PENGUKURAN DAYA PEMBEDA, TARAF KESUKARAN, DAN POLA JAWABAN TES (Analisis Butir Soal) Syamsudin*

dokumen-dokumen yang mirip
MENGANALISIS BUTIR SOAL. Revoltje O.W. Kaunang Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS VALIDITAS, RELIABILITAS, DAN BUTIR SOAL LATIHAN UJIAN NASIONAL EKONOMI AKUNTANSI DI MAN MAGUWOHARJO

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS BUTIR SOAL MATEMATIKA PADA UKA PLPG LPTK FAKULTAS TARBIYAH IAIN ANTASARI BANJARMASIN Oleh Rahmawati

Secara teoritis, siswa dalam suatu kelas (populasi/kelompok) keadaannya heterogen --tes kurva normal 4 % 34 % 34 % 4 % 2 %

MENGANALISIS HASIL TES

ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GASAL MATA PELAJARAN PENGANTAR AKUNTANSI DAN KEUANGAN

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XIV, No. 1, Tahun 2016 Rahmatika Rahayu & M. Djazari 85-94

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

ANALISIS BUTIR SOAL TES PENJAJAKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN EKONOMI AKUNTANSI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kelas X Jurusan Akuntansi SMK PGRI 4 Bandar

ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER MATA KULIAH BIOLOGI UMUM DI UNIVERSITAS PAPUA

Untuk membuat tes pilihan ganda, aturan penyusunanya adalah sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan penelitian. Berdasarkan

BAB III METODE PENELITIAN. mendapat perlakuan dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif FIRE-UP,

ANALISIS KUALITAS SOAL UJIAN AKHIR MATA PELAJARAN ADMINISTRASI PAJAK

BAB III METODE PENELITIAN

TES HASIL BELAJAR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER KELAS XI MADRASAH ALIYAH NEGERI MATA PELAJARAN FIQIH DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2014

BAB III METODE PENELITIAN. Terkait dengan keperluan penelitian yaitu untuk melihat peningkatan

III. METODE PENELITIAN. (variabel yang akan diuji) yaitu dengan metode pembelajaran Smart Solution,

ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN AKHIR MATA PELAJARAN EKONOMI AKUNTANSI

Jurnal Kata ( Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) Desember 2013 BUTIR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS I

BAB III METODE PENELITIAN. metode eksperimen. Dalam penelitian ini, peneliti membagi subjek yang diteliti

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

ANALISIS BUTIR SOAL UKK EKONOMI AKUNTANSI KELAS XI IIS MAN WONOKROMO BANTUL

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. X, No. 1, Tahun 2012 Ata Nayla Amalia & Ani Widayati Halaman 1-26

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran 2009/2010 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. subyek yang akan diteliti, teknik-teknik pengumpulan data, prosedur pengumpulan

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XI, No. 1, Tahun 2013 Eny Puri Rahayu &Sukanti Halaman 67-81

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dengan evaluasi tipe

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini digunakan metode Pre eksperimental design.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS BUTIR SOAL ULANGAN HARIAN PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KD 3.1 PENDAPATAN NASIONAL KELAS XI IPS 1 DI SMA NEGERI 1 GRESIK.

BAB III METODE PENELITIAN. dengan subyek siswa kelas X program keahlian Agribisnis Perikanan sebanyak satu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS SOAL UJIAN KELAS VII SEMESTER GANJIL MATA PELAJARAN IPA TERPADU SMP NEGERI 12 PADANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 JURNAL

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kelas X SMAN 2 Kuok Kecamatan Kuok

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. faktor yang akan diteliti pada penelitian ini sebagai berikut.

ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP MATA PELAJARAN KOMPUTER AKUNTANSI KELAS XI AKUNTANSI

semester ganjil yaitu pada bulan Agustus tahun ajaran 2013/2014, yang terletak di Kecamatan Tampan, Kota Pekanbaru Provinsi Riau.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

X O 1. Keterangan : O 1 O 2

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. saat semester II Tahun Ajaran 2013/2014, yaitu pada tanggal 9 s.d 25 Januari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menghindari berbagai penafsiran terhadap definisi yang digunakan

ANALISIS SOAL UJIAN BIOLOGI SEMESTER I SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014.

