BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dapat untuk tetap bertahan dan berkembang di dalam kemajuan perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II DASAR TEORI. produk/jasa yang dihasilkannya. Untuk menyampaikan produk yang ada ke tangan

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi Komodo, begitulah julukan yang diberikan The Economist. salah satu negara yang perekonomiannya stabil dan meningkat.

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

KATA PENGANTAR. Terima kasih. Tim Penyusun. Penyusunan Outlook Pembangunan dan Indeks Daya Saing Infrastruktur

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pada akhir periode mempunyai kewajiban untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

PRESS RELEASE PAPARAN PUBLIK 2015 PT KMI WIRE AND CABLE Tbk 11 AGUSTUS 2015

I. PENDAHULUAN. hidup (going concern) melalui usahanya dalam mencari laba yang sebesarbesarnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan tersebut tercermin dengan pencapaian tingkat laba yang diperoleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tabungan paksa dan tabungan pemerintah (Sukirno dalam Wibowo, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. bertingkat, perumahan, rumah sakit, jembatan layang, bendungan serta fasilitas

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pinjaman luar negeri merupakan sesuatu yang wajar untuk negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. konsultan ahli tehnik. Pada usaha ini perusahaan melakukan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi di Kalimantan Timur periode , secara umum

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. guna mencapai tujuan perusahaan tersebut. Dalam operasional perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. selama tahun tersebut. Menurunnya daya beli masyarakat yang dipicu dari

BAB I PENDAHULUAN. pasar yang selalu berubah, periode konstruksi yang relatif sangat singkat,

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

BAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Kontrak Pada Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau

EVALUASI PENGAKUAN PENDAPATAN KONTRAK KONSTRUKSI BERDASARKAN METODE PERSENTASE PENYELESAIAN

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat

BAB I PENDAHULUAN. terpuruk. Konsekuensi dari terjadinya krisis di Amerika tersebut berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah

I. PENDAHULUAN. menyokong penyelenggaraan pembangunan suatu bangsa. Dalam Anggaran

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

Laba Bersih AGII Tahun 2017 Naik 52% di atas Rp 90 miliar,

I. PENDAHULUAN. disebut sebagai desentralisasi. Haris dkk (2004: 40) menjelaskan, bahwa

I. PENDAHULUAN. beberapa perusahaan gulung tikar. Namun menjelang tahun 2004, prospek ekonomi mulai memberikan signal yang positif.

Laba Bersih Kuartal AGII Naik Lebih Dari 10% Year-On-Year dengan total melebihi Rp 30 miliar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam pembangunan nasional, industri jasa konstruksi mempunyai peran

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 membuat. beberapa perusahaan gulung tikar. Namun menjelang tahun 2004,

ABSTRAK. Kata kunci: PDB, Kurs, Impor, Utang luar negeri

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena harga tanah yang cenderung naik, supply tanah bersifat tetap

Tabel 1. Ringkasan Laporan Laba Rugi untuk 9 bulan yang berakhir pada 30 September 2012/2011

BAB I PENDAHULUAN. sebagai penyedia kebutuhan manusia. Indonesia merupakan negara maritim yang

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan nasional yang hendak dicapai negara Indonesia

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan perekonomian di Indonesia mengalami perubahan ke arah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang semakin pesat pula. Perkembangan tersebut juga dibarengi dengan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dari berbagai negara termasuk industri yang bergerak di bidang jasa.

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi nasional suatu negara sangat memengaruhi tingkat

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup berarti, hal ini dapat di lihat dari semakin berkembangnya dunia

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia saat ini optimis pertumbuhan ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda

BAB IV PEMBAHASAN. revisi (1994) dengan PSAK 34 sesudah revisi (2010). Kedua, pembahasan dilanjutkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor jasa konstruksi adalah salah satu sektor strategis dalam mendukung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Baja merupakan bahan baku penting dalam proses industri sehingga

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam memobilisasi dana dari masyarakat yang ingin

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Pembangunan Nasional difasilitasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. menginvestasikan dananya adalah sektor properti. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mengatakan sektor properti

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat tetap hidup setiap hari. Setiap manusia butuh makan dan minum.

