BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA PENDANAAN

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI SAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

SOSIALISASI PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

3.2. Kebijakan Pengelolalan Keuangan Periode

BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB - III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (Realisasi dan Proyeksi)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2012 T E N T A N G PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012

SOSIALISASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG APBD KOTA BATAM TAHUN ANGGARAN 2017

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB - III Kinerja Keuangan Masa Lalu

ANALISIS KEMANDIRIAN FISKAL DALAM UPAYA MENDUKUNG PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI KABUPATEN INDRAGIRI HULU

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

kapasitas riil keuangan daerah dapat dilihat pada tabel berikut:

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN BARAT,

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Lampiran 1 STRUKTUR ORGANISASI DPPKAD KABUPATEN GRESIK

Arah Kebijakan Pengelolaan Pendapatan Daerah

LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 6 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS TAHUN 2013 NOMOR 5

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017

BAB V PENDANAAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III KERANGKA PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

d. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 3 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengelolaan Investasi Pemerintah Daerah,

RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PENANAMAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN Komplek Perkantoran Jl.

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2011

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

, ,00 10, , ,00 08,06

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI BENGKAYANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

KEPUTUSAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR : B.36/43/08/2017B. 38/31/11/2014

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012

BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB V ANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BUPATI PESISIR SELATAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa lalu

TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2009 NOMOR 14 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 2 TAHUN 2013

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 13 SERI A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam mewujudkan pemerataan pembangunan di setiap daerah, maka

HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN BARAT,

BAB III PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DALAM PRAKTEK

BAB 1 PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah suatu konsekuensi reformasi yang harus. dihadapi oleh setiap daerah di Indonesia, terutama kabupaten dan kota

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 13 TAHUN 2016

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah perusahaan tentunya mempunyai masalah dalam menyusun

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

PEMERINTAH KOTA SURABAYA RINCIAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

RANCANGAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

- 1 - PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 14 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

BUPATI SAMPANG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya mendukung pelaksanaan pembangunan nasional, pemerintah

BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 10 TAHUN 2017 T E N T A N G

c. Pembiayaan Anggaran dan realisasi pembiayaan daerah tahun anggaran dan proyeksi Tahun 2013 dapat dijabarkan dalam tabel sebagai berikut:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SANGGAU BUPATI SANGGAU,

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

Tahun 1953 Nomor 9; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 352) sebagai Undang-undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

Transkripsi:

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA PENDANAAN 3.1 Arah Pengelolaan Pendapatan Daerah Pengelolaan pendapatan daerah, sebagaimana diatur dalam Undang Undang mor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang Undang mor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Antara Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah, disebutkan bahwa pendapatan daerah terdiri dari : 1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang terdiri dari : a. Pajak Daerah b. Retribusi Daerah c. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan d. Lain lain Pendapatan Asli Daerah 2. Dana Perimbangan, yang terdiri dari : a. Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak b. Dana Alokasi Umum c. Dana Alokasi Khusus d. Bagi Hasil Pajak dan Bantuan Keuangan Propinsi 3. Lain Lain Pendapatan Yang Sah, yang terdiri dari : a. Bantuan dana kontigensi/penyeimbang dari Pemerintah. Kabupaten Kubu Raya sebagai kabupaten yang baru dibentuk belum optimal dalam pengelolaan pendapatan daerah yang meliputi 3 (tiga) komponen sumber pendapatan daerah. Pendapatan daerah yang bersumber dari PAD masih berasal dari lain lain PAD yang sah, belum ada yang bersumber dari penerimaan pajak atau retribusi daerah. Untuk mengetahui target pendapatan daerah Tahun 2008 dan 2009, dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut :

