Membangun Budaya Peduli Risiko

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG MANAJEMEN RISIKO

2017, No Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden

Kebijakan Manajemen Risiko PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 191/PMK.09/2008 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN MENTERI KEUANGAN,

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG MANAJEMEN RISIKO DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL

Proses Manajemen Risiko EVALUASI RISIKO. WITH YOU, WE BUILD PUBLIC TRUST Bersama Anda Membangun Kepercayaan Publik

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lem

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PIAGAM AUDIT INTERNAL

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

PIAGAM AUDIT INTERNAL

MENTERIKEUANGAN REPUBUK INDONESIA SALIN AN

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

-1- LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

SOSIALISASI Pedoman MANAJEMEN risiko dan Petunjuk Teknis AUDIT mutu INTERNAL QMS ISO 9001 : 2015 INSPEKTORAT BADAN POM

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

BAB 5 KONKLUSI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan pembahasan dan temuan penelitian pada bab

IMPLEMENTASI SPIP BALITBANG KEMENTERIAN KEHUTANAN

PIAGAM (CHARTER) AUDIT SATUAN PENGAWASAN INTERN PT VIRAMA KARYA (Persero)

PEDOMAN EVALUASI PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

PEDOMAN UMUM MANAJEMEN RISIKO

Proses Manajemen Risiko PENETAPAN KONTEKS. WITH YOU, WE BUILD PUBLIC TRUST Bersama Anda Membangun Kepercayaan Publik

DAFTAR ISI CHARTER SATUAN PENGAWASAN INTERN

Internal Audit Charter

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

BADAN STANDARDISASI NASIONAL PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG

PERANAN APIP DALAM PELAKSANAAN SPIP

SOSIALISASI SPIP BAGI SATUAN TUGAS SPIP BPPT

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI NO.SKB.003/SKB/I/2013

Komposisi dan Profil Anggota Komite Audit

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

Kebijakan Manajemen Risiko

IMPLEMENTASI MANAJEMEN RISIKO BAGI SPI PTN

PENILAIAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BANK SYARIAH BUKOPIN SEMESTER I TAHUN 2014

2012, No.51 2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 5; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Peme

Penetapan Konteks Komunikasi dan Konsultasi. Identifikasi Risiko. Analisis Risiko. Evaluasi Risiko. Penanganan Risiko

KEBIJAKAN MANAJEMEN RISIKO

PIAGAM DEWAN KOMISARIS dan DIREKSI

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SINAR MAS AGRO RESOURCES & TECHNOLOGY Tbk.

PEDOMAN KERJA KOMITE AUDIT

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13 /SEOJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 903/Kep.1541-Keu/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DI DAERAH PROVINSI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT,

PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT

PERENCANAAN MANAJEMEN RESIKO

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS

2 Mengingat tentang Penerapan Manajemen Risiko di Lingkungan Komnas HAM; : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia; 2. Undang-U

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Profil Responden Kuesioner Sistem Internal Controls pada Direktorat Pembinaan SMK dilakukan di


Frequently Asked Questions (FAQ) Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan

PENINGKATAN AKUNTABILITAS KINERJA dan KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER)

PT. PYRIDAM FARMA Tbk. MANAJEMEN RISIKO

LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 35 /SEOJK.03/2017 TENTANG PEDOMAN STANDAR SISTEM PENGENDALIAN INTERN BAGI BANK UMUM

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN .. /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI

LAPORAN PELAKSANAAN TUGAS KEPATUHANINTERNAL LINGKUP KANTOR VERTIKAL DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERIODE SEMESTER II TAHUN 2013

IMPLEMENTASI MANAJEMEN RISIKO DI KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE AUDIT

Self Assessment GCG. Hasil Penilaian Sendiri Pelaksanaan GCG

2017, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembar

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

PT HALEYORA POWER KEPUTUSAN DIREKSI PT HALEYORA POWER NOMOR: 170.K/DIR-HP/2014 TENTANG

KEBIJAKAN PENERAPAN SPIP DALAM PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA. Disampaikan oleh: Kepala BPKP DALAM RAKER BNPB TAHUN FEBRUARI 2018

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

PT. MALINDO FEEDMILL, Tbk. No. Dokumen = 067/CS/XI/13 PIAGAM KOMITE AUDIT. Halaman = 1 dari 10. PIAGAM Komite Audit. PT Malindo Feedmill Tbk.