BAB III METODE PENELITIAN. IPA semester ganjil yaitu pada bulan September - Oktober Tahun Ajaran

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Peternakan Negeri Lembang Cikole

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan metode

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XII, No. 1, Tahun 2014 Muslikah Purwanti 81-94

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. komparatif dengan pendekatan eksparimen. Penelitian dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. tipe STAD pada siswa kelas X SMA Bina Mulya Bandar Lampung melalui

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang diolah

Kata kunci: analisis butir soal, mata pelajaran geografi,

BAB III METODE PENELITIAN X O

ANALISIS KUALITAS SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER GASAL MATA PELAJARAN EKONOMI AKUNTANSI

BAHAN AJAR EVALUASI PEMBELAJARAN

Studi Arab: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab Vol. 8, No. 1, Juni 2017; p-issn: ; e-issn X; 13-43

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. sungguhan (true experimental research) dan semu (quasi experimental research).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dibuat beberapa definisi operasional sebagai berikut:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau

BAB III METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam. suatu penelitian, dimana langkah-langkah tersebut meliputi pengumpulan,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengembangan berarti proses mengembangkan dari yang sederhana menjadi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, maka metode yang digunakan yaitu

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XIII, No.1, Tahun 2015 Wika Sevi Oktanin & Sukirno 35-44

Analisis Item Tes 1. Teknik Analisis Derajat Kesukaran Item

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode quasi

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2014:2). Lebih lanjut lagi Sukardi

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode penelitian korelasional

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen (experimental research).metode penelitian eksperimen ini digunakan

Transkripsi:

Jurnal At-Tajdid PENGUKURAN DAYA PEMBEDA, TARAF KESUKARAN, DAN POLA JAWABAN TES (Analisis Butir Soal) Syamsudin* Abstract : Test is important property in doing teaching and learning activity. Good result test come from the good tools of test mechanism or technique. The good test technique derived from the item tests which have significant discrimination power. When held a good examination, mean a test which has discrimination power to differentiate smart testee and shallow testee thus one of the important duty of test technique will be accomplished. This paper describes how to evaluate item test in order to make a good discrimination power of the item test. The more detail the test to describe different ability of the testee the test quality become better Keywords: test power differentiator, test difficulty level, patterns answers of test * Dosen STIT Muhammadiyah Pacitan 17

Pengukuran Daya Pembeda, Taraf Kesukaran, dan Pola Jawaban Tes PENDAHULUAN Evaluasi yang didefinifisikan oleh Nana Sudjana sebagai... To give value something with the criterion 1 dan sebagai... usaha menetapkan nilai, yang terdapat dalam proses belajar mengajar yang terlihat pada hasil belajar yang dicapai seorang pelajar 2 oleh Yahya Qohar mempunyai beberapa syarat antara lain: 1. Harus reliabel 2. Harus valid 3. Harus objectif 4. Harus diskriminatif 5. Harus imprehensif 3. Harus mudah digunakan Melihat fungsi peran evaluasi, maka perlu diperlihatkan tes sebagai salah satu alatnya. Sebagaimana diketahui bahwa tes bisa berbentuk tertulis, lesan atau perbuatan. 4 Maka tes harus memenuhi persyaratanpersyaratan tersebut. Tulisan ini menggunakan test dilihat dari segi bahwa tes harus didiskriminatif. Jadi uraian berikut termasuk serial analisis hasil test. Ada 4 cara menilai tes yaitu pertama meneliti secara jujur soalsoal yang sudah disusun, kedua mengadakan analisis soal (item analysis), ketiga checking validitas dan keempat checking reliabilitas. Dari keempat cara tersebut di atas, tulisan ini menguraikan cara kedua yaitu item analisis soal yang terdiri dari tiga hal yaitu taraf kesukaran, daya pembaca dan pola jawaban soal. Tulisan ini secara berurutan membahas ketiga hal tersebut. PENGERTIAN DAYA PEMBEDA Daya pembeda adalah kemampuan atau item tes membedakan siswa yang pandai dari anak yang tidak pandai. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D. In deks deskriminasi berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Pada indeks ini terdapat kemungkinan adanya tanda negatif manakala suatu tes terbalik menunjukkan kualitas tes yaitu anak pandai disebut bodoh dan anak bodoh disebut pandai. 1 Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012

