AYO BERMUSIK (gamelan)

dokumen-dokumen yang mirip
: Ainul Khilmiah, Ella yuliatik, Anis Citra Murti, Majid Muhammad Ardi SMART?: SEBUAH TAFSIR SOLUSI IDIOT ATAS PENGGUNAAN TEKNOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan kesenian yang terjadi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu media yang tidak dapat dipisahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang ditengah-tengah kehidupan manusia, karena pada dasarnya seni

Petunjuk Teknis Pelaksanaan AKSARA 2017

BAB I PENDAHULUAN. seni juga mengalami perkembangan. Seni bahkan menyatu dengan kemajuankemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pertama ini akan diuraikan secara berturut-turut : (1) latar

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN. Pupuh Balakbak Raehan merupakan salah satu pupuh yang terdapat dalam

Teknik dan Kriteria Evaluasi Pendidikan Seni Tari Dewi Karyati dan Maman Tocharman

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya pembelajaran merupakan upaya yang diberikan untuk

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya)

BAB III LAPORAN PELAKSANAAN TUGAS AKHIR MUSIK GEREJA

BAB I PENDAHULUAN. tinggal masing-masing dengan kondisi yang berbeda. Manusia yang tinggal di

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dapat diungkapkan secara lisan maupun tulisan. Penggunaan

Proposal Bisnis untuk Investor

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras

BAB I PENDAHULUN. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang terpadu dan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP)

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan atas rumusan masalah

2015 MUSIK IRINGAN TARI TEPULOUT DISANGGAR SENI KITE SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pendukung berupa gagasan, sifat dan warna bunyi. Kendati demikian, dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Suatu keluarga itu dapat berbeda dari keluarga yang

BAB V KESIMPULAN. Adaptasi dalam Jêmblungan berdampak pada perubahan. garap pertunjukannya sebagai media hiburan. Adalah ngringkês

PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan suatu lembaga. Pendidikan khusus yang mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (PPM)

BAB I PENDAHULUAN. didik (siswa), materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan lain

FESTIVAL SENI RELIGIUS DAN KERAKYATAN PROGRAM PENGELOLAAN KERAGAMAN BUDAYA TAHUN 2013 TATA TERTIB PESERTA FESTIVAL SENI RELIGIUS DAN KERAKYATAN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu tolak ukur bagi kehidupan suatu bangsa. Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. 1 Alkitab merupakan Kitab Suci Agama Kristen

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari penilitian skripsi yang berjudul Kesenian Tradisional Mak Yong di

53. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB A)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kreativitas merupakan satu proses pemikiran yang memunculkan

Pagelaran Wayang Ringkas

Pendidikan Musik di Sekolah Dasar (Menuju Implementasi Kurikulum 2013)

1) Nilai Religius. Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah bagian dari budaya serta merupakan sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor hakiki yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.

BAB IV ANALISIS METODE PEMBELAJARAN BACA TULIS AL QUR AN. (BTQ) PADA SISWA KELAS III MI Al FUTUHIYYAH SUMURKIDANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Vita Rosmiati, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

: Mizha zhulqurnain NIM : Jurusan : S1.SI.M

GAGAS TEMA DAN LANGKAH PENULISAN ARTIKEL JURNAL OLEH: HERMANTO SP

BAB V KESIMPULAN. Campursari karya Manthous dapat hidup menjadi musik. industri karena adanya kreativitas dari Manthous sebagai pencipta

BAB I PENDAHULUAN. tujuan dari pembinaan kesiswaan Pasal 1 (a) Mengembangkan potensi siswa

SILABUS PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang dituangkan melalui instrumen atau suara dengan unsur dasar melodi,

1. Bagaimana radio Gema Surya FM berupaya melestarikan kesenian Jawa. 2. Apa tujuan dari program acara kesenian jawa di RGS?

