BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Millenium Development Goals disingkat MDGs merupakan sebuah cita-cita

dokumen-dokumen yang mirip
LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN

Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

& KELEBIHAN KOPERASI dalam Melindungi Petani & Usahawan Kecil Pedesaan

BAB I PENDAHULUAN. Pada konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa

Dari MDGs Menuju SDGs: Pembelajaran dan Tantangan Implementasi

MDGs. Kebijakan Nasional Penanggulangan Kemiskinan. dalam. Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional September 2007

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)

Oleh Ir. Timbul Pudjianto, MPM Direktur Jenderal Bina Administrasi Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri

BAB I PENDAHULUAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAEAH KOTA BINJAI TAHUN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan.

MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL,

BAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi.

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs): Refleksi dan Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

Press Release The Asia Pacific Regional Parliamentarian and CSO Forum on MDG Acceleration and the Post 2015 Development Agenda

ACTION PLAN IMPLEMENTASI PERJANJIAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN UNTUK PANGAN DAN PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prasyarat utama untuk memperbaiki derajat kesejahteraan rakyat.

Latar Belakang. Tujuan setiap warga negara terhadap kehidupannya adalah

KESIAPAN DAERAH DALAM PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)/ SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs)

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan serta penanganan ketimpangan pendapatan. dunia. Bahkan dari delapan butir Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang bermanfaat bagi berbagai lapisan masyarakat.sekitar tahun

BAB I 1 BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

URGENSI MONITORING DAN EVALUASI dalam PELAKSANAAN DAN PENCAPAIAN SDGs. Djonet Santoso Universitas Bengkulu November 2017

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 37 TAHUN 2013

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

PERAN DAN FUNGSI LEGISLATIF DALAM MENDORONG PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN ABAD MILENIUN/MDGs. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Acuan Kebijakan

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang

Deklarasi Dhaka tentang

PENDAHULUAN Latar Belakang

Meninjau Kerjasama Pembangunan bagi Pembiayaan Kesejahteraan

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemakmuran masyarakat yaitu melalui pengembangan. masalah sosial kemasyarakatan seperti pengangguran dan kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) yakni di

PROGRAM PRIORITAS NASIONAL (RPJMN )

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN GRESIK TAHUN 2018 BAB I PENDAHULUAN

BRIEFING NOTE RELFEKSI PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOAL (MDG) DI INDONESIA

PENGUATAN KEBIJAKAN SOSIAL DALAM RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) 2011

BAB I PENDAHULUAN. strategi pembangunan daerah mulai dari RPJPD , RPJMD ,

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2011

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN 2017

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

LAPORAN AKHIR EVALUASI KINERJA DAN STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN INDIKATOR-INDIKATOR MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS DI KABUPATEN JEMBER

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. pada sebuah ketidakseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada sistem

IV.B.7. Urusan Wajib Perumahan

Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu alaikum wr. wb, dan Salam sejahtera bagi kita semua.

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 14 TAHUN 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2015

SERIAL PEDOMAN TEKNIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KEBUTUHAN PINJAMAN LUAR NEGERI TAHUN

BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. Hilir tahun adalah Indragiri Hilir berjaya dan gemilang Pada

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

WALI KOTA BOGOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2018

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

PELAKSANAAN PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)/ SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs)

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I P E N D A H U L U A N

Statement INFID Menyambut UN High Level Event on MDGs, 25 September 2008

GBPP PELATIHAN TINGKAT KOTA/KABUPATEN

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan pengangguran yang tinggi, keterbelakangan dan ketidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. wewenang pelaksanaan pemerintahan diserahkan kepada daerah itu sendiri secara

Jakarta, 10 Maret 2011

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG

SAMBUTAN PRESIDEN RI PADA KUNJUNGAN KENEGARAAN PRESIDEN REP. KOREA. 6 MARET 2009 Jumat, 06 Maret 2009

BAB I PENDAHULUAN. kompleks dan multi dimensional. Persoalan kemiskinan bukan hanya

