialami siswa. Itulah sebabnya, seorang siswa dapat saja menyatakan bahwa (a + b) a + b berdasarkan pada pengetahuan yang dimilikinya bahwa (a + b) a + b. Hal ini telah menunjukkan bahwa si siswa secara aktif telah membangun suatu pengetahuan baru berdasarkan pada pengetahuan yang sudah ada pada struktur kognitifnya. Teori dari Piaget yang paling penting dikuasai guru matematika adalah tentang perkembangan kognitif seorang siswa yang sangat bergantung kepada seberapa jauh si siswa itu dapat memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Menurut Piaget, ada tiga aspek pada perkembangan kognitif seseorang, yaitu: struktur, isi, dan fungsi kognitifnya. Struktur kognitif atau skemata (schema) yaitu suatu organisasi mental tingkat tinggi yang terbentuk pada saat orang itu berinterkasi dengan lingkungannya. Isi kognitif merupakan pola tingkah laku seseorang yang tercermin pada saat ia merespon berbagai masalah, sedangkan fungsi kognitif merupakan cara yang digunakan seseorang untuk memajukan tingkat intelektualnya, yang terdiri atas organisasi dan adaptasi. Dua proses yang termasuk adaptasi adalah asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah suatu proses di mana suatu informasi atau pengalaman baru dapat disesuaikan dengan kerangka kognitif yang sudah ada di benak siswa; sedangkan akomodasi adalah suatu proses perubahan atau pengembangan kerangka kognitif yang sudah ada di benak siswa agar sesuai dengan pengalaman yang baru dialami. Apa Inti Teori Belajar? Di saat membahas mata diklat Psikologi Pembelajaran Matematika, salah seorang peserta Diklat menanyakan kepada penulis: Bapak, apa sih sebenarnya inti semua teori belajar pada psikologi kognitif itu? Mendapat pertanyaan seperti itu, penulis agak kalang kabut juga. Terus terang saja, penulis tidak siap dengan pertanyaan yang cukup berat dan menggelitik tersebut. Pada waktu itu, penulis hanya dapat menjawab berdasarkan pada pendapat Ausubel. Ausubel, pernah menyatakan hal berikut sebagaimana dikutip Orton (1987:34): If I had to reduce all of educational psychology to just one principle, I would say this: The most important single factor influencing learning is what the learner already knows. Ascertain this and teach him accordingly. Menurut Ausubel, jika ia diminta untuk meringkas psikologi pendidikan hanya menjadi satu prinsip saja, maka ia akan berkata: Satu faktor terpenting yang berpengaruh pada proses pembelajaran adalah apa yang diketahui siswa. Tentukan hal itu (apa yang diketahui siswa tersebut) lalu ajarlah ia berdasar pada apa yang sudah diketahuinya itu. Namun yang penulis jadikan jawaban untuk pertanyaan yang menantang tersebut hanyalah pendapat dari salah seorang ahli,

yaitu pendapat Ausubel; namun bukan merupakan inti dari beberapa pendapat para ahli sebagaimana yang ditanyakan teman guru matematika tadi. Sampai saat ini penulis masih merasa memiliki hutang yang harus ditunaikannya kepada teman yang menanyakan tadi dan juga kepada teman-teman peserta diklat lain yang mendengar pertanyaan tersebut. Untuk itulah artikel ini ditulis, dengan harapan bahwa tulisan ini akan dapat memuaskan khususnya kepada teman guru matematika menanyakannya dan pada umumnya dapat dijadikan bahan pemikiran teman guru matematika lain pada umumnya. Sebagaimana disampaikan di bagian depan; Ausubel menginginkan proses pembelajaran di kelas-kelas matematika adalah suatu pembelajaran yang bermakna (meningful