INTEGRASI SPIP DAN QMS ISO 9001:2015 SEBAGAI KUNCI KEBERHASILAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI BADAN POM DALAM RANGKA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI

Proses Manajemen Risiko INDENTIFIKASI RISIKO. WITH YOU, WE BUILD PUBLIC TRUST Bersama Anda Membangun Kepercayaan Publik

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

Buku Profil DJPK COVER DEPAN. Selayang Pandang DJPK

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

Governance) diperlukan adanya pengawasan yang andal melalui sinergitas

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 92 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERN GUBERNUR JAWA TIMUR,

Framework Penyusunan Tata Kelola TI

PIAGAM KOMITE AUDIT 2015

PERENCANAAN PENUGASAN AUDIT BERBASIS RISIKO DAN PEMANTAUAN TINDAK LANJUT

PIAGAM KOMITE AUDIT DAN RISIKO USAHA (BUSINESS RISK AND AUDIT COMMITTEES CHARTER) PT WIJAYA KARYA BETON Tbk. BAGIAN I

KEPUTUSAN DEWAN KOMISARIS PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (PERSERO) NOMOR : PC-07/05/2014 TENTANG PIAGAM KOMITE AUDIT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

Meraih Risk Managed 2015 Membangun Budaya Peduli Risiko Melalui Internalisasi Manajemen Risiko Tingkat Eksekutif di Lingkungan Direktorat Jenderal Anggaran 12 Mei 2015 Integritas Profesionalisme Sinergi Pelayanan Kesempurnaan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBIK INDONESIA INSPEKTORAT JENDERAL Agenda 1. HUBUNGAN ANTARA GOOD GOVERNANCE, MANAJEMEN RISIKO, PENGENDALIAN INTERN DAN AUDIT INTERNAL 2. KONSEP RISIKO DAN MANAJEMEN RISIKO 3. BUDAYA RISIKO DAN STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA RISIKO

DEFINISI Good Corporate Governance adalah: "KOMITMEN, ATURAN MAIN, SERTA PRAKTIK PENYELENGGARAAN PROSES BISNIS SECARA SEHAT DAN BERETIKA (BPKP, soft definition, 2012) Manajemen Risiko adalah: " PENDEKATAN SISTEMATIS UNTUK MENENTUKAN TINDAKAN TERBAIK DALAM KONDISI KETIDAKPASTIAN (Peraturan Menteri Keuangan No.191/PMK.09/2008) Pengendalian Intern adalah: PROSES YANG INTEGRAL PADA TINDAKAN DAN KEGIATAN YANG DILAKUKAN SECARA TERUS MENERUS OLEH PIMPINAN DAN SELURUH PEGAWAI UNTUK MEMBERIKAN KEYAKINAN MEMADAI ATAS TERCAPAINYA TUJUAN ORGANISASI (Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008) 3

DEFINISI lanjutan.. Audit Internal adalah SUATU PENILAIAN YANG SISTEMATIS DAN OBJEKTIF YANG DILAKUKAN OLEH AUDITOR INTERN TERHADAP OPERASI DAN BERBAGAI KONTROL DI DALAM ORGANISASI, UNTUK MENENTUKAN APAKAH INFORMASI KEUANGAN DAN OPERASI TELAH AKURAT DAN DAPAT DIANDALKAN, RISIKO TELAH DIIDENTIFIKASI DAN DIMITIGASI, PERATURAN/KEBIJAKAN DAN PROSEDUR YANG DITETAPKAN TELAH DIPENUHI, KRITERIA OPERASI (KEGIATAN) TELAH DIPENUHI, SUMBERDAYA TELAH DIGUNAKAN SECARA EFISIEN DAN EKONOMIS, DAN TUJUAN ORGANISASI TELAH DICAPAI SECARA EFEKTIF (IIA, internal audit best practices ) Risiko adalah SEGALA SESUATU YANG BERDAMPAK NEGATIF TERHADAP PENCAPAIAN TUJUAN YANG DIUKUR BERDASARKAN KEMUNGKINAN DAN DAMPAKNYA (PMK 191 Tahun 2008). 4

