BAB I PENDAHULUAN. dari dunia perbankan. Jika dihubungkan dengan pendanaan, hampir semua

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Bank merupakan satu lembaga yang berfungsi sebagai perantara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat khususnya bagi umat islam. Rasa terpercaya, amanah dan aman serta

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan keuangan syariah. Namun demikian, hingga saat ini market share

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Lely 2008:309)

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bisnis modern di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. dengan prinsip wadiah maupun prinsip mudharabah atau di sebut juga dengan. prinsip bagi hasil, prinsip ujroh, dan akad pelengkap.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bank pada hakikatnya merupakan lembaga perantara (intermediary) yaitu. menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh UU No.10 tahun 1998 dan undang-undang terbaru mengenai perbankan

PENGARUH PEMBIAYAAN JUAL BELI, PEMBIAYAAN BAGI HASIL DAN RASIO NON PERFORMING FINANCING

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menjalankan kegiatan perekonomian. Salah satu faktor penting

BAB I PENDAHULUAN. nasional Indonesia menganut dual banking system yaitu, sistem perbankan. konvensional menggunakan bunga (interest) sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia. Terbukti dengan bermunculannya bank umum syariah lainnya

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat dan stabil. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri dari tiga

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Melemahnya nilai tukar rupiah yang terus berubah-ubah menjadi masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan bank syariah di Indonesia membawa angin segar bagi para

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai perantara (financial intermediary) bagi mereka yang memiliki dana

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

hidup rakyat (Anshori:2009:226). Mengingat semakin berkembangnya zaman

BAB I PENDAHULUAN. mendalam. Bank syariah yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi keuangan, hasil, prinsip ujoh dan akad pelengkap (Karim 2004).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat di negara maju dan berkembang sangat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur dan jasa. Sedangkan sektor moneter ditumpukan pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman pada dunia perbankan dan inilah yang terjadi pada perekonomian

sejak zaman Rasulullah, seperti pembiayaan, penitipan harta, pinjam-meminjam uang, bahkan pengiriman uang. Akan tetapi, pada saat itu, fungsi-fungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan atau biasa disebut financial intermediary. Sebagai lembaga keuangan,

BAB I PENDAHULUAN. lembaga intermediasi keuangan (Financial intermediary institution),yakni. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, perbankan menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bidang perbankan merupakan salah satu bidang yang mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN. di dalam perekonomian suatu Negara sebagai perantara lembaga keuangan. Bank dalam pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bunga baik tabungan, deposito, pinjaman, dll.

BAB I PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah adalah Bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan kegiatan operasionalnya dengan menghimpun dana dari. masyarakat dan kemudian menyalurkannya kembali kepada masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produktif, bebas dari hal-hal yang tidak jelas (gharar), berprinsip keadilan

EKONOMI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediaries)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya. Untuk melakukan kegiatan bisnis tersebut para pelaku usaha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Bank syariah secara umum bertujuan untuk mendorong dan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis jenis usaha yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. pada Al Qur an dan Hadist Nabi SAW. Dengan kata lain, Bank syari ah adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian pasti ada hubungannya dengan dunia keuangan dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam sumber hukum Islam yaitu Al-Qur an dan As-Sunah. Sumber. hukum Islam ini adalah dasar sebagai pedoman untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. dengan negara Indonesia ini. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. Sedangkan pengertian

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain untuk pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (mudharabah),

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang berbasis nilai-nilai dan prinsip syariah untuk dapat diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, peranan perbankan sangat mempengaruhi kegiatan ekonomi. Artinya, keberadaan dunia perbankan semakin dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. prinsip bagi hasil dan risiko (profit and loss sharing). Sebagai bagian dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang tumbuh berkisar 8%. (Otoritas Jasa Keuangan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan

BAB I PENDAHULUAN. utamanya menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan giro, tabungan

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008). Ditinjau dari segi imbalan atau

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Secara filosofi bank syari ah adalah bank yang aktivitasnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banking atau disebut juga Interest Free Banking. Menurut Muhammad. produknya dikembangkan berdasarkan Al-Qur an dan Hadist.

