BEBERAPA PERMASALAHAN UTAMA ENERGI INDONESIA. oleh: DR.Ir. Kardaya Warnika, DEA Ketua Komisi VII DPR RII

dokumen-dokumen yang mirip
ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

MEMASUKI ERA ENERGI BARU TERBARUKAN UNTUK KEDAULATAN ENERGI NASIONAL

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014

SOLUSI KEBIJAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN GAS DOMESTIK

SITUASI ENERGI DI INDONESIA. Presented by: HAKE

Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Upaya Penghematan Konsumsi BBM Sektor Transportasi

INSTRUMEN KELEMBAGAAN KONDISI SAAT INI POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ENERGI INDIKASI PENYEBAB BELUM OPTIMALNYA PENGELOLAAN ENERGI

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

POTENSI BISNIS ENERGI BARU TERBARUKAN

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

PERANAN MIGAS DALAM MENDUKUNG KETAHANAN ENERGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Dr. Unggul Priyanto Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

I. PENDAHULUAN. Namun demikian cadangan BBM tersebut dari waktu ke waktu menurun. semakin hari cadangan semakin menipis (Yunizurwan, 2007).

STRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat.

BAB I 1. PENDAHULUAN

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040

VI. SIMPULAN DAN SARAN

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Potensi Sumber Daya Energi Fosil [1]

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Masih Perlukah Kebijakan Subsidi Energi Dipertahankan Rabu, 22 Oktober 2014

PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN

PERCEPATAN PENGEMBANGAN EBTKE DALAM RANGKA MENOPANG KEDAULATAN ENERGI NASIONAL

Kebijakan. Manajemen Energi Listrik. Oleh: Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

OPSI NUKLIR DALAM BAURAN ENERGI NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Bio Oil Dengan Bahan Baku Tandan Kosong Kelapa Sawit Melalui Proses Pirolisis Cepat

BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS PEMANFAATAN ENERGI PADA PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DI INDONESIA

Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008

EFEKTIVITAS KEBIJAKAN FIT (FEED IN TARIFF) ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DI INDONESIA. Nanda Avianto Wicaksono dan Arfie Ikhsan Firmansyah

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa

Oleh: Maritje Hutapea Direktur Bioenergi. Disampaikan pada : Dialog Kebijakan Mengungkapkan Fakta Kemiskinan Energi di Indonesia

Kekayaan Energi Indonesia dan Pengembangannya Rabu, 28 November 2012

V. GAMBARAN UMUM PENYEDIAAN DAN KONSUMSI ENERGI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Arief Hario Prambudi, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Proyeksi Kebutuhan dan Penyediaan Energi serta Indikator Energi - OEI 2014

DEWAN ENERGI NASIONAL RANCANGAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL

MATRIKS PROGRAM 100 HARI, 1 TAHUN DAN 5 TAHUN (Di Sempurnakan Sesuai dengan Usulan Kadin)

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI. Disampaikan oleh

PP NO. 70/2009 TENTANG KONSERVASI ENERGI DAN MANAGER/AUDITOR ENERGI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PELUANG PANAS BUMI SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DALAM PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK NASIONAL

INDUSTRI ENERGI. Khamdi Mubarok, ST., M.Eng LOGO. Pengertian Energi. Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja/usaha (capacity for doing work).

Ir. Eddon M. Moenif, MT Inspektur Ketenagalistrikan Distamben - Riau

Panduan Pengguna Untuk Sektor Produksi Energi Fosil Minyak, Gas dan Batubara. Indonesia 2050 Pathway Calculator

Insentif fiskal dan Instrument Pembiayaan untuk Pengembangan Energi Terbarukan dan Pengembangan Listrik Perdesaan

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi

PERAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DALAM MENDORONG INOVASI PRODUK DI INDUSTRI PULP DAN KERTAS

ENERGI BIOMASSA, BIOGAS & BIOFUEL. Hasbullah, S.Pd, M.T.

