Bab III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

5.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

Grafik 5.1. Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Kaltara Tahun Anggaran Sumber: Hasil Olahan, 2016

BAB III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN. Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

Tabel Kapasitas Rill kemampuan keuangan daerah untuk mendanai Pembangunan Daerah

Laporan Anggaran dan Realisasi Pendapatan dan Belanja Kabupaten Aceh Utara Tahun Anggaran 2006

BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa Lalu

LAPORAN KEUANGAN POKOK

BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA INSPEKTORAT KABUPATEN N E R A C A PER 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam Rupiah)

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

III BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN. Pada Bab II telah diuraiakan kondisi riil daerah yang ada di

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT RINGKASAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2013

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

Rancangan Akhir RPJMD Tahun Hal.III. 12

KERTAS KERJA PENYUSUNAN NERACA KONSOLIDASI POSISI PER TANGGAL.

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 3 - GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

LAPORAN KEUANGAN POKOK

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

Catatan Atas Laporan Keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan ini 1

PROFIL KEUANGAN DAERAH

BAB III PENGELOLAAN KEUNGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PETERNAKAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAANKEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

NERACA PEMERINTAH KABUPATEN KARIMUN PER 31 DESEMBER 2013 DAN 2012

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

PENGANTAR. PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN NERACA PER 31 Desember 2014 dan 2013

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

LAPORAN KEUANGAN POKOK. PEMERINTAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NERACA AUDITED Per 31 Desember 2008 dan 2007

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA LAPORAN REALISASI ANGGARAN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 URAIAN REF ANGGARAN 2014

Bab III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah Dan Kerangka Pendanaan

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

PEMERINTAH KOTA LUBUKLINGGAU NERACA Per 31 Desember 2008 dan 2007

LAPORAN KEUANGAN BERBASIS AKRUAL SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa lalu

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB - III Kinerja Keuangan Masa Lalu

PEMERINTAH ACEH NERACA Untuk Tahun Yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2011 dan 2010

PEMERINTAH ACEH NERACA Per 31 Desember 2012 dan 2011

Laporan Keuangan. Deskripsi Prosedur

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Merangin. Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Pengelolaan Keuangan Daerah menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri

JUMLAH ASET LANCAR , ,94

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007

BUPATI SAMPANG KATA PENGANTAR

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan Pembahasan Masalah

Bab-3 Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

BAB 3 GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

NERACA DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Per 31 Desember 2016

NERACA SKPD DINPORA PROVINSI JAWA TENGAH Per 31 Desember 2016

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN 2014 REALISASI (Rp)

Anggaran Realisasi Realisasi Cat

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN Untuk Tahun yang Berakhir Sampai Dengan Tanggal 31 Desember 2015 (dalam rupiah dan persen)

BAB V PENDANAAN DAERAH

ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN 2015 (Rp)

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

Bab III Gambaran Umum Keuangan Daerah

BAB IIIGAMBARAN GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

PROGRAM S-1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DEPARTEMEN AKUNTANSI

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

BUPATI SAMPANG KATA PENGANTAR

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Transkripsi:

Bab III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah. Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana secara optimal apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti dengan pemberian sumber-sumber penerimaan yang cukup kepada daerah dengan mengacu pada peraturan perundang-undangan (money follow function). Analisis pengelolaan keuangan daerah Kota Makassar dimaksudkan untuk menghasilkan gambaran tentang kapasitas atau kemampuan keuangan daerah dalam mendanai penyelenggaraan pembangunan daerah. Analisis pengelolaan keuangan daerah dilakukan terhadap APBD dan laporan keuangan daerah. Analisis pengelolaan keuangan daerah dan kerangka pendanaan dari Provinsi Sulawesi Selatan dan Kota Makassar terlebih dahulu harus disajikan jenis obyek pendapatan, belanja dan pembiayaan sesuai dengan kewenangan, susunan/struktur masing-masing APBD. Selanjutnya, analisis dilakukan terhadap penerimaan daerah yaitu pendapatan dari penerimaan pembiayaan daerah. Kapasitas keuangan daerah pada dasarnya ditempatkan sejauh mana daerah mampu mengoptimalkan penerimaan dari pendapatan daerah. Berbagai objek penerimaan daerah akan dianalisis untuk memahami perilaku atau karakteristik penerimaan selama ini. Selanjutnya, dibuatlah analisis untuk mengidentifikasi proyeksi pendapatan daerah. Analisis ini dilakukan untuk memperoleh gambaran kapasitas pendapatan daerah dengan proyeksi 5 (lima) tahun kedepan, untuk penghitungan kerangka pendanaan pembangunan daerah. Analisis dilakukan berdasarkan pada data dan informasi yang dapat mempengaruhi pertumbuhan pendapatan daerah, antara lain: (1) Angka rata-rata pertumbuhan pendapatan daerah masa lalu; (2) Asumsi indikator makro ekonomi (PDRB/laju pertumbuhan ekonomi, inflasi dan lain-lain); (3) Kebijakan intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan daerah; (4) Kebijakan dibidang keuangan negara. Analisis dilakukan dengan kerangka pemikiran sebagaimana disajikan dalam gambar di bawah ini. GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 108

Gambar 3.1 Analisis Proyeksi Pendapatan Daerah Kebijakan di bidang Keuangan Negara Asumsi indikator makro ekonomi Angka rata-rata pertumbuhan setiap objek pendapatan daerah Tingkat Pertumbuhan Pendapatan daerah Kebijakan intensifikasi dan ekstensifikasi Sebagaimana gambar diatas, pendapatan daerah pada dasarnya ditunjang oleh 3 (tiga) faktor utama, yaitu Indikator Makro Ekonomi, Kebijakan Keuangan Negara dan Kebijakan Ekstensifikasi dan Intensifikasi. Hasil dari faktor pembangun ini adalah didapat Pertumbuhan Pendapatan Daerah. Untuk lebih mendapat gambaran, akan disajikan perkembangan kinerja keuangan dan kebijakan pengelolaan keuangan masa lalu. 3.1. Kinerja Pengelolaan Keuangan Tahun 2009-2013 3.1.1 Kinerja Pelaksanaan APBD Untuk dapat melihat kinerja Pendapatan Daerah Pemerintah Kota Makassar dapat dilihat perkembangan realisasi dan pertumbuhan pendapatan daerah dari tahun 2008 hingga tahun 2012 sebagai berikut : 3.1.1.1. Pendapatan Daerah Secara garis besar, Akun Pendapatan Daerah terdiri atas 3 kelompok, yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, PAD terdiri atas: (1) Penerimaan Pajak Daerah; (2) Penerimaan Retribusi Daerah; (3) Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Darah yang Dipisahkan; dan (4) Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah. Adapun Penerimaan Dana Perimbangan bersumber dari: (1) Bagi Hasil Pajak; (2) Bagi Hasil Sumber Daya Alam (SDA); (3) Dana Alokasi Umum; dan (4) Dana Alokasi Khusus. Sedangkan penerimaan Lain-Lain Pendapatan yang Sah bersumber dari: (1) Bantuan/Hibah; (2) Dana Penyesuaian; dan (3) Dana Darurat. Realisasi Pendapatan Daerah Kota Makassar pada periode 2009-2013 meningkat sebesar Rp 1,151 Trilyun lebih, atau 94,73% yaitu dari Rp 1,215 Trilyun lebih pada Tahun 2009 menjadi Rp 2,367 Trilyun lebih pada Tahun 2013 dengan rata-rata peningkatan sebesar 18,95% per tahun, secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut: GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 109

