FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN RUJUKAN PADA KASUS KEMATIAN IBU DI RS MARGONO SOEKARDJO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat terjadinya kehamilan, yang disebabkan oleh kehamilan atau

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik

BAB I PENDAHULUAN. Di seluruh dunia, diperkirakan ibu meninggal karena komplikasi

SISTEM RUJUKAN BIDAN DENGAN KASUS PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG

BAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes, 2010). indikator kesehatan dari derajat kesehatan suatu bangsa, dimana kemajuan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehamilan sebagai komplikasi persalinan atau nifas, dengan penyebab terkait atau

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab tingginya angka kematian ibu terutama disebabkan karena faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan negara tersebut buruk. Hal ini disebabkan ibu hamil dan bersalin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai dampak yang besar terhadap pembangunan di bidang kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Menurunnya AKI dari 334

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. eklampsia, sepsis, dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. berbeda-beda yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap Angka Kematian Bayi

BAB I PENDAHULUAN. menilai derajat kesehatan. Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan

BAB 1 PENDAHULUAN. tertinggi di Asia Tenggara. Hal itu menjadi kegiatan prioritas departemen

ANALISIS FAKTOR RISIKO USIA KEHAMILAN DAN PARITAS TERHADAP KEJADIAN ABORTUS. La Ode Ali Imran Ahmad Universitas Haluoleo Kendari.

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia menunjukkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dari 189 negara yang menyepakati

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan, persalinan, dan menyusukan anak merupakan proses alamiah

BAB I PENDAHULUAN. dalam Millenium Development Goals (MDG) yaitu goal ke-4 dan ke-5. Target

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan dan perkembangan putra-putrinya, kesejahteraan anak

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan,

GAMBARAN UMUR DAN PARITAS IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLIT DI RUMAH SAKIT MUHAMADIYAH PALEMBANGTAHUN 2014

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kematian maternal merupakan masalah besar, khususnya di negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh Konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO 1948), Undang-Undang Dasar

Determinan Pemilihan Tempat Persalinan di Kabupaten Cirebon, Tahun 2004

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG RESIKO TINGGI KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Tingginya AKI di suatu negara menunjukkan bahwa negara tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya telah menunjukkan kemajuan yang baik, namun masih

Faktor-Faktor Yang Menpengaruhi Kinerja Bidan Puskesmas Dalam Penanganan Ibu Hamil Risiko Tinggi di Kabupaten Pontianak Tahun 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. berada dalam rahim (uterus) mulai dari konsepsi saat bertemunya sel telur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan tantangan yang lebih sulit dicapai dibandingkan dengan target Millenium

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada tahun 2008 dilaporkan bahwa jumlah kematian. ibu di 172 negara di seluruh dunia sebesar 358.

BAB I PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (Maternity Mortality Rate) sampai pada

BAB I PENDAHULUAN. kematian. Setiap kehamilan dapat menimbulkan risiko kematian ibu,

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam pembangunan sektor kesehatan sebagaimana tercantum dalam Program

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu perhatian dari World Health

: Education, knowledge, attitude, behavior of ANC

Yeni Yuniarti 2, Suesti 3 INTISARI

LITERATURE REVIEW: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMATIAN IBU SAAT PERSALINAN. Rini Hayu Lestari Program Studi S1 Keperawatan STIKES Pemkab Jombang

BAB 1 PENDAHULUAN Di bawah MDGs, negara-negara berkomitmen untuk mengurangi angka

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan balita sangatlah penting,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat adalah Angka. Kematian Ibu (AKI). AKI adalah jumlah kematian ibu selama masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indikator derajat kesehatan masyarakat, tercermin dalam kondisi angka kematian,

mikm-detail-tesis-perpustakaan-print-abstrak-372.html MIKM UNDIP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMATIAN IBU DI KABUPATEN BANYUMAS JAWA TENGAH PERIODE TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dengan melihat indikator yang tercantum dalam Milenium

