MOTIVASI DAN KINERJA. Jurica Lucyanda ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
MOTIVASI & KINERJA. Handout Psikologi Industri (Online Class-1 Kelas 12) ADE HERYANA, S.SIT, M.KM. UNIVERSITAS ESA UNGGUL Jakarta Barat

BAB I PENDAHULUAN. Pada era kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini, faktor

Peranan & Fungsi Motivasi Kerja

Adalah proses yang menghasilkan intensitas, arah dan ketekunan individu dalam usaha untuk mencapai tujuan.

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL. Silfi Lestari Wijaya Mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomi UNISMA

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA KERJA THE IMPACT OF BUDGET PARTICIPATION TO JOB PERFORMANCE

PENGARUH KEADILAN TERHADAP KINERJA ANGGARAN DENGAN KEPUASAN ANGGARAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING. Yoshi Levina 1. Ranto P Sihombing 2.

Jurnal Analisis, Juni 2016, Vol. 5 No. 1 : ISSN X

BAB 6. Kesimpulan dan Saran

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam era globalisasi saat ini persaingan dalam berbagai bidang

Faktor Individu dalam Organisasi dan Motivasi

RPKPS PSIKOLOGI INDUSTRI

MOTIVATION AT WORK. Widha K Ningdyah, ST., MT Psikologi Industri widhadyah.lecture.ub.ac.id - widhadya.wordpress.com

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelbagai bidang. Tidak hanya dengan sesama industri dengan skala yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. manusia, aktifitas pun semakin bertambah terutama di kota-kota besar. Manusia

School of Communication Inspiring Creative Innovation. Perilaku Organisasi (Organizational Behavior) Pertemuan ke-5

Pokok-pokok bahasan: Definisi Motivasi Motivasi dan Kinerja Perkembangan Teori Motivasi

Keywords: Budgetary Participation, Managerial Performance, Motivation, Organizational Commitment, Job Relevant Information

MODUL KEDUA MOTIVASI KERJA. Di Susun Oleh: Erna Multahada, M.Si

BUDGET SEBAGAI ALAT EVALUASI KINERJA MANAJERIAL. Jurica Lucyanda ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan dan Sasaran Belajar Cara Pengajaran. Minggu ke. Media Tugas Referensi. Tatap muka OHP Munandar, Miner

Fakultas Komunikasi dan Bisnis Inspiring Creative Innovation. Pemeliharaan Hubungan Pegawai

TEORI MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA MEMBANTU PEMIMPIN TRANSAKSIONAL MEMIMPIN SUMBERDAYA MANUSIA MELALUI PROSES PERTUKARAN

PENGARUH BUDGETARY GOAL CHARACTERISTICS TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN MOTIVASI DAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING

DAFTAR PUSTAKA. Anthony Sistem Pengendalian Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.

Faktor Penentu Kinerja Manajerial (Studi pada Pemerintah Daerah Kupang)

Individu - Organisasi dan Motivasi

Daftar Pustaka. Argyris. ( 1952 ). The Impact of budgeting on People. Ithaca: L school of business and public administration, camel university.

1. PENGERTIAN 2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI 3. TEORI-TEORI YANG BERKAITAN DENGAN MOTIVASI 4. BAGAIMANA MENJADI TERMOTIVASI? 5.

Konsep Dasar Motivasi. (Perilaku Keorganisasian, Dr. M.M. Nilam Widyarini)

averse dalam pengambilan keputusan taking (Bowman, 1982; Fiegenbaum,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. partisipatif pada perguruan tinggi swasta di Yogyakarta. Penelitian

/BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan pada dunia baik yang ada di luar negeri maupun

BAB I PENDAHULUAN. antara fakta dan teori. Keputusan tersebut merupakan penafsiran dari hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat signifikan. Pada tahun 2014 tercatat jumlah perguruan tinggi di

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya

Human Resources Development

Renendya, Pengaruh Partisipasi Anggaran, Motivasi, Kompensasi, Job Relevan Informasi Dan Komitmen...

