USUL PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (I b M)

dokumen-dokumen yang mirip
Majalah INFO ISSN : Edisi XVI, Nomor 1, Pebruari 2014 BIOGAS WUJUD PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT DI TUNGGULSARI TAYU PATI

PEMBERDAYAAN RUMAH TANGGA MISKIN MELALUI WIRAUSAHA PENGOLAHAN LIMBAH PASAR MENJADI PUPUK KASCING DI DESA TEGALSARI, BRUNO, PURWOREJO

KAJIAN AWAL PEMBUATAN PUPUK ORGANIK DARI SAMPAH DAUN KAMPUS MEMAKAI REAKTOR BIODIGISTER PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di

I. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini pandangan perkembangan pertanian organik sebagai salah satu teknologi alternatif untuk menanggulangi

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara

BAB I PENDAHULUAN. tinggi mengakibatkan bertambahnya volume sampah. Selama ini sebagian besar

BAB VI PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI PERUMAHAN CIPINANG ELOK. menjadi tiga macam. Pertama, menggunakan plastik kemudian

PEMERINTAH KOTA DENPASAR TPST-3R DESA KESIMAN KERTALANGU DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengemasan dan Pemasaran Pupuk Organik Cair

BUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF. (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2

2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO

IbM PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN KAMPUNG PRO IKLIM (PROKLIM)

INTRODUKSI TEKNOLOGI KOMPOSTER BERBASIS MOL PADA KELOMPOK WANITA TANI DI DESA SEBAPO KECAMATAN MESTONG KABUPATEN MUARO JAMBI

PERANCANGAN MESIN PENCACAH SAMPAH TYPE CRUSHER

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGEMBANGAN DODOL WORTEL DESA GONDOSULI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR

EVALUASI PROSES KOMPOSTING DALAM RANGKA PENINGKATAN PRODUKSI KOMPOS

1

DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA

PENERAPAN IPTEKS. Pemanfaatan Limbah Usaha Pemotongan Ayam dan Pertanian Untuk Penyediaan Pupuk Organik Cair dan Produksi Tanaman Organik

BAB I PENDAHULUAN. yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukan sebagai

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. kapasitas atau jumlah tonnasenya. Plastik adalah bahan non-biodegradable atau tidak

APPO Badan Litbang Pertanian Hasilkan Kompos Berkualitas dengan Biaya Minim

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyebar luas baik di daerah perkotaan maupun pedesaan.limbah atau

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk kota sekarang ini semakin pesat, hal ini berbanding

PEMBEKALAN KKN -PENGOLAHAN LIMBAH PIAT UGM- Bidang Energi dan Pengelolaan Limbah Pusat Inovasi Agroteknologi UGM 2017

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 6% 1% Gambar 1.1 Sumber Perolehan Sampah di Kota Bandung

PEMANFAATAN KOMPOS AKTIF DALAM BUDIDAYA PEPAYA ORGANIK DI DESA KASANG PUDAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya

TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK

PENDAHULUAN Latar Belakang

SATUAN TIMBULAN, KOMPOSISI DAN POTENSI DAUR ULANG SAMPAH PADA TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH TANJUNG BELIT KABUPATEN ROKAN HULU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Bandar Lampung yang dikategorikan sebagai kota yang sedang berkembang,

PEMBUATAN BIOEKSTRAK DARI SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN UNTUK MEMPERCEPAT PENGHANCURAN SAMPAH DAUN

PELATIHAN PENGOLAHAN SAMPAH SKALA RUMAH TANGGA DI DESA PENYARING. Universitas Samawa

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peternakan puyuh merupakan suatu kegiatan usaha di bidang budidaya

PENDAHULUAN. Pertanian organik di masa sekarang ini mulai digemari dan digalakkan di

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

DESAIN MESIN KOMPOSTER SKALA INDUSTRI KECIL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dari semua pihak, karena setiap manusia pasti memproduksi sampah, disisi lain. masyarakat tidak ingin berdekatan dengan sampah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMANFAATAN LIMBAH PETERNAKAN DALAM PENGEMBANGAN SISTEM USAHATANI SAYUR-SAYURAN ORGANIK DI TIMOR TENGAH UTARA

P e r u n j u k T e k n i s PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin

I. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat maupun oleh lembaga pemerintah tetapi seringkali hanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

Sepuluh Faktor Sukses Pemanfaatan Biogas Kotoran Ternak

BAB VII ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UPS MUTU ELOK. Jumlah Timbulan Sampah dan Kapasitas Pengelolaan Sampah

Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan ISSN: Vol. 2 No. 1 Tahun 2017 PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK DI KELOMPOK PETERNAK MAULAFA

IbM APLIKASI TEKNOLOGI FEURINSA MENUJU PETERNAKAN RAMAH LINGKUNGAN

PENDAHULUAN. Sedangkan pads Bokashi Arang Sekam setelah disimpan selama 4 minggu C/N rationya sebesar 20.

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari

BAB I. PENDAHULUAN 1.2 Analisis Situasi Mitra pupuk organik.

BAB I PENDAHULUAN. mulai menggalakkan program re-use dan re-cycle atas sampah-sampah yang ada.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

VI. PENGELOLAAN, PENCEMARAN DAN UPAYA PENINGKATAN PENGELOLAAN SAMPAH PASAR

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGOLAHAN SAMPAH DI TPA SUKOSARI JUMANTONO TUGAS AKHIR

PENDAMPINGAN PEMBUATAN RUMAH PUPUK KOMPOS DI KAMPUNG BELAKANG KAMAL JAKARTA BARAT

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Timur. Letak tersebut berada di Teluk Lampung dan diujung selatan pulai

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura

BAB I PENDAHULUAN. maupun untuk industri dan transportasi. Untuk mengurangi ketergantungan

PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK RUMAH TANGGA DALAM PEMBUATAN PUPUK BOKASHI DI KELURAHAN TUAH KARYA, KECAMATAN TAMPAN, PEKANBARU

PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE)

BUPATI LUWU TIMUR PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di

Profil Orgic's Home Generasi Muda Peduli Sampah

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

PROSIDING SNTK TOPI 2013 ISSN Pekanbaru, 27 November 2013

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia melakukan berbagai aktivitas untuk memenuhi kesejahteraan

IBM KELOMPOK IBU-IBU PKK : PENERAPAN TEKNOLOGI BIOPORI YANG DIPERKAYA INOKULAN MIKROBA DI PERUMAHAN BANYUMANIK SEMARANG

PELATIHAN PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR BAGI KELOMPOK TANI DESA KARTAMA PEKANBARU

Henita Rahmayanti. Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Jakarta, Jl. Rawamangun Muka, Jakarta

BAB I IDENTIFIKASI KEBUTUHAN. disebut ruminansia sangat bergantung pada ketersediaan pakan, baik dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

Transkripsi:

USUL PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (I b M) PENGELOLAAN SAMPAH PASAR PEDESAAN BERBASIS TEKNOLOGI BOKASHI SEBAGAI SOLUSI MASALAH LINGKUNGAN DAN KELANGKAAN PUPUK MENUJU KESEJAHTERAAN ANGGOTA KELOMPOK TANI Oleh: Slamet Widodo, S.T., M.T. / NIP. 19761103 200003 1 001 Dr-Ing. Satoto Endar Nayono, M.Sc. / NIP. 19750508 199903 1 001 Drs. Agus Santosa, M.Pd. / NIP. 19640822 198812 1 002 Drs. Bambang Setiyo H.P., M.Pd. / NIP. 19571006 198812 1 001 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2010

