KONDISI LINGKUNGAN ANTARIKSA Dl WILAYAH ORBIT SATELIT

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH AKTIVITAS MATAHARI PADA KALA HIDUP SATELIT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yoana Nurul Asri, 2013

DISTRIBUSI ANOMALI SATELIT SELAMA SIKLUS MATAHARI KE-23 BERDASARKAN ORBITNYA

CUACA ANTARIKSA. Clara Y. Yatini Peneliti Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa, LAPAN RINGKASAN

DAMPAK AKTIVITAS MATAHARI TERHADAP CUACA ANTARIKSA

BAB I PENDAHULUAN. Tidak hanya di Bumi, cuaca juga terjadi di Antariksa. Namun, cuaca di

ANALISIS KONDISI ANTARIKSA DI ORBIT LAPAN A2 MENJELANG PUNCAK AKTIVITAS MATAHARI SIKLUS 24

PENGARUH AKTIVITAS MATAHARI DAN GEOMAGNET TERHADAP KETINGGIAN ORBIT SATELIT

BAB I PENDAHULUAN. Matahari merupakan sumber energi terbesar di Bumi. Tanpa Matahari

ANALISA KEJADIAN LUBANG KORONA (CORONAL HOLE) TERHADAP NILAI KOMPONEN MEDAN MAGNET DI STASIUN PENGAMATAN MEDAN MAGNET BUMI BAUMATA KUPANG

MODEL SPEKTRUM ENERGI FLUENS PROTON PADA SIKLUS MATAHARI KE-23

BAB I PENDAHULUAN. yang landas bumi maupun ruang angkasa dan membahayakan kehidupan dan

Nizam Ahmad 1 dan Neflia Peneliti Pusat Sains Antariksa, Lapan. Diterima 6 Maret 2014; Disetujui 14 Mei 2014 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Matahari adalah sebuah objek yang dinamik, banyak aktivitas yang terjadi

6massa udara yg terdapat pd seluas 1 cm 2 : 1,02 kg6. Massa total atmosfer : 1,02 kg x ( luas permukaan bumi) : kg

Medan Magnet Benda Angkasa. Oleh: Chatief Kunjaya KK Astronomi ITB

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi Matahari mengalami perubahan secara periodik dalam skala waktu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGUKURAN TEMPERATUR FLARE DI LAPISAN KROMOSFER BERDASARKAN INTENSITAS FLARE BERBASIS SOFTWARE IDL (INTERACTIVE DATA LANGUAGE) Abstrak

PENGARUH LINGKUNGAN PADA TEKNOLOGI WAHANA ANTARIKSA

PENGARUH GANGGUAN LINGKUNGAN ANTARIKSA PADA SISTEM ELEKTRONIK LAPAN-TUBSAT (EFFECT OF SPACE ENVIRONMENT DISTURBANCE IN LAPAN-TUBSAT SATELLITE)

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.1. argon. oksigen. nitrogen. hidrogen

Pertanyaan Final (rebutan)

Seputar ATMOSFER Asal katanya dari atmos dan shaira (bahasa Yunani), yang artinya atmos : uap, shaira : bulatan. Jadi, atmosfer adalah lapisan gas

ANALISIS PERILAKU HAMBATAN ATMOSFER DARI MODEL ATMOSFER DAN DATA SATELIT

GANGGUAN PADA SATELIT GSO

TUGAS PRESENTASI ILMU PENGETAHUAN BUMI & ANTARIKSA ATMOSFER BUMI

LATIHAN UJIAN NASIONAL

ANALISIS ALTERNATIF PENEMPATAN SATELIT LAPAN A2 DI ORBIT

TELAAH ORBIT SATELIT LAPAN-TUBSAT

MATAHARI SEBAGAI SUMBER CUACA ANTARIKSA

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Angin bintang dapat difahami sebagai aliran materi/partikel-partikel

BAB I PENDAHULUAN. Subhan Permana Sidiq,2014 FAKTOR DOMINAN YANG BERPENGARUH PADA JUMLAH BENDA JATUH ANTARIKSA BUATAN SEJAK

ATMOSFER BUMI A BAB. Komposisi Atmosfer Bumi

BBM 8. RADIASI ENERGI MATAHARI Oleh : Andi Suhandi

Partikel sinar beta membentuk spektrum elektromagnetik dengan energi

Atmosfer Bumi. Meteorologi. Peran Atmosfer Bumi dalam Kehidupan Kita. Atmosfer Bumi berperan dalam menjaga bumi agar tetap layak huni.