Syamsudin Dengan demikian ada tiga titik daya pembeda yaitu: -1,00 0,00 1,00 Daya pembeda negatif Daya pembeda rendah Daya pembeda tinggi (positif) Bagi suatu soal yang dapat dijawab benar oleh siswa pandai maupun siswa bodoh, maka soal itu tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda. Demikian juga jika semua siswa baik pandai maupun bodoh tidak bisa menjawab benar, soal tersebut juga tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda. Tes yang baik adalah tes yang dapat dijawab dengan benar oleh siswa-siswa yang pandai saja. Suatu misal, kelompok anak yang pandai dapat menjawab dengan benar suatu tes dan seluruh atau hampir semua siswa yang tergolong bodoh menjawab dengan salah, dikatakan bahwa soal itu memiliki D terbesar. Sebaliknya kalau justru lower group seluruhnya benar menjawab soal sedang upper group-nya yang menjawab dengan salah, maka D soal itu 1,00. Sedangkan kalau antara group keduanya sama yang menjawab dengan benar berarti D soal itu 0,00 atau tidak memiliki daya pembeda. CARA MENENTUKAN DAYA PEMBEDA Langkah pertama adalah membedakan menjadi kelompok kecil (ku rang dari 100) dan kelompok besar (100 ke atas). 1. Kelompok kecil (kurang 100) Seluruh kelompok tes terbagi dua sama besar, separuh kelompok atas (upper group) dan separuh kelompok bawah (lower group) sebagai berikut: A B C D E Siswa Skor Siswa Skor 0 7 Kelompok atas (JA) F G H I J 5 5 4 4 3 Kelompok bawah (JB) Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012 19

Pengukuran Daya Pembeda, Taraf Kesukaran, dan Pola Jawaban Tes 2. Kelompok besar (100 ke atas) Untuk memudahkan analisis cukup diambil kedua kutub atas dan bawahnya saja, masing-masing 27% sebagai JA dan JB nya. Contohnya sebagai berikut: 9 9 27% sebagai JA 2 1 1 1 0 27% sebagai JB Dari tabel kelompok atas dan kelompok bawah itu dicari menggunakan rumus: D=(Ba/Ja)-(Bb/Jb)=Pa-Pb D J Ja Jb Bb Ba = Daya Pembeda = Jumlah Peserta = Jumlah Peserta Atas = Jumlah Peserta Bawah = Jumlah Peserta Kelompok bawah menjawab benar = Jumlah peserta kelompok atas menjawab benar PB - BB/JB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar PA - BA/JA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar Contoh perhitungan sebagai berikut: Tabel Analisa 10 butir soal, 20 siswa Siswa Kelompok 1 2 3 4 5 7 9 10 Skor A B 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 4 B A 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 7 C A 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 D B 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 E A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 F B 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 G B 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 190 Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012

Syamsudin Siswa Kelompok 1 2 3 4 5 7 9 10 Skor H B 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 I A 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 J A 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 7 K A 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7 L B 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 5 M B 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 3 N A 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 7 O A 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 P B 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 4 Q A 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 R A 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 S B 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 T B 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 Jumlah 12 14 12 7 1 14 17 20 10 Berdasarkan nama-nama siswa dapat diperoleh skor-skor sebagai berikut: A = 4, B = 7, C =, D =, E = 10, F =, G =, H =, I =, J = 7, K = 7, L = 5, M = 3, N =7, O =, P = 4, Q =, R =, S =, T = Dari angka-angka yang belum teratur lalu disusun menjadi array (urutan penyebaran), dari skor yang paling tinggi ke skor yang paling rendah. Kelompok atas 10 7 7 7 7 Kelompok bawah 5 4 4 3 10 orang 10 orang Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012 191