Membangun Kedaulatan Energi Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di

KEBIJAKAN KONVERSI BAHAN BAKAR GAS UNTUK KENDARAAN BERMOTOR

VIII. EFISIENSI DAN STRATEGI ENERGI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH : PUTRI MERIYEN BUDI S

WAJIBKAN INDUSTRI MEMRODUKSI MOBIL BER-BBG: Sebuah Alternatif Solusi Membengkaknya Subsidi BBM. Oleh: Nirwan Ristiyanto*)

LAMPIRAN II: MATRIKS PROGRAM 100 HARI, 1 TAHUN DAN 5 TAHUN. Isu Pokok Output yang Diharapkan Program Aksi Kerangka waktu. Jaminan pasokan energi

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EBTKE UNTUK MEMENUHI TARGET KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Pemanfaatan cadangan..., Mudi Kasmudi, FT UI, 2010.

DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

KETERSEDIAAN SUMBER DAYA ENERGI UNTUK PENGEMBANGAN KELISTRIKAN DI SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi listrik tersebut terus dikembangkan. Kepala Satuan

Energi di Indonesia. Asclepias Rachmi Institut Indonesia untuk Ekonomi Energi. 3 Mei 2014

NERACA GAS BUMI INDONESIA

RINGKASAN EKSEKUTIF PERTEMUAN TAHUNAN PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL 2010

CATATAN DISKUSI TENTANG: Kebutuhan Energi, pengembangan energi alternatif dan potensi energi dari minyak jarak (Resume presentasi & makalah pembicara)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

Gambar.1.1. Kondisi Bauran Energi Indonesia Tahun 2011

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN

OPTIMASI NILAI GAS ALAM INDONESIA

KEBIJAKAN & RPP DI KEBIJAKAN & RPP BIDANG ENERGI BARU TERBARUKAN BARU

renewable energy and technology solutions

HASIL PEMERIKSAAN BPK ATAS KETEPATAN SASARAN REALISASI BELANJA SUBSIDI ENERGI (Tinjauan atas subsidi listrik)

KONDISI RIIL KEBUTUHAN ENERGI DI INDONESIA DAN SUMBER-SUMBER ENERGI ALTERNATIF TERBARUKAN

DIRECTORATE GENERAL OF NEW RENEWABLE AND ENERGY COSERVATION. Presented by DEPUTY DIRECTOR FOR INVESTMENT AND COOPERATION. On OCEAN ENERGY FIELD STUDY

Ketahanan Energi: Konsep, Kebijakan dan Tantangan bagi Indonesia

Disajikan dalam Acara Pertemuan Tahunan EEP- Indonesia Tahun 2013, di Hotel Le Meridien Jakarta, 27 November 2013

Transkripsi:

BEBERAPA PERMASALAHAN UTAMA ENERGI INDONESIA oleh: DR.Ir. Kardaya Warnika, DEA Ketua Komisi VII DPR RII 1

BEBERAPA PERMASALAHAN UTAMA ENERGI INDONESIA Halaman I. UMUM. 3 II. KONDISI PERENERGIAN INDONESIA 7 III. SOLUSI MENUNDA DEFISIT ENERGI: EBT.. 12 IV. SUBSIDI BBM. 15 V. PENINGKATAN PRODUKSI MINYAK BUMI 18 VI. PEMANFAATAN GAS BUMI UNTUK DALAM NEGERI.. 20 2

I. UMUM Dewasa ini, Energi dan Pangan menjadi perhatian utama dunia. Energi merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia (khususnya manusia modern) dan prasyarat untuk melakukan kegiatan perekonomian.; Pada masa lampau, suatu negara menjajah negara lain untuk mengamankan pasokan pangannya. Namun pada masa sekarang, suatu negara menjajah negara lain untuk menguasai sumber energi guna mengamankan pasokan energinya (security of supply). Contoh konflik Timur Tengah; Ketahanan Energi merupakan salah satu komponen penting dalam Ketahanan Nasional; Pemakaian energi per kapita suatu negara berkorelasi/mencerminkan kesejahteraan negara tersebut: makin sejahtera makin tinggi konsumsi energi per kapitanya; Intensitas Energy (Energy Intensity) merupakan ukuran seberapa efisien suatu negara dalam memakai energi. Intensitas Energi dinyatakan dalam jumlah energi yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit PDB (btu/us$); 3

