SKRIPSI. Oleh : MUHAMMAD TAUFIQ

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP DEBIT PUNCAK PADA SUBDAS BEDOG DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. R. Muhammad Isa

BAB I PENDAHULUAN. penduduk akan berdampak secara spasial (keruangan). Menurut Yunus (2005),

ANALISIS LIMPASAN PERMUKAAN (RUNOFF) PADA SUB-SUB DAS RIAM KIWA MENGGUNAKAN METODE COOK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu unsur penting yang mendukung kehidupan di alam

ABSTRAK PENDAHULUAN. Desi Etika Sari 1, Sigit Heru Murti 2 1 D3 PJ dan SIG Fakultas Geografi UGM.

PEMANFAATAN TEKNIK PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENGIDENTIFIKASI KERENTANAN DAN RISIKO BANJIR. Oleh : Lili Somantri*)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

Jurnal Gea, Jurusan Pendidikan Geografi, vol. 8, No. 2, Oktober 2008

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang

BAB I PENDAHULUAN. secara topografik dibatasi oleh igir-igir pegunungan yang menampung dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian, pemukiman, penggembalaan serta berbagai usaha lainnya

MODEL PENANGGULANGAN BANJIR. Oleh: Dede Sugandi*)

BAB I PENDAHULUAN. topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan dan Penggunaan Lahan Pengertian Lahan

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN IPTEKS ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DELI. Nurmala Berutu W.Lumbantoruan Anik Juli Dwi Astuti Rohani

KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Daftar Lampiran...

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ESTIMASI POTENSI LIMPASAN PERMUKAAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI DAERAH ALIRAN SUNGAI SERANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.1.

ANALISIS SPASIAL KEMAMPUAN INFILTRASI SEBAGAI BAGIAN DARI INDIKASI BENCANA KEKERINGAN HIDROLOGIS DI DAS WEDI, KABUPATEN KLATEN-BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SIMULASI PENGARUH SEDIMENTASI DAN KENAIKAN CURAH HUJAN TERHADAP TERJADINYA BENCANA BANJIR. Disusun Oleh: Kelompok 4 Rizka Permatayakti R.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Aplikasi Teknik Penginderaan Jauh Untuk Mengkaji Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Debit Puncak Di Sub DAS Garang ( Kreo Basin ) Semarang

METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Bahan dan Alat

BAB I PENDAHULUAN. dengan erosi geologi atau geological erosion. Erosi jenis ini tidak berbahaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka

Paramukti Murwibowo Totok Gunawan

2016 EVALUASI LAJU INFILTRASI DI KAWASAN DAS CIBEUREUM BANDUNG

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

TINJAUAN PUSTAKA. Secara geografis DAS Besitang terletak antara 03 o o LU. (perhitungan luas menggunakan perangkat GIS).

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3.

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Banjir 2.2 Tipologi Kawasan Rawan Banjir

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DI KABUPATEN KENDAL

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS ZONA KRITIS PERESAPAN AIR DENGAN PEMANFAATAN PNGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI SUB DAS WEDI, KABUPATEN KLATEN

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HALAMAN PENGESAHAN...

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan

I. PENDAHULUAN. Intervensi manusia dalam pemanfaatan sumberdaya alam yang makin

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL UNTUK IDENTIFIKASI DAERAH RAWAN BANJIR

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya

PENUNTUN PRAKTIKUM PENGENALAN ASPEK-ASPEK MORFOMETRI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

PENDUGAAN DEBIT PUNCAK MENGGUNAKAN WATERSHED MODELLING SYSTEM SUB DAS SADDANG. Sitti Nur Faridah, Totok Prawitosari, Muhammad Khabir

PENDAHULUAN. tempat air hujan menjadi aliran permukaan dan menjadi aliran sungai yang

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

POTENSI DAS DELI DALAM MENDUKUNG PERTANIAN BERKELANJUTAN BERDASARKAN EVALUASI KEMAMPUAN PENGGUNAAN LAHAN ABSTRAK

Kata Kunci : Kerentanan, Banjir, Geoekosistem

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ,

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. Untuk dapat melakukan perencanaan secara menyeluruh dalam hal

EKSTRAKSI MORFOMETRI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DI WILAYAH KOTA PEKANBARUUNTUK ANALISIS HIDROGRAF SATUAN SINTETIK

ANALISIS DEBIT ANDALAN

Gambar 1. Peta DAS penelitian

BAB I PENDAHULUAN. karena curah hujan yang tinggi, intensitas, atau kerusakan akibat penggunaan lahan yang salah.

