HUBUNGAN FAKTOR KONSUMSI MAKANAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN KONSUMSI MAKANAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI PUSKESMASRANOMUUT KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT JALAN DI UPK PUSKESMAS PURNAMA. Eka Apriani, Widyana Lakshmi Puspita

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN BEROBAT HIPERTENSI PADA LANSIA DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG KOTA MAKASSAR

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

Kata kunci: Hipertensi, Aktivitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Konsumsi Minuman Beralkohol

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kata Kunci: Umur, Jenis Kelamin, IMT, Kadar Asam Urat

161 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI BADAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BUOL

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

Kata Kunci: Aktivitas Fisik, Kebiasaan Merokok, Riwayat Keluarga, Kejadian Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KASSI-KASSI

Hubungan Asupan Lemak dan Asupan Kolesterol dengan Kadar Kolesterol Total pada Penderita Jantung Koroner Rawat Jalan di RSUD Tugurejo Semarang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. terus meningkat. Penyakit ini diperkirakan mengenai lebih dari 16 juta orang

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia termasuk di negara berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

Stikes Muhammadiyah Gombong

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB I PENDAHULUAN. setelah stroke dan tuberkulosis dan dikategorikan sebagai the silent disease

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent

Kata Kunci : Kejadian hipertensi, perilaku konsumsi makanan, aktivitas fisik, riwayat keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia mengalami transisi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Tedy Candra Lesmana. Susi Damayanti

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

Kata Kunci : Status Merokok, konsumsi alkohol, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

DAFTAR ISI. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat...7

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ABSTRAK. Kata Kunci: Obesitas, Natrium, Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. dimana ketika masalah penyakit menular belum tuntas dikendalikan, kejadian

PENGARUH KONSUMSI LEMAK TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN.

ABSTRAK SHERLY RACHMAWATI HERIYAWAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA

INTISARI. M. Fauzi Santoso 1 ; Yugo Susanto, S.Si., M.Pd., Apt 2 ; dr. Hotmar Syuhada 3

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA WANITA USIA SUBUR DI PUSKESMAS UMBULHARJO I YOGYAKARTA TAHUN 2009

Rini Anggraeny 1, Wahiduddin 1, Rismayanti 1.

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA USIA DEWASA MUDA DI DESA PONDOK KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

Keywords: hormonal contraceptive pills, hypertension, women in reproductive age.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional.

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUD Dr. MOEWARDI

Jurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 e-issn : p-issn :

*Bidang Minat Epidemiologi *, Fakultas Kesehatan Masyarakat*, Universitas Sam Ratulangi*

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

Transkripsi:

HUBUNGAN FAKTOR KONSUMSI MAKANAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG Factors Related Food Consumption with Hypertension in the Elderly in Pattingalloang Health Center Andi Besse Rawasiah, Wahiduddin, Rismayanti Bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin (andibesse89@gmail.com,wahidhery@yahoo.co.id, risma_epi@yahoo.com, 085255828035) ABSTRAK Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang diakibatkan oleh perubahan pada fungsi tubuh yaitu pembuluh darah. Jumlah kasus hipertensi di puskesmas Pattingalloang terbilang tinggi.tiga tahun terakhir ini sejak tahun 2010 hingga tahun 2012, kasus penyakit hipertensi semakin meningkat dari tahun ketahun.penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor konsumsi makanan dengan kejadian hipertensi pada lansia di Puskesmas Pattingalloang Kota Makassar. Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan rancangan cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia berumur (45-59) tahun di wilayah kerja Puskesmas Pattingalloang Kota Makassar sebanyak 1.673 orang. Teknik pengambilan sampel purposif sampling dengan jumlah sampel sebanyak 100 orang. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan variabel konsumsi makanan asin dengan kejadian hipertensi (p=0,000), sedangkan untuk variabel konsumsi makanan manis (p=0,416) dan konsumsi makanan berlemak (p=0,303) tidak ada hubungan dengan kejadian hipertensi. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa ada hubungan antara konsumsi makanan asin dengan kejadian hipertensi pada lansia di Puskesmas Pattingalloang Kota Makassar. Kata Kunci:Hipertensi, lansia, asin, manis, berlemak. ABSTRACT Hypertension is one of degeneratif disease caused by changes in the function of the body, the blood vessels. The number of cases of hypertension in the Pattingalloang health centers high. The last three years since 2010 through 2012, cases of hypertension is increasing from year to year. This study aimed to determine the correlation between food consumption with the incidence of hypertension in the elderly in Pattingalloang Health Center Makassar. This type of research is observational analytic cross sectional study. The samples in this study were all elderly aged (45-59) years in Makassar Health Center Pattingalloang many as 1.673 people. Purposive sampling technique sampling with sample many as 100 people. The results showed there is a variable relationship with the consumption of salty foods incidence of hypertension (p = 0.000), while the variable consumption of sweet foods (p = 0.416) and the consumption of fatty foods (p = 0.303) there was no association with the incidence of hypertension. The conclusion of this study that there is a relationship between the consumption of salty foods with the incidence of hypertension in the elderly in Pattingalloang Health Center Makassar. Keywords: Hypertension, elderly, salty, sweet, fatty. 1

