BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tiara Ayudia Virgiawati, 2014

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

Setelah Pesta Usai. Kubu Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono lebih memilih menyerahkan masalah DPT ini pada KPU untuk diambil langkah penyelesaiannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan agenda politik. bangsa Indonesia yang negaranya menganut paham demokrasi. Salah satu tahapan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Rosihan Arsyad dalam Sinar Harapan online pun menyatakan

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi yang relevan bagi investor dalam berinvestasi di pasar modal dan bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ideologi menurut arti kata ialah pengucapan dari apa yang terlihat

JK: Tradisi Golkar di Pemerintahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

I. PENDAHULUAN. pengaruh yang ditimbulkan oleh media massa (Effendy, 2003: 407).

Analisis Isi Media Judul: MIP No.160 Jelang Rekapitulasi Akhir Pilpres 2014 Periode: 01/01/1970 Tanggal terbit: 22/07/2014

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai media massa baik elektronik maupun cetak semua menyajikan

BEREBUT DUKUNGAN DI 5 KANTONG SUARA TERBESAR. Lingkaran Survei Indonesia Mei 2014

Headline Berita Hari Ini Periode: 30/05/2014 Tanggal terbit: 30/05/2014

Head to Head Jokowi-JK Versus Prabowo Hatta Dan Kampanye Negatif. Mei 2014

BAB I PENDAHULUAN. partai politik untuk mengajukan calon presiden dan calon wakil presiden.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi.

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

BAB 4 KESIMPULAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta temuan kasus yang telah

Head to Head Dukungan Capres Pasca Penetapan Resmi KPU

BAB I PENDAHULUAN. negara di masa yang akan datang, sebab kebijakan di masa depan akan sangat

BAB I PENDAHULUAN. wakil presiden dipilih oleh MPR dan anggota-anggotanya dipilih melalui

BAB I PENDAHULUAN. digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Ada hal yang berbeda pada pelaksanaan pilpres tahun 2014, dimana kita

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN HADIRI PERTEMUAN PIMPINAN LEMBAGA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. relatif independen dan juga disertai dengan kebebasan pers. Keadaan ini

BAB I PENDAHULUAN. dari persyaratan akhir pendidikan akademisnya pada strata 1. Data yang dirilis pada

KESANTUNAN IMPERATIF DALAM PIDATO M. ANIS MATTA: ANALISIS PRAGMATIK SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi dan informasi yang lajunya begitu cepat saat ini

Lembaga Survei Indonesia - IFES Indonesia. Survei Nasional Pasca Pemilihan Umum Presiden 2014 Oktober 2014

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai

MAYORITAS PUBLIK INGIN CAPRES SIAP TERIMA KEKALAHAN. Konpers LSI Juli 2014

BAB I PENDAHULUAN. Media massa berkembang pada tahun 1920-an atau 1930-an (McQuail,

Lembaga Survei Indonesia - IFES Indonesia. Survei Nasional Pasca Pemilihan Umum Presiden 2014 Oktober 2014

Fokus Pagi Edisi Senin, 11 Agustus 2009 Tema : Hukum Topik : Penolakan MK Terhadap Gugatan JK,Mega

PASKA MUNASLUB: Golkar Perlu Branding Baru? LSI DENNY JA Analis Survei Nasional, Mei 2016

Matahari Kembar Kapolri? LSI DENNY JA Januari 2015

Dari Fadli dan Novanto: Welcome Papa Trump...

BAB I PENDAHULUAN. bentuk perwujudan dan bentuk partisipasi bagi rakyat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perpolitikan di Indonesia mengalami perkembangan pesat bila ditinjau dari segi

SBY-Megawati bersalaman di Istana,

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

Pertarungan Wilayah Strategis Dan Efek Cawapres

3 Sukses LSI di Pilpres 2014

TIM PENYUSUN. Pengarah. Design-Layout

BAB I PENDAHULUAN. 2009, peristiwa pemilu mempengaruhi harga saham (Suwaryo, 2008). Setiap investor sangat

Pilpres Siapa yang Menang? Bisakah ada dua pemenang di Pilpres? Tidak mungkin. Pemenang Pilpres hanya satu, kalau bukan Prabowo- Hatta ya Jokowi- JK.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, media kampanye

GOLKAR PASCA PUTUSAN MENKUMHAM. LSI DENNY JA Desember 2014

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1. Untuk menghimpun seluruh program dan kegiatan yang dilakukan oleh Komisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PILKADA OLEH DPRD DINILAI PUBLIK SEBAGAI PENGHIANATAN PARTAI