PENGENDALIAN OVERLAND FLOW SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGELOLAAN DAS. Oleh: Suryana*)

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan diberlakukannya otonomi daerah di wilayah Indonesia,

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian dengan baik dan benar, metode penelitian juga merupakan suatu cara

KAJIAN LAHAN KRITIS SUB DAERAH ALIRAN CI KERUH DI KAWASAN CEKUNGAN BANDUNG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan pesatnya pertumbuhan penduduk dan pembangunan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman, pertanian, kehutanan, perkebunan, penggembalaan, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMODELAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS KERUSAKAN DAN AGIHAN BANJIR LUAPAN SUNGAI WAWAR BAGIAN HILIR SUB DAS WAWAR DI KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Berbasis Masyarakat untuk Hutan Aceh Berkelanjutan Banda Aceh, 19 Maret 2013

BAB I PENDAHULUAN. lahan terbangun yang secara ekonomi lebih memiliki nilai. yang bermanfaat untuk kesehatan (Joga dan Ismaun, 2011).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Kata kunci: Fungsi hutan, opini masyarakat, DAS Kelara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Model

TINJAUAN PUSTAKA Ruang dan Penataan Ruang

PENDUGAAN EROSI DAN SEDIMENTASI PADA DAS CIDANAU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SIMULASI AGNPS (Agricultural Non Points Source Pollution Model)

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

APLIKASI TEKNIK PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK ESTIMASI KOEFISIEN LIMPASAN PERMUKAAN SUB DAS PADANG JANIAH DAN PADANG KARUAH PADA DAS BATANG KURANJI KECAMATAN PAUH KOTA PADANG SKRIPSI Oleh : MUHAMMAD TAUFIQ 07 118 048 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011

APLIKASI TEKNIK PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK ESTIMASI KOEFISIEN LIMPASAN PERMUKAAN SUB DAS PADANG JANIAH DAN PADANG KARUAH PADA DAS BATANG KURANJI KECAMATAN PAUH KOTA PADANG ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Sistem Manajemen Pertanian dan Informasi Geografis Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Andalas pada bulan Juni sampai Agustus 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya koefisien limpasan permukaan (run off) yang terjadi di Sub DAS Padang Janiah dan Padang Karuah pada DAS Batang Kuranji Kecamatan Pauh, Kota Padang, terutama sebagai bahan masukan untuk dilakukannya tindakan konservasi, pemeliharaan dan pengelolaan terhadap daerah sekitar Sub DAS yang telah rusak atau mengalami degradasi lahan. Metode penelitian yang digunakan adalah Metode Cook dengan memilih 4 macam karakteristik DAS yang ada diantaranya adalah relief, infiltrasi, vegetasi penutup lahan, dan timbunan permukaan. Adapun tahapan pelaksanaan penelitian yaitu diawali dengan identifikasi masalah, kemudian studi literatur, persiapan dan pengumpulan data, pengolahan data, dan terakhir analisa hasil akhir (output). Hasil penelitian menunjukkan besarnya koefisien limpasan permukaan (C) Sub DAS Padang Janiah dan Padang Karuah pada DAS Batang Kuranji Kecamatan Pauh Kota Padang adalah 0,4666. Dengan demikian limpasan permukaan (run off) yang terjadi adalah sebesar 46,66 % dan infiltrasi sebesar 54,44%. Hal ini berarti limpasan permukaan (run off) yang terjadi adalah normal/ sedang karena masih berada pada batas wajar yang diperbolehkan. Sehingga disimpulkan bahwa Sub DAS Padang Janiah dan Padang Karuah pada DAS Batang Kuranji Kecamatan Pauh Kota Padang secara umum masih bagus dan terpelihara dengan baik. Kata kunci : Penginderaan Jauh, SIG, Koefisien Limpasan Permukaan, Sub DAS