Tabel 3.1 Rata-rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2009 s.d. Tahun 2013 Kota Makassar No JENIS PENDAPATAN 2009 2010 2011 2012 2013 % RATA-RATA PERTUMBUHAN A Pendapatan Asli Daerah 170.698.725.818,79 210.136.331.090,64 351.692.552.587,60 491.067.365.846,77 619,593,144,214.74 39.07 1 Pajak Daerah 115.223.338.976,00 133.551.818.679,00 270.547.821.316,00 388.340.901.653,00 518.703.083.895,23 48.90 2 Retribusi Daerah 39.980.839.820,00 59.729.103.725,43 62.043.147.863,00 74.936.443.359,00 79.650.936.626,00 20.09 3 4 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli daerah yang Sah 5.665.752.809,23 5.817.813.865,99 6.355.200.147,60 6.448.544.026,97 6.355.687.310,80 2.99 9.828.794.213,56 11.037.594.820,22 12.746.383.261,00 21.341.476.807,80 14.879.809.769.71 16,23 B Dana Perimbangan 833.834.215.606,00 861.280.547.227,00 905.873.927.525,00 1.105.463.603.654,00 1.161.279.547.795,00 8,89 1 Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 143.383.511.606,00 171.260.420.227,00 126.494.607.525,00 161.696.486.654,00 86.808.764.795,00 (6,30) 2 Dana Alokasi Umum 647.299.704.000,00 644.266.427.000,00 718.481.320.000,00 911.122.797.000,00 1.033.583.903.000,00 12,83 3 Dana Alokasi Khusus 43.151.000.000,00 45.753.700.000,00 60.898.000.000,00 32.644.320.000,00 40.886.880.000,00 4,50 C Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah 211.184.779.475,00 378.245.771.273,21 471.004.035.010,37 457.146.757.189,43 580,163,917,260.74 31,90 1 Hibah 1.559.018.800,00 650.445.600,00 970.971.485,00 1.457.746.500,00 - (14,72) 2 Dana Darurat - 100.000.000,00 - - - - 3 4 5 6 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemda Lainnya Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemda Lainnya Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah 115.012.318.875,00 155.704.122.541,21 166.494.273.845,37 194.255.865.129,43 222.860.704.034,74 18,43 68.965.037.000,00 190.426.514.332,00 262.927.499.880,00 211.436.166.000,00 297.058.872.914,00 58,78 25.648.404.800,00 31.364.688.800,00 40.611.289.800,00 49.996.979.560,00 60,244,340,312.00 23,84 - - - - - - Jumlah Pendapatan 1.215.717.720.899,79 1.449.662.649.590,85 1.728.570.515.122,97 2.053.677.726.690,20 2.361.352.821.050,48 18,06 Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Asset Kota Makassar Sebagaimana data yang tersaji dalam tabel 3.1 dapat kita lihat bahwa pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah Kota Makassar dari Tahun 2009 2013 terus mengalami pertumbuhan positif dengan rata-rata pertumbuhan 39,07%. Sumbangan terbesar bagi PAD ini adalah bersumber dari Pajak Daerah dengan rata-rata pertumbuhan 48,90% dan kemudian Retribusi Daerah dengan rata-rata pertumbuhan 20,09%, disusul dengan Pendapatan Lain yang Sah yang memiliki rata-rata pertumbuhan sebesar Rp 16,23% dan terakhir yang memiliki pertumbuhan terendah adalah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar Rp 2,99 %. a. Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah yang terdiri dari penerimaan Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan, dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah dapat direalisasi penerimaannya secara rasional dan terukur dengan melaksanakan beberapa kegiatan yang mampu mendorong pertumbuhan pendapatan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. PAD Kota Makassar Antara Tahun Anggaran 2009-2013, PAD meningkat sebesar Rp 448,89 Milyar lebih, atau 262,97% dengan rata-rata peningkatan sebesar 39,07% per tahun, dengan rincian Pajak Daerah mengalami peningkatan sebesar Rp 403 Milyar GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 110

lebih, atau 350,18% dengan rata-rata peningkatan sebesar 48,90% per tahun yaitu dari Rp 115 Milyar lebih pada Tahun 2009 menjadi Rp.518 Milyar lebih pada Tahun 2013. Retribusi Daerah meningkat Rp39,67 Milyar lebih, atau 99,22% dengan rata-rata peningkatan sebesar 20,09% per tahun yaitu dari Rp 39,98 Milyar lebih pada Tahun 2009 menjadi Rp79,65 Milyar lebih pada Tahun 2013. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan meningkat sebesar Rp 689,93 Juta lebih, atau 12,18% dengan rata-rata peningkatan sebesar 2,99% per tahun yaitu dari Rp5,66 Milyar lebih Tahun 2009 menjadi Rp 6,35 Milyar lebih pada Tahun 2013. Hasil pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan bersumber dari pembagian deviden yang diperoleh perusahaan daerah sebagai berikut (1) Bagian Laba Atas Perusahaan Daerah yaitu: Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM); Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat (BPR); Perusahaan Daerah Pasar Makassar Raya; Perusahaan Daerah Rumah Potong Hewan (RPH); Perusahaan Daerah Parkir; Perusahaan Daerah Terminal. (2). Bagian Laba Atas Perusahaan Pemerintah meliputi Dividen Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan dan PT. KIMA Makassar. (3) Bagian Laba Atas Perusahaan Swasta yaitu PT. GMTD Secara berturut-turut pencapaian Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Makassar dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.2. Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) TA. 2009-2013 T.A. Rencana (Rp) Realisasi (Rp) % Bertambah/ Pertumbuhan (Berkurang) (%) 2009 176,628,387,000.00 170,698,725,818.79 96.64 (5,929,661,181.21) 7.95 2010 216,928,890,000.00 210,136,331,090.64 96.87 (6,792,558,909.36) 23.10 2011 345,335,311,000.00 351,692,552,587.60 101.84 6,357,241,587.60 67.36 2012 441,234,952,000.00 491,067,365,846.77 111.29 49,832,413,846.77 39.63 2013 569,727,462,000.00 619,593,144,214.74 108.75 49,865,682,214.74 26.17 b. Dana Perimbangan Penerimaan dari Dana Perimbangan yang merupakan salah satu jenis dana transfer dari Pemerintah Pusat bersumber dari Dana Bagi Hasil Pajak dan SDA, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus. Dana Perimbangan sebagaimana data tersaji dalam tabel 3.1 dapat kita lihat dari Tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 mengalami pertumbuhan positif dengan rata-rata pertumbuhan 8,89 %. Sumbangan terbesar berasal dari Dana Alokasi Umum dengan rata-rata pertumbuhan 12,83 %. Pertumbuhan positif juga disumbang dari Dana Alokasi Khusus dengan rata-rata pertumbuhan 4,50 % dan kemudian Dana Bagi Hasil Pajak/bukan Pajak mengalami penurunan dengan rata-rata pertumbuhan -6,30 %. GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 111