PENDAHULUAN Usia lanjut merupakan usia dimana terjadi kemunduran fungsi tubuh, salah satunya adalah kemunduran fungsi kerja pembuluh darah. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah gejala peningkatan tekanan darah seseorang berada diatas normal yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Penyakit hipertensi dikategorikan sebagai the silent diseases karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum pemeriksaan tekanan darahnya. 1 Data WHO di seluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi, Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara sedang berkembang, termasuk Indonesia. Riskesdas Nasional tahun 2007 hipertensi berada di urutan ketiga penyebab kematian semua umur, setelah stroke dan TB, dengan proporsi kematian sebesar 6,8%. 2 Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2008 menunjukkan bahwa penyakit hipertensi menempati peringkat pertama untuk penyebab kematian terbesar pada puskesmas sentinel dengan jumlah kasus mencapai 63,66%, sedangkan pada tahun 2009 hipertensi menempati peringkat pertama dengan jumlah penderita mencapai 49,56%. 3 Data diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Makassar, tercatat bahwa pada tahun 2010 jumlah kasus hipertensi mencapai 13.802 kasus, tahun 2011 sebanyak 25.332 kasus dan pada tahun 2012 sebanyak 12.298 kasus. Berdasarkan data tersebut dari 38 jumlah puskesmas di Kota Makassar, diketahui pada tahun 2012 tercatat bahwa Puskesmas Pattingalloang menempati urutan pertama banyaknya kasus hipertensi yang mencapai sebanyak 1.100 kasus. 4 Puskesmas Pattingalloang merupakan salah satu puskesmas di Kota Makassar yang berada dalam wilayah Kecamatan Ujung Tanah dengan lingkup kerja 4 (empat) kelurahan dengan luas wilayah kerja 22,26 km 2. Jumlah kasus hipertensi di Puskesmas Pattingalloang terbilang tinggi. Tiga tahun terakhir ini sejak tahun 2010 hingga tahun 2012, kasus penyakit hipertensi semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 jumlah kasus hipertensi sebanyak 3281, pada tahun 2011 jumlah kasus sebanyak 4286, dan pada tahun 2012 meningkat menjadi 5032 kasus. Pada tahun 2012 penderita hipertensi tertinggi pada umur 45-54 tahun yaitu sebanyak 1.090 orang. Saat ini penyebab hipertensi secara pasti masih belum diketahui dengan jelas. Data menunjukkan, hampir 90% penderita hipertensi tidak diketahui penyebabnya secara pasti. Namun, para ahli telah mengungkapkan bahwa terdapat dua faktor yang memudahkan seseorang terkena hipertensi, yakni faktor yang tidak dapat dikontrol dan faktor yang dapat 2

