GAMBARAN TELUR NEMATODA USUS PADA KUKU PETUGAS SAMPAH DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH CIANGIR KELURAHAN KOTA BARU KECAMATAN CIBEUREUM KOTA TASIKMALAYA Undang Ruhimat. Herdiyana Program Studi D-III Analis Kesehatan STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya ABSTRAK Sampah merupakan masalah yang tak pernah terselesaikan hingga saat ini, meskipun beberapa negara maju telah menindak tegas orang-orang yang suka membuang sampah sembarangan, namun belum juga membuat para pembuang sampah sembarangan menjadi jera, apalagi dengan negara berkembang yang bahkan belum memiliki undangundang yang jelas mengenai permasalahan ini. Metode penelitian bersifat deskriptif, dan dilakukkan terhadap 30 orang petugas sampah, dilaksanakan di laboratorium STIKes BTH Tasikmalaya dengan metode pemeriksaan sedimentasi. Dari hasil penelitian diketahui bahwa dari kotoran kuku petugas sampah di Tempat Pembuangan Akhir Ciangir. Kelurahan Kota Baru Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya, terdapat 25 sampel negatif dan 5 sampel positif, dengan presentase 16,67 % yang mengandung telur cacing Nematoda Usus. Jenis telur cacing yang ditemukan adalah Ascaris lumbricoides dan 83,33 % sampel yang negatif. Kata Kunci : nematode usus, petugas sampah PENDAHULUAN Sampah merupakan masalah yang tak pernah terselesaikan hingga saat ini, meskipun beberapa negara maju telah menindak tegas orang-orang yang suka membuang sampah sembarangan, namun belum juga membuat para pembuang sampah sembarangan menjadi jera, apalagi dengan negara berkembang yang bahkan belum memiliki undang-undang yang jelas mengenai permasalahan ini. Penyakit-penyakit yang ditimbulkan tersebut telah menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hal ini disebabkan karena masih sangat banyaknya sampah yang dibuang di sembarang tempat yang dekat dengan pemukiman masyarakat, sehingga mengakibatkan parasit dan bakteri dari sampah tersebut dapat dengan mudah menyebarkan penyakit di masyarakat (Soedarto, 1992). Pada dasarnya permasalahan tentang sampah tidak bisa kita hindari dari kehidupan sehari-hari. Semakin hari jumlah sampah di permukaan bumi ini terus bertambah banyak. Sampah ini masih menjadi masalah utama di dunia. Banyak dampak negatif yang ditimbulkan oleh sampah. Salah satunya sebagai 150
tempat berkembang biaknya parasit dan bakteri penyebab penyakit di masyarakat. Tumpukan sampah menjadi tempat yang nyaman bagi bakteri, kuman dan virus sebuah penyakit untuk berkembang biak dan menyebarkan penyakitnya. Penyebaran penyakit tersebut selanjutnya dikenal sebagai infeksi yang menyerang manusia. Menurut kamus Online Wikipedia, infeksi merupakan kolonisasi (penyerbuan) yang dilakukan oleh spesies asing terhadap organisasi inang dan membahayakan inang dalam hal ini adalah manusia. Spesies asing atau organisme penginfeksi menggunakan sarana yang dimiliki oleh inang untuk dapat memperbanyak diri. Spesies asing tersebut dapat berupa bakteri, parasit, fungi, virus, prion dan viroid. Nematoda berasal dari kata Yunani nema artinya benang Nematoda adalah cacing yang bentuknya panjang, silindrik (gilig) tidak bersegmen dan tubuhnya bilateral simetrik. Panjang cacing ini antara 2 mm dan 1 meter. Nematoda yang ditemukan pada manusia terdapat dalam organ usus, jaringan dan sistem peredaran darah. Keberadaan cacing ini menimbulkan manifestasi klinik yang berbeda-beda