PENATALAKSANAAN KASUS-KASUS EMERGENSI KEBIDANAN YANG BERASAL DARI RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PRIMER DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JAYAPURA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat

FAKTOR DOMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

EFEKTIVITAS KELAS IBU HAMIL TERHADAP DETEKSI DINI TANDA BAHAYA KEHAMILAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PRIMIGRAVIDA TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ANTENATAL CARE

Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Ibu Hamil Trimester Iii Dalam Persiapan Persalinan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 12, No. 2 Juni 2016

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunita Tri Setya, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB I PENDAHULUAN. tinggi rendahnya angka kematian ibu dan bayi. berkembang yaitu sebesar 99 persen (Wiknjosastro, 2002 hlm 23).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), dalam

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG SENAM HAMIL DENGAN PELAKSANAAN SENAM HAMIL DI KLINIK PRATAMA BUDI LUHUR KABUPATEN KUDUS ARTIKEL

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN NASKAH PUBLIKASI

Kata kunci : Kebijakan Kesehatan, Jampersal, Angka Kematian Ibu (AKI)

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan pelayanan maksimal dari petugas kesehatan. Salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan persalinan dan nifas setiap tahunnya, sebanyak 99% ditentukan dalam tujuan yaitu meningkatkan kesehatan ibu.

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan kehamilan adalah pengawasan kehamilan untuk. kehamilan, menegakan secara dini komplikasi kehamilan, dan menetapkan

TUJUAN 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu

MOTIVASI DAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL TRIMESTER III

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) pada Hari

HUBUNGAN KEJADIAN PRE EKLAMSIA DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah kematian perinatal sebesar orang. Dari jumlah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN. Lia Amalia (

BAB 1. terutama yaitu perdarahan 28%. Sebab lain yaitu eklamsi 24%, infeksi 11%, pelayanan obstetri belum menyeluruh masyarakat dengan layanan yang

EVALUASI PROGRAM JAMPERSAL TERHADAP PENYEBAB KEMATIAN IBU DAN PENYEBAB KEMATIAN BAYI DI KABUPATEN BANYUMAS TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan kehamilan kembar sebetulnya abnormal yang mungkin terjadi

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA TAHUN NASKAH PUBLIKASI

BAB l PENDAHULUAN. Angka Kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seorang ibu dalam usia reproduktif. Perubahan-perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EVALUASI PERSIAPAN PUSKESMAS PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DI KABUPATEN BREBES TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penurunan AKI juga merupakan indikator keberhasilan derajat

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN RUJUKAN PADA KASUS KEMATIAN IBU DI RS MARGONO SOEKARDJO Sumarni, Tri Anasari Akademi Kebidanan YLPP Purwokerto email: s_oemarnie@yahoo.com ABASTRACT: FACTORS INFLUENCING THE REFERRAL DELAY IN CASE OF DEATH MOTHER MARGONO SOEKARDJO HOSPITAL. Maternal Mortality Rate (MMR) is one of the indicators to see the health status of women.from the results of a survey conducted AKI has shown a decline over time, however, efforts to achieve development goals targets still requires commitment and continuous effort. 1 In Indonesia death obstetric cause of death, problems commonly associated with emergency obstetric experiencing delays four things the late recognition of danger signs and risks, too late to take the decision to seek care, delay in getting transportation to reach health care facilities that are more capable and too late to get help the facility rujukan.4 study was conducted using 71 samples using the whole good maternal deaths delayed referral or not. Samples were taken using a total sampling and analysis of data using multiple logistic regression analysis. The results showed that there is a relationship between the availability of treatment costs, availability of transportation and economic status factors, the most dominant factor for the occurrence of late referral is the availability of cost of care in a referral to the value of p = 0.020 and OR value of 25,512 (CI 1.663 to 391,412). Care costs have 25,512 times the risk of late referral to occur on the availability of a health care cost amount of influence these factors was 61%, while 39% is influenced by factors other than the availability of cost, availability of transportation and economic status of the family. Keywords: reference delay factors, maternal mortality ABSTRAK: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN RUJUKAN PADA KASUS KEMATIAN IBU DI RS MARGONO SOEKARDJO. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Dari hasil survei yang dilakukan AKI telah menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus. Di Indonesia penyebab kematian kematian obstetri, umumnya terkait dengan permasalahan gawat darurat obstetri yang mengalami empat hal keterlambatan yaitu terlambat mengenali tanda bahaya dan risiko, terlambat mengambil keputusan untuk mencari pertolongan, terlambat mendapatkan transportasi untuk mencapai sarana pelayanan kesehatan yang lebih mampu dan terlambat mendapatkan pertolongan di fasilitas rujukan. Penelitian ini menggunakan 71 sampel yaitu seluruh kasus kematian ibu baik yang mengalami keterlambatan rujukan maupun yang tidak. Sampel diambil menggunakan total sampling dan analisis data menggunakan analisis regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan antara ketersediaan biaya perawatan, ketersediaan transportasi dan faktor status ekonomi, faktor yang paling dominan untuk 26