dikontrol. Beberapa faktor risiko yang termasuk dalam faktor risiko yang tidak dapat dokontrol seperti genetik,usia, jenis kelamin, dan ras. Sedangkan faktor risiko yang dapat dikontrol berhubungan dengan faktor lingkungan berupa perilaku atau gaya hidup seperti obesitas, kurang aktivitas, stres dan konsumsi makanan. Konsumsi makanan yang memicu terjadinya hipertensi diantaranya adalah konsumsi makanan asin, konsumsi makanan manis, konsumsi makanan berlemak dan konsumsi minuman berkafein yaitu kopi atau teh. 5 Pengaruh asupan natrium terhadap hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah. 6 Penelitian yang dilakukan oleh Febby yang menyatakan bahwa ada hubungan bermakna antara asupan tinggi natrium dengan kenaikan tekanan darah. 7 Menurut penelitian Johnson et al, dosis fruktosa yang tinggi (10%) air menghasilkan asupan energi dibandingkan dengan jumlah fruktosa yang biasa dikonsumsi (60%) dapat meningkatkan tekanan darah dan perubahan mikrovaskular. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pradono menunjukkan bahwa ada hubungan makan atau minum manis dengan hipertensi. 8 Lemak jenuh dan kolesterol diketahui dapat memperbesar risiko seseorang untuk terkena hipertensi dan penyakit jantung. Penelitian yang dilakukan oleh Syahrini yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara kebiasaan konsumsi makanan berlemak dengan kejadian hipertensi. 9 Anjuran pencegahan hipertensi yang dilakukan oleh petugas kesehatan dengan melakukan pemeriksaan berkala (kontrol) tekanan darah pada masyarakat baik dengan melakukan kunjungan rumah maupun dengan melakukan penyuluhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor konsumsi makanan dengan kejadian hipertensi pada lansia di Puskesmas Pattingalloang Kota Makassar. BAHAN DAN METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan rancangan cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Puskesmas Pattingalloang pada tanggal 29 Januari-7 Februari 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang berumur (45-59) tahun di wilayah kerja Puskesmas Pattingalloang sebanyak 1.673 orang. Penarikan sampel menggunakan purposif sampling dengan cara pemilihan subyek berdasarkan pertimbangan alamat responden, besar sampel sebanyak 100 sampel. Pengumpulan data primer diperoleh dari wawancara kepada responden dan melakukan pemeriksaan tekanan darah responden. Data dilakukan secara door to door yaitu mengunjungi rumah setiap responden yang alamatnya diperoleh dari catatan rekam medik Puskesmas Pattingalloang. Analisis data dilakukan dengan univariat dan bivariat dengan uji chi square. Variabel 3

konsumsi makanan asin, konsumsi makanan manis, dan konsumsi makanan berlemak diukur dengan kuesioner tabel Food Frekuensi Questioner (FFQ) sedangkan variabel kejadian hipertensi diukur dengan mengukur tekanan darah responden. Data sekunder diperoleh dari data rekam medik pasien dengan gejala hipertensi yang berobat di Puskesmas Pattingalloang. Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan presentase disertai penjelasannya, selain itu juga dilakukan dalam bentuk tabel analisis dengan narasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Distribusi karakteristik responden berdasarkan kelompok umur paling banyak berusia 45-49 tahun (36,7%), berdasarkan jenis kelamin perempuan terbanyak yaitu (51,0%), berdasarkan tingkat pendidikan terbanyak pada tamat SD yaitu (44,9%), dan berdasarkan pekerjaan terbanyak pada Ibu Rumah Tangga (IRT) yaitu (47,0%). Hasil tabulasi silang antara konsumsi makanan asin dengan kejadian hipertensi, dari 49 penderita hipertensi, 27 orang (79,4%) penderita hipertensi mengkonsumsi makanan asin berlebih, sisanya 22 orang (33,3%) mengkonsumsi makanan asin kurang. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05), dengan demikian Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara konsumsi makanan asindengan kejadian hipertensi pada lansia. Hasil tabulasi silang antara konsumsi makanan manis dengan kejadian hipertensi, dari 49 penderita hipertensi, 28 orang (52,8%) penderita hipertensi yang mengkonsumsi makanan manis berlebih dan sisanya 21 orang (44,7%) yang konsumsi makanan manis kurang. Hasil tabulasi silang antara konsumsi makanan berlemak dengan kejadian hipertensi, dari 49 penderita hipertensi, 15 orang (57,7%) penderita hipertensi yang mengkonsumsi makanan berlemak berlebih dan sisanya 34 orang (45,9%) yang konsumsi makanan berlemak kurang. Pembahasan Makanan asin merupakan makanan yang mengandung natrium (garam) yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat sebagai penambah rasa pada makanan. Konsumsi makanan asin dalam penelitian ini diukur dengan cara menanyakan frekuensi penggunaan bahan makanan asin sebulan terakhir yang tertera pada tabel FFQ. 10 Kategori kurang jika mempunyai total skor dari frekuensi konsumsi semua jenis bahan makanan asin yang biasa dikonsumsi oleh responden dibawah rata-rata skor frekuensi konsumsi semua responden. Kategori lebih jika mempunyai total skor dari frekuensi konsumsi semua jenis bahan makanan asin yang biasa dikonsumsi oleh responden di atas rata-rata skor frekuensi konsumsi semua responden. 11 4