1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk disertai pesatnya perkembangan peradaban manusia sangat menentukan sifat dan ragam aktifitas manusia di atas suatu bentang lahan. Disadari atau tidak bahwa setiap penggunaan lahan untuk berbagai kepentingan dapat berdampak rusaknya kesatuan ekosistem lahan, yang pada akhirnya akan tercipta suatu bentang lahan yang kritis. Perbaikan lahan yang kritis menjadi lahan yang dapat berperan dalam keseimbangan tata ekosistem lingkungannya, dibutuhkan waktu yang lama dan biaya yang tidak sedikit. Untuk itu pencegahan dan penanggulangannya pada gejala awal merupakan tindakan yang bijaksana. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat dibutuhkan bagi lingkungan hidup dan kehidupan manusia, sehingga perlu dipertahankan kelestariannya. Masalah air yang sering terjadi pada suatu Daerah Aliran sungai (DAS) adalah banjir pada musim penghujan dan kekeringan pada musim kemarau. Terjadinya banjir diakibatkan karena ketidakmampuan lingkungan penyangga/ lingkungan perlindungan untuk menahan dan menyimpan hujan yang jatuh, sebagai akibat dari tidak sesuainya kondisi penggunaan lahan dengan kemampuannya. Sebagian besar curah hujan yang jatuh menjadi aliran permukaan (run off) dan tidak banyak lagi yang tersimpan dalam tanah, yang pada akhirnya terjadi kekeringan pada musim kemarau. Besar kecilnya curah hujan yang menjadi run off (aliran permukaan) tergantung pada kondisi karakteristik fisik lingkungan Daerah Aliran Sungai seperti : kondisi topografi (relief), permukaan tanah, penggunaan lahan. Topografi dan permukaan tanah merupakan kondisi yang relatif stabil sedangkan kondisi penggunaan lahan merupakan faktor yang berubah ubah.

Kondisi aliran permukaan dapat dinilai secara kuantitatif dengan perhitungan koefisien limpasan permukaan, yaitu perbandingan antara aliran langsung (direct 2run off) dengan total curah hujan penyebabnya. Besarnya koefisien limpasan permukaan dapat digunakan sebagai pedoman untuk menilai kondisi suatu DAS. Koefisien limpasan permukaan yang kecil menunjukkan bahwa DAS dalam kondisi baik, curah hujan yang jatuh pada DAS banyak yang tertampung/ tersimpan dalam tanah dan sedikit yang menjadi aliran permukaan (run off), sehingga distribusi air di daerah tersebut merata sepanjang waktu, sebaliknya jika koefisien run off nya besar maka pada musim kemarau daerah tersebut sering kekurangan air, tidak ada aliran permanen (base flow) karena hujan yang jatuh banyak yang menjadi run off. Berbagai metode pengukuran besarnya koefisien limpasan permukaan telah dilakukan baik dengan pengukuran langsung di lapangan dengan analisa hydrograf aliran dan dengan cara estimasi berdasarkan data iklim dan meteorologi. Akan tetapi pelaksanaan pengukuran secara langsung di lapangan cukup memerlukan tenaga, waktu dan biaya yang tidak sedikit, selain itu faktor faktor karakteristik DAS yang berperan langsung dalam proses mengalirnya air hujan menjadi aliran permukaan (direct run off) kurang diperhatikan. Salah satu metode yang dikembangkan adalah melalui interpretasi foto udara dengan mempertimbangkan faktor karakteristik DAS dan iklimnya, dalam metode ini faktor faktor karakteristik DAS yang dipertimbangkan adalah kemiringan lereng (relief), infiltrasi tanah, timbunan air permukaan dan vegetasi penutup lahan. Sedangkan faktor iklim yang dipertimbangkan adalah curah hujan. Menurut Sutanto, (1987) foto udara merupakan penyaji data yang potensial, yang diinterpretasikan untuk mengubah data yang tergambar menjadi informasi yang bermanfaat bagi penggunanya. Pengguna datanya dapat berupa para peneliti, perancang, pengelola sumber daya, atau pengguna lainnya. Ketelitian perolehan data yang disadap dari foto udara tergantung pada kemampuan dan pengalaman interpreter terhadap jenis dan karakteristik foto yang digunakan. Dalam penelitian ini faktor faktor karakteristik DAS sejauh mungkin disadap dari foto udara, baik secara langsung menggunakan unsur unsur interpretasi citra