BAB I PENDAHULUAN. perbankan nasional. Bank Islam telah berkembang pesat pada dekade terakhir

BAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki peran sebagai lembaga perantara antara unit-unit yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia umumnya

BAB 1 PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank merupakan salahsatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. (riba), serta larangan untuk berinvestasi pada usaha usaha berkategori terlarang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan Syariah menurut UU No. 21 tahun 2008 adalah segala

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Bank dalam pasal 1 ayat (2) UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan UU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan syariah pada dasarnya merupakan pengembangan dari konsep

BAB I PENDAHULUAN. (surplus unit) kepada pihak yang membutuhkan dana (deficit unit) pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perekonomian yang semakin modern seperti sekarang ini, uang

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami. perkembangan yang signifikan terutama di bidang perbankan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negara-negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sektor perbankan. Berdasarkan sistem operasionalnya, perbankan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sebagai perantara (financial intermediary) bagi mereka yang memiliki dana yang

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan

PENGARUH NON PERFORMING FINANCE

BAB I PENDAHULUAN. Islam di Tanah Air sebenarnya sudah dimulai secara formal dan informal jauh

BAB I PENDAHULUAN. dan pihak yang kekurangan dana. Kelebihan dana tersebut dapat disalurkan

BAB II. pendapatan total perusahaan dengan biaya totalnya. Menurut Kusnadi dkk (2004),

BAB I PENDAHULUAN. kontroversi praktik bunga bank yang dilakukan pada bank bank konvensional

BAB I PENDAHULUAN. dan aktivitasnya pasti berhubungan dengan masalah keuangan. Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. dengan sistem bunga, walaupun masih banyak negara yang mengalami kemakmuran

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi yang menghubungkan antara pihak-pihak yang kelebihan (surplus) dana

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting dalam perekonomian. Keberadaan perbankan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menggerakkan roda perekonomian suatu negara, seperti dalam hal penciptaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai financial

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan perekonomian mencakup semua sektor, baik sektor industri. (manufaktur), jasa, dan perbankan. Perkembangan perekonomian ini

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kehidupan perekonomian di dunia sampai saat ini tidak dapat dipisahkan dari dunia perbankan. Jika dihubungkan dengan pendanaan, hampir semua aktivitas perekonomian menggunakan perbankan sebagai lembaga keuangan yang dapat membantu berjalannya usaha tersebut. Bank yang dapat berperan sebagai penyedia modal dengan memberi pinjaman berupa alternatif yang dapat dipilih untuk memenuhi kebutuhan dunia tersebut. Namun, krisis moneter yang melanda dunia perbankan Indonesia sejak juli 1997 dan disusul dengan krisis politik nasional telah membawa dampak besar bagi perekonomian di Indonesia. Krisis tersebut telah mengakibatkan perbankan Indonesia yang didominasi oleh bankbank konvensional mengalami kesulitan. Keadaan tersebut menyebabkan pemerintah Indonesia terpaksa mengambil tindakan untuk rekonstrukturisasi sebagian bank-bank di Indonesia. Lahirnya Undang-Undang No. 10 tahun 1998, yaitu perubahan atas Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan, telah menyadarkan semua pihak bahwa perbankan dengan sistem konvensional bukan merupakan satusatunya sistem yang dapat diandalkan, tetapi ada sistem perbankan lain yang jauh lebih unggul karena menawarkan prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu perbankan syariah. Bank syariah merupakan bank yang sistem operasinya tidak mengandalkan bunga. Untuk menghindari pengoperasian bank dengan sistem 1

2 bunga, Islam mengenalkan prinsip-prinsip muamalah Islam. Dengan demikian, kerinduan umat muslim Indonesia yang ingin melepaskan diri dari riba telah mendapatkan solusi dengan adanya bank syariah. Bank syariah atau yang bisa juga disebut bank Islam adalah bank yang beroperasi dengan menggunakan tata cara Islam yaitu mengacu pada ketentuan Al-Qur an dan Al-Hadits. Oleh karena itu, bank syariah tidak beroperasi berbasis bunga tetapi menggunakan sistem bagi hasil, (Karim, 2008:20). Hal ini disebabkan Islam melarang adanya riba dan dalam Islam bunga bank termasuk riba. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur an surat Al-Baqarah ayat 278 dan 279: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. (Al-Qur an, surat 2:278) Artinya : Maka, jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertobat (dari pengambilan riba) maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya. (Al-Qur an, surat 2:279)

