Jurnal At-Tajdid PENGUKURAN DAYA PEMBEDA, TARAF KESUKARAN, DAN POLA JAWABAN TES (Analisis Butir Soal) Syamsudin* Abstract : Test is important property in doing teaching and learning activity. Good result test come from the good tools of test mechanism or technique. The good test technique derived from the item tests which have significant discrimination power. When held a good examination, mean a test which has discrimination power to differentiate smart testee and shallow testee thus one of the important duty of test technique will be accomplished. This paper describes how to evaluate item test in order to make a good discrimination power of the item test. The more detail the test to describe different ability of the testee the test quality become better Keywords: test power differentiator, test difficulty level, patterns answers of test * Dosen STIT Muhammadiyah Pacitan 17
Pengukuran Daya Pembeda, Taraf Kesukaran, dan Pola Jawaban Tes PENDAHULUAN Evaluasi yang didefinifisikan oleh Nana Sudjana sebagai... To give value something with the criterion 1 dan sebagai... usaha menetapkan nilai, yang terdapat dalam proses belajar mengajar yang terlihat pada hasil belajar yang dicapai seorang pelajar 2 oleh Yahya Qohar mempunyai beberapa syarat antara lain: 1. Harus reliabel 2. Harus valid 3. Harus objectif 4. Harus diskriminatif 5. Harus imprehensif 3. Harus mudah digunakan Melihat fungsi peran evaluasi, maka perlu diperlihatkan tes sebagai salah satu alatnya. Sebagaimana diketahui bahwa tes bisa berbentuk tertulis, lesan atau perbuatan. 4 Maka tes harus memenuhi persyaratanpersyaratan tersebut. Tulisan ini menggunakan test dilihat dari segi bahwa tes harus didiskriminatif. Jadi uraian berikut termasuk serial analisis hasil test. Ada 4 cara menilai tes yaitu pertama meneliti secara jujur soalsoal yang sudah disusun, kedua mengadakan analisis soal (item analysis), ketiga checking validitas dan keempat checking reliabilitas. Dari keempat cara tersebut di atas, tulisan ini menguraikan cara kedua yaitu item analisis soal yang terdiri dari tiga hal yaitu taraf kesukaran, daya pembaca dan pola jawaban soal. Tulisan ini secara berurutan membahas ketiga hal tersebut. PENGERTIAN DAYA PEMBEDA Daya pembeda adalah kemampuan atau item tes membedakan siswa yang pandai dari anak yang tidak pandai. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D. In deks deskriminasi berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Pada indeks ini terdapat kemungkinan adanya tanda negatif manakala suatu tes terbalik menunjukkan kualitas tes yaitu anak pandai disebut bodoh dan anak bodoh disebut pandai. 1 Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
Syamsudin Dengan demikian ada tiga titik daya pembeda yaitu: -1,00 0,00 1,00 Daya pembeda negatif Daya pembeda rendah Daya pembeda tinggi (positif) Bagi suatu soal yang dapat dijawab benar oleh siswa pandai maupun siswa bodoh, maka soal itu tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda. Demikian juga jika semua siswa baik pandai maupun bodoh tidak bisa menjawab benar, soal tersebut juga tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda. Tes yang baik adalah tes yang dapat dijawab dengan benar oleh siswa-siswa yang pandai saja. Suatu misal, kelompok anak yang pandai dapat menjawab dengan benar suatu tes dan seluruh atau hampir semua siswa yang tergolong bodoh menjawab dengan salah, dikatakan bahwa soal itu memiliki D terbesar. Sebaliknya kalau justru lower group seluruhnya benar menjawab soal sedang upper group-nya yang menjawab dengan salah, maka D soal itu 1,00. Sedangkan kalau antara group keduanya sama yang menjawab dengan benar berarti D soal itu 0,00 atau tidak memiliki daya pembeda. CARA MENENTUKAN DAYA PEMBEDA Langkah pertama adalah membedakan menjadi kelompok kecil (ku rang dari 100) dan kelompok besar (100 ke atas). 1. Kelompok kecil (kurang 100) Seluruh kelompok tes terbagi dua sama besar, separuh kelompok atas (upper group) dan separuh kelompok bawah (lower group) sebagai berikut: A B C D E Siswa Skor Siswa Skor 0 7 Kelompok atas (JA) F G H I J 5 5 4 4 3 Kelompok bawah (JB) Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012 19
Pengukuran Daya Pembeda, Taraf Kesukaran, dan Pola Jawaban Tes 2. Kelompok besar (100 ke atas) Untuk memudahkan analisis cukup diambil kedua kutub atas dan bawahnya saja, masing-masing 27% sebagai JA dan JB nya. Contohnya sebagai berikut: 9 9 27% sebagai JA 2 1 1 1 0 27% sebagai JB Dari tabel kelompok atas dan kelompok bawah itu dicari menggunakan rumus: D=(Ba/Ja)-(Bb/Jb)=Pa-Pb D J Ja Jb Bb Ba = Daya Pembeda = Jumlah Peserta = Jumlah Peserta Atas = Jumlah Peserta Bawah = Jumlah Peserta Kelompok bawah menjawab benar = Jumlah peserta kelompok atas menjawab benar PB - BB/JB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar PA - BA/JA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar Contoh perhitungan sebagai berikut: Tabel Analisa 10 butir soal, 20 siswa Siswa Kelompok 1 2 3 4 5 7 9 10 Skor A B 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 4 B A 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 7 C A 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 D B 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 E A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 F B 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 G B 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 190 Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