BAB I PENDAHULUAN. modal dan industri-industri sekuritas yang ada pada suatu negara tersebut. Peranan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Keadaan perekonomian suatu negara yang seringkali mengalami pasang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri

Hasil keuangan AKRA 6M 2012 teraudit dirilis, Laba Neto 6M 2012 meningkat 23% YOY menjadi 297 Miliar

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian menuju perekonomian yang berimbang dan dinamis. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan merupakan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. berlalu ditandai dengan jatuhnya perusahaan-perusahaan kelas dunia,

BAB I PENDAHULUAN. yang efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Dalam era

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menghadapi persaingan antar perusahaan dalam mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan pasti menginginkan adanya pertumbuhan laba yang diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan profitabilitas dan kinerja perusahaan. Salah satu unsur yang sangat. pekerjaan yang diselesaikan dalam tiap periode

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian global persaingan ekonomi semakin kompetitif. Semua

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

BAB IV PEMBAHASAN. jasa atas penjualan tunai, penjualan kredit, dan penjualan kontrak. Ketiga pendapatan

Analisis Perlakuan Akuntansi Pendapatan Jasa Dalam Rangka Penyajian Laporan Keuangan Pada CV Citra Nusa Bakti Palembang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 PEMBAHASAN. Pada bab ini, pertama penulis akan membahas penerapan persentase

BAB I PENDAHULUAN. indonesia. Kondisi pertumbuhan ekonomi yang melambat, diproyeksikan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang berkecimpung dalam bidang EPC (Engineering

PROYEKSI MAKROEKONOMI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat suku bunga. Tingginya tingkat suku bunga seolah menjadi bayang-bayang

BAB 1 PENDAHULUAN. kredit properti (subprime mortgage), yaitu sejenis kredit kepemilikan rumah

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dewasa ini menuntut agar setiap perusahaan memiliki

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut IAI (2004 dan 2009) pendapatan (revenue) adalah :

Paparan Publik. Ruang Seminar 1 & 2 Bursa Efek Indonesia, Jakarta 27 April 2018

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan pilar penting dalam suatu perekonomian di

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang mengimpor maupun mengekspor akan menimbulkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pemerintahan suatu negara dibentuk sebagai perwakilan suatu rakyat.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang semakin baik mendorong pertumbuhan usaha dalam sektor apapun khususnya bidang konstruksi, karena perlunya infrastruktur untuk menunjang kegiatan dalam menghasilkan keadaan perekonomian yang semakin meningkat. Dalam Bisnis.com tahun 2014 pasar konstruksi nasional diperkirakan mencapai Rp 407 triliun. Data Kementrian PU menunjukkan perkembangan pasar konstruksi nasional sejak 2012 terus mengalami peningkatan cukup signifikan. Pada 2012 diperhitungkan mencapai sekitar Rp 248 triliun kemudian pada tahun lalu meningkat hingga sekitar Rp 369 triliun. Dalam tribunnews.com disebutkan bahwa pasar konstruksi dan sektor bahan bangunan Indonesia telah berkembang secara signifikan, didorong oleh pesatnya pertumbuhan pasar property atau real estate dalam negeri, peningkatan investasi swasta dan belanja pemerintah. Konstribusi sektor konstruksi terhadap produk domestik bruto (PDB) tanah air telah tumbuh dari sekitar 7,07% di tahun 2009 menjadi 13% pada 2014 dan telah mendorong pertumbuhan industri bahan bangunan dan konstruksi Indonesia. Pasar konstruksi diproyeksikan tumbuh sebesar 14,26% mencapai Rp 446 triliun pada tahun 2015 dan akan menjadi salah satu sektor yang paling menjanjikan berkat percepatan rencana pembangunan infrastruktur pemerintah. Berdasarkan laporan yang dirilis oleh World Economic Forum (WEF), pada periode 2014 2015, Indonesia mengalami kenaikan rank di pilar infrastruktur sebesar 5 tingkat. Peningkatan daya saing industri konstruksi nasional dalam skala global berdasar kan poin GCI untuk pilar infrastruktur (basic requirements) dihitung mulai tahun 2010 2011 sebagai baseline (rank: 82). Apabila dibandingkan dengan hasil capaian pada 2013 2014, di periode 2014 2015 ini rank untuk pilar infrastruktur (basic requirements) naik sebesar 5 (lima) poin setelah sebelumnya mengalami kenaikan sampai 17 (tujuh belas) poin. Berdasarkan baseline pada tahun 2010, perbandingan poin GCI Indonesia berdasarkan laporan WEF adalah sebagai berikut:

2 Tabel 1.1 Peningkatan Daya Saing Industri Konstruksi 2010-2014 Namun, persoalan yang membelit sektor konstruksi juga banyak. Mulai dari regulasi yang belum sepenuhnya mendukung ruang gerak kontraktor, minimnya SDM berkualitas, rendahnya kepercayaan bank lokal mendukung pembiayaan, ketergantungan bahan baku impor, serta yang paling krusial, belum adanya kepastian hukum khususnya yang menyangkut pembebasan lahan. Dalam hal struktur pekerjaan kontraktor diikat dengan aturan, dan di sisi lain, kondisi material yang naik tak bisa disesuaikan. Kondisi fluktuatif nilai tukar rupiah terhadap dolar AS serta merangkak naiknya harga barang juga tidak mampu memprediksi BBM naik, UMP serta kapan gejolak pasar keuangan bakal terjadi. Untuk menghadapi kondisi darurat ini, salah satunya meminta penyesuaian harga (eskalasi) nilai proyek. Pasalnya, jika tak kunjung dilakukan penyesuaian, perusahaan konstruksi dapat segera gulung tikar. (sinarharapan.co) Menurut Kieso dkk. (2001:9) ada dua metode pengakuan pendapatan untuk kontrak konstruksi jangka panjang yaitu: (1) Metode persentase penyelesaian. Pendapatan dan laba kotor yang diakui setiap periode berdasarkan kemajuan proses konstruksi, yaitu persentase penyelesaian; (2) Metode kontrak selesai. Pendapatan dan laba kotor hanya diakui pada saat kontrak diselesaikan. Pada metode persentase penyelesaian terdapat dua pendekatan yaitu pendekatan kemajuan fisik dan pendekatan cost-to-cost. Dua pendekatan ini memiliki sudut

