PENGARUH PERUBAHAN ANGGARAN KAS TERHADAP TINGKAT LIKUIDITAS PADA PT. PLN (Persero) JAWA BARAT SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian dan Tujuan Penyusunan Anggaran Kas. kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh suatu bank untuk periode waktu

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN. Berikut ini beberapa pengertian tentang anggaran atau Budget yang

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB III LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PRAKTIK PROSEDUR PENYUSUNAN ANGGARAN KAS DAN PERENCANAAN ARUS KAS PADA BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Gambaran Umum Tentang Anggaran Pengertian Anggaran

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN. Anggaran adalah suatu rencana keuangan periodik yang disusun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Gambaran Umum Tentang Anggaran Pengertian Anggaran

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS

BAB ll TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Anggaran Ellen, dkk (2002;1) Pengertian Anggaran Ellen, dkk (2002;1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN. memiliki ciri khas tersendiri, oleh karena anggaran perusahaan tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang

Penganggaran Perusahaan

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. yang membutuhkannya. Disamping itu bank dikenal sebagai tempat untuk

UNIVERSITAS BENGKULU

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pengertian rentabilitas menurut Sofyan Syafri Harahap (2007: 304)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan didalam melaksanakan kegiatannya mempunyai tujuan yang

MODUL PRAKTIKUM PERANGGARAN PERUSAHAAN

BAB II BAHAN RUJUKAN. Penyusunan anggaran merupakan proses pembuatan rencana kerja untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Anggaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN. telah menyebabkan banyak perusahaan yang sulit untuk mempertahankan

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi sekarang ini, perkembangan teknologi dan ilmu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian, laporan keuangan merupakan suatu media penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS DANA DAN ARUS KAS

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini telah menjadi negara yang mengarah ke basis industri.

BAB II LANDASAN TEORI. Konsep Laporan Keuangan dan Akuntansi. II.1.1. Pengertian Laporan Keuangan dan Akuntansi

Pertemuan 13 Penyusunan Anggaran Kas Disarikan dari Yusnita, Wenny dan sumber2 relevan lainnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diperoleh dan dipakai selama periode waktu tertentu. jangka waktu tertentu dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang.

BAB II LANDASAN TEORI. atupun mata uang lainnya yang meliputi seluruh kegiatan untuk jangka waktu. Definisi anggaran menurut M. Nafirin ( 2000:9 )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan meningkatkan daya saing antar perusahaan. Perusahaan yang

PENGANGGARAN PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KATA PENGANTAR. Puji syukur kehadirat Allah SWT karena, atas rahmat dan karunia-nya.

BAB II FUNGSI ANGGARAN DALAM PERUSAHAAN. satuan kuantitatif. Penyusunan anggaran sering diartikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penganggaran Perusahaan 113 BAB 7 ANGGARAN KAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. defenisi dari modal kerja, kas, piutang dan persediaan.

BAB II BAHAN RUJUKAN

Penganggaran Perusahaan

Bab 5 Manajemen Kas dan Surat Berharga Jangka Pendek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk membelanjai operasi perusahaan dari hari ke hari, misalnya untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsep biaya telah berkembang sesuai kebutuhan akuntan, ekonom dan. dukungan berbagai fungsi dalam bisnis dan akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Modal Kerja. dan biaya-biaya lainnya, setiap perusahaan perlu menyediakan modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. studi kasus pada Koperasi Unit Desa Sumber Makmur Ngantang. Adapun hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. karena itu pengelolaan kas sangat penting bagi suatu bank. Kegiatan yang

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGENDALIAN KAS PADA PT. KUKAR MANDIRI SHIPYARD. Varianto Fakultas Ekonomi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda

BAB II LANDASAN TEORI

PROSEDUR PENYUSUNAN ANGGARAN. ERLINA, SE. Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 9 Teori Rasio Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH MANAJEMEN MODAL KERJA YANG EFISIEN TERHADAP PROFITABILITAS PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX (PERSERO) TAHUN DI JAWA TENGAH SKRIPSI

PERTEMUAN KE-4 ANGGARAN BERDASARKAN FUNGSI DAN AKTIFITAS STANDAR UNIT

Penganggaran Perusahaan 1 BAB 1 ANGGARAN

BAB I PENDAHULUAN. Polemik yang terjadi di Indonesia sekarang ini, masih belum bisa

Analisis Laporan Arus Kas Pada PO. Gunung Sembung Putra Bandung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan merupakan hal penting bagi sebuah perusahaan. Pertumbuhan dibutuhkan untuk merangsang dan menyalurkan bakat manajerial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. (Irham Fahmi, 2011 : 239)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), proses adalah

Transkripsi:

PENGARUH PERUBAHAN ANGGARAN KAS TERHADAP TINGKAT LIKUIDITAS PADA PT. PLN (Persero) JAWA BARAT SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Sidang Skripsi Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Oleh : SUPIANDI 054020181 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG 2012

PENGARUH PERUBAHAN ANGGARAN KAS TERHADAP TINGKAT LIKUIDITAS PADA PT. PLN (Persero) JAWA BARAT SKRIPSI Untuk memenuhi salah satu syarat sidang skripsi Guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung, Agustus 2012 Mengetahui, Pembimbing, Taty Sariwulan, SE.,MSi Dekan, Ketua Program Studi, Dr. H.R. Abdul Maqin, SE., MP. H. Sasa S. Suratman,, SE., MSc.

ABSTRAK Tingkat likuiditas suatu perusahaan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dan memerlukan perhatian khusus dalam penanganannya, karena tingkat likuiditas suatu perusahaan mencerminkan kemungkinan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Dalam pengukuran tingkat likuiditas suatu perusahaan diperlukan norma-norma untuk mengukur keadaan tingkat likuiditas tersebut. Dalam kenyataannya pengendalian anggaran kas tidak jarang menimbulkan masalah-masalah seperti adanya likuiditas yang berlebihan (Over Liquid) dan likuiditas yang rendah (Under Liquid). Pengelolaan likuiditas perusahaan dalam menghadapi kondisi Over Liquid maupun Under Liquid pada tiap-tiap perusahaan berbeda. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya pengaruh perubahan anggaran kas terhadap likuiditas PT PLN (Persero) Jawa Barat. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Pengaruh Perubahan Anggaran Kas Terhadap Tingkat Likuiditas Pada PT PLN (Persero) berdasarkan perhitungan statistic dengan SPSS maka dapat diketahui nilai koefisien korelasi yaitu sebesar 0.449. Dari pernyataan di atas dapat diartikan bahwa tingkat korelasi anggaran kas dengan tingkat proyeksi likuiditas bersifat positif. Dan sesuai dengan pedoman untuk memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi internal seperti yang sudah dijabarkan pada tabel 3.2 di Bab III, dapat dilihat bahwa hubungan antara anggaran kas terhadap tingkat proyeksi likuiditas memiliki hubungan sedang. Adapun koefisien determinasi diketahui r Square adalah 0.201, hal ini berarti koefisien determinasi yaitu sebesar 0.201 atau 20.1%. Dari penghitungan tersebut menunjukkan besarnya pengaruh anggaran kas terhadap tingkat proyeksi likuiditas perusahaan adalah sebesar 20.1%. Sedangkan sisanya 79.9% merupakan besarnya pengaruh dari faktor lain di luar anggaran kas. Kata kunci : Anggaran kas, proyeksi likuiditas

KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta karunia-nya, shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta para sahabatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENGARUH PERUBAHAN ANGGARAN KAS TERHADAP TINGKAT LIKUIDITAS sebagai tugas akhir yang merupakan salah satu syarat dalam menempuh ujian Sidang Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan yang disebabkan karena keterbatasan kemampuan penulis. Walaupun demikian, penulis telah berusaha segenap kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki untuk menyajikan skripsi ini sebaik-baiknya. Hal ini juga dapat terwujud berkat bimbingan, bantuan, pengarahan, petunjuk, dorongan, dan do a dari berbagai pihak yang begitu besar manfaatnya bagi penulis sampai akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak dengan tulus ikhlas membantu penulis dari awal penyusunan skripsi ini sampai dengan selesai. Dengan segala kerendahan hati perkenankanlah penulis

mengucapkan terima kasih yang tak terhingga, khususnya yang tercinta kedua orang tua, buat bapak dan ibu yang telah memberikan do a, kasih sayang, dorongan, bimbingan, perhatian, dan pengorbanannya yang tiada pernah henti, semoga segalanya menjadi berkah, taufiq, rahmat, dan hidayah-nya. Penyusunan skripsi ini dapat penulis selesaikan berkat bantuan dan bimbingan dari pembimbing, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Taty Sariwulan, SE., MSi, Selaku Dosen Pembimbing yang di sela-sela kesibukannya beliau senantiasa memberikan koreksi, saran-saran, dan bimbingan yang sangat berharga kepada penulis sampai dapat tersusunnya skripsi ini. 2. Prof. H. M. Didi Turmudzi, MSi, Rektor Universitas Pasundan beserta jajarannya. 3. Dr. R. Abdul Maqin, SE., MP, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan. 4. Dr. Liza Laila Nurwulan, SE., MSi., Ak., Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan 5. H. Sasa S. Suratman, SE., MSc., Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan. Ucapan terima kasih secara khusus disampaikan untuk kedua orang tua tercinta, yang telah mendidik, memotivasi, dan mencurahkan kasih saying yang sangat dalam.

Akhir kata, semoga amal baik yang telah mereka berikan kepada penulis mendapatkan limpahan rahmat yang berlimpah ganda dari Allah SWT.Amin. Wassalamu alaikum Wr. Wb. Bandung, Agustus 2012 Penulis,

DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN. MOTTO.. i ii ABSTRAK... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL...vii DAFTAR GAMBAR...viii DAFTAR LAMPIRAN...ix BAB I PENDAHULUAN.. 1 1.1 Latar Belakang Penelitian.. 1 1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 7 1.3 Tujuan Penelitian. 8 1.4 Kegunaan Penelitian.. 8 1.4.1 Kegunaan Praktis.. 8 1.4.2 Kegunaan Teoritis 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS.. 10 2.1 Kajian Pustaka. 10 2.1.1 Anggaran. 10 2.1.1.1 Pengertian Anggaran. 10 2.1.1.2 Karakteristik Anggaran.. 11

2.1.1.3 Macam-macam Anggaran. 12 2.1.1.4 Fungsi dan Manfaat Anggaran 14 2.1.1.5 Keterbatasan Anggaran. 16 2.1.1.6 Prosedur Penyusunan Anggaran 17 2.1.1.6.1 Persiapan Sebelum Penyusunan Anggaran 17 2.1.1.6.2 Pemilihan Prosedur Penyusunan Anggaran 17 2.1.1.7 Hubungan Anggaran Dengan Akuntansi 18 2.1.2 Anggaran Kas 19 2.1.2.1 Pengertian Anggaran Kas.. 19 2.1.2.2 Tujuan Penyusunan Anggaran Kas.. 21 2.1.2.3 Manfaat Penyusunan Anggaran Kas. 22 2.1.2.4 Pengelompokan Anggaran Kas. 24 2.1.2.5 Penyusunan Anggaran Kas 24 2.1.2.6 Tahap-tahap Penyusunan Anggaran Kas.. 25 2.1.2.7 Pendekatan Penyusunan Anggaran Kas.. 26 2.1.2.8 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyusunan Anggaran Kas 26 2.1.2.9 Hubungan Anggaran Kas Dengan Anggaran Lain 27 2.1.3 Rasio Keuangan... 29 2.1.4 Tingkat Likuiditas. 31 2.1.4.1 Pengertian Tingkat Likuiditas.31 2.1.4.2 Macam-macam Likuiditas. 32

2.1.4.3 Rasio Tingkat Likuiditas 33 2.1.4.3.1 Tingkat Rasio Lancar (Current Ratio) 34 2.1.4.3.2 Rasio Cepat (Quick Ratio/ Acid Test Ratio) 36 2.1.4.3.3 Rasio Kas (Cash Ratio) 37 2.1.5 Pengaruh PerubahanAnggaran Kas Terhadap Tingkat Likuiditas 38 2.2 Kerangka Pemikiran 40 2.3 Hipotesis 47 BAB III METODE PENELITIAN 48 3.1 Metode Penelitian Yang Digunakan 48 3.1.1 Objek Penelitian 48 3.2 Definisi Variabel dan Operasionalisasi Variabel 49 3.2.1 Definisi Variabel 49 3.2.2 Operasionalisasi Variabel 49 3.3 Populasi dan Sampel 50 3.3.1 Kerangka Sampling, Unit Sampling dan Ukuran Sampel 50 3.3.2 Teknik Sampling 52 3.4 Sumber Data Penelitian 52 3.5 Teknik Pengumpulan Data 53 3.6 Analisis Data dan Rancangan Pengujian Hipotesis Penelitian 55 3.6.1 Analisis Data 55 3.6.2 Rancangan Pengujian Hipotesis 59 3.7 Lokasi dan Waktu Penelitian 61

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 63 4.1 Hasil Penelitian 63 4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan 63 4.1.1.1 Sejarah PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten 63 4.1.1.2 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten 69 4.1.1.3 Aktivitas Perusahaan PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten 76 4.1.2 Kondisi Anggaran Kas PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten 77 4.1.2.1 Komponen Anggaran Penerimaan Kas 79 4.1.2.2 Komponen Anggaran Pengeluaran Kas 80 4.1.3 Kondisi Tingkat Proyeksi Likuiditas PT. PLN (Persero) 82 4.1.3.1 Tingkat Likuiditas Current Ratio 82 4.1.3.2 Tingkat Likuiditas Quick Ratio/ Acid Test Ratio 84 4.2 Pembahasan 86 4.2.1 Analisis Perubahan Anggaran Kas Pada PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten 86 4.2.2 Analisis Tingkat Proyeksi Likuiditas Pada PT. PLN (Persero) 89 4.2.2.1 Analisis Tingkat Likuiditas Current Ratio 90

4.2.3 Analisis Pengaruh Perubahan Anggaran Kas Terhadap Tingkat Likuiditas Pada PT PLN (Persero) 96 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 103 5.1 Kesimpulan 103 5.2 Saran 105 DAFTAR PUSTAKA 107

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.0 Analisis Tingkat Likuiditas Tahun 2000 Tahun 2005 3 Tabel 1.1 Hasil Pengukuran Variabel 4 Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel 50 Tabel 3.2 Pedoman Interprestasi Koefisien Korelasi 58 Tabel 4.1 PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Anggaran Penerimaan Kas Periode Tahun 2001 sampai dengan 2009 79 Tabel 4.2 PT PLN (Persero) Anggaran Pengeluaran Kas Periode Tahun 2000 sampai dengan 2009 81 Tabel 4.3 PT. PLN (Persero) Kondisi Proyeksi Likuiditas Current Ratio 83 Tabel 4.4 PT. PLN (Persero) Kondisi Proyeksi Likuiditas Quick Ratio 85 Tabel 4.5 PT. PLN (Persero) Anggaran Kas (Akhir) Periode Tahun 2000 sampai dengan 2009 86 Tabel 4.6 Anggaran Kas PT. PLN (%) 88 Tabel 4.8 PT. PLN (Persero) Analisis Proyeksi Current Ratio 90 Tabel 4.9 Proyeksi Current Ratio PT. PLN (Persero) Periode tahun 2003 s/d 2009 93 Tabel 4.14 Hasil Regresi Linier Melalui SPSS 17.0 Proyeksi Current Ratio 98 Tabel 4.15 Hasil Perhitungan Korelasi Melalui SPSS 17.0 Proyeksi Current Ratio 99