PEKERJAAN RUMAH SAS PERTEMUAN-1 DAN PERTEMUAN-2 A.Pilihan Ganda

DISTRIBUSI POSISI FLARE YANG MENYEBABKAN BADAI GEOMAGNET SELAMA SIKLUS MATAHARI KE 22 DAN 23

GAYA GESEK. Gaya Gesek Gaya Gesek Statis Gaya Gesek Kinetik

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07)

PEMBANGUNGAN SISTEM INFORMASI ANOMALI SATELIT (SIAS)

BAB I Jenis Radiasi dan Interaksinya dengan Materi

SOAL LATIHAN PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 PEKAN VIII

A. 100 N B. 200 N C. 250 N D. 400 N E. 500 N

VARIASI UNSUR BERAT BERDASARKAN PENGAMATAN SATELIT ACE/SIS PADA PERISTIWA PARTIKEL MATAHARI TAHUN 2006

SELEKSI TINGKAT PROVINSI CALON PESERTA INTERNATIONAL ASTRONOMY OLYMPIAD (IAO) TAHUN 2009

D. 6 E. 8. v = 40ms -1 Ep =?

Pengertian Planet, Macam-Macam Planet Serta Ciri-Cirinya

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2016 TINGKAT PROVINSI

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

LIPUTAN AWAN TOTAL DI KAWASAN SEKITAR KHATULISTIWA SELAMA FASE AKTIF DAN TENANG MATAHARI SIKLUS 21 & 22 DAN KORELASINYA DENGAN INTENSITAS SINAR KOSMIK

STRUKTUR MATAHARI DAN FENOMENA SURIA

Pokok Bahasan 7. Satelit

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003

UN SMA IPA 2009 Fisika

Atmosf s e f r e B umi

Jurnal Sains Dirgantara Vol. 9 No. 2 Juni 2012 :

RESPON IONOSFER TERHADAP GERHANA MATAHARI 26 JANUARI 2009 DARI PENGAMATAN IONOSONDA

Cahaya membawaku ke bulan

MATA PELAJARAN WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM

MATA PELAJARAN WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM

Atmosfer Bumi. Ikhlasul-pgsd-fip-uny/iad. 800 km. 700 km. 600 km. 500 km. 400 km. Aurora bagian. atas Meteor 300 km. Aurora bagian. bawah.

PREDIKSI UN FISIKA V (m.s -1 ) 20

C15 FISIKA SMA/MA IPA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tari Fitriani, 2013

I. PENDAHULUAN II. TINJAUAN PUSTAKA

4. Sebuah sistem benda terdiri atas balok A dan B seperti gambar. Pilihlah jawaban yang benar!

SOAL PILIHAN GANDA ASTRONOMI 2008/2009 Bobot nilai masing-masing soal : 1

Penentuan Koefisien Balistik Satelit LAPAN-TUBSAT dari Two-Line Elements (TLE)

BAB 2 ORBIT DAN SIFAT FISIS ASTEROID

Radio Aktivitas dan Reaksi Inti

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap II Semifinal Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA

Copyright all right reserved

KALIBRASI MAGNETOMETER TIPE 1540 MENGGUNAKAN KALIBRATOR MAGNETOMETER

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005

KAJIAN AWAL ABSORPSI IONOSFER DENGAN MENGGUNAKAN DATA FMIN (FREKUENSI MINIMUM) DI TANJUNGSARI

PENENTUAN INDEKS IONOSFER T REGIONAL (DETERMINATION OF REGIONAL IONOSPHERE INDEX T )

SIMAK UI Fisika

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

PENGARUH BADAI MATAHARI OKTOBER 2003 PADA IONOSFER DARI TEC GIM

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional

Jumlah Proton = Z Jumlah Neutron = A Z Jumlah elektron = Z ( untuk atom netral)

MODEL KOEFISIEN BALISTIK SATELIT LEO SEBAGAI FUNGSI CUACA ANTARIKSA

Keterkaitan Variasi Sinar Kosmik dengan Tutupan Awan Riza Adriat 1)

ANCAMAN BADAI MATAHARI

Jiyo Peneliti Fisika Magnetosferik dan Ionosferik, Pusat Sains Antariksa, Lapan ABSTRACT