BAB 1 PENDAHULUAN. kandidat presiden juga memanfaatkan media online termasuk di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa menjadi bagian penting dalam peristiwa komunikasi. Bahasa

Efek Jokowi: Peringatan Penting dari Survei Eksperimental

PRAHARA PARTAI DEMOKRAT DAN KEKHAWATIRAN PUBLIK TERHADAP KINERJA PRESIDEN SBY

I. PENDAHULUAN. Konflik internal yang terjadi pada Partai Golongan Karya ( GOLKAR) bukan

LAPORAN EKSEKUTIF SURVEI NASIONAL MEI 2014

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis salah satu fungsinya adalah untuk berkomunikasi. Bahasa tulis dapat

13 HARI YANG MENENTUKAN HEAD TO HEAD PRABOWO HATTA VS JOKOWI - JK. Lingkaran Survei Indonesia Juni 2014

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan demokrasi di Indonesia. Berbagai kegiatan politik menarik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budiarjo (2008) mengatakan, salah satu perwujudan demokrasi yang menunjukkan

KRISIS CAPRES DAN CAWAPRES PARTAI ISLAM : SIAPAKAH PASANGAN CAPRES- CAWAPRES TERKUAT PEMILU 2014? Lingkaran Survei Indonesia Maret 2013

Pola Surat Suara Tidak Sah dalam Pemilu Presiden 2014 di Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Pemerintah Baru, Masalah Lama Kamis, 04 September :12 - Terakhir Diperbaharui Kamis, 04 September :49

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin, kebijakan dan kemana arah masa depan bangsa. Kita ketahui

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan aplikasi berbagai disiplin ilmu manajemen seperti marketing. Hal

HARAPAN & ANCAMAN JOKOWI - JK

BAB I PENDAHULUAN. yang menyanjung-nyanjung kekuatan sebagaimana pada masa Orde Baru, tetapi secara

Headline Berita Hari Ini Periode: 11/07/2014 Tanggal terbit: 11/07/2014

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

2014 : PEMERINTAHAN GOLKAR ATAU PEMERINTAHAN PDIP? Lingkaran Survei Indonesia Februari 2014

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pemilihan umum (Pemilu) kita mengenal istilah

DIVISI TEKNIS PENYELENGGARA, HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA DAN HUPMAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dudih Sutrisman, 2015

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga pada pemilihan kata-kata dan kalimat-kalimat yang digunakan,

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan

DAFTAR PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PENGUJIAN UU PEMILU DAN PILKADA

ANALISIS KESANTUNAN IMPERATIF DALAM TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AT TAUBAH: KAJIAN PRAGMATIK NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada oleh DPRD

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan mengkaji tentang proses penyampaian dan penerimaan. informasi. Melalui bahasa kita dapat menyampaikan pendapat atau

BAB I PENDAHULUAN. yang kemudian akan berkecimpung dalam dunia politik. 2 Peranan figur

2015 HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP KAMPANYE DI MEDIA MASSA DENGAN PARTISIPASI POLITIK PADA MAHASISWA DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB V PENUTUP. A. Simpulan

III. Metode Penelitian. deskriptif kuantitatif. Tipe penelitian deskriptif ini bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dua jenis alat bukti seperti yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum

ANALISIS FRAMING BERITA CAPRES DAN CAWAPRES PADA PEMILU 2014 DI HARIAN REPUBLIKA DAN JAWA POS

BAB I PENDAHULUAN UKDW. strategi yang tepat bagi setiap entitas bisnis untuk dapat mempertahankan