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

STIKOM SURABAYA BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Banyaknya masyarakat miskin di Indonesia menjadikan Indonesia negara

BAB I PENDAHULUAN. Peranan seni budaya sangat penting dan perlu penanganan yang mendalam didunia

BAB I PENDAHULUAN. yang mendengarkan alunan musik selalu menggerak-gerakan anggota. Tuhan yang diberikan kepada seluruh manusia tanpa membedakan jenis

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Judul Perancangan 2. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan lemahnya kreativitas siswa dalam proses pembelajaran Seni Tari

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada zaman modern ini perkembangan industri musik sangat pesat, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu pundi pokok untuk mencapai cita-cita suatu bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB IV PENUTUP. dijadikan jawaban atas pertanyaan peneliti yang diajukan diawal tentang

Teknis Penulisan Karya Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. film merupakan media massa yang digemari oleh masyarakat di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bali memiliki daya tarik yang kuat dalam dunia pariwisata, baik dinikmati

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

(Penggalan frase 1, frase 2 dan frase 3 pada bagian A)

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibentuk. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Taman Kanak-Kanak adalah pendidikan anak usia dini jalur formal

Seleksi Siswa Berprestasi Seni

BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang menuju masa depan dengan nilai-nilai, visi, misi dan strategi

TINGKAT KABUPATEN/KOTA BANTEN 2015

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Deskriptif adalah prosedur

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

INDIKATOR ESENSIAL Menjelaskan karakteristik peserta. didik yang berkaitan dengan aspek fisik,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai suara kedalam pola-pola yang dapat dimengerti dan dipahami

2015 PEMBELAJARAN TARI KREASI UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII DI SMPN 45 BANDUNG

Festival Paduan Suara Bersama Sekolah Musik Cantata

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS PROSES SIARAN DAKWAH DI RRI (RADIO REPUBLIK INDONESIA) PRO 2 SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dari generasi ke generasi yang semakin modern ini

KIAT SUKSES BERBISNIS

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP 2 )

BAB I PENDAHULUAN. Kemasan Sisingaan Pada Grup Setia Wargi Muda Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

GURU BAHASA INDONESIA, GURU SASTRA ATAU SASTRAWAN

Rentang perhatian pada anak pra-sekolah sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. memberikan teladan terhadap guru SD Negeri 71/1 Kembang Seri Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk

BAB IV ANALISIS PERAN LEMBAGA KURSUS PENDIDIKAN (LKP) BINA MULIA BATANG DALAM MENUMBUHKAN KETERAMPILAN DASAR CALISTUNG PADA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

AYO BERMUSIK (gamelan) I. MUSIK SEBAGAI MEDIUM BANTU DAN MUSIK MANDIRI. Musik sebagai medium bantu yang dimaksudkan adalah sebuah karya musik yang disajikan untuk mendukung seni yang lain. Misalnya iringan tari, ludruk, wayang, sinetron dan lain sebagainya. Fungsi musik di sini adalah memberikan kekuatan pada seni yang lain. Misalnya pada sebuah karya tari dikatakan bahwa medium pokok dari pada tari adalah gerak. Namun secara umum sebuah karya tari didukung oleh musik, lighting, rias, busana dan lain sebagainya. Sehingga dapat dikatakan bahwa musik, lighting, rias dan busana itu identik sebagai medium bantu, sedangkan medium pokoknya adalah tari itu sendiri. Mengingat fungsinya sebagai medium bantu maka musik dalam proses penciptaannya harus memperhatikan kebutuhan akan tarinya. Musik tidak sepantasnya berbuat semaunya sendiri tanpa memperhatikan kebutuhan tari. Karya musik sebagai medium bantu dalam proses penciptaannya di samping harus memperhatikan akan kebutuhan medium pokoknya, seorang komponis juga harus memperhatikan kebutuhan musik itu sendiri. Artinya kepentingan-kepentingan berolah musik atau aturan-aturan dasar yang ada pada musik tidak boleh ditinggalkan begitu saja. Seorang komponis semestinya diberikan kebebasan pula dalam menginterpretasikan kebutuhan berolah musik. Ia tidak sepantasnya meninggalkan begitu saja kaidah-kaidah yang ada pada musik, walaupun pada kenyataannya tidak menutup kemungkinan sedikit banyak seorang komponis harus meninggalkan kaidah dimaksud. Hal ini biasanya berlangsung dengan mengingat kepentingan yang lebih besar, yaitu kebutuhan unsur seni yang lain sebagai medium pokoknya. Sedangkan yang dimaksud dengan musik mandiri adalah sebuah musik yang disajikan dengan tanpa diikat oleh kebutuhan seni yang lain. Artinya karya musik itu memiliki kebebasan dengan kemandiriannya. Kebebasan yang dimiliki ini memberikan arah pada kebebasan berkarya musik yang tidak tergantung pada seni yang lain. Musik itu diciptakan hanya memperhatikan kebutuhan musik dan Arek SMKN 11 Panji, Situbondo belajar nuthuk gamelan foto: Sab, 24-6-2012 kaidah-kaidah yang ada pada musik itu sendiri. 1