IPA TERPADU KLAS VIII BAB 14 BUMI, BULAN, DAN MATAHARI

BIDANG STUDI : FISIKA

UJIAN NASIONAL TP 2008/2009

Jaman dahulu Sekarang

indahbersamakimia.blogspot.com Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2011, Waktu : 150 menit

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Ketiga (ATMOSFER)

Pengantar Ilmu Kimia

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay

Diterima 14 Februari 2013; Disetujui 15 April 2013 ABSTRACT

PENDAHULUAN RADIOAKTIVITAS TUJUAN

Transkripsi:

KONDISI LINGKUNGAN ANTARIKSA Dl WILAYAH ORBIT SATELIT Thomas Djamaluddin Peneliti Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa, LAPAN tjjjamal@bdg.lapan.go.ld, t_djamal@hotmall.com RINGKASAN Lingkungan antariksa adalah medium antarplanet di sekitar bumi, terutama di antara bumi dan matahari. Karenanya lingkungan antariksa sangat terkait dengan cuaca antariksa yang digerakkan o!eh aknvitas matahari dan dinamika magnetosfer. Secara umum lingkungan antariksa dikelompokkan menjadi empat jenis: lingkungan netral, lingkungan plasma, lingkungan radiasi, dan lingkungan partikulat Secara umum, orbit satelit berada di wilayah magnetosfer. Kondisi ekstrim di lingkungan antariksa tentu akan berpengaruh pada orbit dan operasional satelit Kondisi di lingkungan orbit satelit mikro LAPAN-TUBSAT akan dibahas secara khusus. 1 PENDAHULUAN Dalam tinjauan antariksa, bumi adalah suatu planet yang berada di tata surya bersama planet-planet dan benda tata surya Iainnya. Lingkungan tata surya di sekitar bumi dinamakan lingkungan antariksa yang medium antarplanet di sekitar bumi, terutama ruang di antara bumi dan matahari. Karenanya lingkungan antariksa didominasi oleh fenomena yang terkait dengan cuaca antariksa yang digerakkan oleh aktivitas matahari dan dinamika magnetosfer. Kajian tentang lingkungan antariksa diperlukan untuk mengetahui kondisi yang akan dialami oleh satelit yang mengorbit bumi. Dinamika lingkungan antariksa berpengaruh pada operasional satelit dan juga kala hidup orbitnya bagi satelit-satelit orbit rendah. Hambatan atmosfer pada satelit orbit rendah akan menyebabkan ketinggian satelit melumh dan akhimya jatuh. Secara umum lingkungan antariksa dikelompokkan menjadi empat jenis: lingkungan netral, lingkungan plasma, lingkungan radiasi, dan lingkungan partikulat. Dengan kondisi yang beragam dan bersifat ekstrem satelit harus dirancang agar dapat bertahan setidaknya dalam rentang waktu misinya. Makalah ini membahas kondisi umum dan kondisi fisik di lingkungan antariksa tersebut pada orbit satelit Untuk memberikan gambaran, secara khusus akan dibahas kondisi lingkungan antariksa yang akan dijumpai satelit mikro LAPAN-TUBSAT yang diluncurkan awal 2007. 2 KONDISI UMUM Kondisi umum lingkungan antariksa di wilayah orbit satelit (LEO - Low Earth Orbit, orbit rendah, ketinggian kurang dari 5.500 km; MEO - Medium Earth Orbit, orbit menengah, ketinggian 5.500-36.000 km; dan GSO - Geostationary Orbit, orbit geostasioner, ketinggian 36.000 km) dapat digambarkan secara umum dengan skematik ruang berikut ini. Wilayah orbit satelit umumnya berada pada lingkup magnetosfer (Gambar 2-1 dari Holbert, 2006 dan rujukan di dalamnya) yang polanya tergantung pada interaksi magnet bumi dan angin matahari yang membawa partikel bermuatan dan medan magnetik matahari. Proton dan elektron, terutama dari matahari, terperangkap medan magnetik bumi membentuk dua jenis sabuk radiasi yang dikenal sebagai sabuk van Allen (Gambar 2-2, dari NASA, 2006 dan rujukan di dalamnya). Sabuk dalam (ketinggian - 500 km - 13.000 km atau 2 radius bumi) terutama berisi proton berenergi dari sinar kosmik dan dari flare matahari. Pada sabuk ini juga terdapat wilayah sabuk elektron berenergi rendah. Sedangkan sabuk luar sampai jarak 7 radius bumi (ketinggian sampai kira-kira 38.000 km) terutama berisi elektron berenergi tinggi. 41