Hubungan GCG, Risk Management, Internal Control & Internal Audit Manajemen Risiko Sasaran Strategis Organisasi Good Governance Keunggulan Operasional Pengendalian Intern Pertumbuhan yg Berkesinambungan Quality Assurance Audit Internal Pemenuhan Kepatuhan (Compliance) 5

Penjelasan Melalui Penerapan Tatakelola yang Baik diharapkan suatu organisasi dapat mewujudkan Strategic Business Cycle dengan baik, yaitu meliputi implementasi sasaran strategis, keunggulan operasional dan pertumbuhan organisasi yang berkesinambungan. Prinsip organisasi yang tumbuh dengan berkesinambungan, yaitu apabila suatu organisasinya sehat dan berkinerja tinggi. 6

Lanjutan Jika Organisasinya Sehat, namun Kinerjanya rendah, maka dikategorikan Tidak Optimal Jika Organisasinya Tidak Sehat, namun Kinerja tinggi, maka dikategorikan Perlu Perbaikan dan Jika Tidak Dilakukan Organisasi akan Mati Perlahan-lahan Jika Organisasinya tidak Sehat dan Kinerjanya rendah, maka dikategorikan Perlu dilakukan Merger atau bahkan dibubarkan) (Kementerian Keuangan, Survey MOFIN, 2014) 7

KERANGKA HUBUNGAN MASING-MASING UNSUR PENGENDALIAN INTERN DAN MANAJEMEN RISIKO Penetapan Konteks Lingkungan Pengendalian Penilaian Risiko Level Entitas/Strategis Penilaian Risiko Level Kegiatan/Operasional Penanganan Risiko Kegiatan Pengendalian Komunikasi dan Informasi Peman tauan Keterangan: Manajemen risiko Pengendalian intern 8

LANDASAN HUKUM PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DI KEMENKEU PP 60 Tahun 2008, unsur Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), meliputi: Lingkungan Pengendalian, Penilaian Risiko, Kegiatan Pengendalian, Informasi dan Komunikasi, dan Pemantauan (monitoring) pengendalian intern. Peraturan Menteri Keuangan No.191/PMK.09/2008, pasal 2 antara lain mengharuskan setiap unit kerja di lingkungan Kementerian Keuangan untuk menerapkan dan mengembangkan manajemen risiko. Penetapan target kinerja tahun 2015 berupa pencapaian tingkat kematangan penerapan manajemen risiko pada level 4 (Risk Managed) dengan skor minimal 75. 9

Konsep Risiko Risk is Everywhere, and Risks comes from not knowing what you are doing (Warren Buffet). Risk is like an iceberg and if not identified and correctly assessed will result in disaster. Known Unknown 10

Konsep Risiko lanjutan Risk Management is not an option, it s a necessity. 11

Konsep Risiko (PMK-191/2008) Risiko adalah segala sesuatu yang mungkin dapat terjadi akibat adanya unsur ketidakpastian, dan berdampak negatif terhadap pencapaian tujuan suatu organisasi. Tingkat (level) risiko diukur dari 2 (dua) parameter, yaitu seberapa besar konsekwensi/dampak risiko bersangkutan dan kemungkinan terjadinya risiko/frekwensi 12

Kategori Risiko Risiko perlu dikategorisasikan untuk kemudahan mencirikan dan menganalisis lebih lanjut. Kategorisasi risiko biasanya dilihat dari penyebabnya. PMK 191 Tahun 2008 mengkategorikan risiko ke dalam 5 kelompok: Fraud Stratejik dan kebijakan Operasional Kepatuhan Finansial 13

KONSEP MANAJEMEN RISIKO Manajemen risiko merupakan perangkat manajemen yang ditujukan untuk mengelola risiko demi tercapainya tujuan. 14