Tabel 4.16 Hasil Penghitungan Determinasi Melalui SPSS 17.0 Proyeksi Current Ratio 100 Tabel 4.17 Hasil Penghitungan Uji Hipotesis Melalui SPSS 17.0 Proyeksi Current Ratio 101

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran 46 Gambar 3.1 Model Penelitian 51 Gambar 4.1 Pengujian Hipotesis 102

DAFTAR LAMPIRAN 1. SK BIMBINGAN 2. KARTU BIMBINGAN 3. Surat Izin Penelitian 4. Surat Keterangan Penelitian dari Perusahaan 5. Laporan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Penelitian Perusahaan merupakan tulang punggung bagi perekonomian dunia usaha, dengan semakin pesatnya dunia industri, maka semakin meningkat aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan. Selain mempertahankan keberadaannya juga agar mampu bersaing dengan perusahaan yang menghasilkan produk atau jasa sejenis. Perusahaan juga harus dapat menentukan strategi yang tepat agar dapat meningkatkan penghasilannya. Untuk itu perusahaan harus mampu membuat rencana yang dituangkan dalam anggaran. Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya selalu membutuhkan kas. Oleh karena itu pengelolaan kas sangat penting bagi suatu perusahaan. Kegiatan yang dilakukan perusahaan tersebut sebenarnya selain untuk menghasilkan kas, juga menggunakan kas tersebut, termasuk di antaranya untuk pembelian bahan mentah, pembayaran utang-utang yang telah jatuh tempo, pembayaran gaji karyawan, pengeluaran untuk biaya-biaya penjualan, biaya administrasi dan umum, biaya iklan, pembelian aktiva tetap dan pengeluaran lainnya atau dapat di katakan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan sehari-hari. Salah satu rencana kegiatan yang di buat oleh manajemen dalam upaya menentukan kas minimal ini adalah dengan menyusun anggaran kas. Anggaran kas adalah estimasi terhadap posisi kas untuk periode tertentu di masa yang akan

datang. Dengan menyusun anggaran kas dapat diketahui kapan perusahaan dalam keadaan defisit kas dan surplus kas. Anggaran kas dapat membantu manajemen di dalam mengatasi perubahanperubahan yang dapat mempengaruhi posisi kas yang mungkin membahayakan kredit kas yang beredar. Oleh karena itu, penyusunan anggaran kas bagi perusahaan cukup penting guna menjaga tingkat proyeksi likuiditas perusahaan. Semakin besar jumlah kas dalam perusahaan artinya perusahaan tersebut semakin tinggi pula tingkat proyeksi likuiditasnya. Dengan anggaran kas pula maka akan dapat diketahui apabila terdapat perbedaan di dalam waktu dan volume dari aliran kas masuk (cash inflow) dan aliran kas keluar (cash outflow) yang dapat menimbulkan kesulitan, karena hal ini berpengaruh terhadap besarnya uang kas yang tertahan di dalam perusahaan. Tingkat likuiditas suatu perusahaan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dan memerlukan perhatian khusus dalam penanganannya, karena tingkat likuiditas suatu perusahaan mencerminkan kemungkinan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Dalam pengukuran tingkati likuiditas suatu perusahaan diperlukan norma-norma untuk mengukur keadaan tingkat likuiditas tersebut. Dalam kenyataannya pengendalian anggaran kas tidak jarang menimbulkan masalah-masalah seperti adanya tingkat likuiditas yang berlebihan (Over Liquid) dan likuiditas yang rendah (Under Liquid). Pengelolaan tingkat likuiditas perusahaan dalam menghadapi kondisi Over Liquid maupun Under Liquid pada tiap-tiap perusahaan berbeda.

Kelebihan atau kekurangan dana untuk mempunyai dampak yang kurang baik terhadap kelancaran perusahaan di dalam menjalankan kegiatan usahanya, dan pada akhirnya akan mempengaruhi laba operasi, kekurangan dana tunai akan berpengaruh pada kemungkinan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban lancarnya sehubungan dengan kegiatan produksi. Tingkat likuiditas perusahaan berbanding sejajar dengan produktivitasnya, di mana keadaan tingkat likuiditas tersebut yaitu adanya selisih jumlah yang cukup antara aliran kas yang likuid dan produktif di dalam saldo kas yang tertahan. Dengan adanya saldo kas yang likuid dan produktif, maka akan dapat di pastikan bahwa untuk menetapkan saldo kas tiap periode akan mempengaruhi pada kegiatan operasional perusahaan. Tabel 1.0 Analisis Tingkat Likuiditas Tahun 2000 Tahun 2005 Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Defensive asset 249.070.000 447.067.000 445.054.000 310.817.000 615.619.000 625.496.000 Rata-rata pengeluaran harian 2.954.526,03 4.782.515,07 5.016.815,89 3.602.959,86 6.290.179,73 6.480.751,37 Defensive interval rasio 84 hari 93 hari 89 hari 86 hari 98 hari 97 hari Sumber: Perusahaan Genteng Pres di Jatiwangi yang memiliki sifat mass production. Dari data tersebut diatas dapat dilihat bahwa perusahaan dalam memenuhi kegiatan pokok perusahaannya dari defensive asset pada tahun 2000 dengan tingkat perputaran persediaan 3,96 kali mampu menutup kegiatan pokoknya selama 84 hari, sedangkan pada tahun 2001 dengan perputaran persediaan 6,16 kali mampu menutup kegiatan pokoknya selama 93 hari. Tahun 2002 dengan

tingkat perputaran persediaan 6,54 kali kemampuan memenuhi kegiatan pokoknya 89 hari yang lebih singkat dari tahun 2001, hal ini terjadi karena pada tahun 2002 perusahaan menetapkan harga pokok penjualan yang tinggi dikarenakan biayabiaya meningkat tajam sehingga rata-rata pengeluaran kas untuk biaya harian perusahaan meningkat yaitu sebesar Rp. 234.300,82. Pada tahun 2003 tingkat perputaran persediaan perusahaan mengalami penurunan yaitu hanya 4,15 kali dengan kemampuan perusahaan untuk menutup kegiatan pokoknya selama 86 hari, penurunan tingkat perputaran persediaan terjadi karena perusahaan menetapkan harga pokok penjualan yang rendah dengan rata-rata persediaan yang tinggi yang mengakibatkan penuruanan rata-rata pengeluaran biaya harian perusahaan yang lebih rendah dari tahun 2002. Pada tahun 2004 dengan tingkat perputaran persediaan 7,47 kali kemampuan perusahaan untuk menutup kegiatan pokoknya yaitu 98 hari, lebih lama satu hari dibandingkan dengan tahun 2005 dimana dengan tingkat perputaran 7,40 kali perusahaan mampu menutup kegiatan pokoknya selama 97 hari, hal ini terjadi karena pada tahun 2005 rata-rata pengeluaran biaya harian perusahaan lebih tinggi yang juga disebabkan karena harga pokok penjualan yang tinggi, biaya penjualan yang lebih tinggi dan biaya umum yang lebih besar dari tahun 2004. Tabel 1.1 Hasil Pengukuran Variabel Tahun Perputaran Likuiditas Persediaan (X) (Y) 2000 3,96 84 2001 6,16 93 2002 6,54 89 2003 4,15 86 2004 7,47 98 2005 7,40 97