Syamsudin Siswa Kelompok 1 2 3 4 5 7 9 10 Skor H B 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 I A 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 J A 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 7 K A 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7 L B 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 5 M B 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 3 N A 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 7 O A 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 P B 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 4 Q A 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 R A 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 S B 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 T B 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 Jumlah 12 14 12 7 1 14 17 20 10 Berdasarkan nama-nama siswa dapat diperoleh skor-skor sebagai berikut: A = 4, B = 7, C =, D =, E = 10, F =, G =, H =, I =, J = 7, K = 7, L = 5, M = 3, N =7, O =, P = 4, Q =, R =, S =, T = Dari angka-angka yang belum teratur lalu disusun menjadi array (urutan penyebaran), dari skor yang paling tinggi ke skor yang paling rendah. Kelompok atas 10 7 7 7 7 Kelompok bawah 5 4 4 3 10 orang 10 orang Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012 191
Pengukuran Daya Pembeda, Taraf Kesukaran, dan Pola Jawaban Tes Array ini sekaligus menunjukkan adanya kelompok atas (JA) dan kelompok bawah (JB) dengan pemiliknya sebagai berikut: Kelompok atas JA B=7 C= E=10 I= J=7 K=7 N=7 O= Q= R= Kelompok bawah JB A=4 D= F= G= H= L=5 M=3 P=4 S= T= 10 orang 10 orang 1. 2. Selanjutnya dilihat tabel analisa lagi khusus soal nomor satu. Dari kelompok atas yang menjawab benar murid Dari kelompok bawah yang menjawab benar 4 orang Ditetapkan dalam rumus indeks diskriminasi sebagai berikut: JA = 10 BA = PA = 0. JB = 10 BB = 4 PB = 0,4 Maka D soal nomor 1 = PA PB = 0, -0,4 = 0,4 KLASIFIKASI DAYA PEMBEDA DAN HUBUNGANNYA DENGAN TARAF KESULITAN D = 0,00-0,20 jelek (poor) D = 0,20-0,40 cukup (satisfactory) D = 0,4-0,70 baik (good) D = 0,70-1,00 Baik sekali (Excellent) D = Negatif, semuanya tidak baik, semua soal yang mempunyai nilai D negatif dibuang saja 192 Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
Syamsudin Untuk melihat hubungan antara taraf kesulitan dan taraf daya pembeda antara P dan D perlu senantiasa diingat rumus mencari P dan juga D. Dari indeks kesukaran (P) dan indeks di diskriminasi atau daya pembeda (D) diperoleh hubungan sebagai berikut: Sebagai contoh Soal dengan P = 0,20 Akan memberikan D max 0,10 Soal dengan P = 0,0 Akan memberikan D = Max = yang sama Dari grafik terlihat bahwa soal-soal dengan nilai P = 0,50 memungkinkan untuk mendapat daya pembeda yang paling tinggi. TARAF KESUKARAN Item soal sebaiknya tidak terlalu mudah juga tidak terlalu sukar. Dalam hal soal terlalu mudah dan atau terlalu sukar kurang memiliki fungsi akademik yang layak. Sebab manakala soal terlalu mudah kurang merangsang dan menarik minat belajar, sebaliknya kalau terlalu sukar pun sangat memungkinkan murid tidak selera untuk belajar bahkan menjadi putus asa. Angka sebagai ukuran tingkat kesukaran item soal disebut indeks kesukaran atau difficulty index, yang berada pada angka 0,00 s/d 1,00. Indeks kesukaran yang populer disebut P (proporsi) 0,00 menunjukkan soal itu terlalu sukar,sedangkan 1,0 menunjukkan soal terlalu mudah. Dengan demikian soal dengan P 0,50 lebih mudah dari soal dengan P 0,25,begitu pula sebaliknya soal dengan P 0,10 lebih sukar daripada soal dengan P 0,30. Rumus mencari P adalah B : JS. P = indeks kesukaran, B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar, JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes. Adapun contoh penerapannya sebagai berikut: Misal ada sejumlah 40 orang siswa sebuah kelas. Dari mereka terdapat 12 orang Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012 193
Pengukuran Daya Pembeda, Taraf Kesukaran, dan Pola Jawaban Tes murid yang dapat mengerjakan dengan benar item soal nomor 1. Maka indeks kesukaran soal nomor itu adalah: P = B:JS = 12 : 40 = 0,30 Lebih lanjut untuk memudahkan penggambarannya di bawah ini ada tabel dari 20 siswa A s/d T mengerjakan 20 item test sebagai berikut: 194 Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