Headline Berita Hari Ini Periode: 10/06/2014 Tanggal terbit: 10/06/2014

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia mengalami transisi dari masa otoritarianisme ke masa demokrasi pascareformasi tahun 1998. Tentunya reformasi ini tidak hanya terjadi di bidang birokrasi dan ekonomi, tetapi juga reformasi di bidang konstitusi. Gintings (2006, hlm. 241) menyebutkan bahwa reformasi konstitusi menyangkut hal-hal krusial, misalnya pembatasan masa jabatan presiden dan wakil presiden, pembagian kekuasaan negara secara jelas, pemilihan anggota legislatif melalui pemilihan umum, dan pemilu presiden dan wakil presiden secara langsung oleh rakyat. Dalam catatan sejarah politik Indonesia, pemilu presiden dan wakil presiden secara langsung oleh rakyat dimulai tahun 2004. Pemilu Presiden 2004 merupakan pemilu presiden pertama setelah amandemen konstitusi. Menurut Gintings (2006, hlm. 245) masa pemilu presiden merupakan akhir dari masa transisi pascareformasi sekaligus awal dari masa kematangan demokrasi di Indonesia. Pemilu presiden 2004 diiikuti oleh lima pasangan calon presiden dan wakil presiden. Pada pemilu presiden kali ini dilakukan melalui dua putaran. Putaran kedua pemilu presiden dilakukan pada tanggal 20 September 2004 yang memenangkan pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Muhammad Jusuf Kalla menjadi presiden dan wakil presiden Indonesia dengan masa bakti 2004-2009 (Ubaedillah dan Rozak, 2010, hlm. 83). Kondisi yang tidak jauh berbeda terjadi pada Pemilu presiden tahun 2009. Pada pemilu presiden 2009 diikuti oleh lima calon pasangan presiden dan wakil presiden yang dilakukan dua putaran. Pemenang pemilu presiden kali ini adalah incumbent Presiden SBY dan Wakil Presiden Boediono. Pada Pemilu Presiden 2009 muncul gugatan sengketa hasil pemilu presiden oleh peserta pemilu presiden dari kubu Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto ke Mahkamah

2 Konstitusi. Hingga akhirnya Mahkamah Konstitusi menolak gugatan dari kubu Mega-Prabowo dan SBY-Boediono tetap menjadi presiden dan wakil presiden dengan masa bakti 2009-2014. Sampailah pada tahun 2014, akhir masa bakti pemerintahan yang dipimpin SBY-Boediono sebagai presiden dan wakil presiden. Tentu saja ada suksesi kepemimpinan yang dilangsungkan melalui pemilu. Ada hal menarik dengan Pemilu Presiden 2014 ini. Dari segi jumlah, pemilu presiden kali ini hanya diikuti oleh dua pasangan calon presiden dan wakil presiden, yaitu pasangan nomor urut 1 Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa serta pasangan nomor urut 2 Joko Widodo dan Jusus Kalla. Dukungan rakyat Indonesia pun terpecah menjadi dua bagi nomor urut 1 atau 2. Dari segi proses, pemilu presiden kali ini menyita perhatian khalayak karena dalam rangkaian proses memuat persoalan yang dikhawatirkan memicu konflik antarpendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden. Masa kampanye dimulai 13 Juni 2014, namun sudah marak terjadi kampanye hitam bagi kedua kubu. Hal tersebut dibuktikan dalam berita yang terdapat dalam berita di situs berita Rakyat Merdeka Online.

3 Gambar 1.1 Berita terkait Kampanye Hitam yang Marak Terjadi Sebagai contoh, di bawah ini adalah contoh kampanye hitam berupa memuat tulisan dan gambar yang menyudutkan pasangan lain. (Sumber: google.com) Gambar 1.2 Kampanye Hitam yang Ditujukan Kepada Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Prabowo-Hatta (Sumber: google.com) Gambar 1.3 Kampanye Hitam yang Ditujukan Kepada Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Jokowi-JK

4 Di hari pencoblosan pada 9 Juli 2014 muncul kembali persoalan, yaitu adanya perbedaan hasil perhitungan cepat (quick count) di media yang satu dan yang lain. Kedua pasangan calon presiden dan wakil presiden saling mengklaim kemenangan berdasarkan hasil hitung cepat yang bersumber dari lembaga survei yang berbeda. Hal tersebut menimbulkan kembali kebingungan dan ketegangan antarpendukung calon presiden dan wakil presiden nomor urut 1 dan 2. Keputusan hasil pemilu yang sah bersumber dari hasil rekapitulasi nasional yang diumumkan oleh KPU pada 22 Juli 2014. Pada rangkaian proses ini, kubu Prabowo-Hatta menarik diri dari proses rapat terakhir bersama KPU. Hal ini juga memicu kembali ketegangan antarpendukung calon presiden dan wakil presiden nomor urut 1 dan 2. Proses pemilu presiden telah usai hingga pengumuman pemenang Pemilu Presiden 2014, yaitu pasangan nomor urut 2 Jokowi-JK sebagai presiden dan wakil presiden masa bakti 2009-2014. Namun, ternyata hal tersebut bukan puncak dari ketegangan selama pemilu presiden. Kubu Prabowo-Hatta mengajukan gugatan sengketa hasil Pemilu Presiden 2014 ke Dewan Kehormatan Pengawas Pemilu (DKPP) dan Mahkamamah Konstitusi. Hingga akhirnya sidang DKPP memutuskan beberapa angkota KPU dijatuhi sanksi dan Mahkamah Konstitusi menolak seluruh gugatan Tim Prabowo-Hatta. Dari paparan sebelumnya perihal keseluruhan rangkaian Pemilu Presiden 2014 yang rawan terjadinya konflik horizontal antarpendukung, nampaklah perebutan kekuasaan untuk menjadi RI 1 dan 2 dalam Pemilu Presiden 2014 ini terbilang sengit. Perbedaan situasi dan masalah dalam penyelenggaraan Pemilu Presiden 2014 dengan pemilu presiden tahun 2004 dan 2009 menarik untuk dicermati dan dikaji, tidak hanya dari segi politik, sosial, budaya tetapi juga dari segi bahasa. Tentu saja dalam rangkaian proses pemilu tersebut, baik pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 1 dan 2, maupun anggota tim sukses masing-masing yang notabene sebagai politisi menggunakan bahasa sebagai pertarungan dalam merebut kekuasaan. Seperti yang diungkapkan oleh Thomas