I. UMUM (lanjutan) Sumber Energi dibagi menjadi 2 kategori: Energi Tak Terbarukan (Non- Renewable) dan Energi Terbarukan (Renewable). Energi Tak Terbarukan adalah energi yang apabila dimanfaatkan maka sumbernya akan berkurang/habis. Energi Tak Terbarukan pada umumnya merupakan energi fosil. Contoh: Minyak Bumi, Gas Bumi, Batu Bara Energi Terbarukan adalah energi yang apabila dimanfaatkan maka sumber energinya tidak akan habis/berkurang. Contoh: Panas Bumi, Energi Surya, Energi Angin, Energi Biomasa, Energi Air, dll. 4

Hubungan Antara Ketahanan Energi dengan Ketahanan Nasional KETAHANAN NASIONAL KETAHANAN POLITIK KETAHANAN EKONOMI KETAHANAN SOSIAL KETAHANAN BUDAYA KETAHANAN ENERGI 5

ENERGI SEBAGAI PENDORONG KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Pemakaian Energi per Kapita vs. Pendapatan per Kapita NOTES : TOE (Ton Oil Equivqlent) 6

II. KONDISI PERENERGIAN INDONESIA Konsumsi energi Indonesia dewasa ini sekitar 1,1 miliar SBM (Setara Barel Minyak) pertahun atau sekitar 3 juta SBM perhari, naik rata-rat 7% pertahun. Indonesia boros dalam pemakaian energi (diukur berdasarkan Intensitas Energi), dibandingkan dengan negara lain. Namun dari sisi pemakaian energi perkapita, Indonesia masih rendah; Dewasa ini, 95% dari kebutuhan energi Indonesia masih berasal dari energi tak terbarukan yaitu energi fosil (minyak, gas bumi dan batubara), dan baru 5% berasal dari energi baru/terbarukan (panas bumi, tenaga air, biomasa, tenaga surya, dll); Cadanga Energi Fosil Indonesia apabila diproduksikan pada tingkat produksi dewasa ini (reserves to production ratio) akan habis dalam: 12 tahun untuk minyak bumi, 34 tahun untuk Gas Bumi dan 61 tahun untuk Batu Bara; Indonesia s udah menjadi negara defisit (pengimpor netto) minyak sehinga masalah BBM seringkali merepotkan Negara; 7

II. KONDISI PERENERGIAN INDONESIA (lanjutan) Indonesia diperkirakan akan menjadi defisit energi mulai tahun 2019, apabila pengelolaan energi hanya secara bussiness as usual. Menjadi defisit energi sangat dihindari oleh semua negara karena akan sangat bergantung kepada pihak/negara lain; Upaya untuk menunda menjadi defisit energi yang sudah didepan mata harus dilakukan secara serius. Diperlukan terobosan yang tepat dan upaya yang fokus. 8

SUMBER DAYA, CADANGAN ENERGI TAK TERBARUKAN NO ENERGI TAK TERBARUKAN / FOSIL SUMBER DAYA (SD) CADANGAN TERBUKTI (CT) RATIO CT/SD (1) (2) (3) (4) (5) = (4)/(3) 1 Minyak bumi (miliar barel) 56.6 4,04 7,18 % 2 Gas bumi (TSCF) 334.5 104,7 31,30 % 3 Batubara (miliar ton) 161.3 5,53 3,43 % 4 Gas Metana Batubara (TSCF) 453 - - 5 Shale Gas (TSCF) 574 - - Notes: - Sumber Daya (Ressources) = jumlah yang diperkirakan dikandung, namun belum ditemukan; - Cad Terbukti (proven reserves) = cad sudah ditemukan yg secara teknis dan ekonomis dapat dikuras - TSCF = Trillions Standard Cubic Feet 9

SUMBER DAYA, CADANGAN DAN PRODUKSI ENERGI TERBARUKAN NO ENERGI BARU/TERBARUKAN SUMBER DAYA (SD) KAPASITAS TERPASANG (KT) RASIO KT/SD (1) (2) (3) (4} (5) = (4)/(3) 1 Tenaga Air 75.670 MW 6.654,29 MW 8,79 % 2 Panas Bumi 29.038 MW 1.226 MW 4,22 % 3 Mini/Mikro Hydro 769,69 MW 228,983 MW 29,75 % 4 Biomass 49.810 MW 1.618,40 MW 3,25 % 5 Tenaga Surya 4,80 kwh/m 2 /day 22,45 MW - 6 Tenaga Angin 3 6 m/s 1,87 MW - 7 Uranium 3.000 MW 30 MW 1,00 % 10