PROSES MANAJEMEN RISIKO 15

Apa Yang Perlu Dilakukan untuk Menjalankan Proses Manajemen Risiko Memiliki Struktur Organisasi Manajemen Risiko. Memiliki sumber daya manusia yang kompeten berkaitan dengan proses bisnis unit kerjanya, dan memiliki wawasan terbuka tentang pemahaman risiko serta mitigasi risiko. Memiliki komitmen yang kuat untuk menjalankan proses manajemen risiko sesuai dengan kaidah yang diatur dalam PMK-191/2008. 16

Struktur Manajemen Risiko KOMITE MANAJEMEN RISIKO 1. Pejabat Eselon I 2. Satu orang pejabat Eselon II (Ketua Manajemen Risiko) 3. Satu orang pejabat Eselon II KETUA MANAJEMEN RISIKO UNIT PEMILIK RISIKO Unit Eselon II Pemilik Risiko Koordinator Manajemen Risiko Administrator Manajemen Risiko UNIT PEMILIK RISIKO Unit Eselon II Pemilik Risiko Koordinator Manajemen Risiko Administrator Manajemen Risiko Bab II Pedoman Umum 17

KOMITE MANAJEMEN RISIKO Tugas Melakukan pengawasan, menetapkan kebijakan, strategi, dan metodologi manajemen risiko tingkat Eselon I Wewenang Menentukan selera risiko Tanggung Jawab menetapkan kebijakan dan perencanaan strategis MR; menetapkan sasaransasaran MR unit Eselon I (jangka pendek dan jangka panjang); mengembangkan strategi MR untuk pencapaian sasaran; memantau eksposur risiko yang dihadapi unit Eselon I. 18

APA YANG HARUS DILAKUKAN KOMITE MANAJEMEN RISIKO Mekanisme Koordinasi pertemuan tatap muka secara berkala, atau melalui media komunikasi lain; Rapat Komite Dilakukan secara berkala 6 bulan sekali. Rapat dianggap sah bila dihadiri minimal dua pertiga (2/3) anggota. Pengambilan keputusan: musyawarah untuk mufakat atau suara terbanyak (bila tidak mufakat). 19

KETUA MANAJEMEN RISIKO Tugas & Tanggung Jawab menjalankan kepemimpinan dan menetapkan arah bagi MR di unit Eselon I; mengembangkan kerangka kerja dan kebijakan operasional MR Unit Eselon I secara terpadu dan menyeluruh, kapabilitas dan keandalan dalam analisis risiko dan pelaporannya; memastikan profil risiko sesuai dengan selera risiko yang telah ditetapkan; mengembangkan dan memantau berbagai indikator risiko utama; mengkomunikasikan profil risiko kepada pemangku kepentingan (stakeholder) terkait; mengembangkan kompetensi SDM dalam analisis risiko serta dalam manajemen sistem dan data untuk menunjang program MR Unit Eselon I. 20

APA YANG HARUS DILAKUKAN KETUA MANAJEMEN RISIKO Wewenang mengembangkan kebijakan dan implementasi operasional MR di Unit Eselon I; memverifikasi dan memvalidasi hasil proses MR di seluruh UPR; menyelenggarakan rapat bersama dengan para Pemilik Risiko dan Koordinator MR. Rapat Bersama Tujuan: Menganalisis profil risiko dan rencana penanganan risiko tingkat UPR; dan memberi rekomendasi mengenai rencana dan strategi MR kepada Komite MR. Dilaksanakan berkala 3 bulan sekali melalui tatap muka atau media komunikasi lain. Dianggap sah apabila dihadiri minimal dua pertiga (2/3) anggota. Pengambilan keputusan: musyawarah untuk mufakat atau dengan suara terbanyak (bila tidak mufakat). 21