Tabel. 3.3. Target dan Realisasi Dana Perimbangan TA. 2009-2013 T.A. Rencana (Rp) Realisasi (Rp) % Bertambah/ (Berkurang) Pertumbuhan (%) 2009 824,994,987,000.00 833,834,215,606.00 101.07 8,839,228,606.00 5.65 2010 868,180,952,000.00 861,280,547,227.00 99.21 (6,900,404,773.00) 3.29 2011 923,001,825,000.00 905,873,927,525.00 98.14 (17,127,897,475.00) 5.18 2012 1,087,716,308,000.00 1,105,463,603,654.00 101.63 17,747,295,654.00 22.03 2013 1,152,041,812,000.00 1,161,279,547,795.00 100.80 9,237,735,795.00 5.05 Pada Periode 2009-2013, Dana Perimbangan meningkat sebesar Rp327,04 Milyar lebih, atau 39,64% dengan rata-rata peningkatan sebesar 7,92% per tahun, yaitu dari Rp 824,99 Milyar lebih pada Tahun 2009, menjadi Rp 1,16 Trilyun lebih pada Tahun 2013. c. Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah Sementara untuk komponen Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah, sebagaimana data tersaji dalam tabel 3.1 dapat kita lihat bahwa pertumbuhan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Kota Makassar dari Tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 mengalami pertumbuhan positif dengan rata-rata pertumbuhan 31,90 %. Sumbangan terbesar adalah bersumber dari Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus dengan rata-rata pertumbuhan 58,78 % dan kemudian Bantuan Keuangan Dari Pemerintah Propinsi dan Pemda Lainnya dengan rata-rata pertumbuhan 23,84 %. Tabel 3.4. Target dan Realisasi Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah TA. 2009-2013 T.A. Rencana (Rp) Realisasi (Rp) % Bertambah/ Pertumbuhan (Berkurang) (%) 2009 196,124,789,800.00 211,184,779,475.00 107.68 15,059,989,675.00 10.43 2010 371,276,039,000.00 378,245,771,273.21 101.88 6,969,732,273.21 79.11 2011 471,773,306,000.00 471,004,035,010.37 99.84 (769,270,989.63) 24.52 2012 448,055,833,000.00 457,146,757,189.43 102.03 9,090,924,189.43 (2.94) 2013 565,887,358,000.00 580,163,917,260.74 102.52 14,276,559,260.74 26.91 Selanjutnya kita lihat perbandingan Pendapatan Asli Daerah dengan Pendapatan Daerah yang tersaji dalam tabel 3.5 di bawah ini. GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 112

Tabel 3.5 Perbandingan Pendapatan Asli Daerah dengan Pendapatan Daerah Tahun 2009 s.d Tahun 2013 Kota Makassar No Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 1 Pendapatan Asli Daerah 170.698.725.818,79 210.136.331.090,64 351.692.552.587,60 491.067.365.846,77 619.593.144.214,74 2 Pendapatan Daerah 1.215.717.720.899,79 1.449.662.649.590,85 1.728.570.515.122,97 2.053.677.726.690,20 2.361.036.609.270,48 % 14,04 14,50 20,35 23,91 26,24 Dari tabel 3.5 diatas dapat dilihat bahwa proporsi Pendapatan Asli Daerah terhadap total pendapatan daerah masih relatif kecil, yang berarti sumber pendapatan yang dominan bagi APBD Kota Makassar berasal dari pendapatan transfer baik Dana Perimbangan dari pusat maupun dari provinsi. Meskipun Pendapatan Asli Daerah mengalami pertumbuhan positif setiap tahunnya namun melihat proporsinya yang relatif kecil dalam menyumbang pendapatan daerah, hal itu menunjukan kemampuan keuangan Kota Makassar belum dapat dikategorikan mandiri sehingga perlu adanya penggalian potensi sumber-sumber pendapatan asli daerah untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah khususnya dari komponen pajak daerah dan retribusi daerah sehingga ketergantungan terhadap dana perimbangan dari pusat maupun provinsi tidak terlalu besar. b. Belanja Daerah Berdasarkan kinerja pendapatan daerah yang telah dicapai tahun 2009-2013 menunjukkan angka peningkatan yang cukup signifikan terbukti dari tahun 2009 realisasi pendapatan sebesar Rp. 1.215.717.720.899,79 dan pada tahun 2013 realisasi pendapatan meningkat menjadi Rp. 2.361.036.609.270,48 atau mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 18,06 %. Pertumbuhan pendapatan yang telah dicapai menjadi dasar di dalam pengelolaan belanja daerah, baik belanja langsung (BL) maupun belanja tidak langsung (BTL). Besarnya realisasi belanjatersebut diprioritaskan untuk meningkatkan pelayanan masyarakatmelalui program-program yang berpedoman pada prinsip-prinsip penganggaran. Belanja Daerah Tahun Anggaran 2009-2013, disusun dengan pendekatan anggaran kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan, dengan memperhatikan kinerja satuan kerja perangkat daerah dalam pelaksanaan tugas, pokok dan fungsinya. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas dan integrasi perencanan terhadap penganggaran daerah, serta menjamin efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran ke dalam program dan kegiatan sesuiai agenda strategis yang akan tertuang dalam RPJMD 2014-2019. GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 113

Tabel 3.6. Rata-Rata Pertumbuhan Belanja Daerah NO A. URAIAN BELANJA TIDAK LANGSUNG 2009 2010 2011 2012 2013 Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rata- Rata Pertum buhan (%) 616,029,846,808.01 732,623,162,933.67 937,043,347,148.00 967,115,427,487.77 1,167,819,871,581.65 17.70 1 Belanja Pegawai 574,126,173,031.00 678,343,932,314.00 872,261,848,703.00 929,980,039,863.00 1,022,763,508,926.00 15.83 2 Belanja Bunga - 2,119,727,019.67-10,280,439,824.77 45,950,571,019.65 61.74 3 Belanja Subsidi 1,125,000,000.00 - - - - (100.00) 4 Belanja Hibah 23,304,715,000.00 25,175,607,000.00 35,577,984,849.00 15,326,003,200.00 83,080,202,316.00 108.63 5 Belanja Bantuan Sosial 17,473,958,777.01 26,232,596,600.00 27,177,912,236.00 9,676,241,600.00 787,500,000.00 (25.63) 6 Belanja Bagi Hasil - - - - - - 7 Belanja Bantuan Keuangan - - - 757,454,000.00 741,193,000.00 (1.07) 8 Belanja Tidak Terduga - 751,300,000.00 2,025,601,360.00 1,095,249,000.00 14,496,896,320.00 449.10 - B. BELANJA LANGSUNG 625,013,421,844.00 645,411,292,062.50 774,834,782,838.23 999,590,584,037.00 1,167,196,913,789.00 17.27 1 Belanja Pegawai 126,383,772,185.00 139,261,995,930.00 199,815,388,838.94 148,236,182,900.00 190,431,531,516.00 14.08 2 Belanja Barang & Jasa 301,449,071,321.00 329,417,215,928.50 406,495,617,941.29 532,736,022,228.00 607,309,030,226.00 19.43 3 Belanja Modal 197,180,578,338.00 176,732,080,204.00 168,523,776,058.00 318,618,378,909.00 369,456,352,047.00 22.50 TOTAL 1,241,043,268,652.01 1,378,034,454,996.17 1,711,878,129,986.23 1,966,706,011,524.77 2,335,016,785,370.65 17.22 3.1.2 Neraca Daerah Neraca Daerah adalah neraca yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah secara bertahap sesuai dengan kondisi masing-masing pemerintah. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah. Neraca menggambarkan posisi keuangan pemerintah daerah mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal neraca tersebut dikeluarkan. Unsur yang dicakup oleh sebuah neraca terdiri dari aset, kewajiban dan ekuitas. Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aset adalah potensi aset tersebut untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak langsung bagi kegiatan operasional pemerintah, berupa aliran pendapatan atau penghematan belanja bagi pemerintah. - GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 114