A. ANALISIS SITUASI Sampah merupakan permasalahan utama yang dapat ditemukan hampir di semua pasar tradisional di Indonesia. Sebagian besar orang beranggapan bahwa sampah merupakan benda sisa atau yang sudah rusak atau yang dianggap sudah tidak terpakai. Oleh karena itu, sampah perlu dibuang ke suatu tempat karena bisa mengganggu. Gangguan yang ditimbulkan dapat berupa bau tidak sedap, terganggunya estetika dan keindahan permukiman serta gangguan kesehatan karena sampah bisa menjadi media berkembang biaknya kuman dan vektor penyakit. Selama ini sebagian besar pasar tradisional dalam mengelola sampah masih bertumpu pada pendekatan akhir (end of pipe), yaitu sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah (TPA). Selain diperlukan biaya yang tidak sedikit untuk mengangkut sampah ke TPA, praktek pengelolaan sampah seperti ini berpotensi besar melepas gas metana (CH 4 ) yang merupakan salah satu gas rumah kaca (green house gasses) serta berkontribusi cukup besar terhadap pemanasan global. Permasalahan pengelolaan sampah juga merupakan masalah pelik yang dihadapi oleh warga di sekitar Pasar Pengkol, yang terletak di Dukuh kebon Luwak, Desa Ringin Larik, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali. Wilayah yang terletak di lereng Gunung Merapi ini merupakan dataran tinggi (±800 m di atas permukaan laut), yang menghasilkan berbagai komoditas hasil pertanian, terutama sayur-sayuran dan buah-buahan. Pasar Pengkol merupakan salah satu pasar pengumpul sayur dan buah terbesar di Wilayah Kabupaten Boyolali. Aktifitas perdagangan yang dominan terjadi di Pasar Pengkol adalah jual-beli antara petani sayur-buah dengan pedagang pengumpul. Berbagai jenis komoditas ini selanjutnya akan disitribusikan lebih lanjut oleh para pedagang pengumpul ke beberapa pasar kota di Kabupaten Boyolali dan sekitarnya, seperti Pasar Kota Boyolali, Pasar Gede di Solo, Pasar Kartosuro di Sukoharjo, dan Pasar Kota Klaten. Setelah proses jual-beli dengan petani, para pedagang pengumpul akan melakukan pemilahan, dan membuang bagian yang tidak layak jual di seputaran pasar. Proses pemilahan tersebut menyebabkan semakin menggunungnya tumpukan sampah yang mengganggu estetika perkampungan serta menimbulkan bau menyengat bagi warga sekitar. Masalah ini semakin diperparah karena Pasar Pengkol terletak cukup jauh di sebelah barat Ibukota Kabupaten Boyolali (kurang-lebih 10 kilometer), sehingga peranan Dinas Pekerjaan Umum Perhubungan dan Kebersihan (DPUPK) Kabupaten Boyolali dalam menanggulangi masalah sampah di Pasar Pengkol menjadi tidak maksimal. Timbunan sampah hasil pemilahan sayur dan buah-buahan di sekitar Pasar pengkol dapat mencapai volume 3 (tiga) m 3 setiap harinya.

Masyarakat Dukuh Kebon Luwak, yang berbatasan langsung dengan Pasar Pengkol, merupakan masyarakat petani ladang yang memerlukan pupuk dalam kegiatan pertanian yang menjadi mata pencaharian utamanya. Pada saat ini, mayoritas masyarakat pedesaan di lereng Gunung Merapi sedang menghadapi kendala berkaitan dengan minimnya persediaan pupuk anorganik. Hal ini terjadi karena pupuk buatan tidak bisa dibeli secara langsung (tidak seperti beberapa tahun yang lalu, di mana pupuk anorganik dapat diperjualbelikan secara bebas), melainkan harus mengikuti mekanisme yang ditetapkan pemerintah. Keterbatasan persediaan dan tingginya harga pupuk anorganik ini memaksa warga mayarakat kembali mengandalkan penggunaan pupuk kandang. Meskipun penggunaan pupuk kandang ini dipandang lebih ramah lingkungan dan tidak berdampak negatif terhadap kesuburan tanah untuk jangka panjang, tetapi masalah yang timbul adalah terbatasnya populasi ternak yang dimiliki warga, sehingga volume pupuk kandang yang ada juga tidak dapat memenuhi kebutuhan petani. Selain itu, pembuatan pupuk kandang secara konvensional memakan waktu cukup lama untuk matang dan dapat dipanen, yaitu sekitar 2-3 bulan. Kondisi yang ada ini mendorong minat para anggota kelompok tani Tani Makmur, yang berprofesi sebagai petani ladang untuk dapat memanfaatkan sampah pasar menjadi pupuk organik. Para anggota kelompok tani ini yang telah memiliki pengalaman dalam pembuatan pupuk kompos dengan cara konvensional yang memerlukan waktu 2-3 bulan untuk proses pematangan. Meskipun antusiasme para anggota kelompok tani sangat tinggi, namun kendala teknologi dan peralatan pendukungnya menjadi hambatan utama yang harus dipecahkan. Di lain pihak, teknologi pembuatan pupuk organik telah dikembangkan secara intensif oleh Pemerintah Republik Indonesia melalui Departemen Pertanian. Trend masyarakat dunia untuk kembali ke alam (back to nature) telah menyebabkan permintaan produk pertanian organik di seluruh dunia tumbuh pesat sekitar 20% per tahun. Sehingga diperkirakan pada tahun 2010 pangsa pasar dunia terhadap produk pertanian organik akan mencapai U$ 100 milyar (Ditjen BPPHP Deptan, 2001). Untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara penghasil produk pangan organik yang dapat mengisi pasar dunia, Departemen Pertanian telah mencanangkan program Go Organic 2010. Salah satu teknologi pembuatan pupuk organik yang telah dkembangkan dan disosialisasikan oleh Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian adalah teknologi bokashi. Pada dasarnya, teknologi ini ditujukan untuk mempercepat proses pembuatan pupuk organik (matang dalam waktu 7 hari), dan sekaligus meningkatkan kualitas pupuk yang dihasilkan (BPTP Sulawesi Tengah, 2008). Teknologi ini cukup sederhana, dan bahanbahan yang diperlukan juga sangat mudah didapatkan di sekitar Pasar Pengkol. Berdasarkan masalah, potensi, dan antusiame warga masyarakat yang dapat diidentifikasi di lokasi tersebut, maka perlu diupayakan pola manajemen