BAB I PENDAHULUAN. penanganan terhadap kualitas Sumberdaya Manusia, khususnya pada. tingkatan organisasi. Sumberdaya Manusia yang besar apabila dapat

Adisaputro, Gunawan dan Marwan Asri Anggaran Perusahaan. Agust, Anita Analisis Prosedur Penyusunan Laporan Realisasi

PERKEMBANGAN PENELITIAN AKUNTANSI KEPERILAKUAN: BERBAGAI TEORI DAN PENDEKATAN YANG MELANDASI

Partisipasi Penganggaran, Komitmen Organisasi dan Pemahaman Tugas Hubungan Terhadap Kinerja Aparatur pada Pemerintahan Kota Lhokseumwe

PENGARUH SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN, DAN DESENTRALISASI TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA PEGAWAI KANTOR PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN NGAWI.

Penempatan Pegawai. School of Communication & Business Inspiring Creative Innovation. Pengembangan SDM Hari Pertama Bagian Kedua

BAB 5 KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup serta mengendalikan organisasi hingga tujuan

BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Path-goal theory menjelaskan dampak gaya kepemimpinan pada motivasi

PENGARUH PELIMPAHAN WEWENANG TERHADAP HUBUNGAN ANTARA KINERJA MANAJER DAN PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN

Motivasi dan Kepemimpinan

TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat Memperoleh derajat S-2 Magister Sains Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berawal dari Krisis ekonomi Amerika Serikat akhir tahun 2008,

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mempunyai dampak yang besar terhadap perencanaan tujuan dan

merasa dirinya penting (sense of importance) Kebutuhan akan kemajuan dan tidak gagal (sense of achievement) 4) Esteem or status needs

PENGARUH PERSEPSI KARYAWAN TENTANG KEADILAN KOMPENSASI TERHADAP KEPUASAN KERJA DI PERUSAHAAN X. Wahyudhi Sutrisno ABSTRACT

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, November 2005

MOTIVASI. Kemampuan manajer dalam memotivasi, mempengaruhi, mengarahkan dan berkomunikasi dengan bawahan sangat menentukan efektifitas manajer.

Henny Zurika Lubis (Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara) ABSTRAK

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

ABSTRAK. Kata Kunci : partisipasi penyusunan anggaran, kinerja manajerial, komitmen organisasi, dan gaya kepemimpinan. viii

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA SEKOLAH MENENGAH NEGERI DI TEGAL

Komunikasi Organisasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri bahan bangunan di Indonesia terus berkembang pesat seiring meningkatnya kondisi perekonomian nasional,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. situasi atau organisasi (perusahaan) tertentu. Dalam partisipasi penyusunan anggaran,

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI ANGGARAN DENGAN KINERJA MANAJERIAL: JOB RELEVANT INFORMATION SEBAGAI VARIABEL INTERVENING.

MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL. Wahyu Ratnawati F BAB I PENDAHULUAN. menjadi alat utama pengendalian yang dilakukan oleh setiap perusahaan.

EVALUASI DOSEN SEBAGAI BENTUK PENILAIAN KINERJA. Liche Seniati Chairy

TIU : Agar mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan prinsip-prinsip psikologi dalam industri dan organisasi, sebagai dasar penanganan masalahmasalah

ORGANIZATIONAL BEHAVIOR. Motivasi Sumber Daya Manusia

BAB II LANDASAN TEORI

KONSEP MANAJEMEN KINERJA, IMBALAN, DAN HUBUNGAN PENILAIAN KINERJA TERHADAP IMBALAN

FILOSOFI MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA : SUMBERDAYA MANUSIA YANG PROFESIONAL, SEJAHTERA, PRESTASI KERJA TINGGI, DAN KARIER SUKSES

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING. Oleh :

ABSTRAK. iii Universitas Kristen Maranatha

School of Communication Inspiring Creative Innovation. Perilaku Organisasi (Organizational Behavior) Pertemuan ke-5

GAMBARAN TINGKAT MOTIVASI KERJA KARYAWAN PT. TOS DENGAN MENGGUNAKAN METODE EXPECTANCY THEORY

PENINGKATAN KINERJA BERBASIS PARTISIPASI DALAM PENYUSUNAN ANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KESENJANGAN ANGGARAN

HARGA DIRI, ORIENTASI KONTROL, DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN

PENDAHULUAN. lebih mengutamakan kepentingan organisasi dibandingkan dengan kepentingan