Kewajiban adalah bahwa pemerintah mempunyai kewajiban masa kini yang dalam penyelesaiannya mengakibatkan pengorbanan sumber daya ekonomi di masa yang akan datang. Kewajiban umumnya timbul karena konsekuensi pelaksanaan tugas atau tanggung jawab untuk bertindak di masa lalu. Dalam konteks pemerintahan, kewajiban muncul antara lain karena penggunaan sumber pembiayaan pinjaman dari masyarakat, lembaga keuangan, entitas pemerintah lain, atau lembaga internasional. Sementara yang dimaksud dengan ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah pada tanggal laporan. Ratapertumbuhan Neraca Daerah Kota Makassar dalam kurun waktu 5 (Lima) tahun tersaji dalam tabel 3.7. di bawah ini. Tabel 3.7. Rata-rata Pertumbuhan Neraca Daerah Kota Makassar Tahun 2009 2013 URAIAN Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 115 Rata-Rata Pertumbuhan Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. (%) ASET 7,384,019,476,092.79 8,634,479,108,039.23 8,831,488,948,246.92 9,233,472,944,199.60 9,605,924,543,083.46 6.95% ASET LANCAR 99,743,222,386.10 168,126,114,808.20 192,406,886,819.89 243,312,627,973.79 330,090,614,855.84 36.28% Kas 87,410,842,111.36 147,972,634,406.01 162,699,575,166.87 206,350,638,824.39 242,686,218,292.23 30.92% Kas di Kas Daerah 82,521,826,906.36 143,978,883,526.01 160,646,946,520.15 205,498,169,631.77 239,997,526,648.61 32.69% Kas di Bendahara Penerimaan 3,681,105,823.00 3,816,985,685.00 1,940,064,557.10 0.62 2,499,110,004.62 100770564641.05% Kas di Bendahara Pengeluaran 1,207,909,382.00 176,765,195.00 112,564,089.62 852,469,192.00 189,581,639.00 114.47% Investasi Jangka Pendek Investasi dalam Saham Investasi dalam Obligasi Piutang 8,269,599,130.74 11,394,032,203.50 16,716,523,069.38 18,658,871,140.38 60,901,287,738.46 80.63% Piutang Pajak 3,800,910,694.00 4,471,814,871.00 4,820,644,281.00 5,346,794,175.00 46,568,146,423.00 201.83% Piutang Retribusi 373,672,000.00 1,787,052,750.00 4,480,162,562.00 5,969,251,096.00 7,198,779,965.00 145.69% Piutang Dana Baqi Hasil Piutang Dana Alokasi Umum Piutang Dana Alokasi Khusus Bagian Lancar Pinjaman Kepada BUMD Bagian Lancar Taqihan Penjualan Anqsuran Bagian Lancar Tuntutan Ganti Kerugian Daerah Piutang Lain-lain 90,023,711.74-139,265,500.00 115,904,181.00 974,408,792.58 2655.98% Persediaan 4,004,992,725.00 5,135,164,582.50 7,276,450,726.38 7,226,921,688.38 6,159,952,557.88 13.62% Persediaan 4,062,781,144.00 8,759,448,198.69 12,990,788,583.64 18,303,118,009.02 26,503,108,825.15 62.40% Persediaan Hibah - - (236,424,051.00) (599,078,403.15) (1,004,152,643.85) 2555.25% INVESTASI JANGKA PANJANG 355,913,827,349.15 349,403,067,035.15 349,889,700,535.15 353,800,779,470.15 312,139,408,612.93-3.09% Investasi Nonpermanen Pinjaman Kepada Perusanaan Negara Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah Pinjaman Kepada Pemerintah Daerah Lainnya Investasi dalam Surat Utang Negara Investasi Dana Bergulir Investasi Nonpermanen Lainnya Investasi Permanen 355,913,827,349.15 349,403,067,035.15 349,889,700,535.15 353,800,779,470.15 312,139,408,612.93-3.09% Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 327,422,927,649.15 319,896,455,335.15 320,051,155,335.15 326,722,541,570.15 285,118,118,712.93-3.22% Penyertaan Modal dalam Proyek Pembangunan Penyertaan Modal dalam Bentuk Saham Penyertaan Modal Perusahaan 26,457,382.300,00 26,457,382.300,00 27,002,382,300.00 24,300,000,000.00 24,300,000,000.00-1.99%

Patungan URAIAN Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Rata-Rata Pertumbuhan Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. (%) Pinjaman Modal 2,033,517,400.00 3,049,229,400.00 2,836,162,900.00 2,778,237,900.00 2,721,289,900.00 9.72% Investasi Permanen Lainnya ASET TETAP 6,884,844,298,016.48 7,937,597,372,605.34 8,106,393,841,263.34 8,428,319,622,688.66 8,805,106,165,102.69 6.46% Tanah 2,855,553,038,077.00 Tanah 3,479,992,063,750.00 3,486,384,924,150.00 3,507,044,156,800.00 3,560,896,312,795.00 6.04% Peralatan dan Mesin 307,379,155,615.00 364,126,398,418.00 415,576,272,909.00 488,664,988,015.00 545,504,249,746.69 15.45% Alat-alat Berat 6,884,844,298,016.48 7,937,597,372,605.34 8,106,393,841,263.34 8,428,319,622,688.66 8,805,106,165,102.69 6.46% Alat-alat Angkutan 2,855,553,038,077.00 Alat Benqkel Alat Pertanian dan Petemakan Alat-aiat Kantor dan Rumah Tangga Alat Studio dan Alat Komunikasi Alat Ukur Alat-alat Kedokteran Alat Laboratorium Alat Keamanan 3,479,992,063,750.00 3,486,384,924,150.00 3,507,044,156,800.00 3,560,896,312,795.00 6.04% Gedung dan Bangunan 395,008,771,844.00 656,566,566,951.00 656,801,066,951.00 741,294,730,808.01 748,838,281,356.00 20.03% Banqunan Gedung Bangunan Monumen Jalan, Irigasi dan Jaringan 3,270,909,465,673.00 Jalan dan Jembatan Banqunan Air (Irigasi} Instalasi Jarinqan 3,375,950,670,889.00 3,375,960,820,889.00 3,379,338,104,853.00 3,574,517,363,448.00 2.27% Aset Tetap Lainnya 17,943,659,943.00 22,953,460,457.00 38,325,391,187.00 52,833,712,389.00 60,909,357,244.00 37.01% Buku dan Perpustakaan Baranq Bercorak Kesenian/Kebudayaan Hewan/Ternak dan Tumbuhan Aset Tetap Renovasi Konstruksi Dalam Pengerjaan 40,785,345,703.00 52,620,851,203.00 147,958,004,240.00 273,737,846,928.00 314,440,600,513.00 77.52% Konstruksi Dalam Pengerjaan Akumulasi Penyusutan Aset Tetap (2,735,138,838.52) (14,612,639,062.66) (14,612,639,062.66) (14,593,917,104.35) - 83.53% Akumulasi Penyusutan Aset Tetap... DANA CADANGAN 23,507,519,232.00 Dana Cadanqan ASET LAINNYA 43,518,128,341.06 179,352,553,590.54 182,798,519,628.54 184,532,394,835.00 158,588,354,512.00 75.24% Taqihan Penjualan Angsuran 101,180,000.00 61,690,000.00 387,286,350.00 757,498,750.00 111,778,700.00 124.78% Taqihan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah Kemitraan dengan Fihak Ketiga - 173,325,179,315.00 173,325,179,315.00 173,325,179,315.00 144,967,633,315.00 2495.91% Aset Tak Berwujud - 5,298,808,150.00 8,420,948,150.00 9,123,188,150.00 12,388,284,650.00 2525.76% Aset Lain-Lain 43,416,948,341.06 666,876,125.54 665,105,813.54 1,326,528,620.00 1,120,657,847.00-3.70% JUMLAH ASET 7,384,019,476,092.79 8,634,479,108,039.23 8,831,488,948,246.92 9,233,472,944,199.60 9,605,924,543,083.46 6.95% KEWAJIBAN 132,650,510,425.60 119,449,751,816.72 117,537,587,523.12 122,630,325,668.70 99,787,842,450.03-6.46% KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 130,252,867,225.60 119,050,144,087.06 116,338,764,334.14 122,630,325,668.70 7,187,108,465.17-24.90% Utanq Perhitungan Pihak Ketiga Utang Bunga 31,665,963,444.51 31,592,804,747.41 31,573,944,922.64 27,441,838,543.71 980,699,843.13-27.45% Utang Pajak 908,630,478.00 689,503,793.50 870,067,321.00 588,611,409.00 - -32.57% Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Dalam Negeri Pendapatan Diterima Dimuka Utang Bagi Hasil Pajak ke Kab/Kota 35,837,399,490.60 32,248,065,120.04 31,448,850,720.04 32,647,672,374.83 4,739,154,853.98-23.54% Utang Janqka Pendek Lainnya 59,147,869,570.29 50,559,520,579.11 50,432,309,355.46 54,798,272,144.16 997,194,648.06-26.07% KEWAJIBAN JANGKA PANJANG 2,397,643,200.00 399,607,729.66 1,198,823,188.98-92,600,733,984.86 29.17% Utanq Dalam Neqeri 2,397,643,200.00 399,607,729.66 1,198,823,188.98-92,600,733,984.86 29.17% Utanq Luar Neqeri Utang Jangka Panjanq Lainnya GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 116