3 Pada Undang-Undang No. 10 tahun 1998 dijelaskan bahwa bank umum dapat melakukan usaha menyediakan pembiayaan dan/atau melakukan kegiatan lain berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Selain dikeluarkannya Undang-Undang, hal lain yang mendukung perkembangan bank syariah di Indonesia adalah pada tanggal 16 Desember 2003 Majelis Ulama Indonesia atau MUI mengeluarkan Fatwa yang menyatakan bahwa bunga bank adalah haram. Hal ini tentunya telah mendorong sejumlah bank untuk mulai membuka unit usaha berdasarkan prinsip syariah. Karena pesatnya perkembangan industri perbankan syariah maka diberlakukannya landasan hukum yang telah memadai, yaitu Undang-Undang N0. 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah pada tanggal 16 Juli 2008. Bank Umum Syariah 1. Jumlah Bank 2. Jumlah Kantor Tabel 1.1 Perkembangan jumlah bank syariah di Indonesia 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Unit Usaha Syariah 1. Jumlah Bank Umum Konvensional yang memiliki UUS 2. Jumlah Kantor Bank Pembiayaan Rakyat Syariah 1. Jumlah Bank 2. Jumlah Kantor 3 407 26 196 5 581 27 241 6 711 25 287 11 1215 23 262 11 1401 24 336 11 1745 24 517 11 1882 114 185 131 202 138 225 150 286 155 364 158 401 160 398 TOTAL 782 1024 1223 1763 2101 2663 2830 Sumber : Bank Indonesia (Statistik Perbankan Syariah, Juli 2013) Pada tabel 1.1, dapat dilihat perkembangan jumlah bank dan kantor perbankan syariah di Indonesia selam 5 tahun terakhir ini. Per Juli 2013, tercatat ada 11 Bank Umum Syariah (BUS), 24 Unit Usaha Syariah (UUS), 160 Bank 24 550

4 Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dengan jumlah kantor perbankan syariah sebanyak 2830 yang tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia. Bank syariah yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi keuangan, melaksanakan kegiatan operasionalnya dengan menghimpun dana dari masyarakat dan kemudian menyalurkannya kembali kepada masyarakat melalui pembiayaan. Dana yang dihimpun dari masyarakat biasanya disimpan dalam bentuk giro, tabungan dan deposito baik dengan prinsip wadiah maupun prinsip mudharabah. Sedangkan penyaluran dana dilakukan oleh bank syariah melalui pembiayaan dengan empat pola penyaluran yaitu prinsip jual beli, prinsip bagi hasil, prinsip ujroh dan akad pelengkap, (Karim, 2008:23). Diantara empat pola penyaluran pembiayaan yang ada pada bank syariah, terdapat dua pola utama yang saat ini dijalankan oleh bank dalam penyaluran pembiayaan, yakni pembiayaan dengan prinsip jual beli dan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil. Pendapatan bank sangat ditentukan oleh berapa banyak keuntungan yang diterima dari pembiyaan yang disalurkan. Keuntungan yang diterima dari prinsip jual beli berasal dari mark up yang ditentukan berdasarkan kesepakatan antara bank dengan nasabah. Sedangkan pendapatan dari prinsip bagi hasil ditentukan berdasarkan kesepakatan besarnya nisbah, keuntungan bank tergantung pada keuntungan nasabah. Pola bagi hasil banyak mengandung risiko, oleh karena itu pihak bank harus aktif berusaha mengantisipasi kemungkinan terjadinya kerugian nasabah sejak awal, (Muhammad, 2005:4). Harahap (2005:8), menyebutkan bahwa akad yang banyak digunakan dalam pembiayaan pada prinsip jual beli adalah murabahah, salam dan istishna.

5 Sedangkan pada prinsip bagi hasil, akad yang banyak digunakan adalah mudharabah dan musyarakah. Berdasarkan statistik Bank Indonesia, akad murabahah mendominasi pembiayaan yang disalurkan bank syariah dan disusul dengan akad mudharabah dan musyarakah. Dengan diperolehnya pendapatan dari pembiayaan yang disalurkan, diharapkan profitabilitas bank akan membaik, yang tercermin dari perolehan laba yang meningkat. Salah satu indikator performance atau kinerja profitabilitas bank adalah return on asset (ROA). Rasio ini digunakan untuk mengukur sejauh mana asset khususnya aktiva produktif (pembiayaan) yang dimiliki bank dapat menghasilkan laba yang menjadi tujuan dari bisnis perbankan. ROA memberikan informasi mengenai efisiensi bank yang dijalankan karena return on asset (ROA) menunjukkan berapa banyak laba yang dihasilkan secara rata-rata dari $1 asetnya. Oleh karena itu, pengelolaan pembiayaan baik pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi hasil, maupun jenis pembiyaan lainnya akan sangat mempengaruhi profitabilitas yang diterima bank syariah, (Mishkin, 2008:172). Pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah dapat menimbulkan potensi pembiayaan bermasalah. Pembiayaan bermasalah dapat dilihat dari tingkat non performing financing (NPF). Menurut Veithzal (2007:477), yang dimaksud dengan NPF atau pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan yang dalam pelakasanaannya belum mencapai atau memenuhi target yang diinginkan pihak bank seperti: pengembalian pokok atau bagi hasil yang bermaslah; pembiayaan yang memiliki kemungkinan timbulnya resiko di kemudian hari bagi bank; pembiayaan yang termasuk golongan perhatian khusus, diragukan dan macet serta