PENGARUH PENGANGGARAN PARTISIPATIF TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN STRUKTUR ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era industri gelombang keempat, industri ekonomi kreatif (creative

BAB I PENDAHULUAN. dalam segala hal yang berkaitan dengan tujuan organisasi. Berkaitan dengan

KERANGKA TEORITIS VARIABEL HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. untuk beroperasi seefisien mungkin. Untuk itu pihak manajemen harus mampu

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS PELAKSANAAN ANGGARAN PADA PERUSAHAAN-PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI KLATEN

BAB II LANDASAN TEORI. Reinforcement theory menjelaskan bahwa penguatan (reinforcement) dapat

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DENGAN PRESTASI KERJA DAN KEPUASAN KERJA PERAWAT UNIT IGD DAN ICU DI RS PHC SURABAYA

PSIKOLOGI PENDIDIKAN 1

STRUKTUR ORGANISASI DALAM HUBUNGANNYA ANTARA PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN DENGAN KINERJA MANAGERIAL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Robbins and Judge Organization Behavior 15 Edition

MAYA PURNASARI B

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

Kata Kunci : IS contracting, IS staffing issues, Management of IS, IS project teams

BAB II URAIAN TEORITIS. Pembahasan mengenai Organizational Citizenship Behavior (OCB)

GAMBARAN DUKUNGAN ORGANISASI YANG DIRASAKAN PADA KARYAWAN PT. XYZ

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

MOTIVASI DAN KINERJA Jurica Lucyanda ABSTRACT The role of motivational processes in determining a worker s level performance is now widely recognized by industrial psychologists. Viteles (1953) has identified the development of the will to work as industry s core problem in the utilization of its manpower; Maier (1955) indicates the need for greater attention to problems of motivation and frustration by industrial firms. The objective of this paper is to explain the nature of the relationship between motivation and performance. Hence, the more motivated the worker to performance effectively, the more effective his or her performance. Keywords: motivation, performance. PENDAHULUAN Bentuk studi dari motivasi saat ini terbentuk dalam suatu bagian integral dari industri dan psikologi. Vitele (1953) dan Maier (1955) menunjukkan adanya perhatian yang serius terhadap psikologi industri yang memberikan banyak masalah seperti supervisi, gaji dan norma-norma kelompok pada kinerja. Konsep motivasional berada pada fungsi utama untuk menganalisis dan menjelaskan perilaku individu maupun kelompok (Vroom, 1995). Selain itu, pemahaman yang baik mengenai motivasi dapat memberikan suatu valuable tool untuk memahami sebab-sebab perilaku dalam suatu organisasi, untuk memprediksi pengaruh-pengaruh dari beberapa sikap-sikap manajerial, dan untuk memahami perilaku secara langsung dari individual maupun organisasi sehingga tujuan organisasi dapat dicapai (Nadler dan Lawler, 1977). Dalam dua puluh tahun yang lalu, manajer memperdebatkan berbagai pendekatan yang berbeda mengenai motivasi. Dimana setiap pendekatan tersebut memiliki sesuatu untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan motivasi. Setiap 144

pendekatan tersebut juga memiliki masalah-masalah baik dalam teori maupun praktik. Motivasi menjadi perdebatan manajer dalam organisasi, karena memiliki hubungannya dengan kinerja. Beberapa penelitian terdahulu menemukan bahwa adanya hubungan motivasi dengan kinerja (Brownell dan McInnes, 1986). Penelitian lain juga menemukan bahwa dengan motivasi yang tinggi akan menghasilkan kinerja yang tinggi pula, ataupun sebaliknya (Riyadi, 1998). Tulisan ini akan membahas hubungan motivasi dengan kinerja, fungsi motivasi dalam kinerja, variabel-variabel motivasional yang menentukan kinerja yang efektif. Motivasi yang akan dibahas menggunakan pendekatan yang diperkenalkan oleh Vroom (1995) yang dikenal dengan Expectancy Theory. MOTIVASI: SUATU PENDEKATAN DAN TEORI Mithchell (1982) mendefinisikan motivasi kerja, sebagai suatu derajat dimana seseorang indvidu ingin dan berusaha untuk melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan dengan baik. Karyawan yang memiliki motivasi yang lebih tinggi akan memperbaiki kesalahan atau merasa khawatir, jika kinerja mereka dibawah tingkat pengharapannya (Festiger, 1957), teori ini dikenal dengan nama Theory of Cognitive Dissonance. Sedangkan Vroom (1995) mendefinisikan motivasi sebagai suatu proses menentuan pilihan di antara bentuk-bentuk alternatif dari suatu aktivitas. Penjelasan yang paling popular dari motivasi, dikembangkan oleh Vroom (1995) yang dikenal dengan expectancy theory. Expectancy theory digunakan berdasarkan beberapa asumsi, yang merupakan penyebab perilaku dalam suatu organisasi, yaitu: Nadler dan Lawler (1977). Asumsi 1 : Perilaku ditentukan oleh suatu kombinasi dari kekuatan individu dan kekuatan lingkungan. Asumsi 2 : Orang membuat keputusan mengenai perilaku mereka sendiri dalam organisasi. Asumsi 3 : Orang yang berbeda memiliki perbedaan dalam kebutuhan, 145