II. KEBERANIAN SEBAGAI WUJUD KEPEDULIAN. Kepedulian dimaksud adalah kepedulian yang diungkapkan lewat keberanian berbuat, namun setidaknya disertai pula dengan sebuah tanggung jawab. Memang berbicara tampaknya lebih mudah, apalagi memerintah untuk berbuat. Biasanya yang lebih berat adalah melaksanakan perintah yang harus disertai sebuah pertanggungjawaban. Dari ungkapan di atas setidaknya saya berharap dan mengajak kita semua untuk berani berbuat, terutama dalam dunia musik berani menciptakan karya musik tanpa adanya rasa keragu-raguan, walaupun pada kenyataannya kita banyak dihadapkan pada banyak permasalahan/faktor di dalam bertindak. Beberapa contoh permasalahan yang mempengaruhi kita di dalam berbuat, antara lain : Kemampuan, Kesempatan, Sarana dan prasarana, Pendanaan, Pengalaman, Keberanian, dan lain sebagainya. 1. Kemampuan. Biasanya kita dibenturkan oleh keragu-raguan akan kemampuan yang kita miliki. Sejauh mana kemampuan yang harus kita miliki?. Dari pertanyaan ini, jawabannya adalah relatif. Siapa yang menentukan bahwa kita sudah mampu atau belum. Kita sewajarnya harus percaya diri, optimis akan kemampuan kita. Selama ada kemauan dan keberanian, kita pasti dapat menghasilkan dan yang terpenting janganlah kita terfokus pada hasil yang diperoleh dalam kategori sempurna. Tak ada karya seni (musik) yang hasilnya sempurna. Yang menjadi permasalahan adalah kita selalu terbayangbayang akan bisa tidaknya kita berbuat, biasanya dihantui oleh kemampuan diri sendiri, hasil yang minim, sarana dan prasarana dan lain-lain. Kondisi ini sangatlah membunuh kita untuk melangkah. Seyogyanyalah kita hapus segala bayang-bayang itu, yang terpenting kita punya modal kemauan yang tinggi. 2. Kesempatan. Alasan klasik bagi diri kita apabila hendak berkarya musik terdapat kendala kesempatan yang tak kunjung tiba. Dan yang lebih parah, tak memiliki waktu yang cukup untuk berpikir ke arah sana, mengingat kesibukan tugas kesehariannya. Jika sudah tidak berbicara akan berkarya musik sebagai salah tugas yang harus diembannya sesuai dengan naluri yang ada pada dirinya, maka sudah tidak perlu ada pembahasan lagi. Akan tetapi bila dilubuk hatinya masih tersirat sebuah keinginan berbuat karya musik, maka waktu yang ada pasti dapat kita manfaatkan. Kita harus bisa membiasakan diri dengan kesempatan atau waktu yang sempit untuk dapat berbuat dan melangkah. Situasi dan kondisi yang lebih tentunya akan dapat kita manfaatkan dengan kapasitas yang lebih, dengan konsentrasi serius diharapkan hasilnya lebih pula. 3. Sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana musik sudah lazim dikategorikan kelompok sarana yang membutuhkan biaya besar. Logiskah jika tidak tersedianya kebutuhan sarana dan prasarana akan membunuh upaya kita berkarya musik. Akan tetapi semua permasalahan pasti terdapat solusi pemecahannya, 2