Sumarni, dkk, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi... 27 terjadinya rujukan terlambat adalah ketersediaan biaya perawatan di tempat rujukan dengan nilai p=0,020 dan nilai OR 25,512 (IK 1,663-391.412). Biaya perawatan mempunyai risiko 25,512 kali untuk terjadi rujukan terlambat dari pada yang ketersediaan biaya perawatan jamkesmas Besarnya pengaruh faktor tersebut adalah 61%, sedangkan 39% dipengaruhi faktor lain di luar faktor ketersediaan biaya, ketersediaan transportasi dan status ekonomi keluarga. Keywords: faktor keterlambatan rujukan, kematian ibu PENDAHULUAN Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator derajat kesehatan perempuan. Berdasarkan survei yang dilakukan menunjukkan AKI mengalami penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus. Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) terakhir tahun 2007 menunjukkan AKI Indonesia sebesar 228 per 100.000 Kelahiran Hidup, sedangkan berdasarkan Millenium Development Goals/MDGs 2000 pada tahun 2015, menargetkan Angka Kematian Ibu menjadi 102/100.000 KH, Angka Kematian Bayi dari 68 menjadi 23/1.000 KH, dan Angka Kematian Balita 97 menjadi 32/1.000 KH pada tahun 2015. Faktor penyebab yang dapat berpengaruh langsung terhadap kematian ibu adalah pendarahan yang menempati persentase tertinggi penyebab kematian ibu (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%). Penelitian Chowdhury menyebutkan bahwa terdapat empat penyebab komplikasi langsung kematian ibu tertinggi yaitu partus lama (24,5%), perdarahan (11,6%), infeksi (9,3%) dan kejang (3,2%). Pelayanan obstetri memerlukan kontinuitas pelayanan serta akses terhadap pelayanan obstetri emergensi ketika timbul komplikasi. Sehingga setiap persalinan harus di tolong oleh tenaga kesehatan terlatih, peningkatan terhadap pelayanan obstetri emergensi ketika timbul komplikasi, serta sistem rujukan yang efektif. Rujukan terlambat adalah rujukan yang dilakukan dimana kondisi ibu dan bayi dalam rahim sudah tidak dalam keadaan optimal, bahkan mungkin sudah dalam keadaan gawat atau gawat daruruat. Di Indonesia penyebab kematian kematian obstetri, umumnya terkait dengan permasalahan gawat darurat obstetri yang mengalami empat hal keterlambatan yaitu terlambat mengenali tanda bahaya dan