Berdasarkan hasil pengukuran variabel-variabel penelitian yang dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan Analisis Regresi dan Korelasi diperoleh persamaan Regresi sebagai berikut : Y = 70,603 +3,458 X Persamaan tersebut menunjukkan bahwa tingkat likuiditas cenderung meningkat berdasarkan peningkatan pada tingkat perputaran persediaan. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa perputaran persediaan dapat digunakan untuk menaksir kemampuan perusahaan dalam menutup semua biaya yang digunakan dalam kegiatan pokok perusahaan dalam jangka pendek. Dari analisis korelasi diperoleh koefisien korelasi (r) sebesar +0,928 yang berarti dimana kenaikan perputaran persediaan akan diikuti dengan naiknya kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek (likuiditas). Berdasarkan uji hipotesis dua sisi pada tingkat keyakinan 95% diperoleh nilai sebesar 4,966 dan nilai sebesar 2,776 dimana lebih besar dari Hal tersebut menunjukkan bahwa koefisien korelasi tersebut memiliki makna (signifikan). Dengan demikian pengaruh perputaran persediaan terhadap likuiditas perusahaan yang besarnya 86,12% (r 2 * 100%) pada tingkat keyakinan 95% adalah signifikan. Dengan kejadian di atas peneliti tertarik meneruskan penelitian tersebut dengan perusahaan yang berbeda. Perusahaan PT. PLN (Persero) sesuai kebijakan restrukturisasi sektor ketenagalistrikan yang ditetapkan oleh Pemerintah (Departemen Energi & Sumber

Daya Mineral) pada tanggal 25 Agustus 1998, PLN bertujuan memulihkan kelayakan keuangan, mengedepankan kompetisi, meningkatkan transparansi, meningkatkan partisipasi swasta dalam sektor kelistrikan. Untuk mewujudkan salah satu tujuan pemerintah pusat di bidang kelayakan keuangan seperti tersebut di atas PT. PLN melakukan kegiatan penganggaran kas yang merupakan suatu fungsi penting bagi keberhasilan usaha. Penerapan prinsip penganggaran yang tepat dan pelaksanaan fungsi penganggaran yang efisien dan efektif akan menunjang tercapainya tujuan perusahaan. Penelitian yang penulis lakukan merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ii Irawan (2002) dengan hasil penelitian mengatakan bahwa pengaruh anggaran kas terhadap tingkat likuiditas cukup signifikan. Persamaan dan perbedaan dengan peneletian sebelumnya dijelaskan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

No. Judul Persamaan Perbedaan 1 Pengaruh perubahan Anggaran Kas Terhadap Tingkat Likuiditas Pada PT Nusantara Turbin dan Propulsi (PT NTP) Bandung. 2. Alat ukur yang digunakan pada variabel independent sama menggunakan anggaran kas 1. Alat ukur pada variabel dependent yaitu tingkat proyeksi likuiditas penelitian sebelumnya menggunakan current ratio, sedangkan penulis menggunakan quic ratio. 2. Objek penelitian berbeda, penelitian sebelumnya di PT NTP Bandung, sedangkan penulis PT. PLN (Persero) 3. Penelitian sebelumnya Sampel yang digunakan 5 tahun, sedangkan yang akan diteliti 10 tahun. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik melakukan penelitian skripsi dengan judul : Pengaruh Perubahan Anggaran Kas Terhadap Tingkat Likuiditas (Suatu Studi pada PT PLN (Persero) Jawa Barat). 2.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah Atas dasar latar belakang penelitian di atas maka penulis mengidentifikasi dan merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana anggaran kas pada PT PLN (Persero) Jawa Barat. 2. Bagaimana tingkat likuiditas pada PT PLN (Persero) Jawa Barat. 3. Seberapa besar pengaruh anggaran kas terhadap tingkat likuiditas pada PT PLN (Persero) Jawa Barat.

2.3 Tujuan Penelitian Adapun dari tujuan penelitian yang penulis lakukan adalah : 1. Untuk mengetahui anggaran kas PT PLN(Persero) Jawa Barat. 2. Untuk mengetahui tingkat likuiditas PT PLN (Persero) Jawa Barat. 3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh perubahan anggaran kas terhadap tingkat likuiditas PT PLN (Persero) Jawa Barat. 2.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1.4.1 Kegunaan Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan, diantaranya: 1. Bagi perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan yang bermanfaat bagi peningkatan anggaran kas perusahaan, sehingga dapat membantu dalam menentukan keputusan-keputusan keuangan lebih lanjut. 2. Bagi Penulis Sebagai bahan perbandingan antara teori yang penulis dapat dari perkuliahan dengan prakteknya di lapangan dan untuk informasi guna melengkapi kemampuan yang penulis miliki serta sebagai salah satu syarat sidang Sarjana (S1) pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung.

3. Bagi Peneliti Lain Sebagai bahan dokumentasi untuk melengkapi dalam penyediaan tambahan bacaan, dan pengetahuan serta dapat dijadikan referensi bagi rekanrekan mahasiswa atau pihak-pihak lain yang mungkin melakukan penelitian dengan tema permasalahan yang sama. 1.4.2 Kegunaan Teoritis Penulis berharap kajian tentang pengaruh perubahan anggaran kas terhadap tingkat likuiditas dapat memberikan sumbangan teori bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang akuntansi dan diharapkan dapat memberikan masukkan/ informasi pada perusahaan PT PLN (Persero) Jawa Barat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.2 Kajian Pustaka 2.2.1 Anggaran 2.2.1.1 Pengertian Anggaran Pengertian anggaran yang dikemukakan para ahli pada dasarnya sama yaitu merupakan suatu rencana yang menyatakan dalam bentuk tertulis mengenai kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan untuk periode waktu tertentu. Periode yang biasanya digunakan oleh perusahaan dalam penyusunan anggaran umumnya tidak lebih dari satu tahun, hal ini dikarenakan perusahaan sering dihadapkan pada unsur ketidakpastian. Definisi anggaran banyak yang dikemukakan oleh para pakar ekonomi di antaranya adalah seperti yang dikemukakan oleh M. Nafarin (2008:12), adalah : Anggaran adalah suatu rencana keuangan periodik yang disusun berdasarkan program yang telah disahkan. Pengertian serupa tentang anggaran dikemukakan oleh Gleen A. Welsch, Ronald W. Hilton, dan Paul N. Gordon yang dalam Purwatiningsih dan Maudy Warouw (2003:1), sebagai berikut : Anggaran adalah suatu pendekatan yang sistematis dan formal untuk tercapainya pelaksanaan fungsi perencanaan sebagai alat membantu pelaksanaan tanggung jawab manajemen. Pengertian anggaran juga dikemukakan oleh M. Munandar (2001:1), yaitu:

Budget (anggaran) ialah suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang. Dari definisi di atas bahwa anggaran merupakan suatu rencana manajemen mengenai perolehan dan penggunaan sumber daya perusahaan yang dinyatakan secara formal dan terperinci dalam bentuk kuantitatif dan dalam suatu periode tertentu. Dalam anggaran itu termasuk juga serangkaian tindakan antisipasi untuk menyesuaikan keadaan di masa mendatang dengan rencana yang telah ditetapkan, karena itu anggaran juga dipakai sebagai alat koordinasi dan implementasi antara rencana awal dengan aktivitas yang sedang berlangsung. Anggaran merupakan rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang untuk jangka waktu tertentu. 2.2.1.2 Karakteristik Anggaran Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Robert N. Anthony, John Dearden dan Robert M. Bedford dalam Agus Maulana (2005:44-45) anggaran memiliki karakteristik sebgai berikut : 1. Dinyatakan dalam satuan uang (moneter) walaupun angkanya berasal dari angka bukan satuan keuangan 2. Mencakup kurun waktu satu tahun 3. Isinya menyangkut komitmen manajemen yaitu manajer setuju untuk menerima tanggung jawab untuk mencapai sasaran yang telah dianggarkan