learning); yaitu suatu pembelajaran di mana pengetahuan atau pengalaman baru dapat terkait dengan pengetahuan lama. Kata lainnya, pembelajaran bermakna hanya akan terjadi jika ada pengetahuan lain di benak siswa (struktur kognitifnya) sedemikian sehingga pengalaman yang baru dapat terkait dengannya. Itulah sebabnya Ausubel menyatakan bahwa satu faktor terpenting yang berpengaruh pada proses pembelajaran adalah apa yang diketahui siswa. Jadi faktor yang sangat penting menurut Ausubel adalah pengetahuan lama tempat pengetahuan baru akan menyesuaikan. Contohnya, perkalian harus dikaitkan dengan penjumlahan atau penjumlahan berulang. Kalau para siswa belum memiliki pengetahuan tentang penjumlahan maka pembelajaran tentang perkalian tidak akan bermakna bagi siswa. Contoh lainnya adalah pengetahuan baru tentang integral harus dikaitkan dengan pengetahuan lama tentang turunan. Selanjutnya Skemp menginginkan proses pembelajaran yang terjadi di kelas adalah suatu pembelajaran yang mengarah pada adanya pemahaman relasional (relational understanding). Suatu pembelajaran di mana para siswa memahami dua hal secara bersama-sama, yaitu apa dan mengapanya. Karenanya, inti belajar matematika menurut Skemp adalah agar para siswa dapat melakukan sesuatu (apanya) namun ia juga harus dapat menjelaskan mengapa ia harus melakukan hal seperti itu (mengapanya). Dengan demikian jelaslah bahwa pemahaman relasional seperti yang diinginkan Skemp hanya dapat terjadi jika si siswa dapat menjelaskan mengapa ia melakukan sesuatu seperti itu. Artinya, si siswa harus memiliki pengetahuan di dalam benaknya yang akan menjadi dasar mengapa ia melakukan hal seperti itu. Meskipun dalam versi yang agak berbeda, namun ada kesamaan di antara pembelajaran bermakna yang diinginkan Ausubel dengan pemahaman relasional yang diharapkan Skemp. Kata lainnya, para siswa harus memiliki pengetahuan lama yang akan menjadi dasar mengapa ia melakukan hal seperti itu. Sekali lagi, tanpa dasar pengetahuan lama tersebut akan sulit bagi siswa untuk menjelaskannya. Teori Piaget juga telah menunjukkan pentingya pengetahuan yang dimiliki siswa. Proses akomodasi di mana terjadi perubahan pada struktur kognitif siswa tidak akan pernah terjadi jika proses asimilasi tidak terjadi. Sedangkan proses asimilasi tidak akan pernah terjadi jika informasi atau pengalaman baru tidak ada tempat untuk menyesuaikan diri. Artinya, proses asimilasi tidak akan pernah terjadi jika tidak ada kerangka kognitif di benak siswa yang akan menjadi dasar tempat pengalaman baru akan menyesuaikan diri. Pada akhirnya dapat disimpulkan dari pendapat tiga ahli teori belajar tadi, yaitu Skemp, Ausubel, dan Piaget bahwa seorang siswa tidak akan memiliki pemahaman relasional dan pembelajaran bermakna tidak akan terjadi jika tidak terjadi proses asimilasi dan 3

akomodasi. Dengan kata lain, pembelajaran bermakna akan terjadi jika dan hanya jika proses asimilasi dan akomodasi terjadi selama proses pembelajaran. Implikasinya pada Pembelajaran Penulis sangat sependapat dengan Ausubel bahwa satu faktor terpenting yang berpengaruh dan harus diperhitungkan pada proses pembelajaran adalah apa yang sudah diketahui siswa. Namun tugas setiap gurulah untuk memfasilitasi siswanya sehingga proses asimilasi dan akomodasi (seperti pendapat Piaget) dapat terjadi pada diri setiap siswanya sehingga pembelajarannya menjadi bermakna (seperti pendapat Ausubel) dapat terjadi