28 Bidan Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 5 No. 2 Edisi Desember 2014, hlm. 26-34 risiko, terlambat mengambil keputusan untuk mencari pertolongan, terlambat mendapatkan transportasi untuk mencapai sarana pelayanan kesehatan yang lebih mampu dan terlambat mendapatkan pertolongan di fasilitas rujukan. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Banyumas AKI tahun 2008 terdapat 27 kasus kematian ibu atau 98,03/100.000 KH, tahun 2009 AKI mengalami kenaikan dari tahun 2008 yaitu 41 kasus kematian ibu atau 145,81/100.000 KH dan pada tahun 2010 sampai dengan bulan September kasus kematian ibu sudah mencapai 30 kasus. Berdasarkan penyebab medis paling banyak disebabkan oleh perdarahan dan preeklamsi berat/eklamsi disamping itu penyebab non medis (3T) paling banyak adalah T1 yaitu terlambat untuk mencari pertolongan bagi kasus kegawatdaruratan. Berdasarkan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas tahun 2009 jumlah kasus ibu hamil yang mengalami resiko ringgi sebesar 9.189 ibu hamil dan sejumlah 71,22 % yang dirujuk. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan penelitian analitik dengan menggunakan sampel sebesar 71 kasus kematian ibu pada tahun 2011-2013 di kabupaten Banyumas yang dirujuk ke RS Margono Soekardjo, baik yang mengalami keterlambatan rujukan maupun yang tidak mengalami. Sampel diambil secara total sampling yaitu seluruh kasus kematian yang berasal dari rujukan, analisis data menggunakan analisis regresi logistik ganda. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan jarak tempuh yang dilalui ibu dalam mencapai tempat rujukan adalah dengan jarak tempuh yang jauh yaitu lebih dari 20 km sebesar 69%. Ibu mempunyai ketersediaan dana biaya perawatan pada kasus rujukan obstetri dalam bentuk sendiri/tidak tersedia sebesar 57,7%. Faktor masyarakat (ketersediaan transportasi) dan keterlibatan masyarakat dalam rujukan obstetri mayoritas mempunyai ketersediaan transportasi yaitu sebesar 79%. Sedangkan sisanya belum memiliki ketersediaan transportasi karena masih mengandalkan mobil dari petugas kesehatan. Sebagian besar status ekonomi ibu

Sumarni, dkk, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi... 29 yang di rujuk mempunyai status ekonomi yang rendah yaitu mempunyai pendapatan kurang dari Upah Minimum Regional (UMR) sebesar 62%. Mayoritas ibu yang dilakukan rujukan obstetri pada umur tidak berisiko yaitu umur 20-35 tahun sebesar 73,2 %. Mayoritas pendidikan ibu yang dilakukan rujukan obstetri dalam katagori pendidikan rendah yaitu pendidikan dasar (SD-SMP) sebesar 76%. Sebagian besar ibu yang dilakukan rujukan obstetri tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga sebesar 69%. Sebagian besar kasus rujukan obstetri tidak mempunyai penyakit yaitu sebesar 81,7%. Adapun 18,3 % mempunyai penyakit yang antara lain penyakit jantung, hepatitis, dan meningitis. Rujukan obstetri yang terjadi pada kasus kematian ibu di kabupaten Banyumas pada tahun 2011-2013 adalah rujukan terlambat yaitu sebesar 58%. Rujukan terlambat terjadi karena ibu dan bayi dirujuk dalam kondisi yang sudah terlambat yaitu meninggal kurang dari 24 jam, mengalami eklamsia, anemia berat, IUFD, gawat janin, dan syock. Hubungan antara faktor sarana prasarana dengan keterlambatan rujukan pada kasus kematian ibu di kabupaten Banyumas periode tahun 2011-2013, menunjukan bahwa rujukan terlambat terjadi sebagian besar pada jarak tempuh yang jauh yaitu sebesar 63,4%. Namun hal ini juga terjadi pada kasus rujukan tidak terlambat yang terjadi pada sebagian besar ibu yang di rujuk dari jarak tempuh yang jauh. Dari hasil analisis menunjukan nilai p=0,302 > 0,05 hal ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara jarak tempuh ke tempat rujukan dengan keterlambatan rujukan. Hubungan ketersediaan biaya perawatan dengan keterlambatan rujukan menunjukan bahwa rujukan terlambat terjadi pada rujukan yang menggunakan biaya perawatan sendiri sebesar 53,7%. Dari hasil analisis menunjukan nilai p=0,415 > 0,05 hal ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara ketersediaan biaya perawatan dengan keterlambatan rujukan. Biaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan rujukan. biaya sangat diperlukan ketika ibu hamil harus dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan pelayanan yang lebih baik dan lengkap dalam menangani masalah yang dialami oleh ibu hamil. Keterbatasan biaya akan membuat ibu hamil dan keluarga mengambil keputusan yang tidak diharapkan karena ketidakmampuan untuk membayar biaya di rumah