Pengukuran Daya Pembeda, Taraf Kesukaran, dan Pola Jawaban Tes Array ini sekaligus menunjukkan adanya kelompok atas (JA) dan kelompok bawah (JB) dengan pemiliknya sebagai berikut: Kelompok atas JA B=7 C= E=10 I= J=7 K=7 N=7 O= Q= R= Kelompok bawah JB A=4 D= F= G= H= L=5 M=3 P=4 S= T= 10 orang 10 orang 1. 2. Selanjutnya dilihat tabel analisa lagi khusus soal nomor satu. Dari kelompok atas yang menjawab benar murid Dari kelompok bawah yang menjawab benar 4 orang Ditetapkan dalam rumus indeks diskriminasi sebagai berikut: JA = 10 BA = PA = 0. JB = 10 BB = 4 PB = 0,4 Maka D soal nomor 1 = PA PB = 0, -0,4 = 0,4 KLASIFIKASI DAYA PEMBEDA DAN HUBUNGANNYA DENGAN TARAF KESULITAN D = 0,00-0,20 jelek (poor) D = 0,20-0,40 cukup (satisfactory) D = 0,4-0,70 baik (good) D = 0,70-1,00 Baik sekali (Excellent) D = Negatif, semuanya tidak baik, semua soal yang mempunyai nilai D negatif dibuang saja 192 Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012

Syamsudin Untuk melihat hubungan antara taraf kesulitan dan taraf daya pembeda antara P dan D perlu senantiasa diingat rumus mencari P dan juga D. Dari indeks kesukaran (P) dan indeks di diskriminasi atau daya pembeda (D) diperoleh hubungan sebagai berikut: Sebagai contoh Soal dengan P = 0,20 Akan memberikan D max 0,10 Soal dengan P = 0,0 Akan memberikan D = Max = yang sama Dari grafik terlihat bahwa soal-soal dengan nilai P = 0,50 memungkinkan untuk mendapat daya pembeda yang paling tinggi. TARAF KESUKARAN Item soal sebaiknya tidak terlalu mudah juga tidak terlalu sukar. Dalam hal soal terlalu mudah dan atau terlalu sukar kurang memiliki fungsi akademik yang layak. Sebab manakala soal terlalu mudah kurang merangsang dan menarik minat belajar, sebaliknya kalau terlalu sukar pun sangat memungkinkan murid tidak selera untuk belajar bahkan menjadi putus asa. Angka sebagai ukuran tingkat kesukaran item soal disebut indeks kesukaran atau difficulty index, yang berada pada angka 0,00 s/d 1,00. Indeks kesukaran yang populer disebut P (proporsi) 0,00 menunjukkan soal itu terlalu sukar,sedangkan 1,0 menunjukkan soal terlalu mudah. Dengan demikian soal dengan P 0,50 lebih mudah dari soal dengan P 0,25,begitu pula sebaliknya soal dengan P 0,10 lebih sukar daripada soal dengan P 0,30. Rumus mencari P adalah B : JS. P = indeks kesukaran, B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar, JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes. Adapun contoh penerapannya sebagai berikut: Misal ada sejumlah 40 orang siswa sebuah kelas. Dari mereka terdapat 12 orang Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012 193

Pengukuran Daya Pembeda, Taraf Kesukaran, dan Pola Jawaban Tes murid yang dapat mengerjakan dengan benar item soal nomor 1. Maka indeks kesukaran soal nomor itu adalah: P = B:JS = 12 : 40 = 0,30 Lebih lanjut untuk memudahkan penggambarannya di bawah ini ada tabel dari 20 siswa A s/d T mengerjakan 20 item test sebagai berikut: 194 Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012

Syamsudin siswa NOMOR SOAL Skor siswa 1 2 3 4 5 7 9 10 11 12 13 14 15 1 17 1 19 20 A 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 13 B 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 11 C 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 14 D 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 9 E 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 14 F 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 G 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 13 H 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 I 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 17 J 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 13 K 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 L 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 17 M 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 13 N 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 O 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 12 P 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 10 Q 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 9 R 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 11 S 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 14 T 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 10 Jumlah 10 14 4 11 1 7 15 1 3 11 13 19 20 11 9 7 10 15 12 13 1. 2. Dari tabel yang disajikan di atas, dapat ditafsirkan bahwa: Soal nomor 1 memiliki terap kesukaran 10 : 20 = 0,50 Soal nomor 9 yang tersukar karena hanya dapat dijawab dengan betul oleh 3 orang saja, jadi 3 : 20 = 0,15 Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012 195