5 dan Wareing (2007, hlm. 19) bahwa kekuasaan sering kali ditunjukkan lewat bahasa, dan bahkan kekuasaan diterapkan atau dilaksanakan lewat bahasa. Leech (1993, hlm. 20) mengungkapkan bahwa tuturan dalam bahasa dipandang sebagai suatu aktivitas dan tindak verbal. Tuturan yang digunakan para politisi dalam masa Pemilu Presiden 2014 merupakan realisasi verbal dari aktivitas dan tindak verbal dari sikap politik yang dimiliki. Tuturan dari politisi pun turut memberi dampak bagi keadaan politik yang penuh ketegangan ini. Dari berbagai jenis tuturan, terdapat tuturan yang berisi ajakan, imbauan, perintah, permohonan, dan desakan para politisi. Tuturan-tuturan tersebut memiliki daya untuk memberikan pengaruh bagi para pendukungnya untuk menyamakan persepsi dan sikap serta melakukan apa yang diucapkan para politisi tersebut. Berikut ini adalah kutipan dari pernyataan yang diungkapkan oleh para politisi dalam menanggapi masalah selama rangkaian pemilu presiden berlangsung. (1) Mari berpolitik santun dan dewasa. Kampanye-kampanye hitam itu membodohi masyarakat namanya. (2) Kami mengimbau Kapolri Jendral Sutarman agar menginstruksikan jajaran kepolisian untuk melakukan langkah-langkah yang bersifat antisipatif untuk mencegah agar teror serupa tidak tidak terjadi lagi menjelang Pilpres 2014. (3) Saya instruksikan saksi Prabowo-Hatta yang sedang hadir di KPU untuk tidak lagi lanjutkan proses rekapitulasi KPU. (4) Mohon kepada keduanya untuk tidak tergesa-gesa mengumumkan kemenangan. Kedua kandidat memiliki tim riset survei dengan hasil quick count hasilnya berbeda-beda. (5) Saya tegaskan bahwa sikap DMI sebagai organisasi harus netral dalam pilpres 2014 nanti. Kutipan di atas menunjukkan ajakan, imbauan, perintah, permohonan, dan desakan para politisi. Tuturan-tuturan tersebut memiliki daya untuk memberikan pengaruh bagi para pendukungnya untuk menyamakan persepsi dan sikap serta