3 pandang yang berbeda dalam mengakui pendapatan, sehingga nilai pendapatan dan laba yang diakui juga berbeda. Metode pendekatan fisik mengakui pendapatan berdasarkan besarnya persentase penyelesaian atas pelaksanaan kontrak jangka panjang berdasarkan kemajuan fisik yang sudah diapai atas pekerjaan yang dilaksanakan. Sedangkan metode pendekatan cost-to-cost mengakui pendapatan berdasarkan besarnya persentase penyelesaian yang didasarkan ada ukuran masukan (input measures), yaitu besarnya usaha-usaha dan biaya-biaya yang dikeluarkan atau dicurahkan dalam pelaksanaan pekerjaan suatu kontrak Salah satu perusahaan konstruksi yang menerapkan metode persentase penyelesaian yaitu PT. Krakatau Engineering. PT. Krakatau Engineering yang merupakan anak perusahaan dari PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk di bidang EPC (Engineering Procurement and Construction). Proyek yang dikerjakan oleh PT. Krakatau Engineering rata-rata merupakan proyek yang besar dan memiliki kontrak yang relatif lama sehingga perusahaan menggunakan metode persentase penyelesaian untuk pengakuan pendapatannya dengan menghitung kemajuan proyek tiap bulan. Setiap kemajuan penyelesaian pekerjaan perbulan akan dihitung secara fisik oleh semua pihak. Dari persentase penyelesaian itu akan diakui sebagai pendapatan. Sesuai dengan rumus metode persentase penyelesaian yaitu nilai kontrak dikalikan dengan persentase penyelesaian tiap bulan. Metode pengukuran yang digunakan oleh PT. Krakatau Engineering yaitu dengan cara pendekatan fisik agar pendapatan yang diakui sesuai dengan kemajuan penyelesaian proyek yang secara sah diakui oleh konsumen. Kekurangan dari pendekatan ini yaitu ada beberapa kemajuan penyelesaian proyek yang tidak sesuai dengan aktual biayanya. Seharusnya dengan biaya yang dikeluarkan pendapatan bisa mencapai sekian persen. Namun setelah dilakukan inspeksi, pendapatan yang diakui tidak mencapai yang diestimasikan. Hal ini disebabkan oleh beberapa kendala baik eksternal maupun internal. Kendala internalnya seperti lambat dalam pekerjaan atau pekerjaan yang dikerjakan tidak sesuai dengan jadwal sehingga tidak masuk dalam kemajuan penyelesaian. Sedangkan kendala eksternalnya seperti inflasi, UMR, kurs mata uang, ataupun konsumen yang ingin mempercepat pekerjaan atau menambah

4 pekerjaan namun tanpa adanya tambahan biaya dan tambahan nilai kontrak. Faktor-faktor tadi dapat menyebabkan adanya laba yang terkadang tidak sesuai dengan yang diestimasikan. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Tri Yuni Erlinadiansyah (2009) bahwa dengan adanya perbedaan pendekatan dalam metode pengakuan pendapatan persentase penyelesaian, maka perusahaan konstruksi dihadapkan pada permasalahan bagaimana menentukan pengakuan pendapatan yang tepat, terutama pada proyek jangka panjang. Sehingga laporan keuangan dapat disajikan secara wajar sesuai dengan kinerja perusahaan pada periode tersebut. Dalam menyelesaikan suatu proyek yang biasanya mencapai jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi, perusahaan harus mampu menentukan metode pengakuan pendapatan dan beban yang tepat. Sehingga akan diperoleh perhitungan laba yang akurat dan laporan keuangan yang wajar sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku. Laporan keuangan yang disajikan sangat penting dalam mendukung pengambilan keputusan yang tepat bagi perusahaan. Salah satu elemen dalam laporan keuangan yang bersifat material adalah pendapatan. Penerapan metode pengakuan pendapatan mempunyai pengaruh dalam perhitungan rugi atau laba perusahaan. Ketepatan perlakuan akuntansi dalam mengakui pendapatan dan beban sangat berpengaruh terhadap kewajaran angka-angka yag dihasilkan dalam laporan laba rugi secara periodik. Sehingga apabila penerapan metode pengakuan pendapatan tidak tepat maka akan menyajikan laporan keuangan yang tidak mencerminkan kinerja dan performance perusahaan. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa dasar pengakuan pendapatan dengan metode persentase penyelesaian fisik melakukan penilaian persentase hanya berdasarkan pada kemajuan fisik yang telah dicapai tanpa mempertimbangkan taksiran total biaya atau rencana anggaran biaya yang dibuat diawal proyek untuk dibandingkan dengan biaya kontrak aktual. Sehingga dalam mengakui pendapatannya perusahaan tidak menghubungkan biaya-biaya konstruksi yang terjadi dalam mencapai tahap penyelesaian kontrak tersebut. Menurut PSAK No. 34 paragraf 23 disebutkan bahwa dalam hal kontrak harga tetap, hasil kontrak konstruksi dapat diestimasi secara andal jika salah satu kondisi