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT

BAB V MEKANISME PELAKSANAAN RENCANA AKSI

BAB I PENDAHULUAN. dari dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 8

MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL,

KESIAPAN KABUPATEN MAROS MELAKSANAKAN SDGs. Ir. H. M. HATTA RAHMAN, MM (BUPATI MAROS)

Transkripsi:

132 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Millenium Development Goals disingkat MDGs merupakan sebuah cita-cita pembangunan global yang menitikberatkan pembangunan pada pembangunan manusia (human development). Delapan tujuan yang termaktub di dalam MDGs merupakan tujuan yang terukur dan saling memiliki keterkaitan satu sama lain yang akan dicapai pada tahun 2015. Diantara delapan tujuan tersebut terdapat tujuan untuk menurunkan setengahnya proporsi penduduk dunia yang hidup dengan pendapatan USD 1 perhari. Tujuan ini kemudian menjadi tujuan pertama (MDG 1) dari kedelapan tujuan pembangunan global tersebut karena dinilai memiliki signifikansi terhadap pencapaian tujuan-tujuan lainnya. Dengan adanya berbagai elaborasi tentang program MDGs dalam pengentasan kemiskinan di Indonesia pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Berkaitan dengan MDGs secara keseluruhan dan MDG 1 secara spesifik, Indonesia sebagai emerging country, pemegang keketuan ASEAN, anggota G-20, Enhanced Engagement Country dalam OECD serta berbagai keanggotaannya di tingkat global ikut dan berkomitmen untuk mencapai tujuan pembangunan tersebut pada tahun 2015. Pemerintah Indonesia sejak tahun 2004 sampai saat ini telah mengarusutamakan MDGs kedalam berbagai

133 dokumen perencanaan pembangunan baik di tingkat nasional maupun daerah seperti RPJMN, RPJMD, RKP, RAN, dan RAD serta kemudian menyusun SNPK (Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan) dan membentuk berbagai badan penanggulangan kemiskinan seperti TNP2K (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan) sebagai bentuk realisasi komitmennya terhadap MDGs dalam penanggulangan kemiskinan. Melalui pengarusutamaan tersebut, pemerintah Indonesia membuat kebijakankebijakan dan program-program yang pro-poor, pro-growth, dan pro-mdgs. Pemerintah Indonesia juga telah mengajak para stakeholder terkait serta masyarakat agar berpartisipasi mewujudkan MDGs ini. Keseriusan pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya tidak lain ditujukan agar dalam hubungan kerangka hubungan bilateral maupun multilateralnya, Indonesia nantinya dapat menjadi role model bagi negara lain dalam pengeradikasian kemiskinan serta untuk memperkuat bargaining position dan standing Indonesia di pentas perekonomian dan perpolitikan internasional. 2. Untuk mewujudkan pengentasan kemiskinan di Indonesia, pemerintah memerlukan dukungan bantuan luar negeri baik dalam bentuk hibah, pinjaman, maupun peningkatan kapasitas (capacity building). Keberadaan MDGs kemudian menjadi dasar bagi adanya kerjasama pembangunan yang komprehensif antara negara maju dan berkembang untuk mengentaskan

134 kemiskinan global. Bentuk kerjasama ini kemudian dimanifestasikan dalam bentuk bantuan luar negeri dari negara maju/institusi donor kepada negara berkembang yang diatur dalam berbagai konferensi lanjutan pasca KTT Milenium tentang bantuan pembangunan. Keadaan ini mendorong semakin kuatnya kerjasama pembangunan dan pengentasan kemiskinan Indonesia dengan berbagai pihak, baik dari negara maupun institusi donor, baik secara bilateral maupun multilateral. 3. Dalam proses mencapai MDGs 1 ini, mulai pada saat pengadopsian sampai tahun 2015 yang akan datang, terdapat faktor-faktor yang mendorong dan juga yang menghambat pencapaian MDG1. Hal ini disebabkan oleh berbagai dinamika yang terjadi baik di tingkat daerah, nasional, maupun internasional. Adapun faktor pendorong program MDGs dalam pengentasan kemiskinan yakni sebagai berikut: a. Komitmen dan keseriusan pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan dan mensejahterakan rakyatnya merupakan modalitas awal yang mendorong program ini. Komitmen dan keseriusan ini juga dipertajam oleh posisi Indonesia sebagai emerging country yang telah menjadi bagian penting dalam penentuan kebijakan global yang dibuktikan melalui keterlibatannya sebagai Enhanced Engangement Country di OECD bersama dengan negara anggota BRICS (Brazil, Russia, India, China, and