Asumsi 4 keinginan, dan tujuan. : Orang membuat keputusan diantara rencana-rencana alternatif dari perilaku mereka berdasarkan pada persepsi mereka masingmasing (ekpektansi). Motivasi seseorang dalam menggunakan usahanya untuk mengahasilkan suatu kinerja berdasarkan pada persepsi masing-masing yang merupakan gabungan antara tindakan (action) dan hasil (outcome). Berdasarkan asumsiasumsi umum tersebut, expectancy theory memberikan tiga konsep utama, yaitu: 1. Effort Performance Expectancy (E P) Konsep ini mengacu pada subjektivitas seseorang tentang kemungkinan bahwa mereka dapat melakukan sesuatu pada level tertentu. 2. Performance Outcome Expectancy (P O) Konsep ini mengacu pada kepercayaan (belief) individu bahwa perilaku akan membawa pada suatu hasil atau hasil apa yang akan diperoleh atas kinerja yang sukses. Outcome (reward) disini dibagi dalam dua katagori, yaitu: (a) individual memperoleh outcome dari lingkungan, ketika seseorang melakukan sesuatu pada level tertentu akan merasakan suatu outcome yang positif atau negatif dari supervisor atau sistem reward yang ada dalam organisasi, dan (b) sumber dari outcome adalah individual, dimana outcome benar-benar terjadi dari kinerja atas pekerjaan yang dilakukan oleh individu. 3. Valence Konsep yang mengacu pada hasil yang telah dicapai memiliki nilai yang positif untuk valence yang telah dilakukan. Berdasarkan kunci utama tersebut dapat digambarkan model umum dari dasar motivasi rangkaian perilaku: (Nadler and Lawler, 1977) sebagai berikut: 146

Kemampuan (ability) Motivasi (motivation) Usaha (Effort) Kinerja (performance) Hasil (outcome) Gambar 1. Dasar Motivasi Rangkaian Perilaku. Motivasi seseorang merupakan fungsi dari: a. Effort -to-performance expectancies b. Performance-to-outcome expectancies c. Perceived valence of outcomes MOTIVASI DAN KINERJA: FUNGSI DAN HUBUNGANNYA Psikologi industri selama ini telah tertarik akan suatu kondisi bagaimana membuat seorang pekerja efektif dalam kerjaannya. Penelitian-penelitian psikologi industri sebelumnya menggunakan banyak metode untuk menunjukkan hubungan langsung dalam meningkatkan level kinerja dari pekerja. Dalam tiga dekade ini telah banyak perhatian atas fungsi motivasi dalam kinerja. Usaha-usaha yang telah dilakukan untuk meningkatkan kinerja, seperti simplifikasi dan standarisasi dari metode-metode pekerjaan dan pengembangan test atas bakat dan kemampuan untuk digunakan dalam seleksi pegawai baru telah dibuat sedemikian rupa namun tidak sukses dalam mengurangi adanya keterbatasan-keterbatasan dari output (Vroom, 1995). Fungsi motivasional dalam menentukan level kinerja pekerja sekarang banyak telah diakui oleh psikologi industri. Viteles (1953), mengidenfikasi pengembangan dari keinginan untuk bekerja, yang merupakan masalah utama dalam industri, dan Maier (1955) menunjukkan bahwa keinginan untuk lebih memperhatikan masalah-masalah dari motivasi. 147