4. Usulan anggaran dinilai dan disetujui oleh orang yang mempunyai wewenang lebih tinggi dari yang menyusunnya 5. Jika anggaran sudah disahkan, maka anggaran tersebut tidak dapat diubah, kecuali dalam hal khusus 6. Hasil aktual akan dibandingkan dengan anggaran secara periodik dan varian yang terjadi dianalisis dan dijelaskan. Menurut Mulyadi (2005:511) karakteristik anggaran yang baik adalah : Anggaran yang baik memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Anggaran disusun berdasarkan program 2. Anggaran disusun berdasarkan karakteristik pusat pertanggungjawaban yang dibentuk dalam organisasi perusahaan. 3. Anggaran berfungsi sebagai alat perencana dan alat pengendali. 2.2.1.3 Macam-macam Anggaran Sebagai alat bantu manajemen anggaran perusahaan mempunyai ruang lingkup yang luas. Seluruh kegiatan yang ada di dalam perusahaan akan terkait dengan anggaran perusahaan tersebut. Karena banyak macamnya anggaran yang satu akan berbeda dengan anggaran lain baik dari segi isi, bentuk, maupun fungsinya. Berdasarkan jenis pertanggung jawabannya, menurut Robert N. Anthony, John Dearden dan Robert M. Bedford dalam Agus Maulana (2005:46) mengemukakan bahwa anggaran digolongkan menjadi tiga, yaitu : Penggolongan Anggaran : 1. Anggaran Biaya (Expense Budget) terdiri dari : a. Anggaran yang menyangkut pengeluaran terukur (engineered expense) dalam pusat tanggung jawab dimana keluaran dapat diukur. b. Anggaran yang menyangkut pengeluaran dikresioner (discretiory expense) di pusat tanggung jawab, di mana keluaran tidak dapat diukur. 2. Anggaran Pendapatan (Revenue Budget)

Diantara semua elemen dari anggaran laba, anggaran pendapatan merupakan elemen yang paling penting, padahal sekaligus anggaran ini merupakan elemen yang mengandung ketidak pastian yang paling besar. Pertimbangan manajemen yang penting mengenai anggaran pendapatan adalah bahwa anggaran ini biasanya mengandung ramalan tentang beberapa kondisi tertentu yang berada di luar kendali manajer penjualan. 3. Anggaran Laba (Profit Budget) Anggaran laba merupakan rencana laba tahunan, anggaran ini terdiri dari seperangkat proyeksi ikhtisar keuangan untuk tahun mendatang dengan jadwal pendukung yang berkaitan. Pengelompokan jenis-jenis anggaran dapat dilakukan dari berbagai sudut pandang, M. Nafarin (2008:17) membagi anggaran ke dalam beberapa kelompok berdasarkan beberapa sudut pandang sebagai berikut : 1. Menurut dasar penyusunan, anggaran terdiri dari : a. Anggaran Variabel, yaitu anggaran yang disusun berdasarkan interval kapasitas tertentu dan pada intinya merupakan suatu seri anggaran yang dapat disesuaikan pada tingkat aktivitas (kegiatan) yang berbeda. b. Anggaran tetap, yaitu anggaran yang disusun berdasarkan suatu tingkat kapasitas tertentu disebut juga anggaran statis. 2. Menurut cara penyusunan, anggaran terdiri dari : a. Anggaran Periodik, adalah anggaran yang disusun untuk satu periode tertentu. Umumnya periode satu tahun yang disusun setiap akhir periode anggaran. b. Anggaran Kontinyu, adalah anggaran yang dibuat untuk memperbaiki anggaran yang telah dibuat. 3. Menurut jangka waktu, anggaran terdiri dari : a. Anggaran jangka pendek (anggaran taktis), adalah anggaran yang dibuat dengan jangka waktu paling lama sampai satu tahun. b. Anggaran jangka panjang (anggaran strategis), adalah anggaran yang dibuat untuk jangka waktu lebih dari satu tahun. 4. Menurut bidangnya, anggaran terdiri dari : a. Anggaran Operasional, adalah anggaran untuk menyusun anggaran laporan laba rugi. Anggaran operasional antara lain terdiri dari : Anggaran penjualan

Anggaran biaya pabrik yang terdiri dari anggaran biaya bahan baku, anggaran biaya tenaga kerja langsung, anggaran biaya overhead pabrik. Anggaran beban usaha Anggaran laporan laba rugi b. Anggaran Keuangan, adalah anggaran untuk menyusun anggaran neraca. Anggaran keuangan, antara lain terdiri dari : Anggaran kas Anggaran piutang Anggaran persediaan Anggaran hutang Anggaran neraca 5. Menurut kemampuan menyusun, anggaran terdiri dari : a. Anggaran Komprehensif, merupakan rangkaian dari berbagai macam anggaran yang disusun secara lengkap. b. Anggaran Parsial, adalah anggaran yang disusun tidak secara lengkap, anggaran hanya menyusun bagian anggaran tertentu saja. 6. Menurut fungsinya, anggaran terdiri dari : a. Anggaran Apropriasi (Appropriation Budget), adalah anggaran yang dibentuk bagi tujuan tertentu dan tidak boleh digunakan untuk tujuan lain. b. Anggaran Kinerja (Performance Budget), adalah anggaran yang disusun berdasarkan fungsi kegiatan yang dilakukan dalam organisasi (perusahaan) yang dikeluarkan oleh masing-masing aktivitas tidak melampaui batas. 2.2.1.4 Fungsi dan Manfaat Anggaran Anggaran sebagai alat manajemen untuk keperluan perencanaan dan pengawasan mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Perkembangan ini diukur dari segi manfaat yang ingin diperoleh dari penggunaan sistem itu di dalam pelaksanaannya. Fungsi anggaran menurut Gleen A. Welsch, Ronald W. Hilton, dan Paul N. Gordon dalam Purwatiningsih dan Maudy Warouw (2003:377), yaitu : Ada tiga fungsi yaitu : 1. Fungsi Perencanaan

Anggaran merupakan alat perencanaan tertulis yang menuntut pemikiran yang teliti dan akan memberikan gambaran yang lebih nyata dan jelas dalam unit dan uang. 2. Fungsi Pelaksanaan Anggaran merupakan pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan, sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan secara selaras dalam mencapai tujuan. Jadi anggaran penting untuk menyelaraskan (koordinasi) setiap bagian kegiatan, seperti : bagian pemasaran, bagian umum, bagian produksi dan bagian keuangan. 3. Fungsi Pengawasan Anggaran merupakan alat pengawasan (controlling). Pengawasan berarti mengevaluasi atau menilai terhadap pelaksanaan pekerjaan, dengan cara membandingkan realisasi dengan anggaran, dan melakukan tindakan perbaikan apabila dipandang perlu atau apabila terdapat penyimpangan yang merugikan. Menurut Gunawan Adisaputro (2003:56) manfaat yang dapat diperoleh dari anggaran adalah: Manfaat anggaran adalah : 1. Anggaran bisa dijadikan sebagai alat penaksir Dengan disusunnya suatu anggaran, perusahaan akan dapat mengetahui dan menaksirkan sesuatu dari pengalaman yang lalu. Selain itu anggaran dapat menaksirkan beberapa besar misalnya laba yang akan didapat dalam satu periode kegiatan perusahaan. 2. Anggaran sebagai plafon atau bisa juga dijadikan sebagai alat pengatur otorisasi pengeluaran kas. Dengan disusunnya suatu anggaran maka perusahaan akan mempunyai data yang cukup dan tersedia sehingga memungkinkan dilakukannya suatu estimasi dengan cukup akurat. Dan anggaran juga mampu mengatur otorisasi karena dengan adanya anggaran akan terlihat jelas bagian mana yang berhak untuk melakukan kegiatan perusahaan sesuai dengan bidangnya, dan manajemen tidak menghendaki diubahnya anggaran yang telah disahkan. 3. Anggaran sebagai pengukur efisiensi Dari segi pengendalian jumlah anggaran yang didasarkan atas angka standar yang benar akan berfungsi sebagai alat penilai efisiensi, karena angka standar yang dipakai memang efektif dan fleksibel, sehingga biaya realisasi biaya yang melebihi atau kurang dari jumlah uang yang dianggarkan dianggap merupakan pemborosan/penghematan yang sebenarnya. Dengan demikian selisih biaya benar-benar dapat dinilai sebagai penyimpangan dari yang seharusnya.