135 South Africa), APEC, G-20, dan sebagai ketua ASEAN periode 2010-2014. b. Dalam skala nasional maupun daerah, para pemimpin dan wakil rakyat yang duduk di parlemen, baik MPR, DPR, DPD, dan DPRD telah dibekali dengan buku saku Memberantas Kemiskinan Dari Parlemen. Buku ini merupakan manual MDGs untuk anggota parlemen di pusat dan daerah yang disertai dengan lesson learned dan problem yang dihadapi oleh daerah-daerah dalam implementasi program MDGs disertai dengan tawaran-tawaran solusinya dalam pembuatan kebijakan, penyusunan anggaran, dan pengawasan terhadap program yang dijalankan pemerintah. Adanya manual ini kemudian memberi arahan serta perbaikan pada kinerja dan pengambilan keputusan publik yang dilakukan oleh para anggota parlemen terkait dengan pengentasan kemiskinan. c. Bantuan luar negeri juga memegang peranan dalam mendorong pencapaian MDG1. Kemandirian pemerintah Indonesia dalam mengentaskan kemiskinan masih belum dapat diandalkan karena adanya keterbatasan dana dan kapasitas penyelenggaraan pemerintahan di tingkat nasional dan terlebih lagi di daerah. Adapun faktor-faktor yang menghambat pencapaian program MDGs dalam pengentasan kemiskinan yakni sebagai berikut:

136 d. Krisis birokrasi yang diwarnai dengan berbagai tindak korupsi dan malpraktek terhadap berbagai penganggaran untuk program pengentasan kemiskinan. Kondisi ini berhubungan dengan tata kelola keuangan negara pada APBN dan APBD serta pengelolaan pinjaman dan bantuan luar negeri. e. Masih kurang dan belum adanya kesamaan persepsi bagi pemerintah dan stakeholder terkait di tingkat nasional dengan yang berada di tingkat daerah. Saat ini, belum semua stakeholder dan pemerintah daerah memberikan respon positif secara merata di tiap daerahnya. f. Sosialisasi, komunikasi dan publikasi yang dilakukan oleh pemerintah kepada masyarakat baik secara langsung maupun melalui media masih terbilang minim. Hal ini menyebabkan masih kurangnya gaung MDGs dan dukungan penuh masyarakat terhadap pencapaian MDGs yang sedang diidam-idamkan pencapaiannya oleh pemerintah dan PBB. g. Perubahan iklim juga ikut mengancam usaha penanggulangan kemiskinan di Indonesia dan pencapaian Target Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals MDGs). h. Krisis keuangan global pada tahun 2008 dan krisis keuangan eropa yang terjadi saat ini menjadi hambatan bagi pencapaian MDG 1. Hal ini disebabkan oleh karena para negara donor mengurangi persentase kucuran dana bantuan luar negeri terhadap program pengentasan kemiskinan di

137 Indonesia yang awalnya sebesar 0,7 % menjadi 0,31 % dari PDBnya karena mereka harus merevitalisasi dan merekstrukturisasi kebijakan fiskal dan perekonomian negaranya. 4. Jumlah penduduk Indonesia saat ini adalah 237,5 juta jiwa, jumlah ini mengalami peningkatan lebih dari dua kali lipat dibandingkan jumlahnya pada tahun tahun 1971. Berdasarkan hal tersebut, Dalam merancang pencapaian MDGs ke depan terutama dalam fokus kemisknan, jumlah, pertumbuhan, dan persebaran penduduk akan menjadi salah satu pertimbangan penting karena diperlukan langkah-langkah antisipasi dan strategis dalam mengakomodasi hak-hak dasar mereka seperti keterperolehan kebutuhan primer, sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, perlindungan sosial, dan partisipasi politiknya. 5. Suksesi MDGs dalam pengentasan kemiskinan di Indonesia kedepannya sangat tergantung pada pencapaian dan pengelolaan tata pemerintahan dengan baik, kemitraan yang produktif, efesien, dan berimbang dengan semua level masyarakat serta kelompok, dan penerapan pendekatan yang komprehensif untuk mencapai pertumbuhan yang pro-masyarakat miskin, meningkatkan pelayanan publik, memperbaiki koordinasi antar stakeholder, meningkatkan alokasi sumber daya, dan pendekatan desentralisasi untuk mengurangi disparitas serta memberdayakan masyarakat di seluruh wilayah Indonesia.