APA YANG HARIS DILAKUKAN UNIT PEMILIK RISIKO (Eselon II) Tugas &Tanggung Jawab Pemilik Risiko memastikan proses MR di unitnya telah sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan; mengendalikan risiko di unitnya dengan batasan risiko yang ditetapkan Komite MR; dan melaporkan profil risiko di satuan unit kerjanya kepada Komite MR melalui rapat bersama Ketua Manajemen Risiko setiap 3 (tiga) bulan atau sesuai periode yang ditetapkan Ketua MR. Wewenang menetapkan profil risiko di unit masing-masing; dan menunjuk Koordinator Manajemen Risiko di unit masing-masing. 22

APA YANG HARUS DILAKUKAN KOORDINATOR MR PADA MASING-MASING UNIT PEMILIK RISIKO Koordinator MR Personil Seluruh pejabat Eselon III; dan/atau Salah satu pejabat fungsional setingkat yang ditunjuk oleh Pemilik Risiko. Wewenang Membantu pemilik risiko dalam pengelolaan risiko di lingkungan Unit Pemilik Risiko serta bertanggungjawab langsung dalam proses manajemen risiko dalam operasionalnya sehari-hari. Tugas dan Tanggung Jawab Memahami dengan baik: Kebijakan, pedoman, dan prosedur penerapan MR; proses MR; rencana penanganan risiko; profil risiko di satuan unit kerjanya. Mengarahkan dan memantau penerapan program MR di unitnya masing-masing; Mengkoordinasi proses identifikasi, analisis, evaluasi, mitigasi, dan pelaporan risiko; dan Berkoordinasi dengan Ketua Manajemen Risiko dalam rangka mengelola risiko di unit masing-masing. 23

APA YANG HARUS DILAKUKAN ADMINISTRATOR MR PADA MASING-MASSINGUNIT PEMILIK RISIKO Administrator MR Personil Pejabat Eselon IV yang ditunjuk. Tugas dan Tanggung Jawab menatausahakan proses dan hasil identifikasi, analisis, evaluasi, mitigasi, dan pelaporan risiko. 24

KONSEKUENSI Kebijakan Skala Risiko rendah sedang tinggi rendah sedang tinggi rendah sedang tinggi KEMUNGKINAN 25

KONSEKUENSI SELERA RISIKO Seberapa besar Risiko yang diterima dan risiko mana yang akan diambil alih penanganannya secara langsung oleh Pimpinan Unit Eselon I rendah sedang tinggi Selera risiko CONTOH rendah sedang tinggi KEMUNGKINAN rendah sedang tinggi 26

Dokumentasi Proses MR TUJUAN Membuktikan adanya identifikasi & asessment risiko yang sistematis Mengembangkan database pengetahuan organisasi Memberi rencana tanggapan & perlakuan kepada pengambil keputusan Memfasilitasi pemantauan dan kaji ulang. 27

Dokumentasi Proses MR Formulir 1 : Form 1.0 Piagam Manajemen Risiko Formulir 2 : Form 2.0 Risk Register A Proses Identifikasi Risiko Formulir 3 : Form 3.0 Risk Register B Proses Analisis Risiko Formulir 4 : Form 4.0 Risk Register C Proses Evaluasi Risiko Formulir 5 : Form 5.0 Rencana Penanganan Risiko Formulir 6 : Form 6.0 Monitoring Penanganan Formulir 7 : Form 7.0 Pelaporan Hasil Monitoring 28

Mitigasi Risiko Mitigasi Risiko adalah langkah yang diambil untuk mengurangi insiden dan/ atau efek dari suatu bencana atau kegagalan Mitigasi risiko harus selalu memperhatikan dan didasarkan pada penyebab suatu risiko. Mitigasi risiko harus memperhatikan biaya yang dikeluarkan (CBA). Mitigasi risiko ditujukan untuk menurunkan level risiko, bukan mengurangi jumlah risiko. Menentukan opsi penanganan risiko yang akan dijalankan Menyusun rencana penanganan risiko Rencana mitigasi risiko harus disusun secara SMART (Spesific, Measurable, Achievable, Realistic, Time bound).