dan pengetahuan yang didapat siswa merupakan pemahaman relasional (seperti pendapat Skemp). Sejalan dengan itu, seperti yang dinyatakan Bodner, konstruktivisme menyatakan hal yang sama yaitu pengetahuan akan terbangun di dalam pikiran siswa sendiri ketika ia berupaya untuk mengorganisasikan pengalaman barunya berdasar pada kerangka kognitif yang sudah ada di dalam pikirannya. Artinya, pengetahuan yang ada pada kerangka kognitif siswalah yang akan menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Selanjutnya, apa implikasinya pada pembelajaran matematika? Berikut ini dua implikasi yang sangat penting. 1. Pentingnya Pengetahuan atau Pengalaman Lama Implikasi pertama ini sejalan dengan inti dari teori belajar bahwa pengetahuan yang ada pada kerangka kognitif maupun pengalaman lama yang pernah dialami siswalah yang akan menentukan keberhasilan suatu proses pembelajaran. Sebagai contoh, pada pembelajaran tentang hubungan antara diskriminan (D b 4ac) dengan sifat akarakar persamaaan kuadrat; maka konsep tentang diskriminan tersebut harus dikaitkan dengan pengetahuan lama yang sudah dimiliki para siswa yaitu tentang cara menentukan akar-akar persamaaan kuadrat dengan rumus persamaan kuadrat berikut: x 1, b ± b 4ac... (1) a Siswa tidak akan pernah belajar secara bermakna tentang hubungan antara diskriminan (D) dengan sifat akar-akar persamaaan kuadrat jika hal itu tidak dikaitkan atau disesuaikan dengan rumus persamaan kuadrat (1) di atas. Kata lainnya, agar terjadi pembelajaran bermakna dan terjadi pemahaman relasional pada diri siswa; sifat-sifat diskriminan harus dikaitkan atau disesuaikan dengan rumus itu.. Pentingnya Masalah Kontekstual atau Realistik Tugas guru matematika adalah memfasilitasi siswanya agar proses pembelajarannya menjadi bermakna dan para siswa memiliki pemahaman relasional. Salah satu cara memfasilitasinya adalah dengan mengajukan masalah kontekstual atau masalah realistik. Contoh masalah kontekstual atau masalah realistik pada kasus di atas adalah: b ± b 4ac Gunakan rumus x1, untuk menentukan akar-akar persamaan kuadrat a di bawah ini: 1. x x + 1 0. x + x 0 3. x + x + 0 Untuk setiap soal di atas, tentukan banyaknya akar-akar yang Anda dapatkan. Lalu diskusikan dengan teman-teman Anda, mengapa hasilnya begitu? Adakah pengaruh 4 dari diskriminan D b 4ac?

Dengan fasilitasi seperti itu, siswa diharapkan dapat menemukan sendiri hubungan antara diskriminan dengan akar-akar persamaan kuadrat. Pada soal 1 diharapkan para siswa akan mengerjakan seperti ini: x 1, ± x, ( ) 0 1 ± + 0 x 1 atau 4.1.1 x 0 x 1 1 atau x 1 Selama proses pembibingan untuk setiap kelompok, guru dapat menanyakan: Pada soal 1, mengapa kedua akarnya sama? Contoh konkret atau contoh real ini diharapkan dapat meyakinkan para siswa bahwa ada kaitan atau hubungan antara diskriminan D dengan dua akar yang sama tersebut. Demikianlah gambaran selintas tentang inti dari empat teori belajar pada psikologi kognitif, disertai implikasinya dalam pembelajaran matematika. Mudah-mudahan bermanfaat untuk keberhasilan pendidikan matematika di Indonesia. Daftar Pustaka Bell, F.H. (1978). Teaching and Learning Mathematics. Iowa:WBC Bodner, G.M. (1986). Constructivism: A theory of knowledge. Journal of Chemical Education. Vol. 63 no. 10. pp:873-878. Orton, A (1987). Learning Mathematics. London: Casell Educational Limited Skemp, R.R (1989). Mathematics in the Primary School. London: Routledge 5