bergantung pada spesiesnya dan organ yang dihinggapi ( Brown, 1969 : 9 ). Di negara kaya dan maju, banyak penyakit parasit dapat di berantas. Sebaliknya pada negara miskin dan terbelakang memperlihatkan prevalensi yang lebih tinggi. Dengan demikian penyakit parasit sangat erat hubungannya dengan kemiskinan dan rendahnya pengetahuan suatu masyarakat (Soedarto, 1992). Berdasarkan latar belakang masalah maka penulis tertarik untuk mengetahui Gambaran Telur Nematoda Usus pada kuku petugas sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Ciangir Kelurahan Kota Baru Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif, dimana hasil akan menguraikan dan menjelaskan gambaran Telur Nematoda Usus pada Kuku Petugas Sampah yang terletak di Kelurahan Kota Baru Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya. B. Pengambilan Sampel 1. Dari jumlah keseluruhan Petugas Sampah adalah 109 Petugas Sampah, sampel di ambil dari Petugas Sampah dengan syarat sebagai berikut : a. Petugas sampah yang tidak memakai sarung tangan b. Sampel hanya diambil dari orang yang bertugas mengambil sampah saja. Sampel yang di ambil sebanyak 30 orang Kuku Petugas Sampah di Kelurahan Kota Baru Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya. 151
C. Alat berikut : D. Bahan Alat-alat yang akan digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel sebagai Tabel Alat-alat yang digunakan dalam penelitian antara lain : No Nama Alat Spesifikasi Jumlah 1 Cawan petri Ø = 10 cm 5 buah 2 Centrifuge Model 800 1 unit 3 Deck glass 2 x 2 cm 30 buah 4 Mikroskop Binokuler 1 buah 5 Objek glass 7,2 x 2,5 cm 30 buah 6 Pinset - 1 buah 7 Pipet tetes - 1 buah 8 Tabung Centrifuge Plastik 2 buah Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut : Tabel Daftar Bahan yang Digunakan Pada Penelitian No Nama Bahan Spesifikasi Jumlah 1 Larutan NaOH 0,25 % 100 ml E. Prosedur Kerja Pemeriksaan telur cacing dari kotoran kuku petugas sampah dilakukan dengan metode sedimentasi, dengan cara kerja sebagai berikut : 1. Potong kuku petugas sampah. 2. Kemudian masukkan potongan kuku tersebut ke dalam cawan petri yang mengandung larutan NaOH 0,25%. 3. Larutan NaOH 0,25% yang berisi potongan kuku dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge. 4. Diputar selama 3 menit pada kecepatan 2000 rpm. 5. Cairan supernatant dibuang. 6. Sedimen diambil dengan menggunakan pipet, kemudian diletakkan pada objek glass dan ditutup dengan deck glass. 7. Sedimen tersebut kemudian diperiksa di bawah mikroskop dengan perbesaran objektif 10X dan 40X. (Jangkung, 2002 : 21). HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian telur cacing nematoda usus dari 30 sampel diperoleh 5 sampel positif dan 25 sampel negatif. Hasil pemeriksaan dapat dilihat pada tabel 6.1. B. Pengolahan Data 152
Dari penelitian ini, dari 30 sampel yang diperiksa diperoleh 5 sampel positif. Persentase pemeriksaan telur cacing nematoda usus pada kuku petugas sampah di Tempat Pembuangan Akhir Ciangir Kelurahan Kota Baru Kecamatan Cibeureum yang positif dapat dilihat dalam rumus berikut : π = x n keterangan : π = besarnya presentase x = jumlah sampel positif n = jumlah sampel Maka presentase cacing nematoda usus yang positif pada penelitian ini adalah : Presentase telur nematoda usus yang positif : π = 5 30 x 100 % = 16,67 % (Sudjana, 2005) Tabel Hasil Pemeriksaan Telur Cacing Nematoda Usus Pada Kuku Petugas Sampah