6 golongan lancar yang berpotensi terjadi penunggakan dalam pengembalian. Jadi,besar kecilnya NPF ini menunjukkan kinerja suatu bank dalam pengelolaan dana yang disalurkan. Apabila porsi pembiayaan bermasalah membesar, maka hal tersebut pada akhirnya menurunkan besaran pendapatan yang diperoleh bank. Sehingga pada akhirnya akan dapat mempengaruhi tingkat profitabilitas bank syariah. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai adanya pengaruh tingkat pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi hasil dan NPF terhadap profitabilitas Bank Umum Syariah dalam sebuah skripsi dengan judul Pengaruh Pembiayaan Jual Beli, Pembiayaan Bagi Hasil dan Rasio Non Performing Financing Terhadap Profitabilitas (ROA) Bank Umum Syariah di Indonesia. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian latar belakang penelitian yang telah diungkapkan sebelumya, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitan ini ialah sebagai berikut : 1. Apakah tingkat pembiayaan jual beli dan pembiayaan bagi hasil berpengaruh secara bersama-sama (simultan) atau parsial terhadap tingkat profitabilitas (ROA) Bank Umum Syariah? 2. Apakah non performing financing pembiayaan jual beli dan pembiayaan bagi hasil berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA) secara simultan maupun parsial pada Bank Umum Syariah?

7 C. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui pengaruh dari pembiayaan jual beli dan pembiayaan bagi hasil secara bersama-sama (simultan) atau parsial terhadap tingkat profitabilitas (ROA) Bank Umum Syariah. 2. Mengetahui dan menguji secara empiris non performing financing pembiayaan jual beli dan pembiayaan bagi hasil berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA) secara simultan maupun parsial pada Bank Umum Syariah. D. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini kiranya dapat memberikan masukan yang berguna bagi kalangan perbankan dalam menyalurkan pembiayaan dimana hasil dari penelitian dapat menjadi pertimbangan untuk diaplikasikan pada perbankan syariah. Dan bagi pemerintah maupun pihak-pihak lain yang terkait, penelitian ini dapat memberi alternatif arah pengembangan industri perbankan di Indonesia untuk masa yang akan datang. Bagi penulis dan kalangan akademis maupun masyarakat umum, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai industri perbankan seputar profitabilitas (ROA) yang dihasilkan oleh pembiayaan bagi hasil dan jual beli pada bank syariah. Selain itu, dapat dijadikan bahan dokumentasi untuk melengkapi sarana yang dibutuhkan dalam penyediaan bahan studi bagi pihak-pihak yang mungkin membutuhkan untuk mengetahui pengaruh

8 tingkat pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi hasil dan NPF terhadap profitabilitas (ROA) Bank Umum Syariah. E. ALAT DAN MODEL ANALISIS Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif, untuk memperkirakan secara kuantitatif pengaruh dari beberapa variabel independen secara simultan maupun secara parsial terhadap variabel dependen. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi data panel. Penelitian ini juga akan diperkuat perhitungannya dengan menggunakan bantuan dari program Excel 2007 dan program komputer yaitu program Eviews 8.0. Menurut Wing Wahyu Winarno (2007:9.1), data panel adalah gabungan antara data silang (cross section) dengan data runtut waktu (time series). Data runtut waktu biasanya meliputi satu objek (misalnya tingkat inflasi, kurs mata uang dan sebagainya), tetapi meliputi beberapa periode (bias harian, bulanan, kuartalan, tahunan dan sebagainya). Data silang terdiri atas beberapa atau banyak objek, sering disebut responden, (misalnya perusahaan) dengan beberapa jenis data (misalnya laba, biaya iklan, tingkat investasi dan sebagainya). Persamaan regresi dalam penelitian ini sebagai berikut: ROA = α + β1 Ln_PJB + β2 Ln_PBH+ β3 NPF + ε1 Ket : ɑ : Konstanta β1, β2, β3 : Koefisien regresi ROA : Return on Asset

9 PJB : Pembiayaan jual beli PBH : Pembiayaan bagi hasil NPF : Non Performing Financing ε1 : Error (kesalahan pengganggu)