terkecuali permasalahan itu bersifat tak dapat terwakilkan, misalnya kita butuh gitar untuk mengiringi sebuah karya lagu, kita tak dapat membeli karena tak ada dana dan sewa/pinjam tak dapat terlampaui, maka kita batal untuk berkarya. Tetapi perlu kita tengok kembali, apakah gitar pada kesempatan itu menjadi sarana wajib (mutlak), apakah tak dapat terwakilkan oleh alat musik yang lain. Tampaknya perlu kita tinjau kembali akan kepentingan, tujuan dan motifasi kekaryaan. Dan untuk berikutnya alangkah lebih mulyanya bila upaya kekaryaan itu tidak pupus hanya karena sarana dan prasarana yang ada. Dengan kata lain kita mestinya harus mampu berkarya musik tanpa harus tersedianya sarana yang memadai, artinya kita ditantang untuk berbuat karya musik dengan sarana dan prasarana yang ada (terbatas). 4. Pendanaan. Sangat wajar bahwa segala perbuatan dan tindakan pasti diperlukan pendanaan yang cukup. Kita merasa bahagia bila segala kebutuhan yang terkait dengan dana bisa tercukupi, apalagi dapat terealisasi dengan jumlah yang lebih. Kita tidak perlu munafik, bahwa sebenarnya dana akan mempengaruhi segalanya. Baik itu untuk menopang sarana dan prasarana maupun yang lainnya. Pada kesempatan ini saya mengajak pada kita semua, dengan kesadaran tinggi dengan jiwa mulia serta semangat yang membara kondisi dan situasi dana yang dapat dikatakan kurang dari cukup tidak terlalu menjadi hambatan dalam mempengaruhi upaya berkarya musik, apalagi membatalkan upaya berkarya. Tentu saja tidak mengorbankan segala-galanya, artinya kita coba mencarikan solusi terbaik agar tidak menjadikan pupusnya kekaryaan. Bukan hal yang munafik jika dikatakan bahwa dana sangatlah diperlukan dalam menghasilkan sebuah karya yang handal. 5. Pengalaman. Suatu saat saya menunjuk seseorang untuk berkarya musik, sering saya terima jawaban penolakan dengan alasan belum berpengalaman. Rasa ketakutan akan hasil yang dicapai, apa yang harus diperbuat dan lain sebagainya menjadikan sebuah kendala bagi mereka. Mereka tidak sadar bahwa sebuah pengalaman akan lebih menguntungkan dalam perjalanan tugas yang diemban seseorang. Apalagi pengalaman dimaksud disertai perbendaharaan yang lebih luas. Seseorang yang memiliki pengalaman yang luas dan perbendaharaan yang banyak akan lebih mudah mensosialisasikan sebuah tindakan berikutnya. Pernyataan ini bisa diterima, namun pengalaman itu tidak datang dengan sendirinya. Tidak akan pernah dijumpai suatu masalah apabila kita tak pernah mencobanya. Maka pada kesempatan ini, saya mengajak untuk mencoba, mencoba dan mencoba. Jangan ragu akan hasil, dan jangan takut tidak berhasil. Percayalah pada kemampuan saat ini. 6. Keberanian. Dalam kondisi apapun keberanian adalah sebuah tuntutan mutlak. Tentu saja dengan disertai sebuah kemauan dan tanggung jawab. Seseorang yang tidak berani perlu diantar oleh orang lain, namun sebelumnya perlu diantar terlebih dahulu oleh dirinya sendiri. Apa itu?. Kemauan!. 3