NO. URAIAN Tabel 3.1 Target Pendapatan Daerah 2008-2009 JUMLAH TA. 2008 TA. 2009 1 2 3 4 1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 159.620.400,00 9.545.348.000,00 1.1 Pajak Daerah 0,00 5.847.360.000,00 1.2 Retribusi Daerah 0,00 1.839.090.000,00 1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 0,00 0,00 Yang Dipisahkan 1.4 Lain-lain PAD Yang Sah 159.620.400,00 1.858.898.000,00 2 DANA PERIMBANGAN 0,00 426.063.501.000,00 2.1 Dana Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil 0,00 32.048.561.000,00 Bukan Pajak 2.2 Dana Alokasi Umum 0,00 375.546.940.000,00 2.3 Dana Alokasi Khusus 0,00 18.468.000.000,00 3 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 27.086.606.130,00 12.991.843.487,00 3.1 Hibah 9.989.000.000,00 5.000.000.000,00 3.2 Dana Darurat 0,00 0,00 3.3 Dana Bagi Hasil Pajak dari Propinsi 4.795.106.130,00 7.991.843.487,00 Dan Daerah Lainnya 3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi 0,00 0,00 Khusus 3.5 Bantuan Keuangan dari Propinsi Atau Pemerintah Daerah Lainnya 12.302.500.000,00 0,00 JUMLAH PENDAPATAN DAERAH 27.246.226.530,00 448.600.692.487,00 Sumber : Dinas Pendapatan,Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kab.Kubu Raya,2009 Berdasarkan data Tabel 3.1, diketahui bahwa sumber pendapatan daerah yang terbesar pada Tahun 2008 bersumber dari Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah sebesar Rp. 27.086.606.130,00 atau 99,41 %, sedangkan pada Tahun 2009 bersumber dari Dana Perimbangan sebesar Rp. 426.063.501.000,00 atau 94,98 %. Dengan demikian pendapatan daerah terbesar bersumber dari Dana

Perimbangan, oleh karena itu PAD perlu ditingkatkan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi PAD dengan memperhatikan kebijakan Pemerintah Pusat yang tertuang dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri mor 32 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan APBD 2009, yang telah menggariskan bahwa upaya peningkatan PAD agar tidak menetapkan kebijakan yang dapat memberatkan dunia usaha dan masyarakat. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pendapatan daerah adalah : 1. Upaya peningkatan pendapatan daerah bukan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Upaya peningkatan pendapatan daerah bukan PAD perlu ditetapkan secara selektif, baik jenis kegiatan maupun instrumennya. Kegiatan ini perlu ditetapkan berdasarkan prioritas pada nilai manfaat dan resiko bagi pembangunan berkelanjutan serta memperhatikan kepentingan kesejahteraan masyarakat, yaitu kegiatan yang memiliki resiko tinggi terhadap pencapaian pembangunan berkelanjutan perlu dipertimbangkan untuk dikenakan beban pajak dan/atau retribusi yang tinggi pula sebagai upaya merubah perilaku serta menekan biaya resiko di masa yang akan dating, selain itu juga melakukan upaya penyehatan keuangan daerah dengan mempertimbangkan peningkatan kapasitas untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. Upaya ini perlu menerapkan prinsipprinsip kehatian-hatian, namun tidak untuk membatasi kreatifitas menciptakan kegiatan-kegiatan pembangunan yang produktif dan dapat meningkatkan pendapatan daerah selain dari sumber PAD. Identifikasi sumber pendapatan daerah perlu dilakukan bersamaan dengan cek silang potensi sumber pendapatan. Proses cek silang ini dapat dilakukan dengan memahami dan mengikuti peraturan perundang-undangan tentang keuangan negara, daerah, dan sistem perpajakan, seperti ; a) Yang terkait dengan berapa tarif pajak ; b). Apa yang menjadi basis pajak ; dan c). Bagaimana pajak terhutang dihitung. Pengenalan terhadap tiga hal ini memberikan kemampuan daerah untuk melakukan cek silang dari sumber-sumber pendapatan selain PAD.

