III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksplanasi, karena dalam penelitian ini menggunakan dua variabel. Metode eksplanasi adalah suatu metode penelitian yang menggambarkan dua variabel yang diteliti, yaitu variabel bebas dan variabel terikat yang kemudian menjelaskan hubungan kedua variabel tersebut. Menurut Singarimbun dan Effendi (2003) metode eksplanasi adalah metode yang menjelaskan hubungan atau pengaruh kausal antara dua variabel atau lebih melalui pengujian hipotesis maka dinamakan penelitian penjelasan (explanatory survey). Objek telaahan penelitian survei eksplanasi ialah untuk menguji hubungan antar variabel yang dihipotesiskan. B. Metode Pengambilan Lokasi Penelitian Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, yaitu cara pengambilan lokasi dengan sengaja karena alasan-alasan diketahuinya sifatsifat dari lokasi tersebut (Surakhmad, 1994). Lokasi penelitian yang dipilih adalah Kabupaten Temanggung. Hal ini dengan pertimbangan karena Kabupaten Temanggung merupakan salah satu daerah penghasil kopi robusta terbesar di Jawa Tengah. Tabel 4 memperlihatkan bahwa Kabupaten Temanggung menduduki peringkat pertama di Jawa Tengah sebagai kabupaten penghasil kopi khususnya kopi robusta diantara 31 kabupaten/kota lainnya. Wilayah Kabupaten Temanggung sebagian besar terdiri dari dataran sedang hingga dataran tinggi, sehingga merupakan cocok sebagai syarat tumbuh dari tanaman kopi. Kabupaten Temanggung juga saat ini menjadi sentra penghasil kopi robusta. Kopi Robusta merupakan salah satu komoditas unggulan di Kabupaten Temanggung. 38
39 Tabel 4. Produksi Kopi Menurut Kabupaten di Jawa Tengah tahun 2014 No. Kabupaten/Kota Produksi (Ton) Kopi Arabika Kopi Robusta 1. Kab. Cilacap - 80,43 2. Kab. Banyumas 9,76 112,88 3. Kab. Purbalingga 20,53 650,71 4. Kab.Banjarnegara 208,75 880,04 5. Kab. Kebumen - 113,28 6. Kab. Purworejo - 133,67 7. Kab. Wonosobo 140,00 569,35 8. Kab/Kota Magelang 45,00 926,00 9. Kab. Boyolali 48,82 348,70 10. Kab. Klaten 101,36 4,87 11. Kab. Sukoharjo - - 12. Kab. Wonogiri 37,70 24,45 13. Kab. Karanganyar 2,03 0,40 14. Kab. Sragen - 3,12 15. Kab. Grobogan - - 16. Kab. Blora - - 17. Kab. Rembang - 15,66 18. Kab. Pati - 113,43 19. Kab. Kudus 7,37 261,04 20. Kab. Jepara - 683,80 21. Kab. Demak - - 22. Kab. Semarang 57,28 1409,33 23. Kab. Temanggung 1027,11 7388,79 24. Kab Kendal 57,34 1501,47 25. Kab. Batang 99,60 633,61 26. Kab/Kota Pekalongan 44,14 343,34 27. Kab. Pemalang 213,00 284,67 28. Kab/Kota Tegal 11,15 15,48 29. Kab.Brebes 26,69 67,56 30. Kota Surakarta - - 31. Kota Salatiga - 11,86 32. Kota Semarang - 14,40 Jumlah 2157,63 17610,34 Sumber : BPS Jawa Tengah Tahun 2015 C. Jenis Data dan Sumber Data 1. Jenis Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini ialah data sekunder yang berupa data time series. Data sekunder merupakan data yang diperoleh baik dari mencatat maupun mengutip data yang berkaitan dengan objek. Menurut Surakhmad (1994), data sekunder adalah data yang sebelumnya telah
40 dikumpulkan terlebih dahulu oleh pihak diluar penyelidik. Data time series yang digunakan dari tahun 1997 hingga tahun 2014 atau 18 tahun. Data deret waktu (time series), yaitu data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu untuk memberikan gambaran tentang perkembangan suatu kegiatan selama periode spesifik yang diamati. Data deret waktu bisa digunakan untuk melihat perkembangan kegiatan tertentu (harga, produksi, dan jumlah penduduk) dan sebagai dasar untuk menarik suatu trend, sehingga bisa digunakan untuk membuat perkiraan-perkiraan yang sangat berguna bagi dasar perencanaan. Untuk menduga beberapa faktor yang berpengaruh terhadap penawaran kopi robusta di Kabupaten Temanggung, maka data sekunder yang digunakan meliputi harga kopi robusta, harga kopi arabika, luas areal tanam kopi robusta, rata-rata curah hujan, jumlah produksi kopi robusta dan harga pupuk urea. 2. Sumber Data Berbagai instansi dan lembaga yang dijadikan sumber data penelitian ini meliputi Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Temanggung, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi UMKM Kabupaten Temanggung, Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Temanggung, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa tengah, Stasiun Klas I Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) Semarang serta Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara pencatatan dan observasi. Teknik pencatatan dilakukan dengan cara mencatat data yang ada di instansi atau lembaga yang terkait dengan penelitian ini. Untuk mendukung data sekunder yang ada juga dilakukan teknik observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung dibeberapa daerah tempat budidaya kopi di Kabupaten Temanggung untuk mengetahui keadaan yang terjadi dilapang. Menurut Surakhmad (1994) teknik observasi yaitu pengumpulan data dimana penyelidik mengadakan pengamatan langsung (tanpa alat) terhadap gejalagejala subyek yang diselidiki.