persampahan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekitar. Budaya pengurusan sampah mesti diubah, bukan dibuang tetapi dikelola. Paradigma baru memandang sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi, yaitu dengan mengubah sampah menjadi pupuk organik harus ditanamkan. Oleh karena itu, melalui Program Pengabdian Kepada Masyarakat (PPM) Ipteks bagi Masyarakat diharapkan untuk dapat mengimplementasikan proses rancang-bangun mesin pengolah sampah, yang merupakan peralatan utama dalam aplikasi teknologi pembuatan untuk mengoptimalkan sistem pengelolaan sampah di Pasar Pengkol. Dengan adanya mesin ini, diharapkan permasalahan sampah di Pasar Pengkol dapat diselesaikan sekaligus dimanfaatkan menjadi pupuk organik yang dapat membantu untuk mencukupi kebutuhan pupuk masyarakat setempat, ataupun dikemas sebagai komoditas yang memiliki nilai jual. Kegiatan PPM Pengelolaan Sampah Pasar Pedesaan Berbasis Teknologi Bokashi Sebagai Solusi Masalah Lingkungan dan Kelangkaan Pupuk Menuju Kesejahteraan Anggota Kelompok Tani ditujukan untuk memininalisir masalah sampah dengan mempercepat proses produksi pupuk organik, dan memperbaiki kualitas pupuk organik yang dihasilkan. B. PERMASALAHAN MITRA Setelah dilakukan survey awal dan wawancara dengan warga dan kelompok tani setempat, dapat diidentifikasi permasalahan nyata yang dihadapi warga masyarakat Dukuh Kebon Luwak adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana cara mengatasi pencemaran lingkungan sekitar pasar? 2. Bagaimana pola pengelolaan sampah yang tepat, murah, mendatangkan manfaat, dan mudah dilaksanakan dengan mempertimbangkan potensi sumber daya yang ada di daerah? 3. Bagaimana rancang bangun alat yang sesuai dan dapat meningkatkan kualitas dan produktivitas pupuk organik yang dihasilkan? 4. Bagaimana penataan ruang pada lokasi unit pengelolaan sampah yang akan dilaksanakan? 5. Bagaimana cara pengemasan dan pemasaran pupuk organik? 6. Bagaimana pola manajemen bagi hasil yang tepat untuk diterapkan bagi para anggota kelompok tani yang akan bertindak selaku pengelola sampah pasar desa? Selanjutnya dalam kegiatan PPM IbM ini akan dilaksanakan untuk menyelesaikan beberapa rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana metode alih teknologi untuk mengubah sampah pasar menjadi pupuk organik dengan teknologi bokashi yang telah dikembangkan oleh Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian? 2. Bagaimana perancangan mekanisme kerja mesin pengolah sampah yang dibutuhkan dalam teknologi pembuatan bokashi?