Dengan dorongan sebuah kemauan, keberanian itu dapat muncul sekaligus akan membentuk motifasi percaya diri yang tinggi. III. ACUAN DASAR Jika kita perhatikan tentang kedua permasalahan fungsi musik sebagai medium bantu dan musik mandiri maka kedua permasalahan itu akan tampak menunjukkan perbedaan yang mendasar pada saat proses berkarya musik. Karena proses karya musik sebagai medium bantu harus terlebih dahulu memperhatikan kebutuhan seni yang lain sebagai medium pokoknya. Sedangkan pada musik mandiri hanya tergantung pada kebutuhan musik itu sendiri. Untuk melaksanakan proses keduanya dipengaruhi pula oleh latar belakang dan kemampuan berpikir senimannya. Permasalahan latar belakang seorang seniman akan mempengaruhi pula kinerjanya dalam berkarya musik. Termasuk di dalamnya kemam puan berpikir kreatif. Kemampuan berpikir kreatif seorang pencipta akan mengantarkan perbedaan arah yang harus diambil atau langkah-langkah yang harus ditempuh dalam berkarya musik. Termasuk didalamnya adalah hasil sebuah pengalaman yang juga Arek SMKN 11 Panji, Situbondo gerak dan vokal foto: Sab, 24-6-2012 akan menunjukkan langkah yang berbeda. Oleh karenanya seniman yang satu dengan yang lain dimungkinkan memiliki tehnik/cara yang berbeda dalam proses berkarya musik. Seniman yang berprestasi layak kita gunakan untuk kajian/perbendaharaan baik tentang langkah-langkah kekaryaannya maupun hasil yang dicapai. Namun jika kita hanya konsentrasi pada permasalahan latar belakang, pikir kreatif dan adanya unsur pengalaman seseorang, maka akan menjadikan sebuah bumerang bagi diri kita sendiri. Kondisi demikian ini akan membingungkan seorang komponis dalam menciptakan karya musik, terutama sekali bagi komponis pemula. Mereka sulit mendapatkan pijakan berpikir untuk memulai upayanya berbuat dalam menghasilkan karya musik. Dan memang tampaknya sangatlah sulit jika kita perhatikan permasalahan latar belakang, pengalaman dan kemampuan berpikir kreatif seseorang untuk dikemas dijadikan dasar pijakan langkah-langkah yang harus ditempuh seorang komponis lain dalam berkarya musik. Apalagi pada permasalahan yang lebih spesifik. Permasalahan kemampuan berpikir kreatif hendaknya tidak ditunggu kedatangannya, melainkan dilakukan dengan perbuatan. Dari sebuah perbuatan, lambat laun akan dijumpai faktor-faktor atau permasalahan menuju kreatif. Tanpa berbuat akan tertutup peluang menuju kreatif. Kondisi ini biasanya tidak disadari oleh seseorang, walaupun pada dasarnya sifat kreatif itu sudah dimiliki oleh seseorang dengan kapasitas yang berbeda. Kreatif bisa dihadirkan melalui berbagi tindakan atau perbuatan. Dari perbuatan itu akan memunculkan pengalaman. Dari pengalaman akan hadir sebuah tindakan ulang menuju sebuah hasil yang lebih baik. 4