Syamsudin siswa NOMOR SOAL Skor siswa 1 2 3 4 5 7 9 10 11 12 13 14 15 1 17 1 19 20 A 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 13 B 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 11 C 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 14 D 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 9 E 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 14 F 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 G 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 13 H 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 I 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 17 J 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 13 K 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 L 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 17 M 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 13 N 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 O 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 12 P 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 10 Q 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 9 R 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 11 S 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 14 T 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 10 Jumlah 10 14 4 11 1 7 15 1 3 11 13 19 20 11 9 7 10 15 12 13 1. 2. Dari tabel yang disajikan di atas, dapat ditafsirkan bahwa: Soal nomor 1 memiliki terap kesukaran 10 : 20 = 0,50 Soal nomor 9 yang tersukar karena hanya dapat dijawab dengan betul oleh 3 orang saja, jadi 3 : 20 = 0,15 Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012 195
Pengukuran Daya Pembeda, Taraf Kesukaran, dan Pola Jawaban Tes 3. Soal nomor 13 yang paling mudah karena dijawab dengan benar oleh seluruh murid.indeks kesukarannya = 20 : 20 = 1,0 Menurut ketentuan yang berlaku indeks kesukaran diklasifikasi sebagai berikut: 1. Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar 2. Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang 3. Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah POLA JAWABAN Pola jawaban adalah distribusi testee dalam hal menentukan pilihan ganda. Pola jawaban soal diperoleh dengan menghitung banyaknya testee yang memilih jawaban a,b,c atau d atau yang tidak memilih jawaban manapun yang disebut omit disingkat o. Dari pola jawaban soal dapat ditentukan apakah pengecohnya (distraktor) berfungsi dengan baik atau tidak. Pengecoh yang tidak dipilih sama sekali oleh testee berarti pengecoh itu jelek, terlalu mencolok menyesatkan. Sebaliknya sebuah distraktor dapat dikatakan berfungsi dengan baik apabila distraktor tersebut mempunyai daya tarik yang besar bagi pengikut pengikut tes yang kurang memahami konsep atau kurang menguasai bahan. Terhadap distraktor dapat 3 perlakuan, diterima kalau baik, ditolak karena tidak baik, dan ditulis kembali kalau kurang baik. Kekurangannya mungkin terletak pada rumusan kalimatnya sehingga hanya perlu ditulis kembali, dengan perubahan seperlunya. Menulis soal kalau memang ada yang harus diperbaiki harus diperbaiki sebelum di gunakan untuk tes. Distraktor berfungsi baik minimal dipilih 5% pengikut tes. Contoh penghitungan, dari analisis sebuah item, polanya diketahui: Pola jawaban! a! b! c *! d! 0! jumlah *kunci jawaban Kelompok atas! 5! 7! 15! 3! 0! 30 Kelompok bawah!!!! 3! 0! 30 Jumlah!13!15! 21! 9! 3! 0 19 Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
Syamsudin 1. 2. 3. Dari pola jawaban soal ini dapat dicari P = 21 : 0 = 0,35 D = PA PB = 15/30 /30 = 9/30 = 0,30 Distraktor, semua berfungsi dengan baik dipilih lebih dari 5% pengikut tes. PENUTUP Dari uraian terdahulu maka kiranya dapat kita ambil pengertian penting bahwa penyusunan soal perlu adanya hal-hal yang harus diperhatikan agar sasaran penyelenggaraan evaluasi dapat tercapai. Hal itu antara lain adanya daya pembeda atau krimination power di samping kriteria-kriteria lainnya. Semakin terpenuhi kriteria-kriteria soal yang baik, semakin tinggi kualitas soal untuk sebuah evaluasi. Begitu juga semakin jauh dari kriteria-kriteria itu semakin rendah pula kualitas soal tersebut. Demikian tulisan ringkasan sederhana ini berusaha menghadirkan uraian tentang cara mengukur daya pembeda soal dalam upaya memperoleh item-item soal yang valid dan realibel dan memiliki kebermaknaan yang maksimal dalam sebuah program evaluasi pendidikan peng ajaran. [ ] ENDNOTES 1 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Peralatan Ilmu Belajar, ( Jakarta: Serajaya, 194), hlm.. 2 Yahya Qohar, Evaluasi Pendidikan Agama, (Bogor: Jawi Jaya, 191), hlm. 12. 3 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta: Rajawali, 194), hlm. 331. 4 Hendayat Sutopo, Pembinaan Pengembangan Kurikulum,(Malang: IKIP Negeri, 192), hlm. 134. Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012 197
Pengukuran Daya Pembeda, Taraf Kesukaran, dan Pola Jawaban Tes DAFTAR PUSTAKA Qohar, Yahya. Evaluasi Pendidikan Agama, Bogor : Ciawi Jaya, 191 Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Serajaya 194 Sudjana, Nana. Dasar-Dasar Penilaian Hasil Belajar, Jakarta: Se rajaya. 194 Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rajawali. 194 Sutopo, Hendyat. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum, Ma lang: IKIP Negara Malang. 192 19 Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012