PASOKAN vs. KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA 11

III. SOLUSI UNTUK MENUNDA DEFISIT ENERGI Upaya menunda defisit energi dilakukan melalui 2(dua) program utama, yaitu: (1) Sisi Demand: Penghematan (Konservasi) Energi dan (2) Sisi Supply: Pengembangan Energi Terbarukan. Konservasi Energi dilakukan karena: 1. Potensi implementasinya besar karena saat ini sangat boros; 2. Pelaksanaan lebih cepat dari pada membangun tambahan kapasitas; 3. Biaya lebih murah dari pada menambah kapasitas baru; Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam Penghematan Energi: Intensifikasi dan ekstensikasi Gerakan Penghematan Energi Meningkatkan pelaksanaan kewajiban audit energi dan penunjukan pengawas energy Pengembangan Energi Terbarukan dilakukan karena: 1. Implementasinya lebih cepat (kurang dari 3 tahun). Kecuali Panas Bumi; 2. Potensinya sangat besar karena belum banyak dikembangkan; 3. Kebutuhan dana tidak terlalu besar dibandingkan pengembangan energi fosil; 4. Peralatan sudah banyak diproduksi dalam negeri (untuk PLTMH); 5. Banyak mengikut sertakan peran masyarakat setempat dan koperasi; 12

III. SOLUSI UNTUK MENUNDA DEFISIT ENERGI (lanjutan). Penerapan standar peralatan hemat energi Penerapan advance teknologi, al. smart building Jenis energi terbarukan yang diprioritaskan untuk menunda defisit energi a,l.: 1. Tenaga Air: Pembangkit Listrik Tenaga Mini dan Mikro Hidro; 2. Bio Energi: Biomasa (Cangkang dan Tandan Kosong Kelapa Sawit) untuk pembangkitan liistrik, Biogas (Kotoran Hewan, Sampah Kota, Limbah Cair Kelapa Sawit) untuk bahan bakar dan pembangkitan listrik dan Bahan Bakar Nabati (Bio Diesel dari Kelapa Sawit, Kemiri, Jarak Pagar dan Bio Ethanol dari Aren, Ubi Kayu, Ubi Jalar, Sagu, dll); 3. Tenaga Surya; 4. Tenaga Bayu. Contoh program: 1. Mencetak 2 juta hektar lahan aren, ubi kayu, ubi jalar, sagu, sorgum, kelapa, kemiri untuk bahan baku ethanol, yang dilakukan secara tumpang sari,yang dapat mempekerjakan lebih dari 12 juta orang. 2. Membangun Pembangkit Listrik dengan bahan bakar cangkang dan tandan kosong kelapa sawit. Jumlahnya ratusan yang tersebar luas Sumatera, Kalimantan, Papua, dll. Kapasitas 1 pembangkit sekitar 5 MW. 13

III. SOLUSI UNTUK MENUNDA DEFISIT ENERGI (lanjutan). Pola pengusahaan pengembangan dapat melalui: 1. Kerjasama BUMN - Masyarakat (Koperasi) 2. Kerjasama BUMN Swasta 3. Koperasi Langkah-langkah yang harus dilakukan: 1. Penerapan insentif tarif melalui penerapan Feed In Tariff (tarif didasarkan pada biaya dan besarnya menurun terhadap waktu); 2. Pemberian insentif pajak dan bea masuk untuk proyek energi terbarukan; 3. Menyediakan dana murah (green fund); 4. Mewajibkan pemakaian bio energi dan pengolahan limbah cair kelapa sawit untuk diproses menjadi biogas); 14

IV. SUBSIDI BBM Subsidi untuk masyarakat miskin masih diperlukan; Permasalahan subsidi BBM: jumlah subsidi sangat besar, dinilai tidak tepat sasaran, mendorong penyelundupan dan penyalah gunaan BBM; Pola subsidi BBM yang diberikan harus dapat menanggulangi permasalahan diatas, yaitu: 1. Menurunkan jumlah subsidi BBM; 2. Agar subsidi tepat sasaran: hanya diberikan bagi kelompok yang kurang mampu dan transportasi publlik; 3. Menghilangkan penyelundupan dan penyalah gunaan BBM karena adanya perbedaan harga antara BBM bersubsidi yang dijual di SPBU dan BBM non subsidi; Pola yang dilakukan sampai saat ini tidak menyelesaikan masalah (kurang smart ). Terdapat alternatif lain pola subsidi BBM yang dapat menanggulangi permasalahan. Program pengurangan subsidi BBM yang dilakukan sebaiknya dengan tetap memberikan subsidi BBM bagi kelompok masyarakat yang masih kurang mampu dan transportasi publik. 15