Berbuat, mengulang dan selalu menghasilkan sebuah karya merupakan persoalan menuju kreatif. Persoalan ini saya ketengahkan mengingat pentingnya kreativitas dalam dunia musik, seperti diketengahkan oleh Dieter Mack dalam makalah seminarnya Prambanan, 1995: Di Indonesipun komposisi dianggap unsur penting dalam rangka pendidikan musik. Pada buku, Pendidikan Kesenian I (Musik), untuk guru kelas (PGSD) dapat kita baca: Kreativitas murid dalam pelajaran musik ialah kegiatan penyusunan kembali unsur-unsur musik yang telah dikuasai anak kegiatan komponis ialah pengalaman membuat lagu yang berhubungan dengan perencanaan penyusunan unsur-unsur musik menjadi suatu bentuk lagu tertentu,... (Anak-Anak Sebagai Kehidupan Karawitan Masa Depan, Permasalahan komposisi untuk anak-anak) Sebagai gambaran awal pada kesempatan ini saya mengajak kita semua untuk bicara tentang dasar-dasar pijakan yang akan ditempuh seorang komponis dalam berkarya musik. Sasaran yang hendak dicapai sebagai acuan dasar berpikir bagaimana kita berolah musik, dengan menitikberatkan pada permasalahan langkahlangkah yang sebaiknya diambil oleh seorang komponis di dalam menghasilkan sebuah karya musik. Dari pengalaman saya selama ini khususnya dalam dunia musik tradisi Karawitan, dapat saya ketengahkan acuan dasar berkarya musik sebagai berikut di bawah ini. Uraian disajikan dengan pengelompokan frase-frase, dan acuan dasar ini hanyalah sebagai gambaran sekilas suatu upaya seorang komponis dan hanyalah sebagai salah satu perbendaharaan di dalam melakukan proses kerja berkarya musik. Upaya dimaksud antara lain: 1. Menentukan ide garap kekaryaan. Di dalam menentukan ide garap kekaryaan perlu diperjelas terlebih dahulu untuk apa karya di maksud, misalnya dalam rangka festival atau lomba, maka karya musik itu sebaiknya harus berpijak pada juklak dari panitia penyelenggara. Dan jika disajikan dalam even penawaran atau pertunjukan mandiri dan lain sebagainya yang memiliki kebebasan berkarya, maka kita tuangkan sesuai dengan ide garap yang tidak terkait dengan permasalahan yang lain. Dalam menentukan ide garap kekaryaan perlu dimunculkan permasalahan apa yang akan diangkat, termasuk di dalamnya memikirkan corak/warna musik apa yang dimunculkan, motif apa yang dihadirkan dan dimungkinkan adanya permasalahan yang lebih spesifik misalnya tentang ide musikal, dan lain sebagainya. Untuk karya musik sebagai medium bantu seni yang lain, perlu diperjelas terlebih dahulu akan kebutuhan seni yang didukung. Misalnya kebutuhan suasana, karakter, motif kekaryaan dan lain sebagainya. Baru kemudian komponis berangkat ke permasalahan musik itu sendiri dengan kaidah-kaidah yang dimiliki. 2. Menentukan tema dan judul kekaryaan. Tema kekaryaan biasanya dimunculkan bersamaan, mendahului atau setelah ditentukannya ide garap kekaryaan. Namun demikian yang terpenting 5