5 ini terpenuhi yaitu biaya kontrak yang dapat diatribusi pada kontrak dapat diidentifikasi dengan jelas dan diukur secara andal sehingga biaya kontrak aktual dapat dibandingkan dengan estimasi sebelumnya. Metode pengakuan pendapatan yang diterapkan oleh perusahaan konstruksi memegang posisi krusial dalam kerangka akuntansi karena mempengaruhi secara langsung laba-rugi yang timbul akibat aktivitas perusahaan selama periode tertentu. Dalam Dyckman dkk. (1999:257) metode persentase penyelesaian mengakui pendapatan atas proyek jangka panjang sebelum kontrak tersebut diselesaikan sehingga informasi yang tepat waktu dapat disajikan. Dalam penelitian terdahulu mengenai metode pengakuan pendapatan pada perusahaan konstruksi menurut M. Nuruzzaman dan Agus Setiady (2009) pada PT. Tunas Mekar Eka Harpedi untuk mengakui pendapatan dan bebannya menggunakan metode persentase penyelesaian dimana dalam metode ini mengakui pendapatan, beban dan laba kotor diakui setiap periode akuntansi berdasarkan estimasi persentase penyelesaian proyek konstruksi. Sedangkan dalam Rahayu dan Kardinal (2011) CV. Samudera Konstruksi Palembang dalam menetapkan metode pengakuan pendapatan belum sesuai dengan PSAK No.34 dimana perusahaan menerapkan metode kontrak selesai dalam mengakui pendapatannya untuk proyek jangka panjang. Dengan metode kontrak selesai, perusahaan terlalu kecil mengakui laba sehingga laporan laba rugi yang dihasilkan berfluktuasi yaitu pendapatan perusahaan kecil pada suatu periode dan pendapatan perusahaan menjadi besar pada periode yang lain karena telah selesai. Berdasarkan fenomena di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai metode pengakuan pendapatan persentase penyelesaian pada PT. Krakatau Engineering terhadap laba yang diperoleh dengan judul Pengaruh Penggunaan Metode Pengakuan Pendapatan Persentase Penyelesaian terhadap Laba Perusahaan Konstruksi (Studi Pada PT. Krakatau Engineering ).

6 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan sebelumnya, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana realisasi penggunaan metode persentase penyelesaian pada perusahaan konstruksi PT. Krakatau Engineering? 2. Bagaimana gambaran laba pada perusahaan konstruksi PT. Krakatau Engineering? 3. Bagaimana pengaruh metode persentase penyelesaian terhadap laba pada perusahaan konstruksi PT. Krakatau Engineering? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan masalah yang dikemukaan di atas, yaitu: 1. Untuk mengetahui realisasi penggunaan metode persentase penyelesaian pada perusahaan konstruksi PT. Krakatau Engineering. 2. Untuk mengetahui gambaran laba pada perusahaan konstruksi PT. Krakatau Engineering. 3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh metode persentase penyelesaian terhadap laba pada perusahaan konstruksi PT. Krakatau Engineering. 1.4 Manfaat Penelitian Penulisan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya: 1. Kegunaan Pihak Peneliti Hasil penelitian ini dapat menjadi sarana belajar untuk memperkaya ilmu jika peneliti berada di dunia kerja secara langsung dan memberikan pemahaman teoritis seperti apa yang sudah dipelajari selama proses penelitian, agar dapat diterapkan sejalan kegiatan praktisnya. 2. Kegunaan akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi tambahan untuk penelitian selanjutnya untuk mendukung perkembangan ilmu akuntansi.

7 3. Kegunaan Pihak Pembaca Hasil penelitian ini memberikan gambaran secara umum mengenai metode pengakuan pendapatan akuntansi kontrak konstruksi sebagai bahan masukan dan referensi bagi pihak-pihak berkepentingan.