URAIAN Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Rata-Rata Pertumbuhan Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. (%) EKUITAS DANA 7,251,368,965,667.19 8,712,039,196,430.20 8,516,941,520,516.11 9,110,842,618,530.90 9,506,136,700,633.43 7.30% Ekuitas Dana Lancar (30,509,644,839.50) 73,356,742,732.83 51,787,350,474.06 120,682,302,305.09 322,903,506,390.67-17.31% Sisa Lebih Pembiayaan Anqqaran (SILPA) 85,294,302,251.36 161,897,507,283.75 146,925,801,890.01 205,762,027,414.77 240,186,873,287.61 34.33% Pendapatan yang ditangguhkan 1,207,909,382.00 112,564,089.62 176,765,195.00 0.62 2,499,110,004.62 100770564644.01% Cadanqan Piutang 8,269,599,130.74 16,480,099,018.38 11,394,032,203.50 18,059,792,737.23 59,897,135,094.61 89.65% Cadangan Persediaan 4,062,781,144.00 13,227,212,634.64 8,759,448,198.69 18,902,196,412.17 27,507,261,469.00 88.28% Dana yang Harus Disediakan untuk Pernbayaran Utang Jangka Pendek Ekuitas Dana Investasi 7,281,878,610.506,69 Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang Diinvestasikan dalam Aset Tetap lainnya (129,344,236,747.60) (118,360,640,293.56) (115,468,697,013.14) (122,041,714,259.70) (7,186,873,465.17) -24.84% 8,638,682,453.697,37 8.465,154,170,042.05 8.966,652,796,993.81 9. 183,233,194,242.76 6.24% 355,913,827,349.15 349,889,700.535,15 349.403.067.035,15 353.800.779.470,15 312.139.408.612,93-3,09 6,884,844,298.016.48 8,106,393,841.263,34 7.937,597,372.605,34 8,428,319,622.688,66 8,805,106,165.102,69 6.58% Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 43,518,128,341.06 182,798,519,628.54 179,352,553,590.54 184,532,394,835.00 158,588,354,512.00 76.75% Dana yang Harus disediakan Untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang (2,397,643,200.00) (399,607,729. 66) (1,198,823,188.98) - (92,600,733,984.86) 29.17% Ekuitas Dana Cadangan - - - 23,507,519,232.00 - -25.00% Diinvestasikan dalam Dana Cadangan - - - 23,507,519,232.00 - -25.00% JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS 7,384,019,476,092.79 8,831,488,948,246.92 8,634,479,108,039.23 9,233,472,944,199.60 9,605,924,543,083.46 7.09% DANA Dari tabel 3.7 di atas dapat diketahui bahwa aset Pemerintah Kota Makassar dari kurun waktu tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 mengalami rata-rata pertumbuhan sebesar 6,95 % dengan rincian Aset lancar yang mengalami rata-rata pertumbuhan sebesar 36,28 % dan aset tetap mengalami rata-rata pertumbuhan sebesar 6,46 %. Kewajiban mengalami rata-rata pertumbuhan sebesar -6,46% yang berarti tiap tahunnya kewajiban atau utang Pemerintah Kota Makassar mengalami penurunan sebesar 17,23%, sedangkan untuk komponen ekuitas dana mengalami rata-rata pertumbuhan sebesar 7,30%. Dari neraca daerah dapat diketahui kemampuan keuangan pemerintah daerah melalui rasio likuiditas, solvabilitas dan rasio aktivitas serta kemampuan aset daerah untuk penyediaan dana pembangunan daerah. Tabel 3.8 di bawah ini menyajikan analisis rasio keuangan Pemerintah Kota Makassar selama kurun waktu tahun 2009 sampai dengan tahun 2013. Tabel 3.8 Analisa Rasio Keuangan Kota Makassar 2009-2013 No URAIAN Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 A. Rasio Likuiditas 1 Rasio Lancar (Current Ratio) 0.77 1.41 1.65 1.98 45.93 2 Rasio Quick (Quick Ratio) 0.73 1.34 1.54 1.83 42.24 B. Rasio Solvabilitas 1 Rasio Total Hutang Terhadap Total Aset 0.02 0.01 0.01 0.01 0.01 2 Rasio Total Hutang Terhadap Ekuitas 0.02 0.01 0.01 0.01 0.01 C. Rasio Aktivitas 1 Rata-rata Umur Piutang 2.71 3.09 4.15 4.53 6.03 2 Rata-rata Umur Persediaan 18.02 26.50 32.65 51.23 58.45 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 117

Tingkat kualitas pengelolaan keuangan daerah dapat diketahui berdasarkan analisis rasio atau perbandingan antara kelompok/elemen laporan keuangan yang satu dengan kelompok yang lain. Beberapa rasio yang dapat diterapkan di sektor publik adalah rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio utang. Rasio likuiditas antara lain rasio lancar (current ratio) dan rasio cepat (quick ratio). Rasio lancar (current ratio) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan menggunakan aset lancar yang dimilki. Rasio ini menunjukkan apakah pemerintah daerah memiliki aset yang cukup untuk melunasi kewajiban yang jatuh tempo. Hasil analisis rasio menunjukkan bahwa rasio lancar Pemerintah Kota Makassar selama kurun waktu tahun 2009 s.d 2013 mempunyai nilai lebih dari satu, yang berarti bahwa Pemerintah Kota Makassar dapat memenuhi kewajiban yang jatuh tempo. Rasio cepat (quick ratio) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan menggunakan aset yang lebih lancar. Dalam rasio ini komponen aset lancar dikurangi oleh persediaan, karena meskipun persediaan masuk dalam kategori aset lancar, namun memerlukan tahap untuk menjadi kas. Apalagi persediaan di pemerintah daerah bukan merupakan barang dagangan, sehingga untuk mendapatkan rasio aset cepat persediaan menjadi komponen pengurang aset lancar. Hasil analisis rasio menunjukkan bahwa rasio cepat Pemerintah Kota Makassar selama kurun waktu tahun 2009 sampai dengan 2013 juga mempunyai nilai lebih dari satu, yang berarti bahwa Pemerintah Kota Makassar dapat memenuhi kewajiban yang jatuh tempo. Rasio solvabilitas, yaitu perbandingan total aset dengan total utang, dapat digunakan untuk melihat kemampuan pemerintah daerah dalam memenuhi seluruh kewajibannya, baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang. Tabel 3.8 menunjukkan bahwa rasio utang terhadap total aset dan rasio utang terhadap ekuitas sangat rendah dan cenderung turun dari tahun 2009 ke 2013, hal ini menunjukan bahwa total kewajiban Pemerintah Kota Makassar dapat ditutupi oleh total aset ataupun oleh modal Pemerintah Kota Makassar. 3.2 Kebijakan Pengelolaan Keuangan Periode 2009 2013 3.2.1 Proporsi Penggunaan Anggaran a. Kebijakan pendapatan Daerah Transparansi dan penyederhanaan proses penetapan pajak daerah maupun retribusi daerah merupakan langkah alternatif yang akan dikembangkan dan ditingkatkan dalam memupuk rasa kedekatan dan tanggung jawab antara masyarakat selaku wajib pajak/retribusi dengan pemerintah kota. Untuk menjamin pencapain target dan oiptimalisasi pendapatan daerah maka berbagai uipaya dan strategi yang duilakukan yakni : 1. Memantapkan pelaksanaan sistem pungutan yang berorientasi pada peningkatan pengawasan baik pengawasan fungsional mauipun pengawasan melekat; 2. Meningkatkan intensifikasi operasional pungutan pendapatan daerah; 3. Melanjutkan upaya peningkatan sumber daya aparatur pengelola pendapatan baik segi mental maupun kletrampilan sehingga benar-benar dapat diandalkan sebagai aparat pemungut yang cakap, terampil, jujur dan berhasil. 4. Pemantapan funsi Dinas Pendapatan Daerah selaku koordinator Pendapatan Daerah dan terus membina dan menigkatkan koordinasi dengan Dinas-Dinas atau instansi atau unit kerja terkait dalam usaha peningkatan pendapatan daerah; GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 118