V. PENINGKATAN PRODUKSI MINYAK BUMI Menggenjot produksi pada saat cadangan terus menurun dapat mengakibatkan kerusakan reservoar minyak yang secara teknis tidak boleh dilakukan; Produksi minyak yang terus turun disebabkan oleh cadangan minyak yang terus menurun karena kegiatan eksplorasi (yang dilakukan oleh perusahaan minyak yang credible dan reputable). Iklim investasi migas belakangan ini kurang kondusif karena: 1. Kondisi keamanan dan masalah perijinan 2. Kontrak yang ditawarkan untuk daerah virgin dan remote kalah menarik dengan negara lain; 3. Masalah ketidak pastian hukum. Upaya yang harus dilakukan adalah dimulai dengan peningkatan cadangan melalaui eksplorasi (oleh perusahaan yang mumpuni). Setelah cadangan meningkat maka produksi dapat dinaikkan dengan tanpa merusak reservoir. 16

V. PENINGKATAN PRODUKSI MINYAK BUMI (lanjutan) Langkah-langkah yang harus dilakukan antara lain: 1. Memperbaiki iklim investasi (insentif, perijinan, terkait otonomi daerah dan keamanan); 2. Meningkatkan eksplorasi pada cekungan virgin (belum dieksplorasi) dan daerah frontier; 3. Membentuk Institusi permanen pengganti SKK Migas yang bersifat sementara (sesuai amanat Mahkamah Konstitusi) 4. Merevisi Undang-undang Migas, khususnya pada pasal-pasal yang tidak dapat mendukung pencapaian tujuan pengelolaan sumber daya alam migas. 17

VI. PEMANFAATAN GAS BUMI UNTUK DALAM NEGERI Gas bumi dimanfaatkan sebagai bahan bakar atau sebagai bahan baku beberapa industri vital (pupuk/petrokimia dan besi baja); Pemanfaatan gas bumi didalam negeri memberikan nilai tambah yang sangat besar bagi negara, jauh lebih tinggi dari harga ekspor gas bumi. Dengan demikian prioritas adalah untuk memenuhi domestik; Saat ini gas bumi diekspor melalui pipa (ke Malaysia dan Singapura) dan dalam bentuk LNG (ke Jepang, Korea Selatan, Cina dan Amerika Serikat); Ekspor gas bumi (3526 MMSCF perhari) lebih besar dari pemanfaatan didalam negeri (3429 MMSCF perhari); Langkah-langkah yang perlu dilakukan: 1. Perlu dibuat ketentuan bahwa apabila terjadi kekurangan pasokan untuk dalam negeri maka ekpor gas bumi yang ada harus disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri; 2. Perlu dicadangkan cadangan gas bumi untuk pabrik pupuk guna mendukung ketahanan pangan nasional; 18

VI. PEMANFAATAN GAS BUMI UNTUK DALAM NEGERI (lanjutan) 3. Renegosiasi untuk kepentingan nasional harus diupayakan, termasuk yang tidak tercantum kemungkinannya dalam kontrak (dilakukan dengan pendekatan dan memberikan penjelasan); 4. Pemanfaatan gas bumi sebagai bahan bakar gas (BBG) untuk transportasi diprioritaskan utamanya untuk kendaraan umum dengan trayek tertentu dan taksi; 5. Pemanfaatan gas untuk transportasi harus mempertimbangkan perkembangan teknologi automotive. Perkembangan mobil hybrid (memakai BBM atau listrik) menjadikan gas dipakai untuk pembangkitan listrik dimana listriknya nanti dipakai oleh mobil; 6. Pembangunan FSRU (Floating Storage Receiving Unit) LNG harus mempertimbangkan kebutuhan gas, infrastruktur gas dan FSRU yang sudah ada tetapi belum terpakai secara penuh untuk menghemat dana. Pembangunan Contoh: pembangunan FSRU di Bali harus lebih diprioritaskan untuk memasok energi bersih pada daerah tujuan wisata. 19