3. Bagaimana konstruksi mesin pengolah sampah yang kuat dan sesuai dengan kapasitas produksi yang diharapkan? 4. Bagaimana dimensi mesin pengolah sampah yang ergonomis untuk digunakan oleh para anggota kelompok tani sebagai calon pengguna? 5. Bagaimana cara pengoperasian mesin pengolah sampah yang akan disediakan? 6. Bagaimana perbedaan produktivitas pupuk organik yang dihasilkan dengan cara konvensional dibandingkan dengan metode bokashi berbasis mesin pengolah sampah, ditinjau dari waktu pematangan dan kualitas pupuk yang dihasilkan? 7. Bagaimana teknik menjaga keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dalam pengoperasian mesin pengolah sampah? 8. Bagaimana cara perawatan mesin pengolah sampah? 9. Bagaimana penataan ruang (site-plan) dan instalasi alat di lokasi unit pengelolaan sampah yang akan dilaksanakan? C. SOLUSI YANG DITAWARKAN 1. Kerangka Pemecahan Masalah Berdasarkan hasil survey lapangan dapat disimpulkan bahwa permasalahan utama yang dihadapi adalah menumpuknya sampah pasar yang mengganggu kesehatan lingkungan dan merusak estetika permukiman penduduk. Sampah yang terkumpul mayoritas didominasi oleh sampah organik, mengingat Pasar Pengkol merupakan Pasar Sayur Pedesaan, yang berfungsi sebagai lokasi transaksi petani dengan pedagang Pengumpul. Potensi yang dapat ditemukan adalah sampah organik dapat diolah dengan teknologi sederhana menjadi pupuk organik yang bernilai ekonomis. Selain itu, antusiasme sangat tinggi ditunjukkan oleh para anggota kelompok tani sebagai masyarakat pengguna pupuk. Kotoran ternak sebagai bahan pencampur sangat mudah ditemukan, karena pada umumnya masyarakat setempat juga memelihara ternak sapi ataupun kambing. Mata pencaharian utama masyarakat di sekitar Pasar Pengkol adalah petani ladang, yang saat ini mengalami masalah kelangkaan pupuk, sehingga merupakan potensi pasar yang jelas. Teknologi pemrosesan pupuk kompos organik telah dikembangkan secara intensif, salah satunya adalah teknologi bokashi composting, yang cukup mudah dan murah untuk diterapkan (Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian, 2000). Analisis konstruksi mesin pengolah sampah tipe crusher juga telah dilakukan secara komprehensif oleh Pusat Studi Otomotif Universitas Gunadharma Jakarta (Yamin, dkk. 2008). Prototype yang dihasilkan ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan memperhatikan kebutuhan di lokasi PPM yang direncanakan. Berdasarkan berbagai kondisi dan faktor pendukung di atas, direncanakan untuk melakukan kegiatan PPM untuk alih teknologi pembuatan bokashi dalam rangka mengkonversi sampah menjadi pupuk kompos organik

yang memiliki nilai jual, dan dapat membantu penyelesaian masalah kelangkaan pupuk yang dihadapi masyarakat sekitar. Untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas produksi pupuk maka akan dikembangkan mesin pencacah, yang dapat digunakan untuk mencacah sampah organik menjadi potongan-potongan kecil agar proses dekomposisi sampah organik dapat berjalan lebih cepat. Selanjutnya, mesin pencacah ini juga akan digunakan untuk mencacah kompos yang sudah matang. Selain itu juga akan diakukan rancang-bangun mesin pengayak yang digunakan untuk mengayak kompos matang, sebelum dimasukkan dalam kemasan. Untuk memperoleh hasil yang optimal, maka proses pekerjaan perancangan mesin pengolah sampah (terdiri dari: mesin pencacah, drum aktivator, dan mesin pengayak) dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu: (1) membuat gambar rencana atau gambar kerja, (2) menentukan dimensi dan kualitas bahan yang digunakan, (3) menghitung kebutuhan bahan sesuai dengan konstruksi mesin yang direncanakan, (4) merakit mesin pengolah sampah, (5) uji kinerja mesin, (6) penyempurnaan alat jika diperlukan, dan (6) finishing. Setelah mesin pengolah sampah (mesin pencacah, drum aktivator, dan mesin pengayak) diselesaikan selanjutnya dikirimkan ke lokasi kemudian dilakukan setting atau penataan lokasi yang akan dijadikan sebagai lokasi pengolahan sampah. Setelah itu, dilakukan penyampaian materi, ceramah, dan diskusi terkait dengan teknologi pembuatan bokashi. Langkah selanjutnya adalah latihan dan praktek oleh khalayak sasaran. Pada akhirnya akan dilakukan evaluasi terhadap beberapa parameter kinerja alat dan produktivitas yang dihasilkan. Untuk lebih jelasnya, rangkaian kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat dalam bentuk Ipteks bagi Masyarakat ini dapat dilihat pada Bagan Alir sebagai berikut: MULAI Identifikasi Potensi dan Kapasitas Produksi Perencanaan Alat Produksi Bokashi: 1. Mesin Pencacah 2. Drum Aktivator Fermentasi Bokashi Cair Fabrikasi Mesin Uji Awal Kinerja Mesin Pengiriman Alat ke Lokasi PPM Pendampingan Produksi Bokashi: 1. Alih teknologi 2. Manajemen Produksi dan Pemasaran