5. Melakukan pembinaan dan mendorong peningkatan potensi dan kemampuan pajak dan retribusi untuk dapat melaksanakan kewajibannya; 6. Mendorong peningkatan kualitas pelayanan kepada wajib pajak dan retribusi melalui pengembangan dan peningkatan kualitas prsarana dan sarana pelayanan yang telah dimiliki. 7. Memberikan sanksi yang tegas dan adil kepada wajib pajak dan wajib tertribusi. Proporsi realisasi pendapatan daerah terhadap anggaran belanja daerah di Kota Makassar dalam kurun waktu 5 (lima) tahun tersaji dalam tabel di 3.9 di bawah ini: Tabel 3.9. Proporsi Realisasi Pendapatan Daerah Terhadap Anggaran Pendapatan Daerah Kota Makassar Tahun 2009 2013 No. Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 % % % % % A Pendapatan Asli Daerah 96,64 96,87 101,84 111,29 108,75 1 Pajak Daerah 100,01 99,51 103,86 115,18 112,62 2 Retribusi Daerah 90,29 94,85 93,23 89,06 91,79 3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 95,29 95,00 99,43 98,39 91,11 4 Lain-lain Pendapatan Asli daerah yang Sah 87,86 81,06 107,04 159,59 96,54 B Dana Perimbangan 101,07 99,21 98,14 101,63 100,80 1 Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 106,57 96,13 88,07 112,33 111,91 2 Dana Alokasi Umum 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 3 Dana Alokasi Khusus 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 C Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah 107,68 101,88 99,84 102,03 102,52 1 Hibah 239,48 100,00 58,85 100,00-2 Dana Darurat - 100,00 - - - 3 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemda Lainnya 94,66 105,16 99,50 104,09 106,17 4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 140,23 99,31 100,23 100,00 100,00 5 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemda Lainnya 103,45 100,00 100,35 100,00 102,26 6 Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah - - - - - b. Kebijakan Belanja Daerah Berkaitan dengan kebutuhan belanja yang cenderung meningkat yang belum dapat diimbangi dengan peningkatan sumber pendapatan yang memadai, maka diperlukan upaya-upaya yang mengarah pada peningkatan efektifitas dan efisiensi aparatur dan perangkat-perangkatdaerah, pelibatan dan peningkatan partisipasi masyarakat melaui strategi : 1. Menata sistem dan meknisme kerja perangkat kota agar lebih responsif, akuntabel dan transparan sesuai dengan semangat dan jiwa otonomi dan desentralisasi. 2. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam pembangunan dan kemasyarakatan. 3. Peningkatan pelayanan masyarakat di urusan pendidikan dan kesehatan. 4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pembangunan jaringan utilitas kota sebagai pelayanan dasar bagi masyarakat kota dengan menyusun prioritas penanganannya (Infrastruktur). 5. Memperkokoh sektor pertanian dan perkebunan sebagai sektor utama dalam struktur perekonomian yang mampu menyerap dan memp[erluas lapangan kerja. GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 119

6. Menciptakan suasana yang harmonis dan bersahabat yang berlandaskan nafas keagamaan demi terciptanya kerukunan hidup antar umat beragama dalam kehidupan bermasyarakat. c. kondisi perekonomian negara yang menghadapi dampak dari krisis global juga berimbas kepada perekonomian daerah, menuntut daerah untuk lebih cermat dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas dengan lebih mempertajam skala prioritas. Realisasi Belanja dalam APBD Kota Makassar khususnya untuk kurun waktu tahun 2009-2013 seperti yang disajikan dalam Tabel 3.10 terus mengalami penurunan sampai tahun 2010 namun di tahun berikutnya sampai tahun 2013 mengalami kenaikan realisasi belanja sehingga bila dirata-ratakan petumbuhan pada Belanja Daerah adalah sebesar 92,75% Tabel 3.10 Proporsi Realisasi Belanja Terhadap Anggaran Belanja Daerah Kota Makassar 2009-2013 No. Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 % % % % % A Belanja Tidak Langsung 94.87 89.52 96.25 96.64 94.16 1 Belanja Pegawai 96.31 89.82 97.01 96.83 94.27 2 Belanja Bunga - 25.10-95.77 98.95 3 Belanja Subsidi 75.00 - - - - 4 Belanja Hibah 93.36 93.54 90.50 96.46 90.05 5 Belanja Bantuan Sosial 65.33 96.86 99.86 108.78 92.11 6 Belanja Bagi Hasil - - - - - 7 Belanja Bantuan Keuangan - - - 100.00 97.85 8 Belanja Tidak Terduga - 99.91 100.00 27.38 96.65 B Belanja Langsung 95.08 90.93 85.86 91.42 92.80 1 Belanja Pegawai 92.68 91.03 93.95 83.33 94.39 2 Belanja Barang dan Jasa 96.76 94.40 92.42 91.46 91.50 3 Belanja Modal 94.15 85.02 67.43 95.65 94.20 d. Kebijakan Pembiayaan Daerah Pada dasarnya selain sisa lebih perhitungan anggaran taun anggaran sebelumnya (SILPA), masih terdapat beberapa sumber penerimaan penerimaan pembiayaan daerah yang dapat dikelola dan dikembangkan untuk memperbesar penerimaan pembiayaan daerah agar dapat diperoleh pembiayaan daerah netto untuk menutupi defisit anggaran, antara lain ; Dana cadangan, Hasil penjualan Aset daerah yang dipisahkan dan pinjaman. Dari tabel 3.10 dapat dilihat bahwa kemampuan menyerap anggaran belanja daerah khususnya Belanja Tidak Langsung di Kota Makassar dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 cukup tinggi. Namun bila dibandingkan dengan realisasi Belanja Tidak Langsung, realisasi Belanja Langsung mengalami tingkat realisasi yang lebih rendah. Hal ini dikarenakan beberapa hal antara lain proses pengadaan barang dan jasa pemerintah, realisasi kegiatan yang dananya bersumber dari pusat yang seringkali terkendala juklak/juknis dan keterlambatan SPJ kegiatan di SKPD sehingga menghambat penyerapan belanja tahap berikutnya. GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 120