Makanan asin yang mengandung natrium yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Pattingalloang adalah penggunaan garam dengan nilai rata-rata 1,27 dari total skor seluruh responden dengan frekuensi makan tertinggi pada 1x kali/hari yaitu sebanyak 79 orang, hal ini dikarenakan penggunaan garam sebagai penyedap rasa pada masakan. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan konsumsi makanan asin dengan kejadian hipertensi. Hal ini sesuai dengan teori yang ada bahwa asupan natrium yang terlalu tinggi secara terus-menerus dapat menyebabkan keseimbangan natrium yang berdampak pada tekanan darah. Asupan natrium yang terlalu tinggi secara terus-menerus dapat menyebabkan keseimbangan natrium terganggu, penelitian ini sesuai yang dilakukan oleh Syahrini di Kota Semarang, ia menemukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan konsumsi garam dengan kejadian hipertensi. 12 Seseorang yang mengkonsumsi makanan/minuman yang manis tidak akan merasa puas dan akan makan terus-menerus. Hal ini dapat mengakibatkan obesitas sehingga dapat memicu resistensi insulin. Konsumsi makanan manis dalam penelitian ini diukur dengan cara menanyakan frekuensi penggunaan bahan makanan manis sebulan terakhir yang tertera pada tabel FFQ. Kategori kurang jika mempunyai total skor dari frekuensi konsumsi semua jenis bahan makanan manis yang biasa dikonsumsi oleh responden dibawah rata-rata skor frekuensi konsumsi semua responden. Kategori lebih jika mempunyai total skor dari frekuensi konsumsi semua jenis bahan makanan manis yang biasa dikonsumsi oleh responden di atas rata-rata skor frekuensi konsumsi semua responden. makanan manis yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Pattingalloang adalah penggunaan gula pasir dengan nilai rata-rata 0,97 dari total skor seluruh responden dengan frekuensi makan tertinggi pada 1x kali/hari yaitu sebanyak 90 orang, hal ini dikarenakan penggunaan gula pasir sebagai penambah rasa manis pada minuman seperti teh dan kopi yang hampir setiap harinya mereka minum. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan konsumsi makanan manis dengan hipertensi. Hasil penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aisyiyah di Jawa dan Sumatera, ia menemukan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara kebiasaan konsumsi makanan manis dengan kejadian hipertensi. Makanan berlemak seperti daging berlemak banyak mengandung protein, vitamin, dan mineral. Akan tetapi dalam daging berlemak dan jeroan mengandung lemak jenuh dan kolesterol. Kadar lemak tinggi dalam darah dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah karena banyaknya lemak yang menempel pada dinding pembuluh darah.keadaan seperti ini dapat memacu jantung untuk memompa darah lebih kuat sehingga memicu 5

kenaikan tekanan darah.konsumsi makanan berlemak dalam penelitian ini diukur dengan cara menanyakan frekuensi penggunaan bahan makanan berlemak sebulan terakhir yang tertera pada tabel FFQ. Dikatakan kurang jika mempunyai total skor dari frekuensi konsumsi semua jenis bahan makanan berlemak yang biasa dikonsumsi oleh responden dibawah rata-rata skor frekuensi konsumsi semua responden. Dikatakan lebih jika mempunyai total skor dari frekuensi konsumsi semua jenis bahan makanan berlemak yang biasa dikonsumsi oleh responden di atas rata-rata skor frekuensi konsumsi semua responden. Makanan berlemak yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat di wilayah kerja puskesmas pattingalloang adalah penggunaan minyak kelapa dengan nilai rata-rata 0,95 dari total skor seluruh responden dengan frekuensi makan tertinggi pada 1x kali/hari yaitu sebanyak 92 orang, hal ini dikarenakan penggunaan minyak kelapa sebagai bahan minyak dalam penggorengan makanan. Dari penelitian ini ditemukan bahwa tidak terdapat hubungan konsumsi makanan berlemak dengan kejadian hipertensi. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada bahwa konsumsi makanan berlemak dapat mengakibatkan penyempitan pembuluh darah karena banyaknya lemak yang menempel pada pembuluh darah sehingga tekanan darah dapat meningkat. Hasil penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nuarima Di Desa Kabongan Kidul Kabupaten Rembang. Hasil menyatakan bahwa konsumsi lemak bukan merupakan faktor risiko hipertensi. 13 KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini menyimpulkan bahwa ada hubungan variabel konsumsi makanan asin dengan kejadian hipertensi pada lansia (p=0,000), sedangkan variabel antara konsumsi makanan manis (p=0,416) dan konsumsi makanan berlemak (p=0,303) tidak ada hubungan dengan kejadian hipertensi pada lansia. Saran untuk penelitian ini agar responden melakukan diet rendah garam dengan mengurangi penggunaan garam sebagai penyedap masakan dan mengatur frekuensi penggunaan garam tersebut. Instansi kesehatan hendaknya sering melakukan penyuluhan tentang pencegahan hipertensi serta melakukan kontrol tekanan darah pada masyarakat dengan melakukan kunjungan rumah ke rumah. 6