Satelit geostasioner pada ketinggian 36.000 km (5,7 radius bumi) berada di luar sabuk van Allen (Gambar 2-1, panel bawah). Karena sumbu rotasi bumi tidak berimpit dengan sumbu kurub magnetik dan pola sabuk radiasi mengikuti pola magnetik, maka ada suatu daerah yang posisi sabuknya cukup rendah, yaitu di daerah Atlantik Selatan. Daerah yang kandungan partikel bermuatan cukup tinggi ini dinamakan daerah anomali Atlantik Selatan atau Southern Atlantic Anomaly-ShA.- (Gambar 2-3, NASA, 2006 dan rujukan di dalamnya). Gambar 2-1: Magnetosfer dalam kaitan dengan wilayah orbit satelit dan pengaruh angin matahari. Panel atas mengilustrasikan magnetosfer dan angin matahari serta contoh orbit satelit Cluster dan Polar. Panel bawah skematik magnetosfer dan sabuk van Allen dan jarak relatif posisi satelit geostasioner pada ketinggian 5,7 radius bumi (36.000 km). 44

Gambar 2-2: Panel atas adalah gambaran skematik model struktur sabuk radiasi yang dikenal juga sebagai sabuk van Allen. Panel tengah dan bawah masing-masing menggambarkan struktur sabuk proton dan elektron. Absis dan ordinat menyatakan rentang posisi sabuk radiasi dalam satuan radius bumi (6.300 km, setengah lingkaran kiri) Untuk ketinggian kurang dari 1000 km, lingkungan antariksa lebih dominan dipengaruhi karakteristik atmosfer bumi (Gambar 2-4, dari Zombeck, 1990, Wertz, 2001, JAXA, 2006). Aspek terpenting adalah faktor hambatan udara yang makin besar dengan makin rendahnya ketinggian karena makin besarnya kerapatan atmosfer. Besarnya hambatan atmosfer berpengaruh pada laju penurunan ketinggian orbit satelit. Faktor aktivitas matahari sangat mempengaruhi karakteristik pada wilayah orbit rendah ini (di atas ketinggian 100 km), terutama pada aspek temperatur yang terkait dengan kerapatan atmosfer. Oleh karena itu laju penurunan ketinggian satelit orbit rendah tergantung pada tingkat aktivitas matahari. Dari Gambar 2-4 terlihat sangat beralasan wilayah orbit satelit umumnya ditetapkan pada ketinggian lebih dari 100 km, karena pada ketinggian kurang dari 100 km kerapatan atmosfer meningkat sangat cepat sehingga satelit yang berada pada ketinggian mendekati 100 km akan jatuh secara cepat. 45

Gambar 2-3: Daerah anomali Atlantik Selatan yang mengandung partikel bermuatan pada wilayah orbit LEO (ketinggian ~ 500 km). Fenomena anomali Atlantik Selatan (Southern Atlantic Anomaly - SAA) dijelaskan pada panel kanan 46

Gambar2-4: Karakteristik atmosfer yang dominan berpengaruh pada satelit orbit rendah pada ketinggian lebih dari 100 km. Panel atas menggambarkan fenomena dan struktur atmosfer atas. Panel bawah menggambarkan perubahan densitas (kerapatan) udara yang meningkat dengan berkurangnya ketinggian 3 KONDISIFISIK Kondisi lingkungan antariksa secara fisik sangat bervariasi dan ini sangat berpengaruh terhadap satelit yang beroperasi. Gambar 3-1 (dari Holbert, 2006 dan rujukan di dalamnya) memberikan rangkuman lingkungan antariksa dan dampak negatifhya. Lingkungan antariksa dikelompokkan dalam 4 komponen fisis sebagai berikut (ESA, 2006 dan JAXA, 2006): 47