41 E. Metode Analisis Data Metode penelitian yang digunakan adalah ekonometrik yang merupakan gabungan penggunaan matematik dan statistik untuk memecahkan persoalan ekonomi. Teori ekonomi sering dirumuskan secara matematis. Metode statistik digunakan untuk mengukur hubungan antara faktor ekonomi yang dirumuskan secara matematis tersebut dan untuk menguji validitas teori ekonomi didasarkan data empiris. Adapun metode analisis data yang akan digunakan pada penelitian ini meliputi : 1. Analisis Penawaran Kopi Robusta di Kabupaten Temanggung Estimasi fungsi penawaran dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan tidak langsung (luas areal tanam dan produktivitas) dan pendekatan langsung (jumlah produksi). Penelitian ini menggunakan pendekatan langsung yang fokus pada jumlah produksi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dengan model analisis lag yang didistribusikan dengan pendekatan model penyesuaian Nerlove atau (Partial Adjustment Model). Fungsi penawaran kopi robusta di Kabupaten Temanggung secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: Ln Q t = A 0 + A 1 Ln P t-1 + A 2 Ln Q t-1+ A 3 Ln A t + A 4 Ln P ab-1 + A 5 Ln P ur + A 6 Ln W t 1 + e Keterangan: Ln : Logaritma natural Q t A 0 A 1-6 P t-1 Q t-1 A t P ab-1 : Penawaran kopi robusta pada tahun t (ton) : Konstata : Koefisien regresi dari variabel bebas : Harga kopi robusta pada tahun t-1 (Rp/kg). : Jumlah produksi kopi robusta pada tahun t-1 (ton) : Luas areal tanam kopi robusta pada tahun t (Ha) : Harga kopi arabika pada tahun t-1 (Rp/kg)
42 P ur W t e : Harga pupuk urea pada tahun t (Rp/kg). : Rata-rata curah hujan pada tahun t (mm/th). : error. 2. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran (Pengujian Model) a. Uji Koefisien Determinasi (R 2 ) Uji koefisien determinasi dilakukan untuk mengetahui besarnya persentase pengaruh variabel-variabel bebas terhadap tak bebas. Nilai R 2 berkisar antara 0 hingga 1. Semakin besar nilai R 2 berarti semakin besar variabel bebas dapat menjelaskan variabel tak bebas (Gujarati, 1995). Uji R 2 digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabelvariabel penduga terhadap penawaran kopi robusta, sekaligus menguji ketepatan model digunakan koefisien determinasi (R 2 ). Semakin tinggi nilai R 2 (semakin mendekati satu) makin erat hubungan antara variabel bebas dengan variabel tak bebasnya. Dan sebaliknya semakin mendekati 0, maka makin kecil pengaruh variabel bebas terhadap variabel tak bebas. Adapun rumus yang digunakan ialah : R 2 = EES TSS Keterangan : EES : Jumlah kuadrat variabel yang dijelaskan TSS : Total jumlah kuadrat variabel tak bebas b. Uji F (Pengujian secara bersama-sama) Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap jumlah penawaran kopi robusta, pada tingkat kesalahan 1%. Adapun hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut: H0 : b 1 = b 2... = b 6 = 0 H1 : b 1 b 2...= b 6 0
43 Kriteria pengujian yang digunakan adalah: 1) Nilai signifikansi < α berarti H0 ditolak dan H1 diterima, maka variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas yaitu penawaran kopi robusta di Kabupaten Temanggung. 2) Nilai signifikansi > α berarti H0 diterima dan H1 ditolak, maka variabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas yaitu penawaran kopi robusta di Kabupaten Temanggung. c. Uji t (Pengujian secara individu) Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap jumlah penawaran kopi robusta dengan tingkat kesalahan yang digunakan 0,01; 0,05 dan 0,1. Adapun hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut : H0 : b 1 = b 2... = b 6 = 0 H1 : b 1 b 2... = b 6 0 Kriteria pengujian yang digunakan adalah: 1) Nilai signifikansi < α berarti H0 ditolak dan H1 diterima, maka variabel bebas secara individu berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas yaitu penawaran kopi robusta di Kabupaten Temanggung. 2) Nilai signifikansi > α berarti H0 diterima dan H1 ditolak, maka variabel bebas secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas yaitu penawaran kopi robusta di Kabupaten Temanggung. 3. Analisis Faktor yang Paling Mempengaruhi (Koefisien Regresi Parsial) Koefisien Regresi Parsial atau disebut juga koefisien kemiringan parsial digunakan untuk menentukan variabel yang paling menentukan dalam mempengaruhi nilai variabel tak bebas dalam suatu model regresi linier. Koefisien regresi parsial mencerminkan pengaruh (parsial) dari sebuah variabel penjelas terhadap nilai rata-rata variabel tak bebas