tema dimaksud hendaknya jelas dan tidak terlalu melebar. Hal ini dimaksudkan agar memiliki wacana/isi yang lebih spesifik dan lebih mengena sasaran. Tema dimaksud sebenarnya masuk dalam kategori ide, karena dengan ide sekaligus akan muncul permasalahan tema yang akan diusung. Sedangkan untuk membuat judul masih ada kebebasan dalam menuangkannya. Namun demikian dari judul yang ada diharapkan sedikit banyak sudah mewadahi tema atau ide garap kekaryaan. Sebaiknya dalam menentukan judul lebih mengarah pada permasalahan padat dan berisi, mudah dihafal, tidak berbelit-belit, mudah dimengerti berdasar pada kaidah kebahasan. 3. Memperkirakan durasi yang dibutuhkan. Sebuah sajian seni pertunjukan secara totalitas biasanya berdurasi lebih kurang satu jam (60 menit). Sebenarnya tidak ada batasan, namun lebih dari durasi dimaksud dikhawatirkan membuat jenuh penonton dan akhirnya karya seni tersebut kurang dapat dinikmati. Perkiraan durasi yang dibutuhkan dalam berkarya sebuah karya seni tergantung dari bentuk sajian yang akan diolah. Misalnya karya tari lepas, drama tari, ludruk atau yang lainnya. Tari lepas misalnya, biasanya durasi hanya berkisar antara 5-10 menit, ludruk dengan kemasan pada satu jam dan sebagainya. Ketika kita mengikuti sebuah even, misalnya festival tentu saja durasi yang dibutuhkan mengikuti juklak panitia penyelenggara. Dengan batasan durasi yang ada, dimungkinkan adanya pemikiran di dalam mengemas sajian yang tidak membosankan utamanya tentang persoalan desain dramatis yang menguntungkan. Panjang pendeknya durasi yang akan digunakan tentu saja membuat perbedaan strategi/tehnik garap sajiannya. Utamanya tentang pengemasan desain dramatis kekaryaan dimaksud. 4. Memilih orkestrasi/alat musik yang dibutuhkan. Pemilihan orkestrasi/alat musik dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan alat musik yang dapat mewadahi ide garap, termasuk di dalamnya menentukan warna-warna bunyi. Kita pergunakan seluruh ricikan gamelan yang ada, atau sebagian. Dari langkah ini dimungkinkan perlu adanya tehnik garap secara khusus untuk menghasilkan warna suara tertentu pula. Pemilihan orkestrasi dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai faktor lain, misalnya berapa jumlah pemusiknya; bagaimana kemampuan pemusiknya; dan yang terpenting sesuai ide garap. 5. Menentukan tehnik garap secara umum. Sudah selayaknya kita memperkirakan tehnik garap yang akan kita perbuat, misalnya secara umum kita menggunakan tehnik garap karawitan gaya Jawatimuran, atau Surakarta atau campuran dan lain-lain. Termasuk kita perlu berpikir untuk menentukan motif garapnya. Dalam hal ini perlu dilakukan pengumpulan materi yang biasanya dibedakan berdasarkan garap suasana. Dari materi yang sudah ada dipikirkan garap tehniknya termasuk dengan pengolahan materi ataupun dengan memunculkan materi yang baru. Ketika proses berlangsung dimungkinkan akan muncul berbagai tehnik sebagai pengembangan dari tehnik garap yang lebih spesifik lagi. 6

6. Mengatur proses latihan. Pengaturan proses latihan diperlukan pemikiran yang lebih jernih, termasuk di dalamnya menentukan waktu atau jadwal latihan dengan mempertimbangkan keberadaan pendukung/penyaji. Latar belakang, karakter, kesibukan dan faktor-faktor lain yang menyelimuti keberadaan pendukung sangat perlu diperhatikan dalam mengatur jadwal latihan. Sejauh mana kemampuan komponis dapat mengantisipasi kondisi proses latihan agar bisa berjalan lancar menjadikan permasalahan yang secara tidak langsung menentukan berhasil tidaknya subuah karya di maksud. 7. Pengambilan keputusan yang tegas. Seorang komponis dituntut secara tegas dalam pengambilan keputusan yang terkait baik tentang tuntutan materi atau unsur-unsur lain yang terkait dengan kebutuhan materi. Misalnya kebutuhan sarana dan pra sarana yang kurang mewadahi, maka seorang komponis hendaknya dapat mengambil sikap. Sikap dimaksud menunjukkan suatu keputusan dengan tidak terlalu mengorbankan kebutuhan materi. Sejauh mana komponis dapat menuangkan ide garap dengan mempertimbangkan sarana dan pra sarana yang ada tanpa mengorbankan semangat berkarya, dan konsep dari ide garap yang ada. Boleh jadi perlu adanya perubahan ide garap kekaryaan. Termasuk didalamnya dengan memperhatikan kemampuan dan jumlah pendukung yang ada. Kiranya tak sepatutnya komponis terlalu memaksakan kehendak akan kemampuan pendukung dan jumlah yang ada. Sebab dimungkinkan dengan pemaksaan kehendak akan membawa dampak negatif dari sasaran yang hendak dicapai. Sehingga dirasakan lebih menguntungkan apabila komponis bisa mengalihkan permasalahan dengan tetap tidak mengorbankan materi yang hendak dicapai. 8. Merancang desain dramatis. Karya musik dengan durasi yang cukup panjang, biasanya diperlukan pula pengaturan alur dalam sajiannya. Misalnya alur suasana yang terkait dengan pola garap dari masing-masing frase. Hal ini semata-mata mengarah pada permasalahan agar sajian dimaksud tidak membosankan (lihat poin 3). Dalam upayanya menuju sukses, seorang komponis juga tak boleh melepaskan begitu saja permasalahan sound system dan kebutuhan lain yang tak kalah pentingnya dengan proses kerja dari materinya. Baik pada musik iringan maupun musik mandiri. Pada karya musik mandiri yang terkait dengan unsur seni pertunjukkan, hendaknya dipikirkan pula beberapa permasalahan antara lain: - diperlukan pemahaman materi untuk mengekspresikan lewat gerak dan ekspresi wajah penyajinya. - lighting, rias dan busana pendukungnya/penyajinya. - dimungkinkan diperlukan staf produksi untuk suksesnya sebuah pergelaran, dan lain sebagainya. 7