Gambar 3-1: Gambaran skematik kondisi fisik lingkungan antariksa dan dampaknya, dari lingkungan netral (terutama atom Oksigen netral), lingkungan plasma, lingkungan radiasi, dan lingkungan partikulat (terutama sampah antariksa dan meteor) 3.1 Lingkungan Netral (Neutral Environment) Pada lingkungan atmosfer netral, kerapatannya terkait dengan variasi aktivitas matahari dan geomagnet. Kerapatan tersebut sangat tergantung dengan radiasi ultraviolet ekstrem (EUV) dari matahari yang berkorelasi dengan F10.7 yang diukur di bumi. Aktivitas geomagnet berpengaruh pada presipitasi partikel energetik yang terkait dengan pemanasan dan kerapatan atmosfer. Komposisi atmosfer netral adalah Oksigen, Nitrogen, Helium, dan Hidrogen, Hambatan aerodinamika dapat menyebabkan peluruhan orbit dan juga torka (torque) pada 41 wahana antariksa. Atom Oksigen dapat menyebabkan penggugusan (erosion) material luar wahana. Fenomena kilatan (glow phenomenon) yang mungkin disebabkan oleh tumbukan partikel atmosfer dengan molekul buangan wahana pada permukaan wahana dapat mengganggu misi wahana, misalnya ekperimen. 3.2. Lingkungan Plasma (Plasma Environment) Plasma terutama terdiri dari 0 +, H +, He +, NO +, Oz +, N 2 +, dan elektron. Plasma dihasilkan oleh radiasi matahari dan sinar kosmik. Kerapatan partikel bermuatan pada orde 10 12 /m 3 (sisi siang) pada puncak

Gambar 3-2: Partikel energetik di sabuk van Allen bergerak dalam tiga jenis gerak: pantulan, gerak spiral, dan drift kerapatan pada ketinggian 250-300 km. Plasma dapat menyebabkan pemuatan listrik dan penggugusan badan satelit yang berakibat kerusakan permukaan wahana atau gangguan operasional peralatan. 3.3 Lingkungan Radiasi (Radiation Environment) Terkait dengan lingkungan radiasi elektromagnetik, dikenal juga lingkungan termal. Ada tiga sumber radiasi termal: radiasi matahari, energi matahari yang dipantulkan (albedo), dan radiasi inframerah dari bumi dan atmosfer (Outgoing Longwave Radiation, OLR). ISS (International Space Station) dirancang untuk mampu bertahan dari lingkungan termal dengan konstanta matahari 1321 W/m 2-1423 W/m 2, albedo 0.2-0.4 dari ketinggian 30 km, dan OLR 177 W/m 2-307 W/m 2 dari ketinggian 30 km, serta suhu lingkungan antariksa 3 K (-270 C) yang merupakan "space cold sink temperature". Lingkungan radiasi pengionisasi sumber partikelnya dari sabuk van Allen, flare, dan sinar kosmik yang dapat menyebabkan single event phenomena (SEP) atau total dose effects yang merusakkan instrumen. Partikel di sabuk van Allen terutama terdiri dari elektron berenergi sampai beberapa MeV dan proton berenergi sampai beberapa ratus MeV. Partikel di sabuk van Allen bergerak dalam tiga jenis gerak: pantulan antara dua pemantul magnetik dekat kedua kutub, gerak spiral mengitari garis medan magnetik, dan drift ke timur (elektron) atau ke barat (proton) (Gambar 3-2) Partikel energetik dari flare matahari terutama adalah proton dengan energi beberapa MeV sampai beberapa ratus MeV. Proton tersebut tidak langsung masuk ke lingkungan bumi karena adanya medan magnet bumi, tetapi bisa masuk melalui wilayah kutub. Selain itu proton tersebut dapat langsung mengancam satelit orbit tinggi, termasuk satelit di GSO. Proton berenergi tinggi ini bisa menyebabkan single event phenomena (SEP) atau total dose effects yang mengakibatkan kerusakan ionosasi kumulatif ke perangkat yang merusakkan peralatan semikonduktor. Sinar kosmik galakrik terdiri dari banyak inti atom seperti proton, helium, karbon, dan besi. Energinya dari 10 MeV per partikel sampai l.oxlo 16 MeV per partikel. Sinar kosmik juga dapat menyebabkan single event phenomena (SEP), yaitu tidak berfungsinya peralatan di wahana antariksa. Pada Gambar 3-3 ditunjukkan posisi pada orbit satelit UoSAT-3 saat terjadi gangguan akibat SEP, terutama saat berada di wilayah SAA (Southern Atlantic Anomaly). 49