2.2.1.5 Keterbatasan Anggaran Walaupun anggaran mempunyai banyak manfaat dan kegunaan, namun perlu disadari bahwa anggaran tidak lepas dari keterbatasan, sebagaimana yang dikemukakan oleh Sofyan Syafri Harahap (2001:125-127) keterbatasan anggaran antara lain : 1. Budget berdasarkan pada taksiran Budget harus disadari bahwa ia merupakan taksiran saat ini tentang apa yang bakal terjadi di masa yang akan datang. Dalam penyusunannya tentu apa yang akan dijadikan dasar ada pengetahuan dan informasi kita berdasarkan masa lalu dan analisis serta taksiran 2. Memerlukan penyesuaian yang terus-menerus Karena sifatnya taksiran dan arena situasi bergerak dan berubah terus maka mau tidak mau kita harus terus-menerus secara periodik melakukan perbaikan dan penyesuaian, mengikuti perkembangan yang mempengaruhi budget itu. 3. Pelaksanaan budget tidak berjalan secara otomatis. Sistem budget tidak akan bisa dibiarkan tanpa terus-menerus dikendalikan oleh pimpinan. Ia bukan alat otomatis yang bisa berjalan sendiri. Budget harus dianalisis, direvisi, dan diikuti, tidak boleh dibiarkan berjalan sendiri. 4. Tidak bisa mengambil alih tugas manajemen/administrasi Karena sifatnya yang harus diikuti, dinilai, diperbaiki maka budget tidak akan dapat menggantikan posisi pimpinan dan tidak dapat pula menggantikan posisi administrasi 5. Memerlukan dana/perhatian/resources Sistem budget tentu memerlukan dana, perhatian, sumber lainnya untuk bisa berjalan efektif. Ia perlu konsultan, perlu rapat, perlu kertas, perlu tambahan alat, dan lain sebagainya. 6. Dapat mempengaruhi perilaku Sistem budget dapat mempengaruhi perilaku manusia bisa positif dan bisa negatif. 7. Dapat menimbulkan Slack Budgeting Slack berarti menggunakan sesuatu bukan menurut fungsinya. Slack Budgeting berarti situasi dimana orang menyalahgunakan budget untuk kepentingannya. 8. Harus memenuhi berbagai persyaratan yang kadang sukar disiapkan Sistem budget hanya dapat berjalan jika terpenuhi beberapa persyaratan yang ditetapkan, hal ini mutlak. Seandainya

persyaratan ini tidak bisa dipenuhi maka tujuan budget bisa saja tidak dapat dicapai secara efisien. 9. Tidak menjamin tercapainya target Budget hanya rencana dan fokus. Budget tidak dapat menjamin secara mutlak bahwa ia akan tercapai. 2.2.1.6 Prosedur Penyusunan Anggaran 2.2.1.6.1 Persiapan Sebelum Penyusunan Anggaran adalah : Menurut Mulyadi (2007:507) persiapan sebelum penyusunaan anggaran 1. Membuat dan menetapkan asumsi-asumsi atau prediksi tentang prospek yang akan dihadapi di masa yang akan datang serta cara mengatasinya. 2. Mengevaluasi kembali tentang kebijakan dan strategi perencanaan jangka panjang serta tujuan yang akan dicapai. 3. Menyusun prioritas usaha-usaha dan pekerjaan. 4. Menyebarluaskan informasi ke bagian-bagian yang berkompeten dalam penyusunan anggaran. 2.1.1.6.2 Pemilihan Prosedur Penyusunan Anggaran Adapun pemilihan prosedur penyusunan anggaran menurut Mulyadi (2007:718) adalah : Prosedur penyusunan anggaran ada dua macam yaitu : 1. Top Down Approach (pendekatan dari atas ke bawah), dimana dalam penyusunan anggaran, dimulai dari manajemen tingkat atas atau manajemen puncak. 2. Bottom Up Approach (pendekatan dari bawah ke atas), dimana dalam penyusunan anggaran ini melibatkan manajemen tingkat bawah (operasional). Metode Bottom Up Approach menurut Mulyadi (2007:720) lebih banyak digunakan karena mempunyai keuntungan sebagai berikut : 1. Bawahan akan merasa diikutsertakan dalam proses penyusunan anggaran, sehingga rasa tanggung jawab pada perusahaan sangat besar.

2. Banyaknya saran, ide yang didapat dalam keterlibatan bawahan dalam penyusunan anggaran tersebut. 3. Bawahan akan mudah memahami tugas yang akan diberikan, karena terlibat dalam penyusunan anggaran tersebut. 2.2.1.7 Hubungan Anggaran Dengan Akuntansi Akuntansi bagi suatu perusahaan merupakan alat informasi agar orang mengerti dan mengetahui tentang keadaan perusahaan. Alat informasi akuntansi berupa laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan rugi-laba, laporan perubahan modal, laporan sumber dan penggunaan dana. Laporan keuangan tersebut merupakan suatu realisasi (aktual) yang akan diperbandingkan dengan anggaran (rencana). Agar dapat memperbandingkan antara realisasi dengan anggaran maka rekening-rekening yang dipergunakan dalam penyusunan akuntansi harus sama dengan rekening-rekening yang dipergunakan dalam penyusunan anggaran. Suatu anggaran harus mengikuti format laporan akuntansi yang berkaitan dengan operasi, input, output, dan posisi keuangan yang digunakan dalam perusahaan. Metode dan teknik yang diterapkan dalam akuntansi harus diterapkan juga dalam penyusunan anggaran. Dengan demikian seorang penyusun anggaran mutlak harus menguasai metode dan teknik akuntansi, terutama dalam penyusunan anggaran laporan laba rugi dan anggaran neraca. Penyusunan anggaran didasarkan pada data-data masa lalu yang sebagian besar dihasilkan oleh sistem akuntansi dan pengawasan yang menyangkut pengukuran hasil-hasil yang telah direalisir. Akibatnya untuk dapat menyelenggarakan perencanaan dan pengendalian laba perusahaan yang sehat

harus diselenggarakan sistem akuntansi pertanggungjawaban. Sistem akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem akuntansi yang dipola lebih dulu sesuai dengan tanggung jawab dari tiap bagian dalam organisasi. Perbandingan antara realisasi dengan anggaran tidak ada gunanya bila pengelompokan rekening harus dikembangkan menurut pusat-pusat pertanggung jawaban dan harus dilengkapi dengan perintah-perintah standar untuk penetapan beban dan pendapatan pada tiap jenis rekening. Menurut M. Nafarin (2008:12) anggaran memang berkaitan secara unik dengan sistem akuntansi perusahaan dalam hal-hal : 1. Komponen keuangan dari suatu anggaran yang umumnya disusun dalam suatu format akuntansi. 2 Anggaran perusahaan mempunyai kaitan erat dengan akuntansi manajemen, yaitu berupa akuntansi harga pokok standar, akuntansi harga pokok variabel. 3 Akuntansi keuangan mencatat transaksi waktu yang lalu, sedangkan anggaran perusahaan mencatat transaksi waktu yang akan datang. 4 Untuk memperbandingkan anggaran dengan realisasi diperlukan data yang dihasilkan oleh akuntansi keuangan. 5 Akuntansi keuangan memberikan input-input data historis yang relevan terutama untuk tujuan-tujuan analisis dalam pengembangan anggaran perusahaan. 2.1.3 Anggaran Kas 2.1.3.1 Pengertian Anggaran Kas Arthur J. Keown dkk., dalam Marcus Prihminto Widodo (2008:122) mengemukakan pengertian anggaran kas, adalah : Anggaran kas menggambarkan suatu rencana yang terperinci tentang arus kas masa depan dan terdiri dari empat unsure: penerimaan kas, pengeluaran kas, perubahan bersih dalam kas untuk suatu periode, dan kebutuhan dana yang baru.