30 Bidan Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 5 No. 2 Edisi Desember 2014, hlm. 26-34 sakit yang dibutuhkan. Ibu hamil yang belum mempunyai kesiapan biaya yang baik akan mengalami rasa khawatir ketika harus dilakukan rujukan ke rumah sakit karena tidak tersedia dana yang memadai. Biaya dalam proses persalinan dapat disiapkan sendiri ataupun bantuan dari pemerintah misalnya jampersal. Ibu hamil tidak perlu khawatir terhadap biaya pada saat membutuhkan pelayanan yang lebih baik untuk menangani masalahnya karena adanya program jampersal. Hubungan antara faktor masyarakat (ketersediaan ketersediaan transportasi) dengan keterlambatan rujukan pada kasus kematian ibu menunjukan bahwa rujukan terlambat lebih banyak terjadi pada masyarakat yang tersedia fasilitas transportasi seperti mobil ambulan desa (68,3%), begitu juga pada kasus rujukan tidak terlambat juga lebih banyak terjadi pada masyarakat yang tersedia transportasi sebesar 93,3%. Dari hasil analisis menunjukan nilai p=0,011 < 0,05 hal ini menunjukan bahwa ada hubungan antara ketersediaan transportasi ke tempat rujukan dengan keterlambatan rujukan. Hubungan antara faktor rumah tangga (status ekonomi) dengan keterlambatan rujukan pada kasus kematian ibu menunjukan bahwa rujukan terlambat banyak terjadi pada status ekonomi keluarga yang rendah yang mendapatkan upah/gaji kurang dari UMR kabupaten Banyumas sebesar 68,3%. Dari hasil analisis menunjukan nilai p=0,200 > 0,05 hal ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara status ekonomi keluarga dengan keterlambatan rujukan. Persiapan yang kurang matang dalam hal biaya akan membuat keluarga kebingungan yang akhirnya mencari jalan keluar agar masalah biaya teratasi dengan menjual barang berharga ataupun biaya ditanggung bersama-sama dengan kelurga yang lain. Permasalah biaya perlu dilakukan pada saat bidan, ibu hamil dan keluarga melakukan persiapan persalinan dan dilakukan lebih dini agar persiapan lebih baik. Hubungan antara faktor individual dengan keterlambatan rujukan pada kasus kematian ibu di kabupaten Banyumas periode tahun 2011-2013 Hubungan antara usia ibu dengan keterlambatan rujukan obstetri menunjukkan rujukan terlambat banyak terjadi pada usia ibu yang tidak berisiko yaitu umur 20-35 tahun sebesar 73,2%. Dari hasil analisis menunjukan nilai