seperti; rona, tekstur, bentuk, ukuran, bayangan situs dan asosiasi, maupun dengan bantuan data data sekunder. Pekerjaan lapangan diperlukan untuk mempermudah dan manambah informasi dalam pengumpulan data yang tidak dapat diperoleh3 dari interpretasi foto udara. Salah satu sarana teknologi pengolah data yang diperkenalkan disini adalah Sistem Informasi Geografis (SIG). SIG adalah suatu sistem berbasis komputer yang dirancang khusus, yang mempunyai kemampuan mengelola data : pengumpulan, penyimpanan, pengolahan, analisis, pemodelan dan penyajian data spasial (keruangan) dan non spasial (tabular/ tekstual), yang mengacu pada lokasi di permukaan bumi (data bergeoreferensi) (Hartati, 2003). Semua informasi data yang berupa sumber daya alam yang sangat diperlukan khususnya bagi perencana, dapat diolah dengan menggunakan SIG ini. Pemanfaatan penggunaan SIG ini adalah mengingat keterbatasan keterbatasan peta, baik dalam pembuatan dan pembaharuan peta, yang menyebabkan manusia mencari upaya agar data yang diperlukan dapat dengan mudah didapat dan gambaran kemampuannya dapat diperoleh dengan jelas. Perkembangan komputer dalam bidang digital inilah yang memungkinkan penanganan dan manipulasi data dalam jumlah besar, sehingga dapat digunakan untuk perencanaan dan pengambilan keputusan. Mengingat pada Sub DAS Padang Janiah dan Padang Karuah yang berada di dalam DAS Batang Kuranji Kecamatan Pauh Kota Padang belum pernah dilakukan penelitian tentang penerapan Metoda Cook berbasis teknik penginderaan jauh dan SIG, terutama untuk mengetahui besarnya koefisien limpasan permukaan (run off), maka penulis telah melakukan penelitian terhadap estimasi besarnya koefisien limpasan permukaan (run off) dalam Sub DAS Padang Janiah dan Padang Karuah pada DAS Batang Kuranji tersebut. Hal ini dilakukan agar selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar dalam pengelolaan (konservasi) pada Sub DAS tersebut. Oleh karena itu penulis merangkum latar belakang yang telah dipaparkan ini dengan mengambil judul penelitian : Aplikasi Teknik Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG) Untuk Estimasi Koefisien Limpasan Permukaan Sub DAS Padang Janiah dan Padang Karuah pada DAS Batang Kuranji Kecamatan Pauh Kota Padang.

1.2 Tujuan Penelitian Penelitian yang telah dilakukan ini bertujuan untuk : 1. Mengidentifikasi karakteristik lahan Sub DAS Padang Janiah dan Padang Karuah pada DAS Batang Kuranji menggunakan foto udara, untuk menghitung besarnya koefisien limpasan permukaan. 2. Memanfaatkan teknik penginderaan jauh dan SIG (Sistem Informasi Geografis) melalui perangkat lunak ArcGIS dalam menganalisa data parameter karakteristik lahan Sub DAS Padang Janiah dan Padang Karuah pada DAS Batang Kuranji beserta proses pemetaannya. 3. Mengelompokkan daerah atau lahan Sub DAS Padang Janiah dan Padang Karuah pada DAS Batang Kuranji yang membutuhkan upaya konservasi sesuai dengan urutan prioritasnya, mulai dari yang paling membutuhkan sampai dengan yang kurang membutuhkan. 1.3 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi daerah yang membutuhkan konservasi dan pengelolaan DAS melalui analisis tingkatan nilai koefisien limpasan permukaan. Manfaat ini diperlukan sebagai masukan bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian, terutama pemanfaatan teknik penginderaan jauh dan SIG, serta sebagai dasar arahan dalam penelitian pengelolaan DAS, khususnya Sub DAS Padang Janiah dan Padang Karuah pada DAS Batang Kuranji, Kecamatan Pauh Kota Padang Sumatera Barat. Manfaat lainnya adalah sebagai pedoman arahan untuk prioritas pelaksanaan reboisasi sebagai salah satu cara untuk memulihkan keadaan/ kondisi lahan yang telah rusak.