Perbandingan Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung terhadap Belanja Daerah dapat dilihat sebagaimana tabel dibawah ini: Tabel 3.11 Perbandingan Belanja Tidak Langsung dengan Belanja Daerah Kota Makassar 2009-2013 JENIS ANGGARAN BELANJA TIDAK LANGSUNG 2009 2010 2011 2012 2013 RATA- RATA 616,029,846,808.01 732,623,162,933.67 937,043,347,148.00 967,115,427,487.77 1,167,819,871,581.65 17.70% BELANJA DAERAH 1,241,043,268,652.01 1,378,034,454,996.17 1,711,878,129,986.23 1,966,706,011,524.77 2,335,016,785,370.65 17.22% % 49.64 53.16 54.74 49.17 50.01 Sebagaimana tabel 3.11 di atas terlihat bahwa Belanja Tidak Langsung masih mengambil bagian terbesar dalam Belanja Daerah dengan rata-rata sebesar 51,34 %. Melihat kecenderungan perkembangan Belanja Tidak Langsung pada tahun 2009 s.d 2013, pada tahun 2010 proporsi Belanja Tidak Langsung terhadap Belanja Daerah berada adalah sebesar 53,16 %, posisi ini naik pada tahun 2011 menjadi 54,74%, akan tetapi pada tahun 2012 kemudian menurun menjadi 49,17 % dan kembali naik pada tahun 2013 menjadi 50,01%. Anggaran Belanja Tidak Langsung ini digunakan untuk Belanja Pegawai, dan sebaiknya apabila dapat dipertahankan atau seimbang bahkan kalau memungkinkan diusahakan proporsinya lebih kecil dari anggaran Belanja Langsung. Tabel 3.12 Perbandingan Belanja Langsung dengan Belanja Daerah Kota Makassar 2009 2013 JENIS ANGGARAN 2009 2010 2011 2012 2013 RATA- RATA BELANJA LANGSUNG 625,013,421,844.00 645,411,292,062.50 774,834,782,838.23 999,590,584,037.00 1,167,196,913,789.00 17.27% BELANJA DAERAH 1,241,043,268,652.01 1,378,034,454,996.17 1,711,878,129,986.23 1,966,706,011,524.77 2,335,016,785,370.65 17.22% % 50.36 46.84 45.26 50.83 49.99 Sebagaimana tabel 3.12 terlihat bahwa Belanja Langsung berada pada bagian yang lebih kecil dalam Belanja Daerah dengan rata-rata sebesar 48,65%. Melihat perkembangan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 terlihat bahwa pada tahun 2010 proporsi Belanja Langsung terhadap Belanja Daerah berada pada posisi 46,84 %. Pada tahun 2011 proporsinya turun menjadi 45,26 %, namun posisi ini kembali naik di tahun 2012 menjadi 50,83 % dan kemudian pada tahun 2013 proporsinya turun menjadi 49,99%. Anggaran Belanja Langsung ini digunakan untuk Belanja Pegawai, Belanja Barang Jasa dan Belanja Modal yang arahnya kepada pembangunan dan kemasyarakatan, karenanya anggaran Belanja Langsung ini perlu diusahakan untuk mendapat porsi yang lebih besar karena digunakan untuk mendorong pembangunan dan kesejahteraan masyarakat Kota Makassar. Sementara untuk Belanja Langsung Kota Makassar dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 17,27 % dengan kenaikan terbesar dialami oleh komponen Belanja Modal yang mengalami rata-rata pertumbuhan sebesar 22,50%. Selanjutnya adalah gambaran pemenuhan kebutuhan aparatur Kota Makassar selama 5 tahun terakhir yang tersaji dalam tabel 3.13 di bawah ini. GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 121

Tabel 3.13 Realisasi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Kota Makassar 2009-2013 No Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rata pertumbuhan % (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) A Belanja Tidak Langsung 574.126.173.031,00 609.507.320.074,00 685.001.836.549,00 746.882.671.373,00 787.707.295.456,00 8,26% 1 Belanja Gaji dan tunjangan 559.287.654.349,00 593.105.664.675,00 658.442.663.384,00 716.766.122.288,00 754.524.036.168,00 7,80% 2 Belanja Tambahan Penghasilan 3.033.523.000,00 3.094.820.000,00 3.216.322.100,00 3.201.801.600,00 3.464.131.600,00 3,42% 3 Belanja Penerimaan Anggota dan Pimpinan DPRD serta Operasional KDH/WKDH 4.306.380.000,00 4.760.520.000,00 4.727.760.000,00 4.380.000.000,00 4.348.500.000,00 0,45% 4 Belanja pemungutan Pajak Daerah 7.498.615.682,00 8.546.315.399,00 18.615.091.065,00 22.534.747.485,00 25.370.627.688,00 41,36% B Belanja Langsung 153.646.836.417,00 163.034.403.042,00 226.624.148.253,00 234.466.728.845,00 283.505.822.106,00 17,37% 1 Belanja Honorarium PNS 80.234.075.265,00 91.675.052.567,00 139.613.256.446,00 121.256.336.639,00 164.511.543.716,00 22,27% 2 Belanja Uang Lembur - - - - - 3 Belanja Beasiswa Pendidikan PNS 592.920.000,00 686.900.000,00 655.225.000,00 876.950.000,00 817.000.000,00 9,56% 4 Belanja Kursus, Pelatihan, Sosialisasi dan Bimbingan Teknis PNS 2.315.208.600,00 2.738.000.000,00 3.543.375.800,00 5.603.941.100,00 6.990.845.900,00 32,64% 5 Belanja premi asuransi kesehatan 899.348.009,00 989.740.532,00 1.043.628.294,00 1.236.337.882,00 1.269.023.450,00 9,15% 6 Belanja makanan dan minuman pegawai 11.212.984.097,00 13.530.101.327,00 18.011.606.662,00 19.622.547.770,00 20.672.109.045,00 17,02% 7 Belanja pakaian dinas dan atributnya 5.928.373.420,00 5.167.261.500,00 5.432.520.850,00 5.710.530.600,00 7.320.860.050,00 6,40% 8 Belanja Pakaian Khusus dan Hari-hari Tertentu 359.080.000,00 746.035.000,00 381.193.100,00 348.005.000,00 542.208.000,00 26,49% 9 Belanja perjalanan dinas 18.099.824.900,00 21.928.089.900,00 28.124.223.810,00 37.923.245.404,00 40.037.804.317,00 22,46% 10 Belanja perjalanan pindah tugas - - - - - 11 Belanja Pemulangan Pegawai - - - - - 12 Belanja Modal (Kantor, Mobil Dinas, Meubelair, peralatan dan perlengkapan dll) 34.005.022.126,00 25.573.222.216,00 29.819.118.291,00 41.888.834.450,00 41.344.427.628,00 7,75% TOTAL 727.773.009.448,00 772.541.723.116,00 911.625.984.802,00 981.349.400.218,00 1.071.213.117.562,00 10,24% Sumber: Laporan Realisasi APBD Kota Makassar Dari tabel 3.13 dapat terlihat bahwa rata-rata pertumbuhan realisasi belanja pemenuhan kebutuhan aparatur adalah 10,24% yang menunjukkan bahwa alokasi belanja pemenuhan aparatur mengalami peningkatan rata-rata 9,43 % setiap tahunnya. Sebagaimana Tabel 3.14 di atas untuk komponen Belanja Tidak Langsung, Belanja Gaji dan Tunjangan menunjukan rata-rata pertumbuhan stabil dan terjadi rata-rata peningkatan sebesar 7,80% sementara Belanja Penerimaan Anggota dan Pimpinan DPRD serta Operasional Operasional KDH/WKDH menunjukkan rata-rata pertumbuhan sebesar 0,45 %. Untuk komponen Belanja Langsung secara keseluruhan menunjukan kenaikan. Didalam Belanja Langsung ini diantaranya ada Belanja Modal Kendaraan Dinas yang memang perlu diadakan. Penguatan pegawai dalam Belanja Beasiswa PNS perlu ditingkatkan untuk mempersiapkan kualifikasi pegawai yang dibutuhkan dan sekaligus menjadi sarana memotivasi pegawai yang berprestasi. Analisis proporsi belanja pemenuhan kebutuhan aparatur untuk 5 (lima) tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 3.14 berikut. GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 122