Sumarni, dkk, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi... 31 p=0,988 > 0,05 hal ini berarti tidak ada hubungan antara usia ibu dengan keterlambatan rujukan. Pada usia reproduksi merupakan usia matang untuk hamil dan risiko terjadi kehamilan sangat tinggi. Hal ini berdampak meningkatan pula risiko obstetrik yang dihadapi oleh seorang wanita setiap kali wanita tersebut menjadi hamil. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yaitu kematian ibu paling banyak terjadi pada usia reproduksi yaitu umur 20-30 tahun dan dengan bertambahnya paritas. Hubungan antara pendidikan ibu dengan keterlambatan rujukan obstetri menunjukan bahwa rujukan terlambat lebih banyak terjadi pada ibu yang mempunyai pendidikan dasar (SD-SMP) sebesar 78%. Dari hasil analisis menunjukan nilai p=0,646 > 0,05 hal ini berarti tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan keterlambatan rujukan. Wanita dengan tingkat pendidikan rendah, menyebabkan kurangnya pengertian mereka akan bahaya yang dapat menimpa ibu hamil terutama dalam hal kegawatdaruratan kehamilan dan persalinan. Hal ini berpengaruh pada kesadaran dan kemampuan mengambil keputusan. Wanita dengan pendidikan rendah memiliki independensi yang rendah terhadap pengambilan keputusan. Tingkat pengetahuan yang rendah yang didukung oleh kemampuan mengambil keputusan yang rendah berpengaruh terhadap kemampuan ibu untuk mengakses layanan yang berkualitas sehingga cenderung menurut kepada keluarga atau lingkungan sekitar. Hal ini berbeda dengan wanita yang berpendidikan tinggi cenderung lebih memperhatikan kesehatan diri dan keluarganya serta mempunyai independensi yang tinggi dalam pengambilan keputusan terkait dengan kesehatan dan keselamatannya. Hubungan antara pekerjaan dengan keterlambatan rujukan obstetri menunjukan bahwa rujukan terlambat banyak terjadi pada ibu yang tidak bekerja sebesar 70,7% dan Dari hasil analisis menunjukan nilai p=0,714 > 0,05 hal ini berarti tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan keterlambatan rujukan. Ibu yang bekerja sebagai ibu rumah tangga secara ekonomi sangat tergantung pada pendapatan suaminya dan tidak mempunyai pendapatan lebih yang bisa digunakan untuk memperoleh kebutuhan selama hamil, melahirkan dan masa nifas. Pendapatan dan keadaan ekonomi yang terbatas akan mempengaruhi daya

32 Bidan Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 5 No. 2 Edisi Desember 2014, hlm. 26-34 beli dan pilihan pelayanan kesehatan yang lebih baik serta mempengaruhi kemampuan pengambilan keputusan terhadap pilihan yang ada sehingga ibu akan cenderung pasrah dan menyerahkan pilihan dan keputusan kepada suami atau keluarga yang mungkin tidak sesuai dengan yang seharusnya. Hubungan antara status penyakit dengan keterlambatan rujukan obstetri menunjukan bahwa rujukan terlambat banyak terjadi pada ibu yang tidak mempunyai penyakit sebesar 87,8%. Dari hasil analisis menunjukan nilai p=0,119 > 0,05 hal ini berarti tidak ada hubungan antara status penyakit ibu dengan keterlambatan rujukan. Riwayat penyakit sejak sebelum kehamilan atau selama kehamilan berlangsung, memiliki risiko untuk mengalami kematian maternal 29,4 kali lebih besar bila dibandingkan ibu yang tidak memiliki riwayat penyakit. Faktor yang paling dominan yang mempengaruhi rujukan terlambat terlihat pada tabel analisis regresi logistik di bawah ini: Tabel 1. Analisis regresi logistik faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan rujukan obstetri Variabel B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95.0% C.I.for EXP(B) Lower Upper Biaya_Perawatan 3.239 1.393 5.405 1.020 25.512 1.663 391.412 Ketersediaan_Tran sportasi -2.778 1.130 6.048 1.014.062.007.569 Status_Ekonomi -3.251 1.373 5.610 1.018.039.003.571 Jarak_Fasilitas 0.307, Usia Ibu.484, Pendidikan 0.930, Pekerjaan 0.919, Status Penyakit 0.209 Akurasi model 61%. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik ganda diperoleh hasil yaitu bahwa faktor yang paling dominan untuk terjadinya rujukan terlambat adalah ketersediaan biaya perawatan di tempat rujukan dengan nilai p=0,020 dan nilai OR 25,512 (IK 1,663-391.412). Hal ini menunjukan bahwa tidak tersedianya biaya perawatan mempunyai risiko 25,512 kali untuk terjadi rujukan terlambat dari pada yang ketersediaan biaya perawatan jamkesmas. Selain faktor ketersediaan biaya, ketersediaan transportasi dan status ekonomi juga bersamasama mempengaruhi keterlambatan rujukan. Namun faktor jarak tempuh, usia ibu,