OPSI PENANGANAN (MITIGASI) RISIKO MENERIMA RISIKO MEMBAGI RISIKO MENGHINDARI RISIKO MENGURANGI DAMPAK MENGURANG KETERJADIANNYA/FREK WENSINYA 30

KONSEKUENSI STRATEGI PENANGANAN RISIKO Sumber : Risk Assessment BPKP 1 PETA RISIKO 5 6.00 5.00 4.00 Pindahkan atau Membagi Risiko/Contingency Plan (tanggap darurat) Hindari Risiko atau Pencegahan melalui upaya mengurangi dampak atau mengurangi frekwensinya 3.00 2.00 1.00 Terima Risiko/Bisa Diabaikan atau Tidak perlupenanganan khusus Tangani Dengan Pengendalian 0.00 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 KETERJADIAN 31

Tantangan Menghadapi Perubahan terkait Penerapan Manajemen Risiko Tahap Transisi Komitmen Eksplorasi Manajemen Puncak & Senior Manajemen Menengah Perlawanan Seluruh pegawai Penolakan Bln ke 1 Bln ke 2 Bln ke 3 Bln ke 4 Bln ke 5 Bln ke 6 Bln ke 7 Bln ke 8 Bln ke 9 32

Manajemen Puncak Harus Komit sebelum Perubahan Diluncurkan Setiap introduksi program baru selalu mengalami tahapan transisi sebelum penerapan program tersebut berfungsi secara efektif, termasuk pula penerapan manajemen risiko dan pengendalian intern, sebagaimana penjelasan berikut ini: Pada tahap penolakan akan dirasakan hampir semua pegawai mempertanyakan kegunaannya (karena sudah nyaman dengan kondisi yang ada); Pada tahap perlawanan, hampir sebagian pegawai mulai merasakan manfaatnya, namun masih ragu dan enggan untuk melaksanakannya; Pada tahap eksplorasi, pejabat/pegawai sudah mulai melihat dengan jelas manfaatnya dan mulai timbul keinginan untuk memahami dan mengeksplorasi lebih jauh; Pada tahap Komitmen, seluruh pejabat/pegawai melaksanakan perubahan dengan baik. 33

Budaya Peduli Risiko Sasaran dari budaya peduli risiko adalah penciptaan dan pengembangan budaya pengambilan keputusan (strategis maupun operasional) melalui pertimbangan yang matang dan penuh kehati-hatian dengan cara memanfaatkan proses manajemen risiko yang baik. Untuk mendapatkan proses manajemen risiko yang baik, maka diperlukan: - Proses Identifikasi dan Assesment Risiko harus dilakukan dengan dengan benar dan bersungguhsungguh; - Mengkomunikasikan seluruh potensi risiko yang mungkin terjadi - Mempertimbangkan risiko dan manfaat atas setiap pengambilan keputusan. 34

Pentingnya Tone from The Top Mencipakan Budaya Peduli Risiko Budaya adalah perilaku. Oleh karena itu, apabila budaya risiko dianggap penting bagi organisasi, maka perilaku tersebut perlu ditunjukkan oleh Pimpinan Puncak beserta para pemimpin di seluruh tingkatan. Peran pimpinan puncak dan jajarannya merupakan kunci utama di dalam menjalankan perubahan, Jenis kepemimpinan dan perilaku pimpinan akan menjadi penentu bagi terciptanyua budaya peduli risiko yang diinginkan. 35

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA PEDULI RISIKO Penciptaan Critical Mass, artinya Pimpinan organisasi di dalam menciptakan kesadaran akan pentingnya manajemen risiko perlu meakukan sosialisasi dan pelatihan secara ekstensif kepada seluruh pegawai, agar mereka menjadi tahu apa itu risiko dan sadar arti penting manajemen risiko dalam melaksanakan tugasnya maupun pengambilan keputusan. Penyelarasan dengan Insentif dan Sanksi, artinya organisasi perlu menyelaraskan pencapaian sasaran yang diinginkan dengan perilaku yang diinginkan, melalui upaya pemberian insentif dan sanksi. 36

Risk Naive Risk Aware Risk Defined Risk Managed Risk Enabled SEKILAS TENTANG TINGKAT KEMATANGAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO 2015 Score 0-29,00 Score 30-54,99 Score 55-74,99 Score 75-89,99 Score 90-100

AVOID THIS!!! 38