Ketika seorang pekerja berusaha untuk melakukan suatu pekerjaan, maka kemungkinan akan adanya suatu hasil yang berbeda antara pekerja satu dengan pekerja yang lainnya. Dalam situasi seperti ini, ada suatu standar yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja, contohnya: jika seorang pekerja menghasilkan 300 unit per jam, maka hal ini menunjukkan bahwa pekerja tersebut mempunyai level kinerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja yang menghasilkan 200 unit per jam, dan pekerja yang menghasilkan 200 unit per jam ini level kinerjanya lebih tinggi dibandingkan pekerja yang menghasilkan 100 unit per jam (Vroom, 1995). Dalam menentukan standar yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja bukanlah suatu masalah psikologi, karena tidak ada dasar psikologikal untuk hasil kinerja yang menunjukkan baik atau buruk dalam beberapa fungsi pekerjaan yang ada (Vroom, 1995). Hal ini memang sulit untuk mendefinisi dan pengukuran kinerja dengan segala keterbatasan dalam studi motivasi yang mempengaruhi kinerja. Usaha yang dilakukan oleh psikologi industri untuk memprediksi atau menjelaskan perbedaan dalam level kinerja diantara pekerja dalam suatu tugas yang sama berdasarakan pada dua asumsi yang berbeda (Vroom, 1995), yaitu: asumsi pertama adalah, bahwa kinerja dari seseorang akan dipahami dari bentuk kemampuannya dan hal ini relevan terhadap tugas yang dilakukan, dan asumsi kedua adalah, bahwa kinerja dari seseorang akan dipahami dalam bentuk motif (keinginan atau preferensi) dan kondisi untuk kepuasaan mereka dalam suasana kerja. Festinger (1957) mengemukkaan, bahwa karyawan yang memikili motivasi yang lebih baik (tinggi) akan memperbaiki kesalahan atau merasa khawatir, jika kinerja mereka dibawah tingkat pengharapannya (rendah). Untuk mengurangi kesalahan dan rasa khawatir tersebut, mereka akan mencoba memperbaiki kinerja mereka (Hammer dan Organ, 1978). Vroom (1995) menggambarkan hubungan antara motivasi dan kinerja. Dimana diasumsikan jika nilai dari kemampuan lebih dari nol, maka level kinerja secara konstan meningkat seiring dengan meningkatnya motivasi. Namun 148

menurut Vroom setidak-tidaknya ada dua alternatif yang masuk akal untuk hubungan ini, yaitu: (a) akselerasi kurva negatif yang mendekati batas yang lebih tinggi, dan (b) suatu fungsi U terbalik. Hal ini dapat dilihat dalam gambar 2. X 2: Hubungan Antara Motivasi dan Level Kinerja Y 149

Keterangan atas gambar 2: X : Level of performance Y : Amount of motivation for performance Constantly increasing function Dorongan dari pekerja untuk melakukan sesuatu lebih efektif. Negatively accelerated function approaching upper limit Menunjukkan suatu hukum diminishing return, kenaikan yang berturutturut dalam motivasi yang jumlahnya lebih kecil dan kenaikan yang lebih kecil dalam kinerja hingga dicapainya titik pada kondisi dimana tidak adanya kenaikan kinerja selanjutnya. Inverted U function Sama dengan kurva pertama kecuali untuk penurunan kinerja dalam level motivasi yang tinggi, kinerja rendah pada level motivasi yang rendah, titik maksimum yang dicapai dalam level motivasi sedang (menengah) dan kemudian turun lagi dalam level motivasi tinggi. VARIABEL-VARIABEL MOTIVASIONAL YANG MENENTUKAN KINERJA Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pekerja mencapai suatu kinerja yang paling efektif ketika mereka ingin mencapai suatu tujuan tertentu. Level kinerja dari pekerja berhubungan dengan adanya instrumental untuk mencapai gaji yang lebih tinggi, promosi dan lainnya. Menurut Vroom (1995) ada beberapa variabel-variabel motivasional yang menentukan kinerja yang efektif, yaitu: 1. Level kinerja berubah secara langsung dengan kekuatan dari keinginan individual untuk mencapai sesuatu, khususnya ketika tugas-tugas yang 150