39 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian ini, maka penulis mendapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Teknik penginderaan jauh dan SIG dapat dimanfaatkan untuk menghitung nilai koefisien limpasan permukaan (C) terhadap suatu Sub DAS dalam suatu daerah. 2. Koefisien limpasan permukaan (C) pada Sub DAS Padang Janiah dan Padang Karuah Kec. Pauh Kota Padang adalah sebesar 0,4666. Dengan demikian limpasan permukaan yang terjadi adalah sebesar 46,66 %, dan yang menjadi infiltrasi adalah sebesar 54,44 %. Hal ini menunjukkan bahwa limpasan permukaan yang terjadi pada Sub DAS Padang Janiah dan Padang Karuah adalah normal/ sedang, yang berarti daerah sekitar Sub DAS tersebut secara umum masih baik dan terpelihara. 3. Prioritas untuk pelaksanaan konservasi dan pemeliharaan Sub DAS Padang Janiah dan Padang Karuah berturut turut adalah : (1) Urutan prioritas pertama yaitu daerah dengan kriteria kelas III (tinggi) seluas 24 Km 2, (2) Urutan prioritas kedua yaitu daerah dengan kriteria kelas II (sedang) seluas 31 Km 2, dan (3) Urutan prioritas ketiga yaitu daerah dengan kriteria kelas I (rendah) seluas 11 Km 2.

40 DAFTAR PUTAKA Agus dan Widianto. 2004. Petunjuk Praktik Konservasi Tanah Pertanian Lahan Kering. World Agroforestry Center ICRAF Southeast Asia. Bogor. Dulbahri, 1985. Interpretasi Citra Untuk survey Vegetasi. Puspics Bakorsurtanal UGM, Yogyakarta. Ekadinata A, Dewi S, Hadi D, Nugroho D, dan Johana F. 2008. Sistem Informasi Geografis Untuk Pengelolaan Bentang Lahan Berbasis Sumber Daya Alam. Buku 1: Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh Menggunakan ILWIS Open Source. World Agroforestry Center, Bogor, Indonesia. Gunawan, T. 1992. Penerapan Teknik Pengindraan Jauh Untuk menduga Debit Puncak Menggunakan Karakteristik Lingkungan Fisik DAS. Disertasi Fakultas Pasca Sarjana IPB. Bogor. Hartati, Sri. 2003. Penginderaan Jarak Jauh dan Pengenalan Sistem Informasi Geografi untuk Bidang Ilmu Kebumian. Penerbit ITB. Bandung Lo, C.P, 1986. Penginderan Jauh Terapan. UI- Press, Jakarta. Prahasta, Edi. 2002. Konsep Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Penerbit Informatika. Bandung Pranto, Joni. 2007. Prediksi Laju Aliran Permukaan pada Tata Guna Lahan yang Berbeda dengan Menggunakan Metode Rasional. Skripsi Fakultas Pertanian USU. Medan Rahim, S.E. 2003. Pengendalian Erosi Tanah Dalam Rangka Pelestarian Lingkungan Hidup. Bumi Aksara. Jakarta Ramdan, Hikmat. 2004. Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Laboratorium Ekologi Hutan. Fakultas Kehutanan Universitas Winaya Mukti. Sudaryatno. 2002. Estimasi Debit Puncak di Daerah Aliran Sungai Garang Semarang dengan Menggunakan Teknologi Inderaja dan Sistem Informasi Geografis.

Majalah Geografi Indonesia Volume 16, Nomor 2. Fakultas Geografi41 UGM. Yogyakarta Sugandi Dede, Somantri Lili, Trianawati Ninin. 2009. Handout Sistem Informasi Geografis. Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. Sutanto, 1986. Penginderaan Jauh. (Jilid I). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Sutanto. 1987. Penginderaan Jauh. (Jilid 2). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.