Sedangkan M. Nafarin (2008:82) menyatakan anggaran kas dalam realisasinya disebut laporan arus kas atau laporan sumber dan belanja kas. Dalam anggaran kas terdapat istilah cash inflow dan cash outflow. M. Munandar (2001:311) mendefinisikan anggaran kas sebagai berikut : Anggaran kas adalah anggaran yang merencanakan secara lebih terperinci tentang jumlah kas beserta perubahan-perubahannya dari waktu ke waktu selama periode yang akan datang, baik perubahan yang berupa penerimaan kas maupun perubahan yang berupa pengeluaran kas. Selanjutnya Mundar (Munandar, 2001:311-312) menjelaskan budget kas mencakup dua sektor yaitu: (1) Sektor Penerimaan Kas, yang pada umumnya berasal dari: (a) Penjualan tunai Barang Jadi yang diproduksikan. (b) Penagihan Piutang. (c) Penjualan Aktiva Tetap (d) Penerimaan Lain-lain (Non-Operating), seperti misalnya penghasilan bunga, penghasilan sewa, penghasilan dividend, dan sebagainya. (2) Sektor Pengeluaran Kas, yang pada umumnya berupa pengeluaran untuk biaya-biaya, baik biaya-biaya utama (Operationg), maupun biaya-biaya bukan utama (Non-Operating), seperti, misalnya: (a) Pembelian tunai Bahan Mentah. (b) Pembayaran Utang. (c) Pembayaran Upah Tenaga Kerja Langsung. (d) Pembayaran Beaya Pabrik Tidak Langsung (e) Pembayaran Beaya Administrasi. (f) Pembayaran Beaya Penjualan (g) Pembelian Aktiva Tetap (h) Pembayaran Lain-lain (Non-Operating), seperti misalnya pembayaran Beaya Bunga, pembayaran Beaya Sewa, dan sebagainya. Dari pengertian di atas menjelaskan bahwa anggaran kas merupakan rencana yang disusun oleh manajemen tentang kas beserta perubahanperubahannya yaitu tentang kas masuk dan kas keluar yang direncanakan pada akhir periode tertentu.

Bagi manajer keuangan, anggaran kas memberikan kerangka untuk menilai dan mengendalikan penerimaan dan pengeluaran kas masa sekarang dan merupakan suatu tinjauan tentang pola arus kas yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Dalam usaha untuk mengendalikan penerimaan dan pengeluaran kas, jika anggaran kas menunjukan bahwa perusahaan membutuhkan tambahan biaya, manajer keuangan masih mempunyai cukup waktu untuk mengambil tindakan yang diperlukan dalam rangka mengatasi pembiayaan di masa yang akan datang. 2.1.2.2 Tujuan Penyusunan Anggaran Kas Tujuan penyusunan anggaran kas menurut Gleen A. Welsch, Ronald W. Hilton, dan Paul N. Gordon dalam Purwatiningsih dan Maudy Warouw (2003:378), antara lain untuk : 1. Memberikan taksiran posisi kas pada setiap akhir periode sebagai hasil dari operasi yang dijalankan. 2. Mengetahui kelebihan atau kekurangan kas pada waktunya. 3. Menentukan kebutuhan pembiayaan dan atau kelebihan kas menganggur untuk investasi. 4. Menyelaraskan kas dengan total modal kerja, pendapatan penjualan, biaya, investasi, hutang. 5. Menetapkan dasar yang sehat untuk pemantauan posisi kas secara terus menerus. Sementara menurut Maryono S. U dan D. Agus Harjito (2002:212) tujuan anggaran kas adalah : 1. Membuat taksiran posisi kas pada setiap akhir periode sebagai hasil dari kegiatan operasi perusahaan baik periode bulanan maupun tahunan. 2. Mengetahui adanya kelebihan atau kekurangan kas yang terjadi pada periode tertentu.

3. Merencanakan besarnya kas untuk menutup kekurangan atau defisit yang terjadi, yang dapat digunakan untuk melakukan investasi. 4. Menentukan besarnya kas untu pembayaran hutang dan kelebihan kas yang dapat digunakan untuk melakukan investasi. 5. Mengetahui waktu kapan suatu pinjaman atau kewajiban lainnya yang harus dibayar. Dengan demikian perencanaan anggaran kas akan menunjukkan : 1. Kebutuhan untuk membiayai kekurangan kas yang mungkin terjadi atau 2. Kebutuhan terhadap perencanaan investasi yaitu untuk menanamkan kelebihan uang pada penggunaan yang menguntungkan. 2.1.4.3 Manfaat Penyusunan Anggaran Kas Anggaran kas memiliki manfaat pokok antara lain sebagai pedoman kerja, sebagai alat pengkoordinasian kerja, dan sebagai alat pengawasan kerja atau dapat diuraikan lebih jelas menurut M. Munandar (2001:10), yaitu : a. Sebagai Pedoman Kerja Anggaran berfungsi sebagai pedoman kerja dan memberikan arah serta sekaligus memberikan target-target yang harus dicapai oleh kegiatan perusahaan di waktu yang akan datang. b. Sebagai Alat Pengkoordinasian Kerja Anggaran befungsi sebagai alat untuk pengkoordinasian kerja agar semua bagian-bagian yang terdapat di dalam perusahaan dapat saling menunjang, saling bekerja sama dengan baik untuk menuju sasaran yang telah ditetapkan. Dengan demikian kelancaran jalannya perusahaan akan lebih terjamin. c. Sebagai Alat Pengawasan Kerja Anggaran berfungsi pula sebagai tolok ukur, sebagai alat pembanding, untuk menilai (evaluasi) realisasi kegiatan perusahaan nanti. Dengan membandingkan antara apa yang terutang di dalam anggaran dengan apa yang dicapai oleh realisasi kerja perusahaan, dapatlah dinilai apakah perusahaan telah sukses bekerja ataukah kurang sukses bekerja. Dari perbandingan tersebut dapat pula diketahui sebab-sebab penyimpangan antara anggaran dan realisasinya, sehingga dapat pula diketahui kelemahan-kelemahan dan kekuatan-kekuatan yang dimiliki perusahaan. Hal ini akan dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan yang sangat berguna

untuk menyusun rencana-rencana (budget) selanjutnya secara lebih matang dan lebih akurat. Menurut Sofyan Syafri Harahap (2001:177) terdapat banyak manfaat yang diperoleh dari anggaran kas, yaitu : 1. Menilai kemampuan perusahaan menghasilkan, merencanakan, mengontrol arus kas keluar perusahaan yang lalu maupun proyeksi pada masa datang. 2. Menilai kemungkinan keadaan arus kas masuk dan keluar, arus kas bersih perusahaan, termasuk kemampuan membayar dividen di masa yang datang. 3. Mengajukan informasi bagi investor, kreditor, memproyeksikan return dari sumber kekayaan perusahaan. 4. Menilai perusahaan untuk memasukan kas ke perusahaan di masa yang akan datang. 5. Menilai alasan perbedaan antara laba bersih akuntansi dikaitkan dengan penerimaan dan pengeluaran kas. 6. Menilai pengaruh investasi baik kas maupun bukan kas dan transaksi lainnya terhadap posisi keuangan perusahaan selama satu periode tertentu. 7. Melihat kegiatan kas yang menonjol di dalam perusahaan. Dengan adanya anggaran kas juga perusahaan akan dapat mengetahui kapan perusahaan sedang mengalami defisit atau surplus kas sebagai akibat dari operasi perusahaan, mengetahui kelebihan atau kekurangan kas yang sedang terjadi pada kas perusahaan, mengetahui kemana seharusnya perusahaan mencari pinjaman jika memang perusahaan sedang membutuhkan dana, mengetahui tersedianya kas yang menganggur untuk investasi, dapat menetapkan dasar perkreditan yang sehat untuk penilaian posisi kas, mengetahui atau memperhitungkan serta memperkirakan Safety Cash Balance (SCB) yaitu jumlah minimal kas yang harus dipertahankan agar dapat memenuhi kewajiban finansialnya setiap saat. Safety Cash Balance ini dipengaruhi oleh faktor