Proyeksi pendapatan daerah bukan Pendapatan Asli Daerah diprediksi mengalami peningkatan sebesar 10 % tiap tahunnya. Data Proyeksi pendapatan daerah bukan Pendapatan Asli Daerah disajikan pada Tabel 3.2 berikut : Tabel. 3.2 Proyeksi Pendapatan Daerah Bukan Pendapatan Asli Daerah 2009-2014 2009 2010 2011 1 DANA PERIMBANGAN 426.063.501.000,00 468.669.851.100,00 515.536.836.210,00 1.1 Dana Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil 32.048.561.000,00 35.253.417.100,00 38.778.758.810,00 Bukan Pajak 1.2 Dana Alokasi Umum 375.546.940.000,00 413.101.634.000,00 454.411.797.400,00 1.3 Dana Alokasi Khusus 18.468.000.000,00 20.314.800.000,00 22.346.280.000,00 2 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 22.541.843.487,00 24.796.027.835,70 27.275.630.619,20 2.1 Hibah 7.500.000.000,00 8.250.000.000,00 9.075.000.000.000,00 2.2 Dana Darurat - - - 2.3 Dana Bagi Hasil Pajak dari 7.991.843.487,00 8.791.027.835,70 9.670.130.619,20 Propinsi Dan Daerah Lainnya 2.4 Dana Penyesuaian dan Otsus - - - 2.5 Bantuan Keuangan dari Propinsi Atau Pemerintah Daerah Lainnya 7.050.000.000,00 7.755.000.000,00 8.530.500.000,00 JUMLAH PENDAPATAN DAERAH 448.605.344.487,00 493.465.878.935,70 542.812.466.829,20 2012 2013 2014 1 DANA PERIMBANGAN 567.090.519.831,00 623.799.571.814,00 686.179.528.995,00 1.1 Dana Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil 42.656.634.691,00 46.922.298.160,00 51.614.527.976,10 Bukan Pajak 1.2 Dana Alokasi Umum 499.852.977.140,00 549.838.274.854,00 640.822.102.339,00 1.3 Dana Alokasi Khusus 24.580.908.000,00 27.038.998.800,00 29.742.898.680,00 2 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 30.003.193.681,10 33.003.513.049,20 36.303.864.354,10 2.1 Hibah 9.982.500.000,00 10.980.750.000,00 12.078.825.000,00 2.2 Dana Darurat - - - 2.3 Dana Bagi Hasil Pajak dari 10.637.143.681,10 11.700.858.049,20 12.870.943.854,10 Propinsi Dan Daerah Lainnya 2.4 Dana Penyesuaian dan Otsus - - - 2.5 Bantuan Keuangan dari Propinsi Atau Pemerintah Daerah Lainnya 9.383.550.000,00 10.321.905.000,00 11.354.095.500,00 JUMLAH PENDAPATAN DAERAH 597.093.713.512,10 656.803.084.863,20 722.483.393.349,10 Sumber : Dinas Pendapatan,Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kab. Kubu Raya, (Data diolah 2009)

2. Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). PAD merupakan cerminan kemampuan daerah dalam menghasilkan dan mengelola sumber-sumber pendapatan. Daerah yang berkarakteristik unggul dalam sumber daya manusia dan tidak tergantung pada sumber daya alam biasanya memiliki PAD yang tinggi. Upaya peningkatan PAD memenuhi Prinsip Good Governance dan Sistem Akuntansi Negara serta mencerminkan fungsi pemerintah daerah. Peningkatan PAD yang tidak terarah, dikhawatirkan justru akan membebani masyarakat dan dunia usaha. Pemerintah daerah, masyarakat dan dunia usaha memiliki kewajiban dan hak yang sama saling melengkapi dan ketergantungan. Ketika kewajiban dan hak dilaksanakan dengan baik, maka dipastikan tingkat kesejahteraan masyarakat dan kinerja pemerintah daerah akan baik. Kewajiban masyarakat dan dunia usaha antara lain membayar pajak dan retribusi daerah, sementara hak masyarakat dan dunia usaha mendapatkan pelayanan publik, sebaliknya kewajiban pemerintah daerah adalah memberikan pelayanan publik dan berhak mendapatkan penerimaan pajak dan retribusi atas pelayanan publik tersebut. Upaya melakukan penambahan jenis pajak dan retribusi baru, maka yang perlu diperhatikan adalah apakah ada penambahan kemampuan kuantitas dan kualitas pelayanan publik, tanpa pertimbangan ini maka azas keadilan, kelayakan dan keselarasan pajak dan retribusi tidak akan tercapai. Kebijakan umum pengelolaan pendapatan daerah Tahun 2009 2014 adalah sebagai berikut : a. Estimasi penerimaan dari komponen PAD diasumsikan meningkat minimal sebesar 10 % setiap tahun, berdasarkan pertimbangan adanya peningkatan jumlah wajib pajak/retribusi daerah dan implementasi Peraturan Daerah di bidang pajak/retribusi daerah. b. Intensifikasi dan ekstensifikasi PAD melalui pelayanan prima dan penerapan teknologi infomasi (e-goverment).