IV. PENUTUP : 1. Acuan dasar yang saya ketengahkan tersebut di atas merupakan acuan dasar berkarya musik. Frase-frase yang ada bukanlah berupa urut-urutan yang harus dilakukan oleh seorang komponis, melainkan dapat berubah-ubah berdasarkan kebutuhan, situasi dan kondisi. Bahkan dimungkinkan ada bagian-bagian/frase-frasenya yang tidak dibutuhkan sehingga bisa dikesampingkan. Masing-masing frase tersebut di atas dapat pula dilakukan bersamaan, saling mengisi atau sebaliknya. Oleh karenanya langkah yang diambil oleh komponis satu dengan komponis yang lain pasti memiliki perbedaan. Dan tak kalah pentingnya, saya menghimbau pada calon-calon komponis yang ada untuk berbuat dengan memunculkan karya-karya musik sebanyak mungkin. Modal yang paling hakiki adalah : KEBERANIAN, KEMAUAN DAN KESERIUSAN. Arek-arek cilik nuthuk gamelan Banyuwangi 2. HARAPAN. Ulasan tersebut di atas memang sengaja disajikan dalam kapasitas sempit, terbatas dan semestinya perlu lebih akurat. Saya sadar bahwa secara global permasalahan di atas akan didapatkan hasil yang mendasar pula, paling tidak sebuah keberanian berbuat dengan lebih terfokus berani berkarya musik dalam kondisi siap menghadapi segala kendala yang ada. Akhirnya ada harapan yang perlu saya ketengahkan antara lain: Kita harus sadar bahwa tidak selamanya kita hanya menerima materi yang sudah ada. Coba kita tengok pola-pola pembinaan/pelatihan yang kita terima selama ini. Kecenderungan kita diajak menghafalkan pola-pola yang sudah ada, tanpa disertai langkah-langkah/cara untuk menghasilkan sesuatu. Kecenderungan upaya pembinaan itu lebih mengarah pada 8

pencetakan konsumen-konsumen dan bukan mencetak produsen. Walaupun kita sadar bahwa upaya tersebut di atas masih kita perlukan juga. Keberanian akan mengantarkan suatu keberhasilan. Artinya dalam jangka pendek/panjang dengan disertai ketekunan, akan didapat hasil yang diharapkan. Marilah kita berbuat, berkarya dengan meminimaliskan keterbatasan yang ada. Pusatkan pikiran pada sebuah strategi untuk mengatasi kendala yang ada. Dengan keberanian kita berbuat/berkarya musik akan menunjukan sebuah kepedulian kita terhadap dunia musik. Cak Sabar 9