perbandingan antara aliran kas masuk dan aliran kas keluar, penyimpangan aliran kas yang diperkirakan, dan adanya hubungan baik dengan bank. 2.1.4.4 Pengelompokan Anggaran Kas Menurut Gunawan Adi Saputro (2003:74-75) terdapat anggaran kas yang diperlukan oleh perusahaan yaitu : 1. Anggaran kas jangka pendek Merupakan alat operasional pengendalian sehari-hari (Tactical Short-term Plan) yang biasanya berupa rencana tahunan, oleh sebab itu anggaran kas jangka pendek sering disebut anggaran tahunan. 2. Anggaran kas jangka panjang Anggaran ini mempunyai jangka waktu lima tahun sampai sepuluh tahun. Bilamana menyusun rencana jangka panjang (Strategic Longterm Plan), maka jangka waktu anggaran kas jenis ini disesuaikan dari rencana tahapan jangka panjang tersebut. 2.1.4.5 Penyusunan Anggaran Kas Penyusunan anggaran kas menjadi tanggung jawab bagian keuangan perusahaan. Karena penyusunan anggaran kas berdasarkan pada anggarananggaran lain, maka bagian keuangan harus bekerja sama dengan manajermanajer lain. Penyusunan anggaran kas harus realistis dan harus ada keseimbangan antara tersedianya kas dengan kegiatan-kegiatan yang memerlukan kas. Perencanaan dan pengendalian cash inflow, cash outflow dan yang berkaitan dengan pembelanjaan adalah penting di dalam perusahaan. Penyusunan anggaran kas menurut M. Nafarin (2008:309) adalah sebgai berikut :

Penyusunan anggaran kas adalah cara yang efektif untuk merencanakan dan mengendalikan cash flow, taksiran kebutuhan kas, dan penggunaan kelebihan kas secara efektif. Tujuan utama penyusunan anggaran kas adalah merencanakan posisi likuiditas perusahaan sebagai dasar penentuan pinjaman atau investasi. Anggaran kas menunjukkan kebutuhan kas dalam jangka pendek yang merupakan bagian dari financial planning perusahaan. Periode anggaran kas umumnya disusun untuk jangka waktu satu tahun, yang dibagi dalam interval setiap bulanan, kwartalan dan enam bulanan. Pada dasarnya anggaran kas dapat dibedakan dalam dua bagian, yaitu estimasi penerimaan kas dan estimasi pengeluaran kas. 2.1.4.6 Tahap-tahap Penyusunan Anggaran Kas Menurut Bambang Riyanto (2001:97) penyusunan anggaran kas biasanya dilakukan beberapa tahap yaitu : 1. Menyusun estimasi penerimaan dan pengeluaran menurut rencana operasi perusahaan. Transaksi-transaksi pada tahap ini merupakan transaksi operasi (operating transaction). Pada tahap ini diketahui adanya defisit atau surplus karena rencana operasinya perusahaan. 2. Menyusun perkiraan atau estimasi kebutuhan dana atau kredit dari bank atau sumber-sumber dana lainnya yang diperlukan untuk menutup defisit kas karena rencana operasi perusahaan. Juga disusun estimasi pembayaran bunga kredit beserta waktu pembayarannya kembali. Transaksi-transaksi disini merupakan transaksi finansial (financial transaction) 3. Menyusun kembali estimasi keseluruhan penerimaan dan pengeluaran setelah adanya transaksi finansial, dan budget kas yang final ini merupakan gabungan dari transaksi operasi dan transaksi finansial yang menggambarkan estimasi penerimaan dan pengeluaran kas keseluruhan.

2.1.4.7 Pendekatan Penyusunan Anggaran Kas Ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam menyusun anggaran kas menurut M. Nafarin (2008:312), yaitu : 1. Pendekatan penerimaan dan pengeluaran kas (cash receipt and disbursement approach) : Sumber-sumber penerimaan kas muncul dari transaksi seperti penjualan tunai,pengumpulan piutang dagang dan piutang wesel, bunga yang diterima dari investasi, penjualan aktiva tetap, dan penghasilan lain-lain. Pengeluaran kas muncul dari berbagai pembayaran tunai, misalnya pembelian bahan baku, upah tenaga kerja langsung, biaya-biaya tunai, misalnya pembelian aktiva tetap untuk periode yang bersangkutan, pajak, dan pembayaran dividen. Pada pendekatan ini, semua pos yang bersifat accrual harus dijabarkan terlebih dahulu ke dalam cash basis. Pandekatan ini mudah digunakan jika perusahaan telah membuat rencana laba komprehensif, karena semua data telah tersedia secara terinci. Pendekatan ini berguna untuk menyusun anggaran aliran kas jangka pendek.. 2. Pendekatan akuntansi keuangan (financial accounting approach/income statement approach). Pendekatan akuntansi keuangan banyak digunakan oleh perusahaan terutama untuk penyusunan anggaran kas jangka panjang. Pendekatan ini tidak memerlukan data yang terlalu rinci. Pada pendekatan ini, penyusunan aliran kas mulai dari laporan rugi laba, kemudian laporan tersebut disesuaikan dengan cara mengubah dari accrual basis menjadi cash basis. 2.1.4.8 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyusunan Anggaran Kas Agar suatu anggaran dapat berfungsi dengan baik, maka taksiran-taksiran yang termuat di dalamnya harus cukup akurat, sehingga tidak jauh berbeda dengan realisasinya nanti. Untuk bisa melakukan penaksiran secara lebih akurat, diperlukan data, informasi dan pengalaman yang merupakan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan di dalam menyusun anggaran kas.

Menurut pendapat Munandar (2001:54) terdapat faktor-faktor yang harus diperhatikan di dalam menyusun anggaran kas yaitu sebagai berikut : 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan kas adalah sebagai berikut : a. Budget penjualan b. Keadaan pesaing di pasar c. Posisi perusahaan dalam persaingan d. Syarat pembayaran e. Kebijaksanaan perusahaan dalam penagihan piutang f. Budget perubahan aktiva tetap g. Rencana-rencana perusahaan tentang penerimaan-penerimaan kas dari sumber lain-lain (non operating) 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran kas antara lain : a. Budget pembelian bahan mentah b. Keadaan persaingan para supplier bahan mentah di pasar c. Posisi perusahaan terhadap pihak supplier bahan mentah d. Syarat pembayaran (term of payment) yang ditawarkan oleh supplier bahan mentah e. Budget upah tenaga kerja langsung f. Budget biaya pabrik tidak langsung g. Budget biaya administrasi h. Budget perusahaan aktiva tetap i. Rencana-rencana perusahaan tentang pengeluaran-pengeluaran kas untuk keperluan lain-lain. 2.1.4.9 Hubungan Anggaran Kas Dengan Anggaran Lain Dalam menyusun anggaran kas tidak terlepas dari hubungannya dengan penyusunan anggaran perusahaan lainnya, ini berarti bahwa dalam suatu perusahaan terdapat hubungan timbal balik antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya. Menurut James D. Wilson dan John B. Campbell dalam Tjintjin Fenix Tjendera (1996:402) hubungan anggaran kas dengan anggaran lain adalah : Penyusunan anggaran kas pada umumnya bergantung pada anggaran lain, yaitu anggaran penjualan, laporan perhitungan laba rugi yang ditaksirkan, berbagai anggaran operasi dan rencana strategis jangka panjang. Sebenarnya