c. Estimasi pendapatan dari komponen Dana Perimbangan diasumsikan meningkat sebesar 10 % setiap tahun. Untuk mengetahui proyeksi pendapatan daerah yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah disajikan pada Tabel 3.3. berikut : Tabel. 3.3 Proyeksi Pendapatan Asli Daerah Tahun 2009-2014 2009 2010 2011 1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 10.138.590.000,00 11.152.449.000,00 12.267.693.900,00 1.1 Pajak Daerah 6.080.402.000,00 6.688.442.200,00 7.357.286.420,00 1.2 Retribusi Daerah 2.199.290.000,00 2.419.219.000,00 2.661.140.900,00 1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan - - - Daerah Yang Dipisahkan 1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 1.858.898.000,00 2.044.787.800,00 2.249.266.580,00 JUMLAH PENDAPATAN DAERAH 10.138.590.000,00 11.152.449.000,00 12.267.693.900,00 2012 2013 2014 1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 13.494.463.290,00 14.843.909.619,00 16.328.300.580,90 1.1 Pajak Daerah 8.093.015.062,00 8.902.316.568,20 9.792.548.225,02 1.2 Retribusi Daerah 2.927.254.990,00 3.219.980.489,00 3.541.978.537,90 1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan - - - Daerah Yang Dipisahkan 1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 2.474.193.238,00 2.721.612.561,80 2.993.773.617,98 JUMLAH PENDAPATAN DAERAH 13.494.463.290,00 14.843.909.619,00 16.328.300.580,90 Sumber : Dinas Pendapatan,Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kab. Kubu Raya, (Data diolah 2009) 3.2 Arah Pengelolaan Belanja Daerah Secara Umum, pengelolaan belanja daerah terbagi dalam 2 (dua) kategori belanja, yaitu : a. Belanja Tidak Langsung (Belanja Rutin/Administrasi Umum) b. Belanja Langsung (Belanja Program/Pembangunan) Belanja Tidak Langsung atau Belanja Rutin adalah belanja yang tidak dipengaruhi secara langsung oleh adanya suatu program/kegiatan. Belanja tidak langsung pada dasarnya merupakan belanja yang digunakan secara bersama sama (common cost) untuk melaksanakan seluruh program atau kegiatan di unit