dihadapi sulit dan menantang. 2. Pekerja dibayar berdasarkan jam kerja pada level yang lebih tinggi jika mereka melakukan pekerjaannya melebihi dari yang telah ditetapkan untuk pekerjaannya. 3. Individual melakukan sesuatu pada level yang lebih tinggi jika mereka percaya bahwa tugas membutuhkan kemampuan. 4. Pekerja lebih mempelajari suatu tugas pada level yang lebih tinggi ketika mereka memberi umpan balik sehubungan dengan level kinerja mereka. 5. Seseorang yang memberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan yang memiliki pengaruh kedepan menghasilkan level kinerja yang lebih tinggi SIMPULAN Motivasi kerja adalah suatu derajat dimana seseorang indvidu ingin dan berusaha untuk melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan dengan baik. Karyawan yang memiliki motivasi yang lebih tinggi akan memperbaiki kesalahan atau merasa khawatir, jika kinerja mereka di bawah tingkat pengharapannya (Festiger, 1957). Motivasi seseorang dalam menggunakan usahanya untuk mengahasilkan suatu kinerja berdasarkan pada persepsi masing-masing yang merupakan gabungan antara tindakan (action) dan hasil (outcome). Berdasarkan asumsiasumsi umum tersebut, expectancy theory memberikan tiga konsep utama, yaitu: 1. Effort Performance Expectancy (E P) 2. Performance Outcome Expectancy (P O) 3. Valence Perbedaan dalam level kinerja diantara pekerja dalam suatu tugas yang sama memiliki dua asumsi yang berbeda: (a) kinerja dari seseorang akan dipahami dari bentuk kemampuannya dan hal ini relevan terhadap tugas yang dilakukan, 151

dan (b) kinerja dari seseorang akan dipahami dalam bentuk motif (keinginan atau preferensi) dan kondisi untuk kepuasaan mereka dalam suasana kerja. Beberapa variabel motivasional yang menentukan kinerja adalah: supervisi (supervision), kelompok kerja (work group), isi pekerjaan (job content), gaji (wages), dan kesempatan promosi (promotional opportunities). DAFTAR PUSTAKA Atkinson, J. W. 1957. Motivational Determinants of Risk-Taking Behavior. Psychology Review. 12: 359-372. and Reitmen, W. R. 1956. Performance as A Function of Motivate Strength and Expectancy of Goal Attaiment. Journal of Abnormal Soc. Psychology. 53: 361-366. Brownel, P. and Moris McInnes. 1986. Budgetary Participation, Motivation, and Managerial Performance. The Accounting Review. Vol. LXI/4. October: 587-600. Bryan, J. F. and Locke E. A. 1967. Goal Setting as a Means of Increasing Motivation, and Managerial Performance. Journal of Applied Psychology. June: 274-277. Ferris, K. R. 1977. A Test of Expectancy Theory of Motivation in Accounting Environment. The Accounting Review: 587-600. Festinger, L. A. 1957. Theory of Cognitive Dissonance. Evanston, IL: Row- Peterson. Gibson, J. L. et al. 1997. Organizations: Behavior Structure Processes. Ninth Edition. New York: McGraw-Hill. Maier, N. R. F. 1955. Psychology in Industry. Second Edition. Boston: Houghton Mifflin. Mitchell, T. R. 1982. Motivation: A New Direction for Theory, Research, and Practice. Academy of Management Review. Vol. 7/1: 80-88. Hammer, W. C, and D. W. Organ. 1978. Organizational Behavior: An Applied Psychological Approach. Business Publication. Nadler, D. A, and Edward E. L. 1977. Perspectives on Behavior in Organizations, Second Edition. New York: McGraw-Hill. Riyadi, S. 1998. Motivasi dan Pelimpahan Wewenang Sebagai Variabel Moderating dalam Hubungan Antara Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Kinerja Manajerial. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 2/2: 15-19. Tolman, E. C. 1955. Principles of Performance. Psychology Review. 62: 315-326. 152

Viteles, M. S. 1953. Motivation and Morale in Industry. New York: W. W. Norton. Vroom, V. H. 1995. Work and Motivation. New York: Jossey-Bass Publishers. 153