DAFTAR PUSTAKA 1. Anggraeni Y. Super Komplit Pengobatan Darah Tinggi. Yogyakarta: Araska;2012. 2. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Indonesia Jakarta: Balitbangkes Depkes RI;2007. 3. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Indonesia Jakarta: Balitbangkes Depkes RI;2008. 4. Profil Kesehatan Kota Makassar : Sulawesi selatan;2012. 5. Purwati I. S. Perencanaan Menu Untuk Penderita Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: Penebar Swadaya, anggota IKAPI;2006. 6. Aisyiyah. N. Faktor Risiko Hipertensi Pada Empat Kabupaten/Kota Dengan Prevalensi Hipertensi Tertinggi di Jawa Dan Sumatera [skripsi]. Institut Pertanian Bogor:2009. 7. Haendra, F, N, Prayitno. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tekanan Darah Di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat. Jurnal Ilmiah Kesehatan.2013:5(1). 8. Pradono, J. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Hipertensi Di Daerah Perkotaan. Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat, Balitbangkes. 2010;33(1):59-66. 9. Nur Syahrini, E, H, Setyawan, A, Udiyono. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Primer Di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2012;1(2): 315 325. 10. Arisman. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta:EGC;2004. 11. Marks. Nutritional Epidemilogy;2006. 12. Khasanah N. Wapadai Beragam Penyakit Degeneratif Akibat Pola Makan. Yogyakarta:Laksana;2012. 13. Agnesia. Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Di Desa Kabongan Kidul, Kabupaten Rembang [skripsi]. Semarang: Universitas Diponegoro;2012. 7

Lampiran Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden Di Puskesmas Pattingalloang Kota Makassar Karakteristik Status Tekanan Darah Hipertensi Normotensi n % n % Umur (Tahun) 45-49 18 36,7 25 49,0 50-54 16 32,7 18 35,3 55-59 15 30,6 8 15,7 Jenis Kelamin Laki-Laki 24 49,0 25 49,0 Perempuan 25 51,0 26 51,0 Pendidikan Tidak Pernah Sekolah 3 6,1 1 2,0 Tidak Tamat SD 9 18,4 12 23,6 Tamat SD 22 44,9 25 49,0 Tamat SMP 7 14,3 4 7,8 Tamat SMA 7 14,3 5 9,8 Tamat Perguruan Tinggi 1 2,0 4 7,8 Pekerjaan IRT 23 47,0 19 37,2 PNS 0 0,0 1 2,0 Wiraswasta 6 12,2 18 35,3 Nelayan 13 26,6 8 15,7 Pensiunan 1 2,0 1 2,0 Lainnya 6 12,2 4 7,8 Total 49 100 51 100 Sumber : Data Primer,2014 8

Tabel 2. Hubungan Konsumsi Makanan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Pattingalloang Kota Makassar Konsumsi Status Tekanan Darah Hasil Uji Total Makanan Hipertensi Normotensi Statistik n % n % n % Makanan Asin Lebih 27 79,4 7 20,6 34 100 p=0,000 Kurang 22 33,3 44 66,7 66 100 Makanan Manis Lebih 28 52,8 25 47,2 53 100 p=0,416 Kurang 21 44,7 26 55,3 47 100 Makanan Berlemak Lebih 15 57,7 11 42,3 26 100 p=0,303 Kurang 34 45,9 40 54,1 74 100 Sumber : Data Primer,2014 9