kerja, sedangkan Belanja Langsung atau Belanja Program/Pembangunan adalah belanja yang dipengaruhi secara langsung oleh adanya suatu program/kegiatan yang direncanakan. Perkembangan Belanja Daerah selama 2 (dua) tahun anggaran yaitu tahun 2008 dan Tahun 2009, sebagai berikut : 1. 2008 Kabupaten Kubu Raya dibentuk berdasarkan Undang Undang mor 35 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Kubu Raya di Provinsi Kalimantan Barat yang disahkan di Jakarta pada tanggal 10 Agustus 2007, maka pada 2008 disusun APBD mini untuk mengelola keuangan yang bersumber dari Bantuan Keuangan oleh Propinsi Kalimantan Barat dan Hibah dari Kabupaten Pontianak selaku Kabupaten Induk serta Dana Bagi Hasil Propinsi dengan Total Belanja sebesar Rp. 26.462.726.615,- (Dua puluh enam milyar empat ratus enam puluh dua juta tujuh ratus dua puluh enam ribu enam ratus lima belas rupiah) dengan rincian : a) Belanja Tidak Langsung - Belanja Pegawai Rp. 5.428.624.640,00 - Belanja Hibah Rp. 640.000.000,00 - Belanja Bantuan Sosial Rp. 14.700.000,00 - Belanja Bagi Hasil Kepada Pemerintah Desa Rp. 53.000.000,00 Rp. 6.136.324.640,00 b) Belanja Langsung - Belanja Pegawai Rp. 1.717.461.500,00 - Belanja Barang dan Jasa Rp. 5.971.145.225,00 - Belanja Modal Rp. 12.637.795.250,00 Rp. 20.326.401.975,00 2. 2009 Belanja daerah dalam APBD 2009 disusun dengan pendekatan anggaran kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan dengan memperhatikan prestasi kerja setiap Satuan Kerja

Perangkat Daerah dalam pelaksanaan tugas, pokok dan fungsinya. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran serta menjamin efektifitas dan efesiensi penggunaan anggaran. Kebijakan belanja daerah 2009 diarahkan dengan pengaturan pola pembelanjaan yang proporsional, efesien dan efektif serta sesuai dengan kebijakan pembangunan daerah, antara lain : a. Pemenuhan dan pemanfaatan anggaran untuk pendidikan diupayakan sebesar 20% dari Total APBD 2009 berdasarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri mor 903/2706/SJ tanggal 8 September 2008. b. Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan dilaksanakan dengan memperbaiki fasilitas dan pengadaan sarana dan prasarana untuk pelayanan dasar kesehatan serta meningkatkan kualitas tenaga medis yang ada dan memenuhi kebutuhan kekurangan tenaga medis terutama untuk daerah-daerah yang sulit terjangkau. c. Peningkatan kapasitas penyelenggaraan tugas-tugas pemerintaha daerah melalui penambahan jumlah pegawai. d. Pemenuhan dan peningkatan ketersediaan infrastruktur wilayah melalui penyediaan sarana dan prasarana yang baik, sehingga akan mempengaruhi tingkat efesiensi perekonomin dan peningkatan daya tarik bagi investor. e. Penyusunan Jaringan Data Spatial dan Data Based yang bersifat lintas sektoral yang meliputi semua bidang pemerintahan. f. Peningkatan dan pengembangan perekonomian daerah. Berdasarkan kebijakan tersebut, maka dialokasikan untuk Belanja Daerah 2009 sebesar Rp. 458.743.934.487,00 dengan rincian sebagai berikut :

a. Belanja Tidak Langsung - Belanja Pegawai Rp. 257.048.124.862,00 - Belanja Hibah Rp. 7.565.000.000,00 - Belanja Bantuan Sosial Rp. 2.923.490.000,00 - Belanja Bantuan Keuangan Rp. 18.522.000.000,00 - Belanja Tidak Terduga 1.500.000.000,00 Rp. 287.558.614.862,00 b. Belanja Langsung - Belanja Pegawai Rp. 13.396.902.900,00 - Belanja Barang dan Jasa Rp. 57.979.943.900,00 - Belanja Modal Rp. 99.808.472.825,00 Rp. 171.185.319.625,00 Total Belanja Daerah Rp. 458.743.934.487,00 Berdasarkan rincian Belanja Daerah 2009, diketahui bahwa proporsi Belanja Tidak Langsung cukup besar yaitu Rp. 287.558.614.862,00 atau 62,68 %, sedangkan Belanja Langsung hanya 37,32 %. Berdasarkan kondisi dan analisis di atas maka arah kebijakan umum Belanja Daerah Tahun 2009 2014 adalah sebagai berikut : a. Estimasi Belanja Tidak Langsung, komponen Belanja Pegawai diperkirakan rata-rata pertahun mengalami kenaikan sekitar 20 % karena masih memerlukan tambahan pegawai dan untuk membiayai kenaikan gaji berkala dan belanja pegawai lainnya. b. Untuk prediksi Alokasi Belanja Pendidikan tetap diupayakan tiap tahunnya mencapai 20 % dari APBD tidak termasuk Belanja Pegawai. c. Estimasi Belanja Langsung diperkirakan naik rata rata sekitar 10 % per tahun. Kenaikan ini dalam upaya untuk memenuhi Belanja Langsung Minimal.