Sumarni, dkk, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi... 33 pendidikan, pekerjaan, status penyakit tidak mempunyai pengaruh terhadap keterlambatan rujukan. Besarnya pengaruh faktor tersebut adalah 61%, sedangkan 39% dipengaruhi faktor lain di luar faktor ketersediaan biaya, ketersediaan transportasi dan status ekonomi keluarga. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara ketersediaan biaya perawatan, status ekonomi dan ketersediaan transportasi dengan keterlambatan rujukan dan faktor yang paling dominan untuk terjadinya rujukan terlambat adalah ketersediaan biaya perawatan di tempat rujukan dengan nilai p=0,020 dan nilai OR 25,512 (IK 1,663-391.412) DAFTAR PUSTAKA Sie KIA. (2010). Data Kematian Maternal. Banyumas: Sie KIA Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas. Depkes RI. (2006). Pedoman Sistem Rujukan Maternal dan Neonatal, Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Higgins, fazio, anderson LC. Chaiken F processing explanation of the attitude behavior inconsistency. University of wisconsin. Melalui http:/en.wikimedia.org/wiki/attitude(psicology) 21 juni 2008 Heri D.J. Maulana. (2009). Promosi kesehatan. EGC: Jakarta. Safrudin, Hamidah. (2009). Kebidanan komunitas. EGC: Jakarta. Depkes RI. (2009). Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWSKIA). Depkes RI: Jakarta. Depkes RI. (1995). Pedoman pelaksanaan sistem rujukan, upaya kesehatan di tingkat kabupaten. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Sherris J. Program For Appropriate Technology in Health (PATH) Keselamatan Ibu: Keberhasilan dan Tantangan. Outlook ed.khusus vol 16 Januari 1999. Melalui: http://.path.org. Saifuddin AB. (2001). Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta: YBPSP.

34 Bidan Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 5 No. 2 Edisi Desember 2014, hlm. 26-34 Zubaidah. (2008). Evaluasi rujukan ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Ratu Zalekha Martapura Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan. Yogyakarta: Program Pascasarjana. UGM. Depkes RI. (2008). Buku acuan pelatihan klinik asuhan persalinan normal. JNPKR. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Murray SF, Davies S, Kumwenda R, Ahmed Y. (2001). Tools For Monitoring The Effectiveness of District Maternity Refferal System. Health Policy and Planning, Oxford University Press. Rafei MU. (1999). Making Pregnancy Safer: A Health Sector Strategy. India: UNICEF. Tachyat A. (2001). Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan rujukan ibu hamil risiko tinggi. Program Pascasarjana. Yogyakarta: UGM Depkes RI. (1999). Pedoman pelaksanaan sistem rujukan ibu dan bayi berisiko. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Arikunto S. (2002). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Edisi Revisi V. Rineka Cipta: Jakarta. Dahlan MS. (2004). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Seri Evidence Based Medicine 1 Edisi 4. Salemba Medik: Jakarta. Ramos S, Kalolinski A, Romero M, Mercer R. A. (2007). Comprehensive assessment of maternal death in Argentina: translating multicentre collaborative research into actions. Buletin of the World Health Organization. Ganatra, B.R. Coyaji, K.J., Rao,V.N. (1998). Too far, too litle, too late: a community based case control study of maternal mortality in rural west Maharashtra, India. Buletin of the World Health Organization.