Pengukuran Daya Pembeda, Taraf Kesukaran, dan Pola Jawaban Tes 3. Soal nomor 13 yang paling mudah karena dijawab dengan benar oleh seluruh murid.indeks kesukarannya = 20 : 20 = 1,0 Menurut ketentuan yang berlaku indeks kesukaran diklasifikasi sebagai berikut: 1. Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar 2. Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang 3. Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah POLA JAWABAN Pola jawaban adalah distribusi testee dalam hal menentukan pilihan ganda. Pola jawaban soal diperoleh dengan menghitung banyaknya testee yang memilih jawaban a,b,c atau d atau yang tidak memilih jawaban manapun yang disebut omit disingkat o. Dari pola jawaban soal dapat ditentukan apakah pengecohnya (distraktor) berfungsi dengan baik atau tidak. Pengecoh yang tidak dipilih sama sekali oleh testee berarti pengecoh itu jelek, terlalu mencolok menyesatkan. Sebaliknya sebuah distraktor dapat dikatakan berfungsi dengan baik apabila distraktor tersebut mempunyai daya tarik yang besar bagi pengikut pengikut tes yang kurang memahami konsep atau kurang menguasai bahan. Terhadap distraktor dapat 3 perlakuan, diterima kalau baik, ditolak karena tidak baik, dan ditulis kembali kalau kurang baik. Kekurangannya mungkin terletak pada rumusan kalimatnya sehingga hanya perlu ditulis kembali, dengan perubahan seperlunya. Menulis soal kalau memang ada yang harus diperbaiki harus diperbaiki sebelum di gunakan untuk tes. Distraktor berfungsi baik minimal dipilih 5% pengikut tes. Contoh penghitungan, dari analisis sebuah item, polanya diketahui: Pola jawaban! a! b! c *! d! 0! jumlah *kunci jawaban Kelompok atas! 5! 7! 15! 3! 0! 30 Kelompok bawah!!!! 3! 0! 30 Jumlah!13!15! 21! 9! 3! 0 19 Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012

Syamsudin 1. 2. 3. Dari pola jawaban soal ini dapat dicari P = 21 : 0 = 0,35 D = PA PB = 15/30 /30 = 9/30 = 0,30 Distraktor, semua berfungsi dengan baik dipilih lebih dari 5% pengikut tes. PENUTUP Dari uraian terdahulu maka kiranya dapat kita ambil pengertian penting bahwa penyusunan soal perlu adanya hal-hal yang harus diperhatikan agar sasaran penyelenggaraan evaluasi dapat tercapai. Hal itu antara lain adanya daya pembeda atau krimination power di samping kriteria-kriteria lainnya. Semakin terpenuhi kriteria-kriteria soal yang baik, semakin tinggi kualitas soal untuk sebuah evaluasi. Begitu juga semakin jauh dari kriteria-kriteria itu semakin rendah pula kualitas soal tersebut. Demikian tulisan ringkasan sederhana ini berusaha menghadirkan uraian tentang cara mengukur daya pembeda soal dalam upaya memperoleh item-item soal yang valid dan realibel dan memiliki kebermaknaan yang maksimal dalam sebuah program evaluasi pendidikan peng ajaran. [ ] ENDNOTES 1 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Peralatan Ilmu Belajar, ( Jakarta: Serajaya, 194), hlm.. 2 Yahya Qohar, Evaluasi Pendidikan Agama, (Bogor: Jawi Jaya, 191), hlm. 12. 3 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta: Rajawali, 194), hlm. 331. 4 Hendayat Sutopo, Pembinaan Pengembangan Kurikulum,(Malang: IKIP Negeri, 192), hlm. 134. Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012 197

Pengukuran Daya Pembeda, Taraf Kesukaran, dan Pola Jawaban Tes DAFTAR PUSTAKA Qohar, Yahya. Evaluasi Pendidikan Agama, Bogor : Ciawi Jaya, 191 Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Serajaya 194 Sudjana, Nana. Dasar-Dasar Penilaian Hasil Belajar, Jakarta: Se rajaya. 194 Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rajawali. 194 Sutopo, Hendyat. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum, Ma lang: IKIP Negara Malang. 192 19 Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012