Untuk mengetahui proyeksi Belanja Daerah menurut Kewenangan dan Urusan Tahun 2009-2014 disajikan pada Tabel 3.4 berikut : Tabel. 3.4 Proyeksi Belanja Daerah Menurut Kewenangan dan Urusan Tahun 2009-2014 2009 2010 2011 1. BELANJA TIDAK LANGSUNG 287.558.614.862,00 342.019.288.834,00 407.066.992.701,00 1.1 Belanja Pegawai 257.048.124.862,00 308.457.749.834,00 370.149.299.801,00 1.2 Belanja Hibah 7.565.000.000,00 8.321.500.000,00 9.153.650.000,00 1.3 Belanja Bantuan Sosial 2.923.490.000,00 3.215.839.000,00 3.537.422.900,00 1.4 Belanja Bantuan Keuangan 18.522.000.000,00 20.374.200.000,00 22.411.620.000,00 1.5 Belanja Tidak Terduga 1.500.000.000,00 1.650.000.000,00 1.815.000.000,00 2. BELANJA LANGSUNG 171.185.319.625,00 188.303.851.588,00 207.134.236.746,00 2.1 Belanja Pegawai 13.396.902.900,00 14.736.593.190,00 16.210.252.509,00 2.2 Belanja Barang dan Jasa 57.979.943.900,00 63.777.938.290,00 70.155.732.119,00 2.3 Belanja Modal 99.808.472.825,00 109.789.320.108,00 120.768.252.118,00 TOTAL BELANJA DAERAH 458.743.934.487,00 530.323.140.422,00 583.355.454.464,00 2012 2013 2014 1. BELANJA TIDAK LANGSUNG 484.788.621.952,00 577.685.400.123,00 688.755.439.307,00 1.1 Belanja Pegawai 444.179.159.762,00 533.014.991.714,00 639.617.990.057,00 1.2 Belanja Hibah 10.069.015.000,00 11.075.916.500,00 12.183.508.150,00 1.3 Belanja Bantuan Sosial 3.891.165.190,00 4.280.281.709,00 4.708.309.880,00 1.4 Belanja Bantuan Keuangan 24.652.782.000,00 27.118.060.200,00 29.829.866.220,00 1.5 Belanja Tidak Terduga 1.996.500.000,00 2.196.150.000,00 2.415.765.000,00 2. BELANJA LANGSUNG 227.847.660.421,00 250.632.426.463,00 275.695.669.109,00 2.1 Belanja Pegawai 17.831.277.760,00 19.614.405.536,00 21.575.846.089,00 2.2 Belanja Barang dan Jasa 77.171.305.331,00 84.888.435.864,00 93.377.279.450,00 2.3 Belanja Modal 132.845.077.330,00 146.129.585.063,00 160.742.543.569,00 TOTAL BELANJA DAERAH 641.690.999.910,00 705.860.099.902,00 776.446.109.892,00 Sumber : Dinas Pendapatan,Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kab. Kubu Raya, (Data diolah 2009) Berdasarkan data Tabel 3.2 dan Tabel 3.4, diketahui bahwa terjadi peningkatan yang signifikan terhadap Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung dibandingkan dengan pendapatan daerah. Dengan demikian rata-rata belanja daerah defisit tiap tahun sebesar 13,15 %. Untuk menghindari defisit anggaran ini, maka perlu diupayakan peningkatan pendapatan daerah bersumber dari PAD, dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah, serta peningkatan penerimaan dari Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dana Tugas Pembantuan, dan lain-lain.