44 apabila nilai variabel-variabel penjelas lainnya yang terdapat didalam model dipertahankan konstan (Gujarati, 1995). 4. Elastisitas Penawaran Kopi Robusta Analisis tingkat kepekaan (elastisitas) penawaran kopi robusta di Kabupaten Temanggung menggambarkan tanggapan (respon) petani kopi robusta mengenai penawaran untuk harga dan faktor-faktor lainnya. Elastisitas penawaran jangka pendek dapat langsung diketahui Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model double logaritma, sehingga untuk mengukur besarnya nilai elastisitas jangka pendek dapat diketahui dari nilai koefisien regresi variabel bebas. Elastisitas jangka panjang dapat diketahui dengan membagi elastisitas jangka pendek dengan koefisien penyesuaian sebagai berikut : Elastisitas penawaran jangka panjang Eps Epl k Keterangan: Epl Eps : elastisitas penawaran jangka panjang : elastisitas penawaran jangka pendek k : koefisien penyesuaian (0< k <1) Nilai koefisien penyesuaian diperoleh dari : k = 1 A 2 Keterangan : k : Koefisien penyesuaian A 2 : Koefisien regresi dari Q t-1 (produksi kopi robusta pada tahun sebelumnya) sebagai koefisien dugaan dari lag-endogenus variables (Gujarati, 1995). 5. Pengujian Asumsi Klasik a. Multikolinearitas Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji ada tidaknya multikolinearitas yang dapat dilihat pada nilai VIF. Bila nilai VIF < 10 berarti antar variabel bebas tidak terjadi multikolinearitas. Bila antar
45 variabel bebas terjadi korelasi atau multikolinearitas, maka variabelvariabel tersebut perlu dipertimbangkan digunakan atau tidak dalam model (Gujarati, 1995). Multikolineritas adalah masalah yang timbul berkaitan dengan adanya hubungan linear diantara varibel-variabel bebas (Sumodiningrat, 2006). Uji multikolinieritas berarti terjadi korelasi antar variabel bebas. Tepatnya multikolinieritas berkenaan dengan terdapatnya lebih dari satu hubungan linier pasti, dan istilah kolinieritas berkenaan dengan terdapatnya satu hubungan linier. Uji multikolonieritas dengan SPSS dilakukan dengan uji regresi, dengan patokan nilai VIF (variance inflation factor) dan koefisien korelasi antar variabel bebas. b. Autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut waktu (time series) atau ruang (cross section). Menurut Gujarati (1995), Untuk menguji terdapat atau tidaknya autokorelasi maka dilakukan dengan uji statistik d-durbin Watson. Kriteria pengujian mengenai angka D-W (Durbin Watson) untuk mendeteksi autokorelasi dapat dilihat pada Tabel D-W. Menurut Gujarati (1995) Uji d-durbin Watson dilakukan untuk melihat apakah pada persamaan terdapat autokorelasi, dengan kriteria sebagai berikut : d < dl : menolak H0, terjadi autokorelasi positif d > 4 - dl : menolak H0, terjadi autokorelasi negatif du < d < 4 - du : menerima H0, tidak terjadi autokorelasi dl d du : tidak dapat disimpulkan (inconclusive) 4 - du < d < 4-4dL : tidak dapat disimpulkan (inconclusive) c. Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas berarti adanya varian dalam model yang tidak sama (konstan). Heterokedastisitas terjadi dalam regresi apabila varian error (ei) untuk beberapa nilai x tidak konstan atau berubah-ubah. Penelitian menggunakan metode grafik dengan melihat diagram pencar
46 (scatterplot) untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas. Pada pengujian heteroskedastisitas dengan metode grafik, jika dari diagram pencar terlihat titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk pola yag teratur maka hal tersebut menunjukkan bahwa kesalahan pengganggu memiliki varian yang sama (homoskedastisitas) dan dapat disimpulkan dari model yang diestimasi tidak terjadi heteroskedastisitas. Selanjutnya untuk memperoleh perhitungan secara statistik dilakukan Uji Park. Uji Park dilakukan untuk menentukan gejala heteroskedastisitas variabelvariabelnya. Menurut Ghozali (2002) uji Park dilakukan dengan cara meregresikan variabel independen dengan nilai logaritma residual yang telah dikuadratkan. Jika hasilnya menunjukkan secara statistik tidak signifikan berarti tidak terdapat heteroskedastisitas dalam model penelitian tersebut dan begitu sebaliknya.