di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Ciangir Kelurahan Kota Baru Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya No Nama sampel Hasil Jenis telur cacing 1 A Positif Ascaris lumricoides 2 B Negatif - 3 C Negatif - 4 D Negatif - 5 E Negatif - 6 F Negatif - 7 G Negatif - 8 H Negatif - 9 I Negatif - 10 J Negatif - 11 K Positif Ascaris lumbricoides 12 L Negatif - 13 M Negatif - 14 N Negatif - 15 O Positif Ascaris lumbricoides 16 P Positif Ascaris lumbricoides 17 Q Negatif - 18 R Negatif - 19 S Negatif - 20 T Negatif - 21 U Negatif - 22 V Negatif - 23 W Negatif - 24 X Positif Ascaris lumbricoides 25 Y Negatif - 26 Z Negatif - 27 AA Negatif - 28 BB Negatif - 29 CC Negatif - 30 DD Negatif - 153
PEMBAHASAN Dari hasil penelitian diketahui bahwa dari kotoran kuku petugas sampah di Tempat Pembuangan Akhir Ciangir Kelurahan Kota Baru Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya, terdapat 16,67% yang mengandung telur cacing Nematoda Usus. Jenis telur cacing yang ditemukan adalah Ascaris lumbricoides. Kesadaran petugas sampah akan pentingnya memakai APD masih rendah ketika bertugas sehingga memungkinkan telur cacing masuk ke jari kuku tangan dari sampah sampah yang diambil. Pada penelitian ini pemeriksaan telur cacing dilakukan dengan metode sedimentasi menggunakan larutan NaOH 0,25%. Larutan NaOH 0,25% tersebut dapat berfungsi sebagai larutan isotonis dan dapat memperjelas bagian-bagian telur cacing, serta tidak merusak telur cacing dalam jangka waktu tertentu. Selain itu larutan NaOH 0,25% dapat mengendapkan telur cacing, karena seperti diketahui berat jenis NaOH lebih rendah dari pada berat jenis telur cacing, sehingga yang diperiksa pada mikroskop adalah bagian sedimennya. Pemilihan metode sedimentasi ini karena pada sampel kuku petugas sampah diperkirakan jumlahnya tidak banyak (Samidjo, 2002 :45). Hasil penelitian diatas bisa saja berubah bila petugas sampah memperhatikan kebersihannya. Karena dengan memperhatikan kebersihan adalah suatu cara untuk mencegah terjangkitnya penyakit cacingan. KESIMPULAN Setelah dilakukan penelitian terhadap kuku Petugas sampah ditpa Ciangir, maka didapatkan hasil sebagai berikut, diperoleh 5 sampel positif dengan persentase hasil positif 16,67 %. DAFTAR PUSTAKA Binarti Rukmono, Buku Penuntun Parasitologi Kedokteran, IKAPI Jabar; Bandung, 1988. Brown HW. Basic Clinical Parasitology. Meredith Corporation, 1969. Djaenudin Natadisastra dan Agoes Ridad, Parasitologi Kedokteran, EGC; Jakarta, 2005. H. M. Muslim, Parasitoogi Untuk Keperawatan, EGC; Jakarta, 2005. http://doktersehat.com/penyakitberbahaya-yang-harus-dihindarisaat-musim- /#ixzz2ibw0inpk Inge Susanto, Parasitologi Kedokteran, Edisi IV, FKUI; Jakarta, 2009. Istilah Lingkungan untuk Manajeman, Ecolink, Kesehatan Lingkungan; Jakarta. 1996. Jangkung Samidjo Onggowaluyo, parasitologi Medik II; Bandung 2002. Jangkung Samidjo Onggowaluyo, Parasitologi Medik I; Bandung, 2000. Koes Irianto, Parasitologi, Penerbit CV Yrama Widya; Bandung, 2009. Soedarto, Buku Ajar Parasitologi Kedokteran, CV Sagung Seto; Jakarta, 2011. 154
Soedarto. Helmintologi kedokteran. Jakarta :EGC, 1992. Sriasi Gandahusada, Parasitologi Kedokteran, Edisi III, FKUI; Jakarta, 1998. Srisasi Gandahusada, Parasitologi Kedokteran, Edisi II, FKUI; Jakarta, 1992. Sudjana, Metoda Statistika, Bandung, 2005. Zulkoni Akhsin, Parasitologi, Mulia Medika; Yogyakarta, 2010. 155