6 melakukan apa yang diucapkan para politisi tersebut. Dalam Pragmatik, tuturan tersebut termasuk tuturan yang memiliki daya perlokusi berisi ajakan, imbauan, desakan, perintah, dan harapan. Tuturan yang berisi ajakan, imbauan, desakan, perintah, dan harapan bermakna imperatif (Rahardi, 2009, hlm. 12). Makna imperatif menurut Rahardi (2005, hlm. 9) memiliki skala kesantunan yang dapat dilihat dari langsung atau tidak langsungnya sebuah tuturan. Prinsip kesopanan yang diterapkan oleh para politisi dan masyarakat melalui tuturan bermakna imperatif di situasi sosial dan kelas sosial yang berbeda, sehingga pendekatan yang tepat dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiopragmatik (Leech, 1983, hlm. 15) Proses demokrasi tidak hanya melibatkan politisi, tetapi juga melibatkan masyarakat sebagai subjek dan objek dari proses demokrasi itu sendiri. Masyarakat adalah partisipan dalam penyelenggaraan pemilu. Ketika penyelenggaraan pemilu berakhir dan terpilihnya pemimpin baru, masyarakat adalah pihak yang menjadi objek untuk melaksanakan kebijakan dari pemimpin baru tersebut. Maka dari itu, dalam masa pemilu presiden ini masyarakat diberi keleluasaan ruang untuk mengemukakan aspirasinya yang bersifat anjuran, larangan, desakan, harapan, ataupun ajakan. Masyarakat umum atau publik pun memiliki ruang yang luas untuk terlibat dalam diskusi politik untuk menanggapi sikap pernyataan elite politik atau saling menanggapi dengan sesama publik. Ruang yang sangat memungkinkan masyarakat untuk menyampaikan aspirasi tersebut adalah ruang publik di dunia maya. Diskusi politik informal tersebut bisa dilakukan di grup-grup diskusi, misalnya saja pada kolom tanggapan yang terdapat di dalam berita situs online. Di situs berita online, berita yang disajikan oleh media dengan mudah bisa ditanggapi oleh masyarakat. Salah satu situs berita online yang memuat berita sekaligus tanggapan dari publik adalah situs Rakyat Merdeka Online. Dalam situs Rakyat Merdeka Online, berita terkait politik, terutama Pemilu Presiden 2014 lebih banyak diulas. Tanggapan publik untuk berita di situs berita Rakyat Merdeka Online cukup tinggi dibandingkan situs berita lain.

7 Maka dari itu, penelitian mengenai kesantunan berbahasa, khususnya kesantunan imperatif politisi dan masyarakat di masa Pemilu Presiden 2014 ini dirasa perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa santun bahasa yang digunakan para politisi dan masyarakat. Dengan adanya penelitian yang mengkaji tuturan imperatif politisi dan masyarakat di situasi politik tertentu diharapkan memperkaya kajian linguistik, khususnya tentang kesantunan dalam wacana politik dengan pendekatan sosiopragmatik. Kesantunan imperatif adalah sebagian kecil dari berbagai hal yang memberikan gambaran tentang proses demokrasi di Indonesia dari sudut pandang kesantunan bahasa. Kematangan demokrasi yang santun dan beradab tercermin dari para politisi dan rakyat Indonesia memiliki sikap, baik ucapan maupun perilaku yang santun. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk meneliti kesantunan tuturan imperatif politisi dan masyarakat selama masa pemilu presiden 2014 yang terdapat di situs berita online dengan pendekatan sosiopragmatik. 1.2 Identifikasi Masalah Dalam penelitian ini akan dilakukan pengidentifikasian masalah. Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini terkait tuturan imperatif politisi dan masyarakat pada teks berita Pemilu Presiden 2014 dengan telaah sosiopragmatik. 1.3 Batasan Masalah Masalah pada penelitian ini akan dibatasi pada persoalan berikut ini. Tuturan-tuturan imperatif tersebut diklasifikasikan terlebih dahulu berdasarkan penutur. Dalam hal ini pengklasifikasian penutur didasarkan oleh status sosial dari penutur tersebut. Secara garis besar, dalam ranah pemerintahan (politik) terdapat tiga jenis penutur, yaitu politisi, birokrat, dan masyarakat. Tuturan-tuturan tersebut juga dianalisis dari segi lingual. Hanya saja analisis pada bagian ini dibatasi hanya pada tataran sintaksis, yaitu jenis kalimat berdasarkan isi kalimat (kalimat deklaratif, imperatif, interogatif, eksklamatif, dan emfatik). Lalu mengklasifikasikan kalimat-kalimat yang memiliki makna imperatif walaupun