Gambar 3-3: Posisi terjadinya gangguan pada satelit UoSAT-3 terkait dengan radiasi partikel energetik, terutama di wilayah SAA 3.4 Lingkungan Partikulat (Particulate Environment) Lingkungan partikulat terdiri dari meteorit (meteoroit di sekitar bumi), sampah orbit (orbital debris), partikulat yang dilepaskan oleh wahana. Partikulat di lingkungan antariksa bisa merusak badan satelit dan panel suryanya dengan lubang-lubang kecil akibat tumbukannya. Untuk partikulat yang berukuran lebih besar, dampaknya bisa berupa kerusakan yang lebih parah. 4 KONDISILINGKUNGAN ORBIT LAPAN- TUBSAT Sebagai contoh analisis kondisi lingkungan orbit satelit, dipilih contoh kasus lingkungan sekitar orbit satelit LAPAN- TUBSAT pada ketinggian 635 km dengan orbit Sunsynchronous (sinkron dengan matahari) berinklinasi 98. LAPAN-TUBSAT akan mengalami suhu ekstrem 700-2000 K (Gambar 2-4). bila bertahan sampai aktivitas matahari maksimum. Pada tahun pertama 2006-2007 saat matahari minimum rentang temperatur berkisar 600-1500 K. Gangguan rutin akibat peningkatan flux proton dan elektron yang mungkin dialami adalah saat mengorbit di atas SAA (Southern Atlantic Anomaly). Pada tahun-tahun pertama kemungkinan gangguan akibat aktivitas matahari relatif sedikit karena dalam kondisi matahari tenang. Data fisik LAPAN-TUBSAT berukuran 45 x 45 x 27 cm dan bermassa m = 56 kg dan penampang pada arah geraknya A = 0.1225 m 2. Untuk bentuk kotak, koefisien hambatan CD = 2-4 (Wertz & Larson, 1990, p. 207). Sehingga diperoleh B = C D A/m = 0.004339-0.008679 m 2 /kg atau koefisien balistik 1/B = 115.2263-230.4527 kg/m 2. Dengan data fisik tersebut dapat diperkirakan satelit LAPAN-Tubsat akan bertahan pada orbitnya sekitar 50 tahun (Gambar 4-1). Tetapi, kala hidup instrumennya diperkirakan tidak lama, akibat kondisi ekstrem lingkungan antariksa. Dalam perkiraan perancangannya, operasional satelit LAPAN-TUBSAT diharapkan akan bertahan sekitar 3 tahun. 50

Satellite Lifetime as a Function of Altitude, Relationship to the Solar Cycle, anc' Representative Ballistic Coefficients. For each ballistic coefficient, the upper curve represents launch during solar minimum and the lower curve represents launch during solar maximum. Gambar 4-1: Hubungan ketinggian awal dan kala hidup (lifetime) untuk berbagai nilai koefisien balisbk (Dari Wetrz, him 75) 5 KESIMPULAN Kondisi ekstrem lingkungan antariksa harus diperhitungkan untuk suatu missi satelit. Untuk satelit orbit rendah, perhitungan juga mencakup hambatan udara yang berkaitan dengan gaya hambat yang berpengaruh pada umur orbitnya. Umur operasional suatu satelit ditentukan berdasarkan ketahanan perangkat dan sumber daya satelit pada kondisi lingkungan antariksa yang ekstrem. Contoh kasus analisis pada satelit LAPAN-TUBSAT menunjukkan bahwa kala hidup orbitnya bisa mencapai lebih dari 50 tahun, tetapi umur operasionalnya diperkirakan relatif singkat. DAFTAR RUJUKAN ESA, 2006. Space Environments & Effects, http:/ / space-env.esa.int/ Background/ backgnd.html, download 2006. Holbert, K. E., 2006. Space Radiation Environmental E J f5 l Ecfc,http://www.eas.asu.edu/holbert/ eee460/spacerad.html, Januari 2006. JAXA, 2006. Space Environment for JEM Exposed Facility Experiment Payload http://idb.exst. jaxa.jp/edata/02110/199810k02110030/19 9810K02110030.html, download 2006. NASA, 2006. The Van Allen Belt, http://image. gsfc.nasa.gov/poetry/tour/vanallen.html, download 2006. Wertz, J. R., 2001. Mission Geometry: Orbit and Constellation Design and Management, Kluwer Academic Publisher. Wertz, J. R. dan Larson, W. J., 1999. Space Mission Analysis and Desing, Microcosm Press and Kluwer Academic Publishers. Zombeck, M. V., 1990 Handbook of Space and Astrophysicsfattp:// ads Jiarvard.edu/books/ hsaa/tochtml. 51