No Tabel 3.14 Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Kota Makassar 2009-2013 Uraian total belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur total belanja pengeluaran (Belanja + Pembiayaan Pengeluaran) Prosentase (a) (b) (a)/(b) x 100% 1 Tahun 2009 727,773,009,448.00 1,247,225,731,468.01 58.35% 2 Tahun 2010 772,541,723,116.00 1,387,784,174,452.20 55.67% 3 Tahun 2011 911,625,984,802.00 1,713,811,876,229.23 53.19% 4 Tahun 2012 981,349,400,218.00 2,009,861,680,353.58 48.83% 5 Tahun 2013 1,071,213,117,562.00 2,350,265,710,030.64 45.58% Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur dalam kurun waktu 3 tahun terakhir secara umum mengalami penurunan, namun terhadap Belanja Daerah porsinya masih tinggi. Tingginya Belanja Aparatur ini disebabkan oleh Belanja Modal Kendaraan Dinas, Mebelair, Peralatan, Perlengkapan Kantor dll. Kedepan perlu disusun efisiensi anggaran Belanja Aparatur yang ideal dan ditunjang dengan pengaturan tambahan penghasilan dengan sistem yang lebih baik diantaranya remunerasi, sehingga dapat meningkatkan motivasi kerja dan sekaligus didapat penghematan anggaran melalui berkurangnya kebocoran anggaran Pemerintah dalam pelaksanaan kegiatan. 3.2.2 Analisis Pembiayaan Daerah Pembiayaan daerah merupakan transaksi keuangan daerah yang dimaksudkan untuk menutup selisih antara pendapatan daerah dan belanja daerah. Jika pendapatan daerah lebih kecil daripada belanja daerah, maka terjadi defisit yang harus ditutup oleh pembiayaan penerimaan daerah. Sebaliknya jika pendapatan daerah lebih besar dari belanja daerah maka akan terjadi surplus. Analisis pembiayaan bertujuan untuk memperoleh gambaran dari pengaruh kebijakan pembiayaan daerah pada tahun-tahun anggaran sebelumnya terhadap surplus/defisit belanja daerah sebagai bahan untuk menentukan kebijakan pembiayaan dimasa datang dalam rangka penghitungan kapasitas pendanaan pembangunan daerah. Defisit Riil adalah realisasi pendapatan daerah dikurangi realisasi belanja daerah ditambah dengan pengeluaran pembiayaan daerah. Defisit riil APBD Pemerintah Kota Makassar selama kurun waktu tahun 2009 s.d 2013 tersaji dalam tabel 3.15 dibawah ini. GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 123

Tabel 3.15 Realisasi Pembiayaan Kota Makassar 2009-2013 No Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) 1 Pendapatan 1.215.717.720.899,79 1.449.662.649.590,85 1.728.570.515.122,97 2.053.677.726.690,20 2.361.036.609.270,48 Daerah 2 Belanja Daerah 1.378.034.454.996,17 1.711.878.129.986,23 1.966.706.011.524,77 2.335.016.785.370,65 1.241.043.268.652,01 3 Surplus ( Defisit ) (25.325.547.752,22) 71.628.194.594,68 16.692.385.136,74 86.971.715.165,43 26.019.823.899,83 4 Pembiayaan Daerah Penerimaan 116.802.312.819,58 85.047.326.751,36 147.119.413.490,01 161.896.381.084,15 229.415.974.047,77 Pembiayaan Daerah Pengeluaran 6.182.462.816,00 9.749.719.456,03 1.933.746.243,00 43.155.668.828,81 15.248.924.659,99 Pembiayaan Daerah Pembiayaan Netto 110.619.850.003,58 75.297.607.295,33 145.185.667.247,01 118.740.712.255,34 214.167.049.387,78 Sisa Lebih/Kurang Pembiyaaan Tahun Berkenaan 85.294.302.251,36 146.925.801.890,01 161.878.052.383,75 205.712.427.420,77 240.186.873.287,61 Dari tabel 3.15 terlihat bahwa dari kurun waktu tahun 2009 s.d 2013 terjadi kecenderungan peningkatan SILPA (Sisa Lebih Perhitungan Anggaran) pada setiap tahunnya. Kondisi ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain berasal dari pelampauan pendapatan, penghematan belanja, kewajiban pada pihak ketiga yang sampai dengan akhir tahun anggaran belum terselesaikan dan sisa dana lanjutan. Tabel 3.16 Defisit Riil Anggaran Kota Makassar 2011-2013 No Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) 1 Realisasi Pendapatan Daerah 2 Belanja Daerah 1.215.717.720.899,79 1.449.662.649.590,85 1.728.570.515.122,97 2.053.677.726.690,20 2.361.036.609.270,48 1.241.043.268.652,01 1.378.034.454.996,17 1.711.878.129.986,23 1.966.706.011.524,77 2.335.016.785.370,65 3 Pengeluaran Pembiayaan Daerah 6.182.462.816,00 9.749.719.456,03 1.933.746.243,00 43.155.668.828,81 15.248.924.659,99 Defisit Riil (31.508.010.568,22) 61.878.475.138,65 14.758.638.893,74 43.816.046.336,62 10.770.899.239,84 Dari tabel 3.16 di atas dapat dilihat bahwa realisasi APBD Kota Makassar mengalami surplus pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2013. Hal ini dikarenakan beberapa hal antara lain penganggaran hibah dan bantuan sosial yang terkendala dengan mekanisme penganggarannya yang harus mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 32 tahun 2011 tentang GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 124

pedoman pemberian hibah dan bantuan sosial (Bansos) dalam APBD, juga adanya beberapa kegiatan yang bersumber dana dari pusat yang belum direalisasi sementara dananya sudah masuk ke kas daerah yang kemudian akan diluncurkan ke tahun berikutnya. Tabel 3.17 Komposisi Penutup Defisit Riil Anggaran Kota Makassar Tahun 2009-2013 NO. URAIAN Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) 1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Tahun 114.396.987.634,58 84.951.389.751,36 146.906.346.990,01 161.838.456.084,15 205.712.427.414,77 Anggaran sebelumnya 2 Pencairan Dana - - - - 23.646.598.633,00 Cadangan 3 Hasil Penjualan - - - - - Kekayaan Daerah yang dipisahkan 4 Penerimaan Pinjaman - - - - - Daerah 5 Penerimaan Kembali - - - - - Pemberian Pinjaman Daerah 6 Penerimaan Piutang Daerah 692.283.100,00 95.937.000,00 213.066.500,00 57.925.000,00 56.948.000,00 7 Penerimaan - - - - - Pembayaran ASKES 8 Penerimaan - - - - - Pembayaran Pihak ke III 9 Penerimaan Piutang 1.713.042.085,00 - - - - Pihak ke III B Total Realisasi Penerimaan 116.802.312.819,58 85.047.326.751,36 147.119.413.490,01 161.896.381.084,15 229.415.974.047,77 Pembiayaan Daerah No. Tabel 3.18 Realiasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Kota Makassar Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 Rp % dari SiLP A Rp % dari SiLP A 1. Jumlah SiLPA 85.294.302.251 100 146.925.801.890 100 161.878.052.383 100 205.712.427.420 100, 240.186.873.287 100 2. Pelampauan penerimaan PAD Rp % dari SiLPA Rp. % dari SiLPA - - - 6.357.241.587 3,93 49.832.413.846 24,22 57.514.462.946 23,95 Rp % dari SiLPA 3. Pelampauan penerimaan dana perimbangan 4. Pelampauan penerimaan lainlain pendapatan daerah yang sah 5. Sisa penghematan belanja atau akibat lainnya 6. Kewajiban kepada pihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan 7. Kegiatan lanjutan 8.839.228.606 10,36 - - 17.747.295.654 8,63 9.237.735.795 3,85 15.059.989.675 17,66 6.969.732.273 4,74-9.090.924.189 4,42 12.943.990.308 5,39 61.395.083.970 71,98 139.956.069.61 6 95,2 6 155.520.810.796 96,07 129.041.793.730 62,73 160.490.684.237 66,82 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 125