8 konstruksi kalimatnya nonimperatif. Kemudian, kalimat bermakna imperatif tersebut diklasifikasikan berdasarkan wujud makna imperatif yang berjumlah 17 macam menurut Rahardi (2006). Setelah tuturan-tuturan imperatif tersebut diklasifikasikan berdasarkan jenis maknanya. Kemudian, semua tuturan itu dihitung frekuensi kemunculan makna imperatif berdasarkan jenis makna. Perhitungan frekuensi kemunculan makna imperatif ini menggunakan rumus statistik sederhana untuk mengetahui makna imperatif mana yang seing digunakan oleh politisi dan masyarakat saat Pemilu Presiden 2014. Adapun untuk mengetahui apakah tuturan imperatif politisi dan masyarakat tergolong tuturan imperatif yang santun atau tidak, analisis data selanjutnya adalah analisis wujud kesantunan makna sosiopragmatik menggunakan teori jenis tindak tutur berdasarkan bentuk menurut Wijana (1996) dan teori skala kesantunan Leech (1983). Kemudian tuturan imperatif tersebut dianalisi strategi kesantunan tuturan imperatif menurut Rahardi (2009) yang memiliki dua wujud kesantunan, yaitu kesantunan linguistik imperatif dan kesantunan pragmatik imperatif. Analisis terakhir yakni bagaimana publik menanggapi kesantunan imperatif politisi dan masyarakat dengan menggunakan teori face muka Brown dan Levinson (1987). 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut. a) Bagaimana klasifikasi dan deskripsi makna sosiopragmatik imperatif tuturan imperatif politisi dan masyarakat pada masa Pemilu Presiden 2014 dalam teks berita di situs berita Rakyat Merdeka Online? b) Berapa frekuensi kemunculan setiap makna sosiopragmatik imperatif yang terdapat dalam tuturan imperatif politisi dan masyarakat pada masa Pemilu Presiden 2014 dalam teks berita di situs berita Rakyat Merdeka Online?

9 c) Bagaimana wujud kesantunan tuturan imperatif politisi dan masyarakat pada masa Pemilu Presiden 2014 dalam teks berita di situs berita Rakyat Merdeka Online? d) Bagaimana strategi kesantunan imperatif yang digunakan politisi dan masyarakat pada masa Pemilu Presiden 2014 dalam teks berita di situs berita Rakyat Merdeka Online? e) Bagaimana tanggapan publik terhadap kesantunan imperatif politisi dan masyarakat pada masa Pemilu Presiden 2014 dalam teks berita di situs berita Rakyat Merdeka Online? 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut: a) penjelasan klasifikasi makna sosiopragmatik imperatif tuturan imperatif politisi dan masyarakat pada masa Pemilu Presiden 2014 dalam teks berita di situs berita Rakyat Merdeka Online? b) penjelasan frekuensi kemunculan setiap makna sosiopragmatik imperatif yang terdapat dalam tuturan imperatif politisi dan masyarakat pada masa Pemilu Presiden 2014 dalam teks berita di situs berita Rakyat Merdeka Online? c) penjelasan wujud kesantunan tuturan imperatif politisi dan masyarakat pada masa Pemilu Presiden 2014 dalam teks berita di situs berita Rakyat Merdeka Online? d) penjelasan strategi kesantunan imperatif yang digunakan politisi dan masyarakat pada masa Pemilu Presiden 2014 dalam teks berita di situs berita Rakyat Merdeka Online? e) penjelasan tanggapan publik terhadap kesantunan imperatif politisi dan masyarakat pada masa Pemilu Presiden 2014 dalam teks berita di situs berita Rakyat Merdeka Online?

10 1.6 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik manfaat teoretis maupun manfaat praktis. Berikut ini adalah uraian dari manfaat teoretis dan manfaat praktis. a) Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan ilmu pengetahuan mengenai penerapan sosiopragmatik dalam mengetahui kesantunan imperatif para politisi pada Pemilu Presiden 2014. Selain itu, penelitian ini bisa menjadi referensi bagi peneliti yang tertarik kajian sosiopragmatik, khususnya terkait penggunaan bahasa pada wacana politik. b) Secara praktis, hasil penelitian ini bisa dijadikan gambaran bagaimana sebuah kesantunan dalam berkomunikasi juga ditunjukkan dengan kesantunan dalam menggunakan konstruksi kalimat imperatif. Bagi para politisi tentu sebaiknya memperhatikan hal tersebut agar tercitra sebagai politisi santun. Hasil penelitian ini adalah salah satu rujukan yang bisa dipakai oleh politisi untuk mempelajari strategi komunikasi dalam tuturan imperatif yang santun. Adapun bagi masyarakat, hasil penelitian ini berguna untuk mengetahui aspek kesantunan berbahasa, baik itu politisi maupun masyarakat dalam proses berdemokrasi di Indonesia, khususnya pada momen Pemilu Presiden 2014. 1.7 Asumsi Dasar Tuturan yang dituturkan oleh penutur tidak mungkin lepas dari konteks dan pasti memiliki maksud tertentu. Sama halnya dengan tuturan imperatif politisi dan masyarakat yang terdapat dalam bentuk tulisan pada teks berita Pemilu Presiden 2014.