2. Metode Kegiatan Untuk membantu mengatasi masalah sampah yang dihadapi oleh masyarakat Dukuh Kebon Luwak, maka kegiatan PPM yang dilaksanakan dengan mitra kerja Kelompok Tani Tani Makmur ini akan menggunakan beberapa metode kegiatan, yaitu: a. Pengadaan Peralatan Pengadaan peralatan berupa mesin pengolah sampah (pencacah, drum aktivator, dan pengayak) yang akan difungsikan untuk mencacah sampah organik, wadah akselerasi fermentasi, mencacah, dan selanjutnya mengayak pupuk organik yang sudah matang ini muthlak diperlukan sebagai sarana utama dalam menunjang keberhasilan PPM IbM yang telah direncanakan. Pengadaan peralatan ini diharapkan dapat menunjang keberlanjutan usaha pengelolaan sampah pasar yang dapat mendatangkan income bagi kelompok tani setempat, sekaligus membantu mencukupi kebutuhan pupuk para petani di sekitarnya. Pencacahan sampah menjadi partikel yang lebih kecil sangat penting dalam proses pengkomposan karena dekomposisi bahan organik terjadi terutama pada atau dekat permukaan partikel, dimana terjadi difusi oksigen yang cukup untuk metabolisme aerobik, dan substrat itu sendiri mudah diakses oleh mikroorganisme dan enzim ekstraselular mereka. Partikel yang lebih kecil berarti juga mempunyai luas permukaan lebih banyak per satuan massa atau volume, jadi jika aerasi yang disediakan cukup, partikel kecil akan terdekomposisi lebih cepat. Penelitian telah menunjukkan bahwa proses pencacahan bahan kompos menjadi partikel yang lebih kecil dapat meningkatkan tingkat dekomposisi sampai dengan faktor dua. Gray et al. (1971 dalam Richard, 1996) merekomendasikan ukuran partikel sebesar 1,3-7,6 cm untuk proses pengkomposan yang optimal tergantung dari jenis aerasinya. Dalam hal perencanaan mesin pengolah sampah tipe crusher, volume sampah yang masuk ke dalam mesin pencacah juga harus diatur agar tidak berlebihan karena dapat menyebabkan tumpukan sampah yang terlalu banyak. Akibatnya putaran mesin pencacah akan tidak maksimal atau mengalami beban yang berlebihan. Putaran mesin pencacah itu sendiri dihasilkan oleh mesin diesel yang dihubungkan dengan menggunakan transmisi sabuk. Jadi putaran mesin diesel diteruskan ke pencacah dan mencacah sampah yang masuk dengan adanya pisau pencacah yang menghancurkan sampah menjadi potongan-potongan kecil. Dengan sistem pencacahan ini, maka sampah yang di-crusher menjadi lebih padat dan dapat mengurangi volume sampah asal. Dengan mengecilnya volume, maka transportasi dan tempat yang digunakan untuk pengolahan sampah juga menjadi lebih kecil (cost reduction). Sampahsampah yang telah tercacah oleh mesin akhirnya dikumpulkan untuk diolah kembali menjadi kompos ataupun hasil akhir lainnya.