138 B. Saran Setelah melalui proses penelitian dan pembahasan mengenai program MDGs PBB dalam pengentasan kemiskinan di Indonesia, penulis memiliki harapan yang besar terhadap keberhasilan program MDGs PBB ini. Penulis berharap agar MDGs ini dapat menemui keberhasilannya pada tahun 2015 dan memberikan perubahan besar terhadap international development, perubahan besar terhadap kesejahteraan masyarakat global pada umumnya, dan tentunya pembangunan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia pada khususnya. Untuk itu, melalui penelitian ini, penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Pemerintah sebaiknya memberikan perhatian dan sistem control yang lebih komprehensif terhadap realisasi program MDGs dalam pengentasan kemiskinan di lapangan, baik dalam bentuk proporsionalitas pemakaian anggaran kemiskinan dan pencegahan korupsi anggaran pengentasan kemiskinan serta dalam pengukuran keberhasilan program-program antikemiskinan yang telah dijalankan. 2. Mengingat waktu yang tersisa tidak banyak, yakni 4 tahun, pemerintah Indonesia sebaiknya lebih membumikan MDGs dengan mengadakan publikasi dan sosialisasi besar-besaran serta reorientasi MDGs dalam pengentasan kemiskinan kepada para stakeholder, para akademisi, usahawan,

139 ormas, dan masyarakat luas sehingga dapat mendorong partisipasi masyarakat yang lebih besar dalam suksesi MDGs ini. 3. Pemerintah hendaknya betul-betul menunjukkan bahwa bantuan-bantuan luar negeri yang ada dipakai dengan maksimal untuk mengurangi kemiskinan sehingga meningkatkan kepercayaan para negara donor untuk tetap memberikan stimulus ekonominya. 4. Pemerintah perlu memperluas jangkauan peningkatan kapasitas (capacity building) masyarakat, utamanya masyarakat miskin yang berada di daerah dan daerah terpencil sehingga mereka dapat memberdayakan dirinya dan berbagai sumber daya di daerahnya sehingga mereka mampu mengolah sumber daya tersebut untuk kesejahteraannya dan juga untuk masyarakat sekitarnya. 5. Sebaiknya pemerintah dan para pemangku kepentingan memproyeksikan sejak dini berbagai efek dan keadaan yang terburuk yang dapat terjadi baik bagi pemerintah maupun masyarakat sebagai akibat dari tidak maksimalnya pencapaian MDGs dalam pengentasan kemiskinan di tahun 2015. Misalnya saja, pemerintah Indonesia akan kehilangan kepercayaan dari para donor karena menggunakan bantuan pembangunan secara serampangan saja, sehingga para donor enggan bekerjasama lagi dan mengurangi bahkan meniadakan stimulus ekonominya. Pemerintah Indonesia juga akan kehilangan perannya dalam pengambilan kebijakan global dan tidak diperhitungkan di dunia internasional. Kemudian penduduk akan semakin

140 banyak yang hidup di bawah garis kemiskinan dan seterusnya. Dengan melakukan proyeksi masa depan seperti itu, maka akan muncul dorongan, motivasi, serta insentif yang lebih besar bagi segenap komponen pemerintahan dan masyarakat terkait untuk betul-betul serius mewujudkan program MDGs dalam pengentasan kemiskinan ini.